Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Hal ini dibuktikan dengan adanya semboyan “Belajar sepanjang hayat” yang mengindikasikan betapa besarnya peranan pendidikan. Selain itu, pendidikan juga merupakan wahana yang penting untuk menciptakan generasi muda sebagai penerus bangsa agar pembangunan bangsa berkualitas. Lebih spesifik lagi, pendidikan dalam kemajuan suatu bangsa dan masyarakat merupakan hal yang sangat penting. Pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang harus selalu ditingkatkan dan dijaga mutunya. Jika mutu pendidikan rendah, maka akan berdampak pada ketidaktepatan investasi pendidikan, bahkan dapat pula menimbulkan masalah sosial baru ke depannya Furqon, 2007. Pendidikan dikatakan sebuah investasi jangka panjang karena dapat menghasilkan insan-insan terdidik yang akan memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Pada masa sekarang ini pendidikan merupakan suatu kebutuhan primer, pendidikan memegang peranan penting. Pada saat orang–orang berlomba untuk mengenyam pendidikan setinggi mungkin, tetapi disisi lain ada sebagian masyarakat yang tidak dapat mengenyam pendidikan secara layak, baik dari tingkat dasar maupun sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu ada juga anggota masyarakat yang sudah dapat mengenyam pendidikan dasar namun pada akhirnya putus sekolah juga. Ada banyak faktor yang menyebabkan putus sekolah 1 commit to user seperti keterbatasan dana pendidikan karena kesulitan ekonomi, kurangnya fasilitas pendidikan dan karena adanya faktor lingkungan pergaulan. Pemenuhan hak pendidikan tersebut diperoleh secara formal di sekolah, secara informal melalui keluarga. Khususnya pendidikan formal tidak semua anak bisa mendapatkan haknya karena berbagai kondisi yang melatarbelakanginya. Diantara contohnya adalah anak putus sekolah dan tidak bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Kondisi tersebut berasal dari siswa secara pribadi sebagai pelaku dan dan lingkungan sebagai faktor eksternal memegang peranan penting dalam proses. Diantara faktor internal dari diri siswa yang mempengaruhi adalah prestasi belajar dan kemauan pribadi motivasi, sedangkan faktor dari luar yang berpengaruh adalah teman-teman sebayanya, faktor keluarga, dan kondisi masyarakat. Hal itu sebagaimana dikatakan oleh Syah 2011: 132, 139 bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar adalah adany faktor internal dan faktor eksternal. Faktor Internal seperti intelegensi, sikap, bakat, dan motivasi. Faktor Eksternal seperti lingkungan sosial keluarga, guru dan staf, masyarakat, dan teman dan lingkungan non sosial rumah, sekolah, peralatan, dan alam. Motivasi adalah salah satu faktor internal yang mempengaruhi proses belajar. Motivasi merupakan suatu kekuatan power atau tenaga force atau daya energy atau keadaan yang kompleks a complex state dan kesiapsediaan preparatory set dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari Makmun, 2005: 37. Sehingga motivasi dapat mempengaruhi pola pikir dan tindakan sesorang untuk melakukan sesuatu di masa sekarang maupun di masa yang kan datang. Bagi seorang siswa motivasi perpustakaan.uns.ac.id commit to user mempunyai peranan penting dalam proses pendidikannya. Dalam melakukan semua aktifitas belajarnya seorang anak siswa membutuhnya dorongan atau motivasi yang mampu membuatnya terus bersemangat dalam belajar. Motivasi sangat diperlukan seorang siswa dalam melanjutkan sekolah. Sehingga hal tersebut akan jelas berpengaruh terhadap hasil belajar, prestasi belajar, dan proses pendidikan anak siswa dalam menempuh pendidikan dari satu jenjang ke jenjang yang lebih tinggi. Hal tersebut sebagaimana diungkapkan Sardiman 2001: 74 bahwa motivasi memiliki peran sebagai berikut: 1 Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia, perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam system neurophysiological yang ada pada organisme manusia; 2 Motivasi ditandai dengan munculnya rasa feeling atau afeksi seseorang. Motivasi dalam hal ini relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia; 3 Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi yakni tujuan. Motivasi dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu motivasi internal dan motivasi eksternal. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Uno 2007 bahwa motivasi dapat diartikan sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan adanya; hasrat dan minat; dorongan dan kebutuhan; harapan dan cita-cita; penghargaan dan penghormatan. Motivasi seseorang dapat ditimbulkan dan tumbuh berkembang melalui dirinya sendiri intrinsik dan dari lingkungan ekstrinsik Elliot et al., 2000. Motivasi intrinsik perpustakaan.uns.ac.id commit to user bermakna sebagai keinginan dari diri sendiri untuk bertindak tanpa adanya rangsangan dari luar Elliott, 2000. Motivasi intrinsik akan lebih menguntungkan dan memberikan keajegan dalam proses belajar seorang siswa. Sedangkan motivasi ekstrinsik dijabarkan sebagai motivasi yang datang dari luar individu dan tidak dapat dikendalikan oleh individu tersebut Sue Howard, 1999. Elliott et al. 2000 mencontohkan motivasi ekstrinsik dengan nilai, hadiah, danatau penghargaan yang digunakan untuk merangsang motivasi seseorang. Sebagai contohnya, dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan daya penggerak yang menjamin terjadinya kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang diinginkan dapat terpenuhi. Dengan demikian motivasi sangat berpengaruh terhadap hasil belajar seseorang. Apabila seseorang tidak mempunyai motivasi untuk belajar, maka orang tersebut tidak akan mencapai hasil belajar yang optimal. Untuk dapat belajar dengan baik di perlukan proses dan motivasi yang baik, memberikan motivasi kepada pembelajar, berarti menggerakkan seseorang agar ia mau atau ingin melakukan sesuatu. Bahkan secara lebih luas motivasi tersebut dapt mempengaruhi niatkemauan anak untuk melanjutkan sekolah. Keputusan siswa melanjutkan sekolah selain dipengaruhi oleh motivasi juga dipengaruhi aksesibilitas tempat tinggal siswa dan sekolah tujuan siswa. Kondisi geografis tersebut mempengaruhi aksesbilitas siswa terhadap sekolah. Faktor aksesbilitas tersebut antara lain meliputi jarak, kondisi jalan, transportasi, topografi wilayah, dan lokasi. Semakin sulit aksesbilitas maka semakin mempersulit siswa untuk mencapai sekolah dan sebaliknya semakin mudah perpustakaan.uns.ac.id commit to user aksesbilitas maka akan semakin mempermudah siswa untuk mencapai sekolah. Faktor aksesbilitas tersebut akan berpengaruh terhadap motivasi dan kemauan siswa melanjutkan sekolah. Keputusan siswa melanjutkan sekolah dapat dipelajari melalui adanya hubungan sebab akibat dari berbagai faktor. Hal tersebut dapat dijelaskan melalui Theory of Planned Behavior Teori Tindakan Terencana. Teori perilaku terencana berfokus pada niat perilaku, indikasi kesiapan individu untuk melakukan perilaku tertentu Ajzen, 2001. Niat Perilaku ditentukan oleh tiga jenis konstruksi yaitu sikap perilaku, norma subyektif dan persepsi pengendalian perilaku. Sikap perilaku atau sikap terhadap perilaku positif atau negatif tentang evaluasi individu tentang perilaku tertentu yang akan atau telah dilakukan Ajzen 2001. Norma subyektif adalah tentang norma dan sanksi ada dalam masyarakat Loomis dan Beegle, 1975. Kontrol perilaku yang dirasakan adalah tentang self- efficacy dan persepsi tentang kemampuan dan sumber daya yang dimiliki oleh aktor Muhmin, 2006. Sehingga dengan adanya teori tindakan terencana ini keterkaitan fenomena dan permasalahan niatmotivasi siswa melanjutkan sekolah dengan berbagai faktor yang melatar belakanginya dapat diamati dan dipelajari. Beberapa kasus menunjukkan bahwa kesuksesan anak dalam melanjutkan jenjang pendidikan formal yang lebih tinggi juga ditentukan oleh prestasi akademiknya selama menempuh pendidikan di suatu jenjang pendidikan. Pada umumnya anak yang prestasi akademiknya baik akan memiliki peluang yang baik untuk melanjutkan sekolah ke tingkat selanjutnya. Anak yang prestasi akademiknya sangat tidak baik akan kesulitan untuk melanjutkan sekolah ke perpustakaan.uns.ac.id commit to user tingkat selanjutnya, karena pada umumnya sekolah mensyaratkan prestasi akademik maupun kemampuan tertentu untuk diterima masuk ke suatu sekolah. Permasalahan-permasalahn serta fenomena-fenomena anak sekolah juga terjadi di Kabupaten Grobogan. Hal tersebut diantaranya dapat diungkapkan bahwa jumlah siswa SDSLTP yang tidak melanjutkan sekolah di Kabupaten Grobogan jika diukur dari angka partisipasi murni APM jumlah partisipasi siswa yang melanjutkan pendidikan tergolong rendah. Berdasarkan data statistik dinas pendidikan Kabupaten Grobogan anak usia sekolah yang bersedia melanjutkan sekolah tidak lebih dari 30 Suara Merdeka, Jumat 13 Juli 2007. Rendahnya partisipasi sekolah tersebut disebabkan berbagai hal. Seperti, tingkat kesejahteraan, kondisi geografi, dan kurangnya kesadaran masyarakat akan pendidikan, dan kondisi siswa yang bersangkutan sebagai pembelajar. Hal yang umum terjadi di Kabupaten grobogan juga terjadi secara spesifik di SMP Negeri 3 Kradenan Grobogan. Siswa SMP Negeri 3 Kradenan Grobogan memiliki berbagai latar belakang teman, keluarga, masyarakat yang berbeda-beda antara satu siswa dengan siswa yang lainnya. Selain latar belakang siswa juga terdiri dari bermacam karakter dan potensi yang berbeda. Diantara potensi tersebut terwujud kedalam prestasi belajar. Permasalahan-permaslahan pendidikan yang telah diuraikan diatas, yaitu aksesibilitas, prestasi akademik siswa, motivasi siswa melanjutkan sekolah dan siswa melanjutkan sekolah ke tingkat selanjutnya juga terjadi di di SMP Negeri 3 Kradenan Kabupaten Grobogan. Dengan adanya permasalahan yang ada di SMP Negeri 3 Kradenan tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan perpustakaan.uns.ac.id commit to user judul “HUBUNGAN KONDISI INTERNAL INDIVIDUAL DAN AKSESIBILITAS SISWA SMP NEGERI 3 KRADENAN TERHADAP KEPUTUSAN MELANJUTKAN SEKOLAH”.

B. Identifikasi masalah