Pengambilan Keputusan Melanjutkan Sekolah

seperti kondisi jalan, relief wilayah yang dilewati, dan jumlah kendaraan sebagai sarana transportasi Soewandi, dkk., 2007: 114-115. Sehingga berdasarkan uraian materi yang telah disampaikan diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor geografis dari segi aksesbiltas yang akan mempengaruhi motivasi siswa melanjutkan sekolah adalah jarak, transportasi, dan kondisi jalan.

3. Pengambilan Keputusan Melanjutkan Sekolah

Keputusan yang diambil seseorang terhadap xseseorang secara umum dapat dijelaskan melalui beberapa teori, yaitu: Theory of Planned Behavior teori tindakan terencana, Theory of Symbolic Interaction teori interaksionalisme simbolik, dan teori pengambilan keputusan. a. Theory of Planned Behavior Teori perilaku yang direncanakan adalah sebuah teori tentang hubungan antara sikap dan perilaku. Teori ini juga dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara tindakan dan alasan. Teori perilaku terencana berfokus pada niat perilaku, indikasi kesiapan individu untuk melakukan perilaku tertentu Ajzen, 2001. Niat Perilaku ditentukan oleh tiga jenis konstruksi yaitu sikap perilaku, norma subyektif dan persepsi pengendalian perilaku. Sikap perilaku atau sikap terhadap perilaku positif atau negatif tentang evaluasi individu tentang perilaku tertentu yang akan atau telah dilakukan Ajzen 2001. Norma subyektif adalah tentang norma dan sanksi ada dalam masyarakat Loomis dan Beegle, 1975. Kontrol perilaku yang dirasakan adalah tentang self-efficacy dan persepsi tentang perpustakaan.uns.ac.id commit to user kemampuan dan sumber daya yang dimiliki oleh pelaku Muhmin, 2006. Niat Perilaku mendorong perilaku. Paradigma teori perilaku yang direncanakan dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1. Teori Perilaku rencanaan Theory of Planned Behavior Faktor-faktor pengendali perilaku tersebut terdiri atas faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor internal antara lain ketrampilan, kemampuan, informasi, emosi, stres, dsb. Faktor-faktor eksternal meliputi situasi dan faktor-faktor lingkungan. Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, Ajzen memodifikasi TRA dengan menambahkan anteseden intensi yang ke tiga yang disebut perceived behavioral control PBC. Dengan tambahan anteseden ke tiga tersebut, ia menamai ulang teorinya menjadi Theory of Planned Behavior TPB. PBC menunjuk suatu derajat dimana seorang individu merasa bahwa tampil atau tidaknya suatu perilaku yang dimaksud adalah di bawah pengendaliannya. Orang cenderung tidak akan membentuk suatu intensi yang kuat untuk menampilkan suatu perilaku tertentu jika ia percaya bahwa ia tidak memiliki Sikap terhadap Perilaku Attitude towards Behavior Norma Subjektif Subjective Norm Kontrol Perilaku Persepsian Perceived Behavior Control Niat Perilaku Behavioral Intention Perilaku Behavior perpustakaan.uns.ac.id commit to user sumber atau kesempatan untuk melakukannya meskipun ia memiliki sikap yang positif dan ia percaya bahwa orang-orang lain yang penting baginya akan menyetujuinya. PBC dapat mempengaruhi perilaku secara langsung atau tidak langsung melalui intensi. Jalur langsung dari PBC ke perilaku diharapkan muncul ketika terdapat keselarasan antara persepsi mengenai kendali dan kendali yang aktual dari seseorang atas suatu perilaku. Sehingga pada akhirnya terbentuklah sebuah keputusan dimana keputusan adalah komitmen khusus untuk melakukan tindakan Mackrell et al, 2009. Hal ini dapat dianggap sebagai titik awal dari suatu tindakan atau perilaku. Dapat disimpulkan, Theory Planned Behavior TPB menunjukkan bahwa tindakan manusia diarahkan oleh tiga macam kepercayaan-kepercayaan, yaitu: kepercayaan-kepercayaan perilaku behavioral beliefs, kepercayaan- kepercayaan tentang ekspektasi-ekspektasi normatif, dan kepercayaan- kepercayaan kontrol control beliefs. b. Theory of Symbolic Interaction Theory of Symbolic Interaction juga disebut interaksionisme simbolik, adalah kerangka utama teori sosiologi. Perspektif ini berdasar pada makna simbolik bahwa orang berkembang dan mengandalkan di proses interaksi sosial. Meskipun interaksionisme simbolik menelusuri asal-usulnya ke pernyataan Max Weber bahwa individu bertindak sesuai dengan penafsiran mereka tentang makna dari dunia mereka, filsuf Amerika George Herbert Mead memperkenalkan perspektif ini sosiologi Amerika pada tahun 1920. commit to user Teori interaksi simbolik menganalisis masyarakat dengan mengarahkan makna subjektif bahwa orang menanamkan pada benda, peristiwa, dan perilaku. Makna subjektif diberi keutamaan karena percaya bahwa orang berperilaku berdasarkan apa yang mereka percaya dan tidak hanya pada apa yang benar obyektif. Dengan demikian, masyarakat diperkirakan akan dibangun secara sosial melalui interpretasi manusia. Orang menafsirkan satu perilaku orang lain dan itu adalah interpretasi yang membentuk ikatan sosial. Interpretasi ini disebut definisi situasi. Misalnya, mengapa orang-orang muda merokok bahkan ketika semua bukti medis obyektif menunjukkan bahaya melakukannya? Jawabannya adalah ada pada definisi situasi yang dibuat orang-orang. Studi menemukan bahwa remaja mendapat informasi dengan baik tentang risiko tembakau, tetapi mereka juga berpikir bahwa merokok adalah keren, bahwa mereka sendiri akan aman dari bahaya, dan memproyeksikan bahwa merokok merupakan citra positif kepada rekan-rekan mereka. Jadi, makna simbolis merokok mengesampingkan bahwa fakta-fakta yang sebenarnya tentang merokok dan risikonya. Kritik terhadap teori ini mengklaim bahwa interaksionisme simbolis mengabaikan tingkat makro penafsiran sosial gambaran besar. Dengan kata lain, interactionists simbolis mungkin kehilangan isu-isu yang lebih besar dari masyarakat dengan berfokus terlalu dekat pada pohon daripada hutan . Perspektif ini juga menerima kritik untuk yang menghina pengaruh kekuatan- kekuatan sosial dan lembaga interaksi individu. perpustakaan.uns.ac.id commit to user c. Teori Pengambilan Keputusan Menurut Terry dalam Wahyuningsih 2009, pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku tertentu dari dua atau lebih alternative yang ada. Sedangkan menurut Robbins 2001, pengambilan keputusan adalah rasional, artinya membuat pilihan dengan memaksimalkan nilai-nilai yang konsisten pada batas tertentu. Ciri umum dari pengambilan keputusan yaitu keputusan merupakan hasil berfikir dan hasil usaha intelektual , keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai alternatif dan keputusan selalu melibatkan tindakan nyata. Teori pengambilan keputusan yang paling dikenal dan banyak diterima oleh kalangan luas adalah teori rasional komprehensif. Unsur-unsur utama dari teori ini adalah: pembuat keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang dapat dibedakan dari masalah-masalah lain atau setidaknya nilai sebagai masalah- masalah yang dapat diperbandingkan satu sama lain. Tujuan, nilai, atau sasaran yang mempedomani pembuat keputusan amat jelas dan dapat ditetapkan rangkingnya sesuai dengan urutan kepentingannya. Berbagai alternatif untuk memecahkan masalah diteliti secara seksama. Akibat-akibat biaya dan manfaat yang ditimbulkan oleh setiap alternatif yang dipilih diteliti. Setiap alternatif dan akibat yang menyertainya, dapat diperbandingkan dengan alternatif lainnya. Pembuat keputusan akan memilih alternatif dan akibat yang dapat memaksimalkan tercapainya tujuan, nilai atau sasaran yang telah digariskan. Menurut Hakim 2002 ada 6 faktor yang memengaruhi pengambilan keputusan yaitu: fisik, emosional, rasional, praktikal, interpersonal, dan struktural. commit to user 1 Fisik, yaitu didasarkan pada rasa yang dialami tubuh, seperti rasa sakit, tidak nyaman, atau nikmat. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, atau sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan. 2 Emosional, yaitu didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subjektif. 3 Rasional, yaitu didasarkan pada pengetahuan sehingga orang–orang mendapat informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya. 4 Praktikal, yaitu didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakannya. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuan dalam bertindak. 5 Interpersonal, yaitu didasarkan pada pengaruh jaringan-jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang ke or ang lainnya dapat memengaruhi tindakan individual. 6 Struktural, yaitu didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Melanjutkan Sekolah Melanjutkan sekolah ke tingkat selanjutnya merupakan melanjutkan studi dari SMP ke SMASMKMA. Aktivitas yang dilakukan di pendidikan berikutnya adalah belajar untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan. Dalam hal ini berarti sama-sama aktivitasnya adalah belajar maka faktor-faktor yang commit to user mempengaruhi minat melanjutkan studi ke pendidikan berikutnya dalam penelitian ini disamakan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Syah 2011: 132, 139 mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sebagai berikut: 1 Faktor Internal faktor dari dalam siswa, yakni keadaankondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor ini meliputi aspek, yakni: a Aspek fisiologis yang bersifat jasmaniah seperti: mata dan telinga. b Aspek psikologis yang bersifat rohaniah seperti: intelegensi, sikap, bakat, dan motivasi. 2 Faktor Eksternal faktor dari luar siswa, yakni kondisi lingkungan disekitar siswa. Faktor ini meliputi: a Lingkungan sosial, seperti: keluarga, guru dan staf, masyarakat, dan teman. b Lingkungan non sosial, seperti: rumah, sekolah, peralatan, dan alam. 3 Faktor Pendekatan Belajar approach to learning yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Faktor ini meliputi: a Pendekatan tinggi, seperti: speculative, achieving b Pendekatan sedang, seperti: analytical, deep c Pendekatan rendah, seperti: reproductive, surface Slameto 2010: 54 menggolongkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. perpustakaan.uns.ac.id commit to user 1 Faktor Intern adalah faktor yang di dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor ini meliputi tiga aspek, yaitu: a Faktor jasmaniah, seperti: faktor kesehatan, cacat tubuh. b Faktor psikologis, seperti: intelegensi, perhatian, bakat, motif, kematangan, kesiapan. c Faktor kelelahan. 2 Faktor Eksternal a Faktor keluarga, meliputi: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan. b Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah. c Faktor masyarakat, meliputi: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat. Sukamadinata 2003: 162-165, berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar bersumber pada dirinya atau di luar dirinya atau lingkungannya. 1 Faktor-faktor dari dalam diri individu yang menyangkut aspek jasmaniah maupun rohaniah. Jasmani mencakup kondisi dan kesehatan jasmani dari individu. Aspek psikis atau rohaniah menyangkut kondisi kesehatan psikis, kemampuan-kemampuan intelektual, sosial, psikomotor serta kondisi afektif dan perpustakaan.uns.ac.id commit to user konatif dari individu. Sedangkan kondisi intelektual menyangkut tingkat kecerdasan, bakat-bakat, penguasaan siswa akan pengetahuan atau pelajaran- pelajarannya yang lalu. Kondisi sosial menyangkut hubungan siswa dengan orang lain, baik gurunya, temannya, orang tuanya maupun orang-orang yang lainnya. Hal lain yang ada pada diri individu adalah ketenangan dan ketentraman psikis, motivasi belajar, keterampilan-keterampilan yang dimilikinya, seperti keterampilan membaca, berdiskusi, memecahkan masalah, mengerjakan tugas- tugas, dan lain-lain. Keterampilan-keterampilan tersebut merupakan hasil belajar sebelumnya. 2 Faktor-faktor lingkungan, yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa, baik faktor fisik maupun sosial-psikologis yang berada pada lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Di dalam lingkungan keluarga adalah keadaan rumah dan ruangan tempat belajar, sarana dan prasarana belajar yang ada, suasanan dalam rumah tenang atau gaduh, suasana lingkungan di sekitar rumah, keutuhan keluarga, iklim psikologis, iklim belajar dan hubungan antar anggota keluarga. Lingkungan sekolah meliputi, lingkungan kampus, sarana dan prasarana belajar yang ada, sumber-sumber belajar, media belajar, hubungan siswa dengan teman- temannya, dengan guru dan staf sekolah yang lain, suasana dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, berbagai kegiatan kokurikuler. Lingkungan masyarakat, meliputi latar belakang pendidikan, terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan sumber-sumber belajar di dalamnya. Selain faktor-faktor motivasi yang telah disebutkan diatas, seorang siswa memiliki motivasi melanjutkan sekolah ke tingkat selanjutnya karena sekolah commit to user berdasarkan fungsi dan perannya dianggap akan memberikan manfaat kepada siswa berupa pengembangan dan penjagaan potensi siswa. Fungsi dan peran sekolah dalam mengembangkan dan menjaga potensi anak antara lain sebagai berikut: a sekolah memperkuat kedisiplinan, b sekolah memberi ketrampilan dasar, c sekolah membuka kesempatan memperbaiki nasip, d sekolah menyediakan tenaga pembangunan, e sekolah membantu memecahkan masalah sosial, f sekolah mentranmisi kebudayaan, g sekolah membentuk manusia yang sosial, h sekolah membantu pendalaman keyakinan agama pada anak.

B. Kerangka Pikir