TESIS RITA AGUS SULISTYAWATI S881308004

(1)

i

HUBUNGAN KONDISI INTERNAL INDIVIDUAL DAN AKSESIBILITAS SISWA SMP NEGERI 3 KRADENAN TERHADAP KEPUTUSAN

MELANJUTKAN SEKOLAH

TESIS

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat magister program studi PKLH minat utama magister pendidikan geografi

Oleh:

RITA AGUS SULISTYAWATI S881308004

PROGRAM PASCASARJANA KEPENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2015 commit to user


(2)

ii


(3)

iii


(4)

iv


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

 Pendidikan saat ini harus melihat dua macam sasaran yakni pendidikan untuk hidup dan pendidikan untuk menciptakan penghidupan (James Mason Wood)

 Jika anda berfikir untuk menetap di suatu tempat sementara waktu, belajarlah bertanam padi, jika anda berfikir untuk menetap lama belajarlah menanam pohon, jika anda berfikir untuk menetap selamanya mulailah untuk mendidik manusia (Confusius).

Tesis ini kupersembahkan kepada: 1. Abi Muchsin Ahmad

2. Orangtuaku Ibu Sri Utomowati dan Almarhum Bapak Suripto

3. Suamiku Lilik Purwanto

4. Lentera Hidupku “UKI” dan “CACA”


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas

segala berkat limpahan rahmat dan karunia-Nyalah tesis yang berjudul “HUBUNGAN KONDISI INTERNAL INDIVIDUAL DAN AKSESIBILITAS

SISWA SMP NEGERI 3 KRADENAN DENGAN KEPUTUSAN

MELANJUTKAN SEKOLAH” ini dapat diselesaikan.

Selesainya penulisan tesis ini tentu saja bukan semata-mata hasil kinerja penulis semata, melainkan banyak pihak pula yang ikut berperan memberikan konstribusi, baik secara moral, spritual, dan finansial. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Rafik Karsidi, M.Pd., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta atas semua fasilitas yang ada di lingkungan kampus.

2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS., selau direktur Program Pascasarjana UNS yang telah memberikan kesempatan penulis untuk studi di pascasarjana UNS surakarta.

3. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan FKIP UNS. 4. Prof. Dr. Ch. Muryani, M.Si, selaku Ketua Program Studi PKLH 5. Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd, selaku dosen penguji .

6. Puguh Karyanto, S.Si, M.Si, Ph.D, selaku pembimbing tesis.

7. Dr. Mohammad Gamal Rindarjono, M.Si selaku pembimbing penulis dalam menyusun tesis ini,

8. Bapak /Ibu Dosen Program Studi Pendidikan PKLH PPs UNS atas semua bimbingan yang diberikan selama ini.

9. Rekan-rekanku keluarga besar SMP Negeri 3 Kradenan Grobogan atas semua dorongan dan bantuan yang telah diberikan

10. Teman-temanku Prodi PKLH Geografi, terima kasih atas dukungan dan motivasinya.

11. Keluarga kakakku Eni Riptyawati, terima kasih atas dukungan dan bantuannya.


(7)

vii

13. Semua pihak yang telah ikut membantu terselesaikannya karya ini, terima kasih semuanya

Penulis menyadari bahwa tesis ini jauh dari sempurna. Meskipun demikian, penulis berharap mudah-mudahan tesis ini berguna bagi kemajuan pengajaran Geografi di Sekolah Menengah Pertama secara umum dan SMP Negeri 3 Kradenan khususnya.

Surakarta, Januari 2015

Penulis


(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan ... ii

Halaman Pernyataan Orisinalitas dan Hak Publikasi ... iv

Moto dan Persembahan ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel... x

Daftar Gambar ... xi

Daftar Lampiran ... xii

Abstrak... xiii

Abstract... xiv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 11

A. Kajian Teori ... 11

1. Kondisi Internal Individual ... 11

2. Aksesibilitas ... 17

3. Pengambilan Keputusan Melanjutkan Sekolah ... 19

B. Kerangka Pikir ... 28

C. Hipotesis Penelitian... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 30 A. Jenis Penelitian... 30commit to user


(9)

ix

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

C. Populasi dan Sampel ... 35

D. Instrumen Penelitian... 36

E. Analisis dan Penyajian Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Gambaran Umum SMP Negeri 3 Kradenan ... 48

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 55

1. Hasil Penelitian ... 55

2. Pembahasan ... 84

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN ... 88

A. Kesimpulan ... 88

B. Implikasi ... 88

C. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 90


(10)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jadwal Penelitian ... 34

Tabel 2. nilaiαdan derajat reliabilitas ... 40

Tabel 3. Kriteria Skor Motivasi Siswa Melanjutkan Sekolah ... 41

Tabel 4. Keputusan Melanjutkan Sekolah ... 55

Tabel 5. Kondisi Internal Individual ... 56

Tabel 6. Motivasi Siswa Melanjutkan Sekolah ... 57

Tabel 7. Aksesibilitas ... 58

Tabel 8. Hasil Uji Normalitas ... 61

Tabel 9. Hasil Uji Multikolinearitas ... 62

Tabel 10. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 64

Tabel 11. Hasil Uji Linearitas Kondisi Internal Individual ... 65

Tabel 12. Hasil Uji Linearitas Aksesibilitas ... 66

Tabel 13. Hasil Uji Otokorelasi ... 67

Tabel 14. Koefisien Regresi Linear Berganda ... 68

Tabel 15. Hasil Uji F ... 69

Tabel 16. Hasil Uji koefisien Determinasi ... 70

Tabel 17. Data siswa yang melanjutkan ke SMA PGRI Kuwu ... 73

Tabel 18. Siswa yang Melanjutkan ke SMA N 1 Gabus ... 75

Tabel 19. Data siswa yang melanjutkan ke SMA N 1 Kradenan ... 77

Tabel 20. data siswa yang melanjutkan ke SMA NU Panungalan ... 79

Tabel 21. Data siswa yang melanjutkan ke SMK PGRI Kuwu ... 81

Tabel 22. Data siswa yang melanjutkan ke SMK PGRI Kuwu ... 83 commit to user


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Teori Perilaku rencanaan (Theory of Planned Behavior) ... 20

Gambar 2. Kerangka Pikir ... 28

Gambar 3. Desain penelitian ... 33

Gambar 4. Peta Administrasi kecamatan Kradenen ... 50

Gambar 5. Peta Lokasi SMP Negeri 3 Kradenan ... 52

Gambar 6. Peta Asal Siswa SMP Negeri 3 Kradenan ... 53

Gambar 7. Peta Aksesibilitas Siswa SMP Negeri 3 Kradenan ... 54

Gambar 7. Peta Siswa yang melanjutkan ke SMA PGRI Kuwu ... 59

Gambar 5. Peta Siswa yang melanjutkan ke SMA PGRI Kuwu ... 59

Gambar 6. Peta Asal Siswa SMPN 3 Kradenan ... 51

Gambar 7. Peta Aksesibilitas Siswa SMPN 3 Kradenan ... 52

Gambar 8. Diagram Keputusan Siswa melanjutkan Sekolah ... 56

Gambar 9. Diagram Batang Motivasi Siswa Melanjutkan Sekolah ... 57

Gambar 10. Diagram Sarana Trasnportasi yang digunakan Siswa ... 59

Gambar 11. Diagram Kondisi Jalan yang dilalui Siswa ... 59

Gambar 12. Diagram Jarak Rumah Siswa ke Sekolah ... 60

Gambar 13. Peta Siswa yang melanjutkan ke SMA PGRI Kuwu ... 72

Gambar 14. Peta Siswa yang Melanjutkan ke SMA N 1 Gabus ... 74

Gambar 15. Peta Siswa yang melanjutkan ke SMA N 1 Kradenan ... 76

Gambar 16. Peta Siswa yang melanjutkan ke SMA NU Panunggalan ... 78 Gambar 17. Peta Siswa yang melanjutkan ke SMK PGRI Kuwu ... 80commit to user


(12)

xii

Gambar 18. Peta Siswa yang melanjutkan ke SMK Taruna Kuwu ... 82


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Siwa Melanjutkan Sekolah ... 94

Lampiran 2. Kuesioner Motivasi Siwa Melanjutkan Sekolah ... 95

Lampiran 3. Hasil Uji Instrumen Motivasi Melanjutkan Sekolah ... 98

Lampiran 4. Data Motivasi Siswa Melanjutkan Sekolah ... 99

Lampiran 5. Data Prestasi Akademik Siswa ... 105

Lampiran 6. Data Aksesibilitas ... 108

Lampiran 7. Data Siswa yang Melanjutkan Sekolah ... 111

Lampiran 8. Konversi Data Penelitian ... 113

Lampiran 9. Hasil Analisis Data ... 119

Lampiran 10. Dokumentasi Kondisi Jalan ... 123

Lampiran 11. Surat-surat Ijin Penelitian ... 126


(14)

xiv

ABSTRAK

RITA AGUS SULISTYAWATI. 2014. HUBUNGAN KONDISI INTERNAL INDIVIDUAL DAN AKSESIBILITAS SISWA SMP NEGERI 3 KRADENAN

DENGAN KEPUTUSAN MELANJUTKAN SEKOLAH. Tesis. Pembimbing I:

Puguh Karyanto, Pembimbing II: Mohammad Gamal Rindarjono. Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH). Minat Utama Pendidikan Geografi. Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Bagaimana pengaruh kondisi internal individual siswa terhadap motivasi siswa melanjutkan sekolah, 2. Bagaimana pengaruh aksesibilitas siswa SMP Negeri 3 kradenan terhadap motivasi siswa melanjutkan sekolah.

Unit analisis dalam penelitian ini adalah siswa SMP di Kabupaten Grobogan Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis regresi sebagai analisis statistik inferensial. Data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh langsung melalui kuesioner. Sedangkan teknik sampling yang digunakan adalah probabiliti sampling. Analisis ANOVA data dilakukan untuk menentukan apakah hubungan antara variabel signifikan secara statistik.

Berdasarkan hasil analisis data dan kesimpulan pengujian hipotesis, maka penelitian ini memperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Kondisi internal individual memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan siswa melanjutkan sekolah. 2. Aksesibilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan siswa melanjutkan sekolah.

Kata Kunci: Aksesibilitas, Motivasi, Prestasi Akademik, Keputusan Melanjutkan Sekolah.


(15)

xv

Abstract

Rita Agus Sulistyawati. 2014. RELATED CONDITIONS AND INTERNAL INDIVIDUAL STUDENT DECISION ON GEOGRAPHICAL CONDITIONS CONTINUING STUDENTS SCHOOL IN THE COUNTRY 3 Kradenan Grobogan SMP.Thesis. Supervisor I: Puguh Karyanto, Advisor II: Mohammad Gamal Rindarjono. Education Program for Population and Environment (PKLH). Main Interest in Geography Education. Eleven University Graduate Program in March.

The purpose of this study was to determine: 1. How is the internal state of the individual student influence on the motivation of students to continue their education, 2. How does the geography students to motivate students to continue their education.

The unit of analysis in this study were junior high school students in Grobogan This study uses a quantitative approach to regression analysis as inferential statistical analysis. The data in this study are primary data obtained through questionnaires directly. While the sampling technique used is probabiliti sampling. ANOVA analysis of the data was performed to determine whether the relationship between variables is statistically significant.

Based on the results of data analysis and hypothesis testing conclusion, this study came to the conclusion as follows: 1. Internal conditions individually have a significant impact on the student's decision to continue school. 2. Geographical conditions have a significant influence on students' decision to continue school. 3. The internal condition of the individual and Conditions geographical conditions together have a significant influence on students' decision to continue school.

Keywords: Geographic Conditions, Motivation, Achievement, Continuing School.


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Hal ini dibuktikan dengan adanya semboyan “Belajar sepanjang hayat” yang mengindikasikan betapa besarnya peranan pendidikan. Selain itu, pendidikan juga merupakan wahana yang penting untuk menciptakan generasi muda sebagai penerus bangsa agar pembangunan bangsa berkualitas. Lebih spesifik lagi, pendidikan dalam kemajuan suatu bangsa dan masyarakat merupakan hal yang sangat penting. Pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang harus selalu ditingkatkan dan dijaga mutunya. Jika mutu pendidikan rendah, maka akan berdampak pada ketidaktepatan investasi pendidikan, bahkan dapat pula menimbulkan masalah sosial baru ke depannya (Furqon, 2007). Pendidikan dikatakan sebuah investasi jangka panjang karena dapat menghasilkan insan-insan terdidik yang akan memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.

Pada masa sekarang ini pendidikan merupakan suatu kebutuhan primer, pendidikan memegang peranan penting. Pada saat orang–orang berlomba untuk mengenyam pendidikan setinggi mungkin, tetapi disisi lain ada sebagian masyarakat yang tidak dapat mengenyam pendidikan secara layak, baik dari tingkat dasar maupun sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu ada juga anggota masyarakat yang sudah dapat mengenyam pendidikan dasar namun pada akhirnya putus sekolah juga. Ada banyak faktor yang menyebabkan putus sekolah

1


(17)

seperti keterbatasan dana pendidikan karena kesulitan ekonomi, kurangnya fasilitas pendidikan dan karena adanya faktor lingkungan (pergaulan).

Pemenuhan hak pendidikan tersebut diperoleh secara formal di sekolah, secara informal melalui keluarga. Khususnya pendidikan formal tidak semua anak bisa mendapatkan haknya karena berbagai kondisi yang melatarbelakanginya. Diantara contohnya adalah anak putus sekolah dan tidak bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Kondisi tersebut berasal dari siswa secara pribadi sebagai pelaku dan dan lingkungan sebagai faktor eksternal memegang peranan penting dalam proses. Diantara faktor internal dari diri siswa yang mempengaruhi adalah prestasi belajar dan kemauan pribadi (motivasi), sedangkan faktor dari luar yang berpengaruh adalah teman-teman sebayanya, faktor keluarga, dan kondisi masyarakat. Hal itu sebagaimana dikatakan oleh Syah (2011: 132, 139) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar adalah adany faktor internal dan faktor eksternal. Faktor Internal seperti intelegensi, sikap, bakat, dan motivasi. Faktor Eksternal seperti lingkungan sosial (keluarga, guru dan staf, masyarakat, dan teman) dan lingkungan non sosial (rumah, sekolah, peralatan, dan alam).

Motivasi adalah salah satu faktor internal yang mempengaruhi proses belajar. Motivasi merupakan suatu kekuatan (power) atau tenaga (force) atau daya

(energy) atau keadaan yang kompleks (a complex state) dan kesiapsediaan

(preparatory set) dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik

disadari maupun tidak disadari (Makmun, 2005: 37). Sehingga motivasi dapat mempengaruhi pola pikir dan tindakan sesorang untuk melakukan sesuatu di masa sekarang maupun di masa yang kan datang. Bagi seorang siswa motivasi


(18)

mempunyai peranan penting dalam proses pendidikannya. Dalam melakukan semua aktifitas belajarnya seorang anak (siswa) membutuhnya dorongan atau motivasi yang mampu membuatnya terus bersemangat dalam belajar.

Motivasi sangat diperlukan seorang siswa dalam melanjutkan sekolah. Sehingga hal tersebut akan jelas berpengaruh terhadap hasil belajar, prestasi belajar, dan proses pendidikan anak (siswa) dalam menempuh pendidikan dari satu jenjang ke jenjang yang lebih tinggi. Hal tersebut sebagaimana diungkapkan Sardiman (2001: 74) bahwa motivasi memiliki peran sebagai berikut: 1) Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia, perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam

system neurophysiological yang ada pada organisme manusia; 2) Motivasi

ditandai dengan munculnya rasa (feeling) atau afeksi seseorang. Motivasi dalam hal ini relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia; 3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi yakni tujuan.

Motivasi dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu motivasi internal dan motivasi eksternal. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Uno (2007) bahwa motivasi dapat diartikan sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan adanya; hasrat dan minat; dorongan dan kebutuhan; harapan dan cita-cita; penghargaan dan penghormatan. Motivasi seseorang dapat ditimbulkan dan tumbuh berkembang melalui dirinya sendiri (intrinsik) dan dari lingkungan (ekstrinsik) (Elliot et al., 2000). Motivasi intrinsik


(19)

bermakna sebagai keinginan dari diri sendiri untuk bertindak tanpa adanya rangsangan dari luar (Elliott, 2000). Motivasi intrinsik akan lebih menguntungkan dan memberikan keajegan dalam proses belajar seorang siswa. Sedangkan motivasi ekstrinsik dijabarkan sebagai motivasi yang datang dari luar individu dan tidak dapat dikendalikan oleh individu tersebut (Sue Howard, 1999). Elliott et al. (2000) mencontohkan motivasi ekstrinsik dengan nilai, hadiah, dan/atau penghargaan yang digunakan untuk merangsang motivasi seseorang.

Sebagai contohnya, dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan daya penggerak yang menjamin terjadinya kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang diinginkan dapat terpenuhi. Dengan demikian motivasi sangat berpengaruh terhadap hasil belajar seseorang. Apabila seseorang tidak mempunyai motivasi untuk belajar, maka orang tersebut tidak akan mencapai hasil belajar yang optimal. Untuk dapat belajar dengan baik di perlukan proses dan motivasi yang baik, memberikan motivasi kepada pembelajar, berarti menggerakkan seseorang agar ia mau atau ingin melakukan sesuatu. Bahkan secara lebih luas motivasi tersebut dapt mempengaruhi niat/kemauan anak untuk melanjutkan sekolah.

Keputusan siswa melanjutkan sekolah selain dipengaruhi oleh motivasi juga dipengaruhi aksesibilitas tempat tinggal siswa dan sekolah tujuan siswa. Kondisi geografis tersebut mempengaruhi aksesbilitas siswa terhadap sekolah. Faktor aksesbilitas tersebut antara lain meliputi jarak, kondisi jalan, transportasi, topografi wilayah, dan lokasi. Semakin sulit aksesbilitas maka semakin mempersulit siswa untuk mencapai sekolah dan sebaliknya semakin mudah


(20)

aksesbilitas maka akan semakin mempermudah siswa untuk mencapai sekolah. Faktor aksesbilitas tersebut akan berpengaruh terhadap motivasi dan kemauan siswa melanjutkan sekolah.

Keputusan siswa melanjutkan sekolah dapat dipelajari melalui adanya hubungan sebab akibat dari berbagai faktor. Hal tersebut dapat dijelaskan melalui

Theory of Planned Behavior (Teori Tindakan Terencana). Teori perilaku

terencana berfokus pada niat perilaku, indikasi kesiapan individu untuk melakukan perilaku tertentu (Ajzen, 2001). Niat Perilaku ditentukan oleh tiga jenis konstruksi yaitu sikap perilaku, norma subyektif dan persepsi pengendalian perilaku. Sikap perilaku atau sikap terhadap perilaku positif atau negatif tentang evaluasi individu tentang perilaku tertentu yang akan atau telah dilakukan (Ajzen 2001). Norma subyektif adalah tentang norma dan sanksi ada dalam masyarakat (Loomis dan Beegle, 1975). Kontrol perilaku yang dirasakan adalah tentang

self-efficacy dan persepsi tentang kemampuan dan sumber daya yang dimiliki oleh

aktor (Muhmin, 2006). Sehingga dengan adanya teori tindakan terencana ini keterkaitan fenomena dan permasalahan niat/motivasi siswa melanjutkan sekolah dengan berbagai faktor yang melatar belakanginya dapat diamati dan dipelajari.

Beberapa kasus menunjukkan bahwa kesuksesan anak dalam melanjutkan jenjang pendidikan formal yang lebih tinggi juga ditentukan oleh prestasi akademiknya selama menempuh pendidikan di suatu jenjang pendidikan. Pada umumnya anak yang prestasi akademiknya baik akan memiliki peluang yang baik untuk melanjutkan sekolah ke tingkat selanjutnya. Anak yang prestasi akademiknya sangat tidak baik akan kesulitan untuk melanjutkan sekolah ke


(21)

tingkat selanjutnya, karena pada umumnya sekolah mensyaratkan prestasi akademik maupun kemampuan tertentu untuk diterima masuk ke suatu sekolah.

Permasalahan-permasalahn serta fenomena-fenomena anak sekolah juga terjadi di Kabupaten Grobogan. Hal tersebut diantaranya dapat diungkapkan bahwa jumlah siswa SD/SLTP yang tidak melanjutkan sekolah di Kabupaten Grobogan jika diukur dari angka partisipasi murni (APM) jumlah partisipasi siswa yang melanjutkan pendidikan tergolong rendah. Berdasarkan data statistik dinas pendidikan Kabupaten Grobogan anak usia sekolah yang bersedia melanjutkan sekolah tidak lebih dari 30% (Suara Merdeka, Jumat 13 Juli 2007). Rendahnya partisipasi sekolah tersebut disebabkan berbagai hal. Seperti, tingkat kesejahteraan, kondisi geografi, dan kurangnya kesadaran masyarakat akan pendidikan, dan kondisi siswa yang bersangkutan sebagai pembelajar. Hal yang umum terjadi di Kabupaten grobogan juga terjadi secara spesifik di SMP Negeri 3 Kradenan Grobogan. Siswa SMP Negeri 3 Kradenan Grobogan memiliki berbagai latar belakang (teman, keluarga, masyarakat) yang berbeda-beda antara satu siswa dengan siswa yang lainnya. Selain latar belakang siswa juga terdiri dari bermacam karakter dan potensi yang berbeda. Diantara potensi tersebut terwujud kedalam prestasi belajar.

Permasalahan-permaslahan pendidikan yang telah diuraikan diatas, yaitu aksesibilitas, prestasi akademik siswa, motivasi siswa melanjutkan sekolah dan siswa melanjutkan sekolah ke tingkat selanjutnya juga terjadi di di SMP Negeri 3 Kradenan Kabupaten Grobogan. Dengan adanya permasalahan yang ada di SMP Negeri 3 Kradenan tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan


(22)

judul “HUBUNGAN KONDISI INTERNAL INDIVIDUAL DAN AKSESIBILITAS SISWA SMP NEGERI 3 KRADENAN TERHADAP KEPUTUSAN MELANJUTKAN SEKOLAH”.

B. Identifikasi masalah

1. Apa penyebab sedikitnya jumlah siswa SMP yang melanjutkan ke SMA/SMK/MA?

2. Apakah terdapat foktor internal dan eksternal yang mempengaruhi keputusan siswa melanjutkan sekolah?

3. Apakah prestasi akademik siswa dapat mempengaruhi keputusan siswa melanjutkan sekolah?

4. Apakah motivasi siswa berpengaruh terhadap keputusan melanjutkan sekolah?

5. Apakah kondisi ekonomi orang tua mempengaruhi motivasi siswa melanjutkan sekolah?

6. Apakah jarak rumah ke sekolah berpengaruh terhadap keputusan siswa melajutkan sekolah?

7. Apakah kondisi jalan dan sarana transportasi menjadi penyebab sedikitnya siswa yang melanjutkan sekolah?


(23)

C. Pembatasan Masalah

Faktor-faktor yang akan dikaji pengaruhnya terhadap keputusan siswa melanjutkan sekolah dibatasi pada kondisi internal individual dan aksesibilitas.

1. Kondisi internal yang dikaji dalam penelitian ini dibatas pada prestasi akademik dan motivasi melanjutkan sekolah.

2. Aksesibiltas yang dikaji dalam penelitian ini hanya dibatasi pada jarak, kondisi jalan, dan sarana transportasi.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas penulis mengajukan beberapa rumusan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan kondisi internal individual siswa dengan keputusan melanjutkan sekolah

2. Apakah terdapat hubungan aksesibilitas dengan keputusan melanjutkan sekolah

3. Apakah terdapat hubungan antara kondisi internal dan aksesibilitas secara bersama-sama dengan keputusan siswa melanjutkan sekolah


(24)

E. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hubungan kondisi internal individual siswa terhadap keputusan siswa melanjutkan sekolah

2. Untuk mengetahui hubungan aksesibilitas terhadap keputusan siswa melanjutkan sekolah

3. Untuk mengetahui hubungan antara kondisi internal dan aksesibilitas secara bersama-sama dengan keputusan siswa melanjutkan sekolah

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan tercapai dari hubungan kondisi internal individual dan aksesibilitas dengan keputusan siswa melanjutkan sekolah ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi para peneliti selanjutnya yang tertarik terutama dibidang pendidikan dan sosial masyarakat. Kondisi internal individual dan aksesibilitas siswa merupakan bahasan yang menarik untuk dikaji, mengingat kedua hal tersebut merupakan dua hal yang tidak dapat terpisahkan dari siswa itu sendiri.


(25)

2. Manfaat Praktis

Dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan bagi sekolah dan dinas pendidikan untuk menyusun strategi-strategi guna meningkatkan angka partisipasi sekolah siswa di Kabupaten Grobogan. Bagi orang tua penelitian ini dapat menjadi dasar dalam mempersiapkan dan memotivasi anaknya untuk dapat memperleh pendidikan yang seluas-luasnya dan setinggi-tingginya. Bagi masyarakat penelitian ini dapat dijadikan sarana untuk mulai membangun budaya dan kultur pendidikan di lingkungan masyarakat sehingga pendidikan dijadikan sebagai kebutuhan yang vital. Sedangkan bagi siswa penelitian ini dapat menjadi wawasan agar ia memaksimalkan segala potensi dalam dirinya untuk memperoleh pendidikan yang layak dan cukup.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. Kondisi Internal Individual

Syah (2011: 132, 139) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar seseorang adalah adanya faktor internal dan faktor eksternal. Faktor Internal contohnya seperti intelegensi, sikap, bakat, dan motivasi. Faktor internal tersebut dalam penelitian ini secara spesifik dikhususkan pada prestasi akademik dan motivasi, kedua hal tersebut merupaan representasi dari: intelegensi, sikap, bakat, dan motivasi. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi proses belajar dapat dicontohkan seperti lingkungan sosial (keluarga, guru dan staf, masyarakat, dan teman) dan lingkungan non sosial (rumah, sekolah, peralatan, dan alam).

a. Motivasi

1) Definisi Motivasi

Istilah motif sering dibedakan dengan istilah motivasi. Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 2005: 73). Menurut Purwanto (2007: 60) motif adalah tingkah laku atau perbuatan suatu tujuan atau perangsang, sedangkan menurut Nasution (2000: 73), motif adalah segala daya yang mendorog seseorang untuk melakukan sesuatu.

11 commit to user


(27)

Menurut Makmun (2005: 37) menjelaskan bahwa meskipun para ahli mendifinisikannya dengan cara dan gaya yang berbeda, namun esensinya menuju maksud yang sama, yaitu motivasi merupakan suatu kekuatan (power) atau tenaga

(force) atau daya (energy) atau keadaan yang kompleks (a complex state) dan

kesiapsediaan (preparatory set) dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari. Penjelasan Makmun ini juga dapat dikatakan bahwa motivasi adalah keinginan atau dorongan yang timbul pada diri seseorang baik secara sadar maupun tidak sadar untuk melakukan sesuatu perbuatan dengan tujuan tertentu.

Menurut Sardiman (2001: 74), dalam motivasi terkandung tiga unsur penting, yaitu :

1) Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia, perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam system neurophysiological yang ada pada organisme manusia.

2) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa (feeling) atau afeksi seseorang. Motivasi dalam hal ini relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi yakni tujuan.

Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Hamalik, 2003: 158). Dengan pengertian ini, dapat dikatakan bahwa


(28)

motivasi adalah sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu.

Motivasi adalah sesuatu yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas. Masih dalam artikel yang ditulis oleh Sumarni (2005), motivasi secara harafiah yaitu sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sedangkan secara psikologi, berarti usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya, atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.

Dari beberapa pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian motivasi adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai. Atau keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar siswa (dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.


(29)

2). Jenis-Jenis Motivasi

Makmun (2005: 37) membagi motivasi kedalam beberapa kelompok sebagai berikut:

1) Motif primer atau motif dasar. Motif primer merupakan motif yang tidak dipelajari yang untuk ini sering juga digunakan istilah dorongan (drive). Motif ini dibedakan dalam :

• Dorongan fisiologis yaitu bersumber pada kebutuhan organis antara lain rasa lapar, haus, istirahat, an lainnya. Kebutuhan ini lebih bersifat untuk melangsungkan hidup seseorang.

• Dorongan psikologis atau dorongan kejiwaan dalam diri seseorang seperti rasa takut, kasih sayang, dan lainnya.

Motif-motif dalam kategori primer pada umumnya terjadi secara natural dan instinctif.

2) Motif sekunder, merupakan motif yang berkembang akibat adanya pengalaman, atau dipelajari. Termasuk dalam motif sekunder ini adalah motif berprestasi, motif-motif social sepeti ingin diterima, status, afiliasi, dan sebagainya.

Daru uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, motivasi adalah dua faktor penting ialah timbulnya gairah (pengaktifan, pemicu), pengarah (pilihan) perilaku. Timbulnya gairah telah memuaskan perhatian pada pertanyaan: apa yang dapat membuat orang menjadi aktif, keadaan apa yang membuat orang menjadi bergairah sehingga mereka ingin berlaku sebaik mungkin. Dan jika seseorang sudah digairahkan, apa yang membuat ia akan menuju ke arah tertentu.


(30)

Jadi uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, motivasi dianggap sebagai fenomena individual. Setiap individu unik dan semua teori motivasi utama diijinkan dengan satu dan lain jalan, memperkenankank keunikan ini supaya terlihat (yaitu setiap orang mempunyai kebutuhan, harapan, nilai, sikap, riwayat, perkuatan, dan sasaran yang berbeda.

3). Motivasi Siswa Melanjutkan Sekolah

Motivasi adalah dorongan dari dalam individu untuk melakukan sesuatu. Minat biasanya ditunjukkan melalui kuatnya kemauan untuk berbuat, ketekunan dalam mengerjakan, keuletan menghadapi kesulitan, dan lain-lain.

Pendidikan berikutnya adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tingkat atas yaitu SMA/SMK/MA, satuan pendidikan yang menyelenggarakan SMA/SMK/MA disebut pendidikan berikutnya.

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan Motivasi Siswa Melanjutkan sekolah ke tingkat selanjutnya adalah semangat dan kecenderungan yang mengandung unsur perasaan senang, keinginan, perhatian, ketertarikan, kebutuhan, harapan, dorongan dan kemauan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat selanjutnya setelah lulus dari SMP Negeri 3 Kradenan Kabupaten Grobogan , yaitu ketingkat SMA/SMK/MA.

2. Prestasi Akademik

Djamarah (2002) mendefinisikan prestasi akademik adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil akhir dari aktivitas belajar. Sedangkan definisi prestasi akademik menurut Azwar (2002) adalah bukti peningkatan atau pencapaian yang diperoleh


(31)

seorang siswa sebagai pernyataan ada tidaknya kemajuan atau keberhasilan dalam program pendidikan.

Selanjutnya menurut Suryabrata (2004) prestasi akademik adalah hasil belajar terakhir yang dicapai oleh siswa dalam jangka waktu tertentu, yang mana di sekolah prestasi akademik mahasiswa biasanya dinyatakan dalam bentuk angka atau simbol tertentu. Kemudian dengan angka atau simbol tersebut, orang lain atau mahasiswa sendiri akan dapat mengetahui sejauh mana prestasi akademik yang telah dicapai. Dengan demikian, prestasi akademik di sekolah merupakan bentuk lain dari besarnya penguasaan bahan pelajaran yang telah dicapai mahasiswa, dan rapor bisa dijadikan hasil belajar terakhir dari penguasaan pelajaran tersebut.

Berdasarkan uraian dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi akademik adalah hasil atau pencapaian yang diperoleh mahasiswa dari aktivitas belajar, yang dinyatakan dalam bentuk angka atau simbol tertentu.

Menurut Azwar (1996) prestasi atau keberhasilan belajar dapat dioperasionalkan dalam bentuk-bentuk atau indikator-indikator berupa:

a. Nilai raport

Dengan nilai rapor, kita dapat mengetahui prestasi belajar mahasiswa. Mahasiswa yang nilai rapornya baik dikatakan prestasinya tinggi, sedangkan yang nilainya jelek dikatakan prestasi belajarnya rendah.

b. Indeks prestasi akademik

Indeks prestasi akademik adalah hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka atau simbol. Indeks prestasi dapat digunakan sebagai tolak ukur


(32)

prestasi belajar seseorang setelah menjalani proses belajar. c. Angka kelulusan

Angka kelulusan merupakan suatu hasil yang diperoleh selama melaksanakan suatu pendidikan dalam institusi tertentu, dan hasil ini juga menjadi indikator penting prestasi belajar.

d. Predikat kelulusan

Predikat kelulusan merupakan status yang disandang oleh seseorang dalam menyelesaikan suatu pendidikan yang ditentukan oleh besarnya indeks prestasi yang dimiliki

e. Waktu tempuh pendidikan

Waktu tempuh pendidikan seseorang dalam menyelesaikan studinya menjadi salah satu ukuran prestasi, yang menyelesaikan studinya lebih awal menandakan prestasinya baik, sebaliknya waktu tempuh pendidikan yang melebihi waktu normal menandakan prestasi yang kurang baik.

2. Aksesibilitas

Kemauan siswa melanjutkan sekolah di daerah-daerah berbeda dengan siswa di wilayah perkotaan. Di wilayah perkotaan faktor aksesbilitas menuju sekolah tujuan sangat mudah. Namun hal itu berbeda dengan daerah selain kota dan pedalaman. Aspek mobilitas siswa menuju lokasi sekolah di daerah selain kota sangat dipengaruhi oleh kondisi geografisnya yang dikenal dengan aksesbilitas wilayah. Aksesibilitas wilayah merupakan kemudahan untuk mengakses sarana dan prasarana baik fisik maupun sosial dan antara wilayah satucommit to user


(33)

dengan wilayah yang lainnya. Menurut Magribi (1999) bahwa aksesibilitas adalah ukuran kemudahan yang meliputi waktu, biaya, dan usaha dalam melakukan perpindahan antara tempat-tempat atau kawasan dari sebuah sistem.

Salah satu variabel yang dapat dinyatakan apakah tingkat aksesibilitas itu tinggi atau rendah dapat dilihat dari banyaknya sistem jaringan yang tersedia pada daerah tersebut. Semakin banyak sistem jaringan yang tersedia pada daerah tersebut maka semakin mudah aksesibilitas yang didapat begitu pula sebaliknya semakin rendah tingkat aksesibilitas yang didapat maka semakin sulit daerah itu dijangkau dari daerah lainnya (Bintarto, 1989). Tingkat aksesibilitas wilayah juga bisa di ukur berdasarkan pada beberapa variabel yaitu ketersediaan jaringan jalan, jumlah alat transportasi, panjang, lebar jalan, dan kualitas jalan.

Adanya aksesibilitas ini diharapkan dapat mengatasi beberapa hambatan mobilitas, baik berhubungan dengan mobilitas fisik, misalnya mengakses jalan raya, pertokoan, gedung perkantoran, sekolah, pusat kebudayaan, lokasi industri dan rekreasi baik aktivitas non fisik seperti kesempatan untuk bekerja, memperoleh pendidikan, mengakses informasi, mendapat perlindungan dan jaminan hukum (Kartono, 2001).

Faktor yang mempengaruhi mobilitas (pola perpindahan) manusia dari satu tempat ke tempat lain adalah faktor yang berhubungan dengan: 1) Jarak mutlak dan jarak relatif antara satu wilayah dan wilayah lainnya, 2) Biaya angkutan atau biaya transportasi yang memindahkan manusia dari satu tempat ke tempat lain, 3) Kemudahan dan kelancaran prasarana transportasi antar wilayah,commit to user


(34)

seperti kondisi jalan, relief wilayah yang dilewati, dan jumlah kendaraan sebagai sarana transportasi (Soewandi, dkk., 2007: 114-115).

Sehingga berdasarkan uraian materi yang telah disampaikan diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor geografis dari segi aksesbiltas yang akan mempengaruhi motivasi siswa melanjutkan sekolah adalah jarak, transportasi, dan kondisi jalan.

3. Pengambilan Keputusan Melanjutkan Sekolah

Keputusan yang diambil seseorang terhadap xseseorang secara umum dapat dijelaskan melalui beberapa teori, yaitu: Theory of Planned Behavior (teori tindakan terencana), Theory of Symbolic Interaction (teori interaksionalisme simbolik), dan teori pengambilan keputusan.

a. Theory of Planned Behavior

Teori perilaku yang direncanakan adalah sebuah teori tentang hubungan antara sikap dan perilaku. Teori ini juga dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara tindakan dan alasan. Teori perilaku terencana berfokus pada niat perilaku, indikasi kesiapan individu untuk melakukan perilaku tertentu (Ajzen, 2001). Niat Perilaku ditentukan oleh tiga jenis konstruksi yaitu sikap perilaku, norma subyektif dan persepsi pengendalian perilaku. Sikap perilaku atau sikap terhadap perilaku positif atau negatif tentang evaluasi individu tentang perilaku tertentu yang akan atau telah dilakukan (Ajzen 2001). Norma subyektif adalah tentang norma dan sanksi ada dalam masyarakat (Loomis dan Beegle, 1975). Kontrol perilaku yang dirasakan adalah tentangcommit to user self-efficacy dan persepsi tentang


(35)

kemampuan dan sumber daya yang dimiliki oleh pelaku (Muhmin, 2006). Niat Perilaku mendorong perilaku. Paradigma teori perilaku yang direncanakan dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Teori Perilaku rencanaan(Theory of Planned Behavior)

Faktor-faktor pengendali perilaku tersebut terdiri atas faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor internal antara lain ketrampilan, kemampuan, informasi, emosi, stres, dsb. Faktor-faktor eksternal meliputi situasi dan faktor-faktor lingkungan. Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, Ajzen memodifikasi TRA dengan menambahkan anteseden intensi yang ke tiga yang disebut perceived

behavioral control (PBC). Dengan tambahan anteseden ke tiga tersebut, ia

menamai ulang teorinya menjadi Theory of Planned Behavior (TPB). PBC menunjuk suatu derajat dimana seorang individu merasa bahwa tampil atau tidaknya suatu perilaku yang dimaksud adalah di bawah pengendaliannya.

Orang cenderung tidak akan membentuk suatu intensi yang kuat untuk menampilkan suatu perilaku tertentu jika ia percaya bahwa ia tidak memiliki

Sikap terhadap Perilaku(Attitude towards Behavior)

Norma Subjektif

(Subjective Norm)

Kontrol Perilaku Persepsian(Perceived

Behavior Control)

Niat Perilaku

(Behavioral Intention)

Perilaku(Behavior)


(36)

sumber atau kesempatan untuk melakukannya meskipun ia memiliki sikap yang positif dan ia percaya bahwa orang-orang lain yang penting baginya akan menyetujuinya. PBC dapat mempengaruhi perilaku secara langsung atau tidak langsung melalui intensi. Jalur langsung dari PBC ke perilaku diharapkan muncul ketika terdapat keselarasan antara persepsi mengenai kendali dan kendali yang aktual dari seseorang atas suatu perilaku. Sehingga pada akhirnya terbentuklah sebuah keputusan dimana keputusan adalah komitmen khusus untuk melakukan tindakan (Mackrell et al, 2009). Hal ini dapat dianggap sebagai titik awal dari suatu tindakan atau perilaku.

Dapat disimpulkan, Theory Planned Behavior (TPB) menunjukkan bahwa tindakan manusia diarahkan oleh tiga macam kepercayaan-kepercayaan, yaitu: kepercayaan-kepercayaan perilaku (behavioral beliefs), kepercayaan-kepercayaan tentang ekspektasi-ekspektasi normatif, dan kepercayaan-kepercayaan kontrol (control beliefs).

b. Theory of Symbolic Interaction

Theory of Symbolic Interaction juga disebut interaksionisme simbolik,

adalah kerangka utama teori sosiologi. Perspektif ini berdasar pada makna simbolik bahwa orang berkembang dan mengandalkan di proses interaksi sosial. Meskipun interaksionisme simbolik menelusuri asal-usulnya ke pernyataan Max Weber bahwa individu bertindak sesuai dengan penafsiran mereka tentang makna dari dunia mereka, filsuf Amerika George Herbert Mead memperkenalkan perspektif ini sosiologi Amerika pada tahun 1920.commit to user


(37)

Teori interaksi simbolik menganalisis masyarakat dengan mengarahkan makna subjektif bahwa orang menanamkan pada benda, peristiwa, dan perilaku. Makna subjektif diberi keutamaan karena percaya bahwa orang berperilaku berdasarkan apa yang mereka percaya dan tidak hanya pada apa yang benar obyektif. Dengan demikian, masyarakat diperkirakan akan dibangun secara sosial melalui interpretasi manusia. Orang menafsirkan satu perilaku orang lain dan itu adalah interpretasi yang membentuk ikatan sosial. Interpretasi ini disebut "definisi situasi." Misalnya, mengapa orang-orang muda merokok bahkan ketika semua bukti medis obyektif menunjukkan bahaya melakukannya? Jawabannya adalah ada pada definisi situasi yang dibuat orang-orang. Studi menemukan bahwa remaja mendapat informasi dengan baik tentang risiko tembakau, tetapi mereka juga berpikir bahwa merokok adalah keren, bahwa mereka sendiri akan aman dari bahaya, dan memproyeksikan bahwa merokok merupakan citra positif kepada rekan-rekan mereka. Jadi, makna simbolis merokok mengesampingkan bahwa fakta-fakta yang sebenarnya tentang merokok dan risikonya.

Kritik terhadap teori ini mengklaim bahwa interaksionisme simbolis mengabaikan tingkat makro penafsiran sosial "gambaran besar." Dengan kata lain, interactionists simbolis mungkin kehilangan isu-isu yang lebih besar dari masyarakat dengan berfokus terlalu dekat pada "pohon" daripada "hutan" . Perspektif ini juga menerima kritik untuk yang menghina pengaruh kekuatan-kekuatan sosial dan lembaga interaksi individu.


(38)

c. Teori Pengambilan Keputusan

Menurut Terry dalam Wahyuningsih (2009), pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku tertentu dari dua atau lebih alternative yang ada. Sedangkan menurut Robbins (2001), pengambilan keputusan adalah rasional, artinya membuat pilihan dengan memaksimalkan nilai-nilai yang konsisten pada batas tertentu. Ciri umum dari pengambilan keputusan yaitu keputusan merupakan hasil berfikir dan hasil usaha intelektual , keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai alternatif dan keputusan selalu melibatkan tindakan nyata.

Teori pengambilan keputusan yang paling dikenal dan banyak diterima oleh kalangan luas adalah teori rasional komprehensif. Unsur-unsur utama dari teori ini adalah: pembuat keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang dapat dibedakan dari masalah lain atau setidaknya nilai sebagai masalah-masalah yang dapat diperbandingkan satu sama lain. Tujuan, nilai, atau sasaran yang mempedomani pembuat keputusan amat jelas dan dapat ditetapkan rangkingnya sesuai dengan urutan kepentingannya. Berbagai alternatif untuk memecahkan masalah diteliti secara seksama. Akibat-akibat (biaya dan manfaat) yang ditimbulkan oleh setiap alternatif yang dipilih diteliti. Setiap alternatif dan akibat yang menyertainya, dapat diperbandingkan dengan alternatif lainnya. Pembuat keputusan akan memilih alternatif dan akibat yang dapat memaksimalkan tercapainya tujuan, nilai atau sasaran yang telah digariskan.

Menurut Hakim (2002) ada 6 faktor yang memengaruhi pengambilan keputusan yaitu: fisik, emosional, rasional, praktikal, interpersonal, dan struktural.commit to user


(39)

1) Fisik, yaitu didasarkan pada rasa yang dialami tubuh, seperti rasa sakit, tidak nyaman, atau nikmat. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, atau sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.

2) Emosional, yaitu didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subjektif.

3) Rasional, yaitu didasarkan pada pengetahuan sehingga orang–orang mendapat informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya. 4) Praktikal, yaitu didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan

melaksanakannya. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuan dalam bertindak.

5) Interpersonal, yaitu didasarkan pada pengaruh jaringan-jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang ke or ang lainnya dapat memengaruhi tindakan individual.

6) Struktural, yaitu didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Melanjutkan Sekolah

Melanjutkan sekolah ke tingkat selanjutnya merupakan melanjutkan studi dari SMP ke SMA/SMK/MA. Aktivitas yang dilakukan di pendidikan berikutnya adalah belajar untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan. Dalam hal ini berarti sama-sama aktivitasnya adalah belajar maka faktor-faktor yang


(40)

mempengaruhi minat melanjutkan studi ke pendidikan berikutnya dalam penelitian ini disamakan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.

Syah (2011: 132, 139) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sebagai berikut:

1) Faktor Internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor ini meliputi aspek, yakni:

a) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) seperti: mata dan telinga.

b) Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah) seperti: intelegensi, sikap, bakat, dan motivasi.

2) Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa. Faktor ini meliputi:

a) Lingkungan sosial, seperti: keluarga, guru dan staf, masyarakat, dan teman.

b) Lingkungan non sosial, seperti: rumah, sekolah, peralatan, dan alam. 3) Faktor Pendekatan Belajar (approach to learning) yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Faktor ini meliputi:

a) Pendekatan tinggi, seperti:speculative, achieving

b) Pendekatan sedang, seperti:analytical, deep

c) Pendekatan rendah, seperti:reproductive, surface

Slameto (2010: 54) menggolongkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.


(41)

1) Faktor Intern adalah faktor yang di dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor ini meliputi tiga aspek, yaitu:

a) Faktor jasmaniah, seperti: faktor kesehatan, cacat tubuh.

b) Faktor psikologis, seperti: intelegensi, perhatian, bakat, motif, kematangan, kesiapan.

c) Faktor kelelahan. 2) Faktor Eksternal

a) Faktor keluarga, meliputi: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan.

b) Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah.

c) Faktor masyarakat, meliputi: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

Sukamadinata (2003: 162-165), berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar bersumber pada dirinya atau di luar dirinya atau lingkungannya.

1) Faktor-faktor dari dalam diri individu yang menyangkut aspek jasmaniah maupun rohaniah. Jasmani mencakup kondisi dan kesehatan jasmani dari individu. Aspek psikis atau rohaniah menyangkut kondisi kesehatan psikis, kemampuan-kemampuan intelektual, sosial, psikomotor serta kondisi afektif dan


(42)

konatif dari individu. Sedangkan kondisi intelektual menyangkut tingkat kecerdasan, bakat-bakat, penguasaan siswa akan pengetahuan atau pelajaran-pelajarannya yang lalu. Kondisi sosial menyangkut hubungan siswa dengan orang lain, baik gurunya, temannya, orang tuanya maupun orang-orang yang lainnya. Hal lain yang ada pada diri individu adalah ketenangan dan ketentraman psikis, motivasi belajar, keterampilan-keterampilan yang dimilikinya, seperti keterampilan membaca, berdiskusi, memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas, dan lain-lain. Keterampilan-keterampilan tersebut merupakan hasil belajar sebelumnya.

2) Faktor-faktor lingkungan, yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa, baik faktor fisik maupun sosial-psikologis yang berada pada lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Di dalam lingkungan keluarga adalah keadaan rumah dan ruangan tempat belajar, sarana dan prasarana belajar yang ada, suasanan dalam rumah tenang atau gaduh, suasana lingkungan di sekitar rumah, keutuhan keluarga, iklim psikologis, iklim belajar dan hubungan antar anggota keluarga. Lingkungan sekolah meliputi, lingkungan kampus, sarana dan prasarana belajar yang ada, sumber-sumber belajar, media belajar, hubungan siswa dengan teman-temannya, dengan guru dan staf sekolah yang lain, suasana dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, berbagai kegiatan kokurikuler. Lingkungan masyarakat, meliputi latar belakang pendidikan, terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan sumber-sumber belajar di dalamnya.

Selain faktor-faktor motivasi yang telah disebutkan diatas, seorang siswa memiliki motivasi melanjutkan sekolah ke tingkat selanjutnya karena sekolah


(43)

berdasarkan fungsi dan perannya dianggap akan memberikan manfaat kepada siswa berupa pengembangan dan penjagaan potensi siswa. Fungsi dan peran sekolah dalam mengembangkan dan menjaga potensi anak antara lain sebagai berikut: a) sekolah memperkuat kedisiplinan, b) sekolah memberi ketrampilan dasar, c) sekolah membuka kesempatan memperbaiki nasip, d) sekolah menyediakan tenaga pembangunan, e) sekolah membantu memecahkan masalah sosial, f) sekolah mentranmisi kebudayaan, g) sekolah membentuk manusia yang sosial, h) sekolah membantu pendalaman keyakinan agama pada anak.

B. Kerangka Pikir

Model atau desain penelitian hubungan kondisi internal individual dan aksesibilitas dengan keputusan siswa melanjutkan sekolah ini dapat digambarkan ke dalam bagan kerangka pikir seperti tampak dalam gambar dibawah ini.

Kondisi Internal Individual 1. Prestasi Akademik 2. Motivasi Internal

Aksesibilitas 1. Transportasi 2. Kodisi Jalan 3. Jarak

Keputusan Siswa Melanjutkan Sekolah

Gambar 2. Kerangka Pikir commit to user


(44)

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah diajukan pada bagian pendahuluan maka penelitian ini mengajukan tiga hipotesis statistik sebagai berikut:

1. Kondisi internal individual memiliki hubungan signifikan dengan keputusan siswa melanjutkan sekolah,

2. Aksesibilitas memiliki hubungan signifikan dengan keputusan siswa melanjutkan sekolah,


(45)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memastikan peran kondisi internal individual dan aksesibilitas sebagai kekuatan pendorong yang mempengaruhi keputusan siswa untuk melanjutkan sekolah. Beberapa teori yang relevan, ulasan dan kerangka telah menunjukkan hubungan kondisi internal individual dan aksesibilitas yang sangat terkait dengan motivasi siswa melanjutkan sekolah. Namun, menurut Bahamondes (2003) pengaruh kondisi internal individual dan aksesibilitas terhadap keputusan melanjutkan sekolah akan bervariasi dari daerah ke daerah lain. Karena penelitian ini dianggap sebagai penelitian untuk daerah yang spesifik, penelitian ini secara khusus akan membuktikan dan memverifikasi masing-masing prediktor dalam mempengaruhi keputusan melanjutkan sekolah. Jadi, penelitian ini adalah studi tentang hubungan antara variabel independen yang diusulkan dan variabel dependen.

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif. Dua alasan menggunakan paradigma pendekatan kuantitatif ini adalah; (1) Mempertimbangkan bahwa penelitian ini adalah untuk memverifikasi teori yang tersedia, ulasan dan kerangka kerja. (2) Mempertimbangkan bahwa penelitian ini berkaitan dengan variabel penelitian yang saling berhubungan dan, bertujuan untuk memastikan interkoneksinya. Menurut Sugiyono (2006), penelitian kuantitatif adalah tepat ketika penelitian tertentu bertujuan untuk menguji teori

30


(46)

dan variabel. Oleh karena alasan tersebut, paradigma penelitian kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini.

Karena penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, unsur tripartit yaitu unit analisis, variabel dan nilai mudah dikenali (Galtung, 1969). Unit analisis adalah tentang subjek penelitian. Unit analisis bisa berada dalam kisaran dari individu ke masyarakat atau dari strata sosial yang kecil untuk bahkan negara (Slamet, 2006). Unit analisis adalah unit yang penting di mana penelitian tertentu dilakukan. Variabel adalah sifat dari unit tertentu dari analisis. Variabel adalah setiap karakteristik atau atribut yang berbeda untuk unit yang berbeda dari analisis. Hal ini dapat bersifat kuantitatif atau kualitatif. Kedua, variabel kualitatif dan kuantitatif memiliki nilai. Variabel kuantitatif memberikan hasil dengan nilai tertentu yang dapat dianggap sebagai ordinal, interval atau rasio (Slamet, 2006).

Unit analisis dalam penelitian ini adalah siswa SMP di Kabupaten Grobogan. Penelitian ini bekerja dengan tiga konstruksi; kondisi internal individual, aksesibilitas, dan keputusan siswa untuk melanjutkan sekolah. Dalam tiga konstruksi banyak variabel dapat dikenali. Kondisi internal individual ini dibedakan menjadi dua jenis yaitu prestasi akademik dan motivasi internal. Prestasi akademik dan motivasi internal dalam kondisi internal individual dianggap sebagai variabel independen. Konstruk independen lain adalah Aksesibilitas. Aksesibilitas ini dibedakan menjadi tiga variabel: transportasi, kondisi jalan, dan jarak.

Kelima variabel independen diatas diharapkan memiliki hubungan dengan keputusan siswa melanjutkan sekolah. Oleh karena itu, variabel dependen


(47)

kemudian adalah keputusan siswa melanjutkan sekolah. Variabel-variabel penelitian diatas disusun menjadi model flowchart; kerangka konseptual. Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini karena untuk membantu peneliti untuk mengatur informasi yang diperoleh.

Karena penelitian ini berkaitan dengan keterkaitan (hubungan), penelitian ini termasuk penelitian asosiatif. Dengan demikian, harus ada asumsi bahwa variabel dependen dikaitkan dengan variabel-variabel independen (Sugiyono, 2006). Memang, penelitian ini adalah untuk memastikan keterkaitan atau hubungan antara kondisi internal individual dan aksesibilitas sebagai variabel independen dan keputusan melanjutkan sekolah sebagai variabel dependen. Oleh karena itu, analisis regresi sebagai analisis statistik inferensial digunakan untuk menggambarkan dan mengevaluasi hubungan antara suatu variabel (biasanya disebut variabel dependen) dan satu atau lebih variabel lain (biasanya dikenal sebagai variabel independen) (Kutner, 2004). Analisis regresi adalah alat utama dari analisis yang digunakan dalam penelitian ini. Namun, karena ada lima prediktor yang diusulkan (prestasi akademik, motivasi internal, transportasi, kondisi jalan, dan jarak) dan hanya satu variabel dependen (keputusan siswa melanjutkan sekolah), analisis regresi yang digunakan dalam Penelitian ini kemudian harus menjadi analisis regresi ganda.

Data dalam penelitian ini dianggap sebagai data primer karena diperoleh langsung melalui kuesioner. Nilai dari data yang diperoleh dianggap sebagai ordinal. Selain kuesioner, wawancara semi-terstruktur langsung juga dilakukan pada siswa dan orang tua. Hal ini dalam rangka untuk mengumpulkan informasi


(48)

yang lebih luas untuk melengkapi kuesioner. Hasil wawancara semi-terstruktur akan melengkapi temuan-temuan statistik.

Sebagai penelitian kuantitatif, model penelitian dapat dibuat berdasarkan kerangka konseptual. Model dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3. Desain penelitian

Dari Gambar atas, jelas bahwa penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara variabel X dan variabel Y. Variabel X adalah prediktor yang menentukan nilai Y. Dan cukup beralasan digunakan analisis regresi linier berganda. Model analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2 X2 Dimana:

Y: Variavel dependen X: Variabel independen

Kondisi Internal Individual Aksesibilitas Motivasi Internal Prestasi Akademik Transportasi Rintangan Keputusan Siswa Melanjutkan Sekolah X1 X2 Y Jarak

Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y)


(49)

A: konstanta, jika nilai X adalah 0, sebagai intersep dalam ordinat Y. β: Kemiringan kurva, menunjukkan derajat efek X terhadap Y

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah di SMP Negeri 3 Kradenan Grobogan. Alasan dipilihnya SMP Negeri 3 Kradenan Grobogan sebagai tempat penelitian adalah karena siswa lulusan SMP Negeri 3 Kradenan Grobogan yang melanjutkan ke sekolah tingkat selanjutnya sanagat sedikit (hanya sekitar 25% dari total lulusan). Sedangkan waktu data penelitian ini diambil adalah tahun pelajaran 2012/2013. Jadwal penelitian ini secara khusus adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Jadwal Penelitian

No Kegiatan Penelitian

BULAN

Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nov Des

2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 1 Pengajuan Judul 2 Penyusunan Proposal 3 Seminar Proposal Tesis 4 Penyusunan Instrument 5 Pelaksanaan Uji Coba 6 Pengumpulan Data 7 Analisis Data 8 Penyusunan Laporan 9 Ujian Tesis

10 Revisi Ujian Tesis


(50)

C. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Grobogan. Secara khusus SMP Negeri 3 Kradenan. Maka Populasi penelitian adalah semua siswa lulusan SMP Negeri 3 Kradenan tahun 2012/2013. Mengingat siswa yang dinamis dalam jangka penyusunnya yang dapat berubah dari waktu ke waktu dan melakukan survei pada populasi dianggap sebagai membuang-buang waktu dan uang, maka teknik pengambilan sampel yang digunakan memiliki representasi dari seluruh populasi siswa. Pada dasarnya pengambilan sampel adalah proses pemilihan unit dari suatu populasi sehingga sampel akan mewakili populasi akan tetapi hasilnya dapat digeneralisir kembali ke populasi dari mana mereka dipilih (Bungin, 2006). Seperti telah dihitung, berdasarkan survei awal total populasi siswa adalah 557 siswa. Ukuran sampel kemudian dihitung sesuai dengan pendapat Bungin (2006) melalui rumus berikut ini.

=

( ) + 1 Keterangan:

n = Jumlah sampel N= Jumlah populasi

d= 0.08

Kemudian jumlah sampel dihitung dan diperoleh jumlah sampel sebanyak 122 Siswa.

Karena ini adalah penelitian kuantitatif, dalam rangka memenuhi dengan tujuan penelitian, teknik probability sampling yang digunakan Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana setiap unit populasi memilikicommit to user


(51)

kesempatan yang sama untuk diambil (Sugiyono, 2006). Penelitian ini melihat bahwa populasi penelitian adalah heterogen. Para siswa memiliki banyak kategori yang berbeda, dengan demikian mereka dapat diklasifikasikan ke dalam kelompok yang terpisah. Setiap kelompok kemudian dapat digunakan sebagai sub-populasi independen, di mana unsur-unsur individu dapat dipilih secara acak.

Menimbang bahwa populasi penelitian dapat bervariasi dalam hal sifat khusus antar wilayah, teknik stratified random sampling kemudian digunakan. Menurut Slamet (2006) manfaat utama menggunakan stratified sampling adalah bahwa dengan membagi populasi penelitian ke dalam kategori yang berbeda, strata independen akan memungkinkan peneliti untuk mengetahui sub kelompok tertentu yang mungkin hilang dalam teknik simple random sampling.

D. Instrumen Penelitian

Penelitian kuantitatif menggunakan penyelidikan empiris yang sistematis dari atribut kuantitatif dari fenomena dan hubungannya (Green dan Salkind, 2008). Dalam jenis penelitian ini proses pengukuran menjadi sangat penting karena memfasilitasi hubungan mendasar antara ekspresi matematis dan pengamatan empiris. Oleh karena itu, sebagai penelitian kuantitatif, penelitian ini menggunakan beberapa pengukuran numerik dan statistik.

Karena penelitian ini berusaha untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan siswa melanjutkan sekolah, maka kuesioner dapat digunakan sebagai alat utama untuk mengamati persepsi, pendapat, sikap dan perasaan, kondisi, tindakan siswa terhadap kasus tertentu. Jenis instrumen


(52)

(kuesioner) akan sangat membantu bagi peneliti untuk memperoleh dan mengukur fenomena yang diamati. Sehingga kuantifikasi harus dilakukan untuk mendapatkan data kuantitatif yang akan dimasukkan ke dalam analisis statistik.

Kuesioner dianggap sebagai alat ukur yang tepat dalam mengakomodasi atas kuantifikasi. Kuesioner merupakan instrumen penelitian terdiri dari serangkaian pertanyaan untuk tujuan mengumpulkan informasi dari responden. Sesuai dengan Mueller (1986), kuesioner Skala Likert digunakan dalam penelitian ini karena kemampuannya untuk mengamati semua tentang persepsi, pendapat, sikap dan perasaan yang sesuai dengan tujuan penelitian ini. Skala Likert adalah Skala yang paling banyak digunakan dalam penelitian survei. Dalam Skala Likert, item Likert dapat menyederhanakan pertanyaan tertentu dan pernyataan yang responden diminta untuk mengevaluasi sesuai dengan jenis tertentu dari tujuan. Penelitian ini dianggap menggunakan Skala Likert karena dianggap sesuai dengan banyak aspek dari penelitian ini.

Meninjau semua variabel penelitian adalah hal pertama yang harus dilakukan sebelum mengembangkan kuesioner. Variabel penelitian harus didefinisikan dan diterjemahkan ke dalam konstituen dan indikator sebelum membuat kuesioner (Hadi, 1986). Indikator adalah rata-rata yang memungkinkan informasi yang diperoleh dari sistem tertentu. Indikator merupakan alternatif ketika pengukuran langsung mustahil untuk dilakukan. Untuk memilih indikator yang harus diputuskan apa saja indikator yang baik. Indikator yang baik adalah salah satu hal yang bisa membuat kesesuaian antara akurasi dan kesamaan (MacGillivray dan Zadek, 1995).


(53)

Kuesioner harus diverifikasi melalui uji validitas dan reliabilitas untuk menjadi valid dan reliabel sebelum dapat digunakan sebagai instrumen. Valid artinya instrumen mampu mengukur apa yang seharusnya diukur; sedangkan reliabel mengacu pada tingkat konsistensi internal atau stabilitas tes dari waktu ke waktu, nilai tertentu kuesioner dimana kuesioner memberikan hasil yang konsisten ketika itu diterapkan. Beberapa analisis statistik dapat digunakan untuk memeriksa validitas dan reliabilitas instrumen (Sugiyono, 2006).

Menurut Mueller (1986), Instrumen dianggap sah jika memiliki validitas internal dan eksternal. Validitas internal adalah tentang kebaikan sampel item tes untuk mewakili isi tes yang dirancang untuk mengukur. Jenis validitas diperoleh melalui definisi sistematis istilah yang tepat dari variabel penelitian (validitas konstruk) sesuai dengan literatur yang relevan. Validitas eksternal adalah tentang validasi empiris. Jenis validasi didasarkan pada fakta empiris yang terbukti tentang variabel tertentu; karenanya, fakta-fakta empiris tentang variabel menjadi standar untuk memvalidasi instrumen penelitian (Hadi, 1986). Meskipun dengan melakukan jenis validasi sebelumnya, validitas eksternal dicapai dengan meningkatkan ukuran sampel (Sugiyono, 2006).

Instrumen penelitian ini dibuat dan diuji sesuai dengan Hadi (1986), Mueller (1986) dan Sugiyono (2006). Validitas (internal dan eksternal) dan reliabilitas instrumen penelitian juga diperiksa. Variabel penelitian ini telah didefinisikan sesuai dengan teori-teori terkait dan ulasan dan indikator masing-masing variabel penelitian telah ditentukan menjadi istilah yang lebih spesifik. Kedua hal ini dilakukan dalam rangka untuk mencapai validitas internal. Ukuran


(54)

sampel juga telah ditingkatkan untuk mencapai validitas eksternal. Sebuah proyek percontohan juga dilakukan untuk mendapatkan data awal yang berguna untuk memeriksa validitas statistik dan reliabilitas instrumen penelitian ini.

Korelasi product moment Pearson (Sugiyono, 2006) adalah rumus statistik untuk memeriksa validitas data. Rumus korelasi product moment Pearson disajikan sebagai berikut:

Dimana:

r= Korelasi koefisien n = Jumlah item yang dites x = Nilai variabel X yang diamati y = Nilai variabel Y yang diamati

Penelitian ini dilakukan pada sejumlah sampel. Koefisien korelasi 'r' merupakan nilai tingkat validitas. Item Likert dianggap sah bila rhitung nilai lebih

besar dari rtabel. Pada tingkat signifikan 0,05, tabel r adalah 0.361. Oleh karena itu,

item Likert dianggap valid jika r diamati lebih besar dari 0.361.

Untuk memeriksa reliabilitas digunakan metode konsistensi internal; uji coba dilakukan sekali. Dalam penelitian ini uji reliabilitas dihitung dengan menggunakan α Cronbach karena formula ini telah umum digunakan sebagai pengukuran untuk uji reliabilitas (Cortina, 1993). Rumus α Cronbach dapat disajikan sebagai berikut:


(55)

Dimana:

K= jumlah komponen (K-item)

= varians dari total nilai tes yang diamati untuk sampel

= varians dari komponen i untuk sampel orang.

Nilaiαkemudian dikategorikan berdasarkan Arikunto (2006) sebagai berikut:

Tabel 2. nilaiαdan derajat reliabilitas Nilaiα Reliabilitas

0.00-0.20 0.21-0.40 0.41-0.60 0.61-0.80 > 0.80

Sangat rendah Rendah

Sedang (dapat digunakan) Tinggi

Sangat tinggi

Telah disebutkan dalam desain penelitian sebelumnya, penelitian ini dilakukan dengan data kuantitatif. Data kuantitatif ini diperoleh melalui survei yang dilakukan pada sampel. Survei ini dilakukan di SMP Negeri 3 Kradenan Grobogan. Sampel diambil pada kelas IX yang mewakili populasi.


(56)

E. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan terhadap kondisi internal, aksesibiltas dan keputusan melanjutkan sekolah. Kondisi internal individual diukur dengan 2 parameter, yaitu motivasi melanjutkan dan prestasi akademik siswa. Berikut ini penjelasan kedua parameter tersebut.

1. Analisis Motivasi Melanjutkan

Motivasi siswa pada penelitian ini diukur berdasarkan kuesioner motivasi siswa melanjutkan sekolah dengan skala likert (1 sampai dengan 5). Kemudian dari kuesiner tersebut diperoleh skor total motivasi per siswa yang dikelompokkan menjadi 5 kategori dengan ketentuan sebagai berikut.

Tabel 3. Kriteria Skor Motivasi Siswa Melanjutkan Sekolah

No. Skor Kriteria

1 35-62 Sangat rendah

2 63-90 Rendah

3 91-118 Sedang

4 119-146 Tinggi

5 147-175 Sangat tinggi Tabel tersebut diperoleh dengan langkah:

a. Mencari nilai tertinggi dan nilai terendah dari total skor motivasi siswa. b. Menentukan nilai rentang (range) dengan cara mencari selisih nilai tertinggi

dengan nilai terendah.

c. Menentukan banyaknya kategori sebanyak 5 sesuai dengan pilihan jawaban. d. Mencari interval untuk masing-masing skorcommit to user


(57)

e. Diperoleh klasifikasi skor nilai terendah ditambah dengan interval dan seterusnya sampai pada 5 kelas interval.

2. Analisis Prestasi Akademik

Prestasi akademik diambil dari data hasil ujian sekolah dan ujian nasional siswa. Dari kedua nilai tersebut diambil nilai rata-ratanya.

3. Analisis Interaksi Wilayah

Data penelitian ini juga dianalisis dengan uji interaksi wilayah, yaitu untuk menguji interaksi antara asal siswa dan sekolah tujuan siswa. Formula uji yang digunakan adalah sebagai berikut.

=

Keterangan:

I12= Interaksi antar wilayah 1 dan 2

P1= Jumlah siswa wilayah 1

P2= Jumlah siswa wilayah 2

J12= Jarak antara rumah dan sekolah

a = suatu konstanta empirik (a=1) b = Suatu eksponen jarak (b = 2) (Bintarto & Hadisumarno, 1991: 80)

4. Statistik deskriptif

Nilai data yang diperoleh dalam penelitian ini dianggap sebagai ordinal. Namun, skor total yang diperoleh dari data ordinal ini dianggap sebagai interval (Sugiyono, 2006). Penyajian beberapa fitur dasar dari data yang diperoleh dalam rangka memperoleh beberapa informasi dan deskripsi dari data yang diperoleh dalam bentuk yang mudah dikelola tanpa berusaha untuk mengambil kesimpulancommit to user


(58)

dari data sampel ke populasi merupakan hal yang penting. Untuk tujuan ini maka digunakan statistik deskriptif dalam penelitian ini (Bungin, 2006). Skor total untuk semua variabel penelitian yang dikumpulkan melalui kuesioner juga disajikan dalam rata-rata, standar deviasi dan standar error. Nilai rata-rata dari sampel kemudian dihitung untuk menggeneralisasi nilai rata-rata ini untuk seluruh siswa menggunakan rumus sebagai berikut:

Μ = µ + Se.p

Dimana:

M = Nilai rata-rata populasi M = Nilai rata-rata sampel

Se= Standard error of mean

p= Beberapa nilai pada interval kepercayaan tertentu (Slamet, 2006)

Selain itu, untuk mengetahui tingkat pencapaian untuk masing-masing variabel penelitian, nilai rata-rata yang diperoleh diatur dalam baris tertentu. Baris ini dibagi tiga kategori; terendah, sedang dan tertinggi, sehingga masing-masing bagian mewakili seperempat garis. Sekarang lini memiliki empat bagian yang sama. Nilai maksimum ditempatkan pada akhir baris, mewakili total skor maksimum yang dapat dicapai jika skor item Likert itu mencapai maksimum (dalam skor 5). Tingkat pencapaian semua variabel penelitian ditentukan dengan membandingkan nilai rata-rata dengan median dari kriteria ideal (Sugiyono, 2008). Kategorisasi yang simple kemudian dibuat dengan rendah, agak rendah, sedang dan tinggi.


(59)

5. Statistik inferensial (Analisis Regresi Linier)

Penelitian ini adalah untuk memastikan keterkaitan atau hubungan antara kondisi internal individual dan aksesibilitas sebagai variabel independen dan keputusan melanjutkan sekolah sebagai variabel dependen. Oleh karena itu, analisis regresi digunakan dengan menggambarkan dan mengevaluasi hubungan antara suatu variabel, biasanya disebut variabel dependen dan satu atau lebih variabel lain yang dikenal sebagai variabel independen (Kutner, 2004). Pada dasarnya regresi adalah untuk membuat prediksi dari variabel dependen dengan variabel independen. Maka penelitian ini mempertimbangkan analisis regresi linier untuk mencapai tujuan penelitian. Sedangkan analisis regresi linear pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software statistik SPSS.

Analisis regresi linier tidak menguji apakah data itu linear; linearitas menjadi prasyarat utama data untuk dimasukkan dalam analisis regresi linier (Kutner, 2004). Sebuah plot tersebar dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dilakukan untuk mendiagnosis apakah ada hubungan linear di antara variabel-variabel ini.

Menurut Suhardjo (2008), selain tes di atas untuk linearitas, ada empat asumsi dasar lainnya untuk analisis regresi yang juga harus diperbaiki sebelum memasuki analisis regresi linear. Pertama, variabel dependen harus terdistribusi normal. Untuk memeriksa normalitas variabel dependen digunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov. Untuk uji normalitas ini sebelumnya, nilai p lebih besar dari 0,05 dinyatakan bahwa distribusi variabel independennya adalah normal. Kedua, tidak boleh ada fenomena autokorelasi dalam sampel. Untuk memeriksa


(60)

masalah autokorelasi digunakan diagram alur yang tersebar dari residual versus urutan data. Jika plot tersebar menunjukkan pola tertentu, maka data dianggap bermasalah serius dengan autokorelasi. Ketiga, data harus bebas dari fenomena heteroscedastic. Ketika pola tertentu tidak ditunjukkan oleh diagram alur tersebar, maka sampel yang mengalami heteroskedastisitas. Keempat, data yang diperoleh harus bebas dari fenomena multikolinearitas. Untuk memastikan bahwa data bebas dari fenomena multikolinearitas, nilai VIF (Vektor Inflation Factor) harus kurang dari 10.

Ketika semua asumsi dasar adalah ditetapkan, data yang diperoleh dapat dimasukkan dalam Analisis Regresi Linear. Analisis regresi lain harus digunakan jika sebaliknya. Model regresi linier untuk menguji hubungan antara kondisi internal dan aksesibilitas dan keputusan melanjutkan sekolah diberikan di bawah ini:

Y = α + β1X1 + β2X2 Dimana:

Y: Keputusan melanjutkan sekolah X1: Kondisi internal individual

X2: Aksesibilitas

Ketika analisis regresi linier telah dilakukan dan memberikan hasil tertentu, nilai r2 adalah statistik yang paling penting menunjukkan hubungan erat X dan Y (Suhardjo, 2008). Nilai r2 menunjukkan berapa banyak model dapat dapat memprediksi hubungan tertentu dengan garis regresi. Namun nilai ini hanya memberikan panduan untuk kebaikan dan tidak menunjukkan apakah hubungan


(61)

antara variabel signifikan secara statistik. Untuk ini, tes tambahan yang signifikan harus dilakukan uji ANOVA (Kutner 2004).

Analisis ANOVA data dilakukan untuk menentukan apakah hubungan antara variabel signifikan secara statistik. signifikansi F (terkait p-value untuk uji F) dari ANOVA menunjukkan apakah hubungan antara variabel dalam model regresi adalah signifikan secara statistik. Nilai p yang ditampilkan tergantung pada hasil analisis regresi dan tingkat kepercayaan yang dipilih dalam penelitian. Pada hipotesis, untuk tingkat kepercayaan 95%, jika p value kurang dari 0,05, maka hipotesis nol ditolak (ada hubungan statistik yang signifikan antara X dan Y). Sebaliknya, jika p value lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol diterima (tidak ada hubungan statistik yang signifikan antara X dan Y).

6. Pengujian Hipotesis

Penelitian ini mengajukan tiga hipotesis statistik, yaitu:

1. Kondisi internal individual memiliki hubungan signifikan dengan keputusan siswa melanjutkan sekolah

2. Aksesibilitas memiliki hubungan signifikan dengan keputusan siswa melanjutkan sekolah

Hipotesis di atas harus diuji untuk mengetahui kemungkinan bahwa hipotesis yang diajukan diterima. Sebuah analisis korelasi di SPSS digunakan untuk memeriksa hipotesis statistik yang diajukan apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak. Sebuah p-value merupakan indikator penting apakah


(62)

hipotesis nol (karena tidak ada korelasi antara variabel yang diuji) diterima atau tidak. P-value lebih besar dari 0,05 menunjukkan bahwa hipotesis nol karena tidak ada korelasi antara variabel yang diuji diterima. P-value kurang dari 0,05 menunjukkan bahwa hipotesis alternatif diterima karena ada korelasi antara variabel yang diuji. Semakin kecil nilai p, semakin kuat bukti terhadap hipotesis nol.


(63)

BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SMP Negeri 3 Kradenan

SMP Negeri 3 Kradenan beralamat di Jl. Ds. Sambongbangi, Kec. Kradenan, Kab. Grobogan. Kabupaten Grobogan adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Batas wilayah Kabupaten Grobogan adalah sebagai berikut. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Demak, kabupaten Kudus, dan kabupaten Pati. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Ngawi, kabupaten Sragen, dan kabupaten Boyolali. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Semarang. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Blora.

Letak astronomis wilayah Kabupaten Grobogan antara 110° 15' BT – 111° 25' BT dan 7° LS -7°30’ LS, dengan jarak bentang dari utara keselatan ± 37 km dan dari barat ke timur ± 83 km. Secara geografis, Grobogan merupakan lembah yang diapit oleh dua pegunungan kapur, yaitu Pegunungan Kendeng di bagian selatan dan Pegunungan Kapur Utara di bagian utara. Bagian tengah wilayahnya adalah dataran rendah. Dua sungai besar yang mengalir adalah Kali Serang dan Kali Lusi. Dua pegunungan tersebut merupakan hutan jati, mahoni dan campuran yang memiliki fungsi sebagai resapan air hujan disamping juga sebagai lahan pertanian meskipun dengan daya dukung tanah yang rendah. Lembah yang membujur dari barat ke timur merupakan lahan pertanian yang

48


(1)

lokasi industri dan rekreasi baik aktivitas non fisik seperti kesempatan untuk bekerja, memperoleh pendidikan, mengakses informasi, mendapat perlindungan dan jaminan hukum.

Selain ada tidaknya jaringan jalan, faktor yang mempengaruhi tingkat aksesbilitas adalah jarak rumah siswa kesekolah, jenis transportasi yang digunakan siswa untuk ke sekolah, dan kondisi jalan. Hal itu secara global diungkapkan oleh Soewandi, dkk., (2007: 114-115) bahwa mobilitas (pola perpindahan) manusia dari satu tempat ke tempat lain dipengaruhi oleh faktor yang berhubungan dengan: 1) Jarak mutlak dan jarak relatif antara satu wilayah dan wilayah lainnya, 2) Biaya angkutan atau biaya transportasi yang memindahkan manusia dari satu tempat ke tempat lain, 3) Kemudahan dan kelancaran prasarana transportasi antar wilayah, seperti kondisi jalan, relief wilayah yang dilewati, dan jumlah kendaraan sebagai sarana transportasi. Artinya secara Teoretis aksesibilitas memiliki pengaruh terhadap keputusan siswa melanjutkan sekolah, dan secara kenyataan hal tersebut terbukti seperti pada hasil analisis penelitian ini.


(2)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan kesimpulan pengujian hipotesis, maka penelitian ini memperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Kondisi internal individual memiliki hubungan yang signifikan terhadap keputusan siswa melanjutkan sekolah, besarnya T-test diperoleh nilai sebesar 6,516 yang lebih besar dari T tabel sebesar 1,65. Sedangkan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 menunjukkan bahwa Kondisi Internal Individual berpengaruh terhadap keputusan Siswa Melanjutkan Sekolah.

2. Aksesibilitas memiliki hubungan yang signifikan terhadap keputusan siswa melanjutkan sekolah, dengan T-test diperoleh nilai sebesar 4,524 yang lebih besar dari T tabel sebesar 1,65. Sedangkan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 menunjukkan bahwa aksesibilitas berpengaruh terhadap keputusan Siswa Melanjutkan Sekolah.

B. Implikasi

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, penulis akan menyampaikan implikasi yang bermanfaat secara Teoretis maupun praktis dalam upaya meningkatkan motivasi siswa melanjutkan sekolah.

88 commit to user


(3)

1. Implikasi Teoretis

Secara Teoretis hasil penelitian hubungan kondisi internal individual dan aksesibilitas terhadap keputusan siswa melanjutkan sekolah ini akan memperkuat bukti keterkaitan antar variabel penelitian. Keterkaitan tersebut berupa pengaruh antara kondisi internal individual dan keputusan siswa melanjutkan sekolah, aksesibilitas dan keputusan siswa melanjutkan sekolah, serta kondisi internal individual dan aksesibilitas sebagai dua faktor sekaligus yang memiliki pengaruh terhadap keputusan siswa melanjutkan sekolah.

2. Implikasi Praktis

Secara aplikatif hasil penelitian ini sebagai dapat memberikan kontribusi sebagai gambaran kondisi dan penyebab siswa tidak melanjutkan sekolah. Sehingga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi sekolah dan orang tua dalam mempersiapkan pendidikan siswa kedepannya.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Orang tua

Orang tua sebagai pihak yang sehari-hari berada dalam kehidupan siswa hendaknya memperhatikan masalah pendidikan anaknya. Hal tersebut dapat dilakukan orang tua anatara lain dengan cara menotivasi anaka akan pentingnya pendidikan sehingga anak memiliki motivasi belajar yang tinggi.


(4)

Selain itu, motivasi belajar siswa juga memiliki pengaruh terhadap prestasi akademik. Prestasi akademik tersebut merupakan landasan awal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

2. Guru

Guru merupakan pihak yang membimbing siswa secara akademis dan memiliki peran terhadap perkembangan prestasi akademis anak. Sehingga hendaknya guru bekerja secara optimal dengan memanfaatkan segala potensi agar siswanya berprestasi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memperbaiki metode pembelajaran dan memilih media pembelajaran yang tepat. Selain itu guru juga bisa memberikan motivasi-motivasi pentingnya pendidikan bagi anak.

3. Siswa

Siswa sebagai pelaku pendidikan secara langsung hendaknya bersungguh-sungguh mengoptimalkan segala potensinya untuk kemajuan pendidikan dirinya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan meninggalkan hal-hal yang sekiranya tidak penting, dengan demikian ia bisa lebih memanfaatkan waktunya untuk belajar dan segala kepentingan pendidikannya kedepan. 4. Pembaca

Kepada para pembaca diharapkan untuk memperhatikan keadaan pendidikan anak-anak disekitar ia tinggal. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan masukan-masukan kepada anak secara langsung atau memalui orang tua siswa tentang perlunya pendidikan anak-anak yang


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, I., 2001, Perceived Behavioral Control, Self-efficacy, Locus of Control, andThe Theory of Planned Behavior, Journal of Applied Social

Psychology, 32(4), 665-683.

Azwar, S. (2002).Tes prestasi: Fungsipengembanganpengukuranprestasi belajar.

Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Bahamondes, M. (2003). Poverty Environment Pattern in a Growing Economy: Farming Community in Arid.World Development, 1947-1957.

Bintarto, R., & Hadisumarmo, S. (1991). Metode Analisa Geografi. Jakarta: LP3ES

Bungin, B. (2006). Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma, dan Diskursus.

Teknologi Komunikasi di Masyarakat.Jakarta: Prenada Media Group.

Cortina, J. M. (1993). What is coefficient alpha? An examination of theory and applications.Journal of Applied Psychology, 98-104.

Djamarah. (2002).Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka.

Elliot et al. 2000. Educational Psychology: Efective Teaching, Effective

Learning.3rd edition. United States of America: McGraw Hill

Companies.

Elliott, S. N., Kratochwill, T. R., & Cook, J. L. (2000). Educational Psychology:

Effective Teaching, Effective Learning Third Edition. New York: The

McGraw-Hill Companies.

Galtung, J. (1969). Peace, Violence, and Peace Research. Journal of Peace

Research, 167-191.

Green, N. J. (2008).Using SPSS for Windows and Macintosh.New York: Prentice Hall.

Hamalik, O. (Jakarta).Proses belajar Mengajar.2003: PT Bumi Aksara.

Hidayatullah, M. F., & Rohmadi, M. (2010). Pendidikan Karakter; Membangun

Peradaban Bangsa.Surakarta: Yuma Pustaka.

Kutner, M., Nachtsheim, C., & Neter, J. (2004). Applied Linear. Regression

Models.New York: The McGraw-Hill.

Loomis, C. P. (1975). Sosiologi Pedesaan ( Strategi Perubahan di Indonesia).

New York: Prentice-Hall, INC.

Makmun. (2005).Psikologi Kependidikan.Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Merdeka, Suara. (2007). Retrieved from www.suaramerdeka.com:

http://www.suaramerdeka.com/harian/0707/13/kot20.htm

Mueller, D. (1986).Measuring Social Attitudes: A Handbook for Researchers and

Practitioners.New York: Teachers College Press Columbia University.

89 commit to user


(6)

Muhmin, A. (2006). An Experimental Study of the Accuracy of Consumers’ Self -Reports of their Information Acquisition Processes. Research in

Consumer Behavior, 185-208.

Nasution, S. (2000).Metode research.Jakarta: Bumi Aksara.

Purwanto. (2007). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sardiman, A. (2005). Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka.

Sue Howard. 1999. Guiding Collaborative Teamwork in Classroom. Effective

Teaching, 12 (1), 1-18.

Sugiyono. (2006).Statistika Untuk Penelitian.Bandung: CV. Alfabeta.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suhardjo. (2008).Perencanaan Pangan Dan Gizi.Jakarta: Bumi Aksara.

Sukmadinata, N. S. (2003).Landasan Psikologi Proses Pendidikan.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sumarni, S. (2005).Psikologi Belajar.Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suryabrata, S. (2004).Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Syah, M. (2011).Psikologi Belajar.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Uno, H. B. (2007).Teori Motivasi dan Pengukurannya.Jakarta: PT Bumi Aksara.