RAJA DI DALAM REPUBLIK

B. RAJA DI DALAM REPUBLIK

Narasi tentang Yogyakarta pada tahun 1946-1949 menjadi periode favorit yang menjadi perhatian para pengkaji sejarah Keistimewaan Yogyakarta. Pada narasi tersebut juga secara langsung menunjukkan peran Sultan HB IX dalam keberlangsungan pemerintahan baru Republik Indonesia saat menghadapi situasi kritis. Bagaimana peran Sultan HB IX dalam masa kritis pemerintahan Republik Indonesia ini terekam dalam buku Taktha untuk Rakyat. Dokumentasi tertulis tersebut menceritakan bagaimana pengOrbanan Sultan HB IX secara material pada tahun 1946 -1949. Bersama dengan Adipati PA VIII, kedua raja ini diyakini menjadi salah satu faktor utama penyelamat pemerintahan Indonesia yang baru saja memproklamasikan kemerdekaan. Dengan melemahnya pemerintahan militer pasukan Jepang di Jawa, pemerintah-pemerintah daerah swapraja mengalami kegamangan tersendiri. Tidak ada kejelasan tentang masa depan pemerintahan di wilayah besar bekas Hindia Belanda. Yogyakarta menjadi daerah swapraja pertama yang menyatakan ucapan selamat atas terbentuknya negara Indonesia, dua hari setelah proklamasi. Lebih dari dua minggu setelahnya, dua raja di Yogyakarta ini mengeluarkan amanat bahwa ‘Nagari’ Ngayogyakarta Hadiningrat merupakan sebuah Daerah Istimewa dari ‘Negara’ Republik Indonesia.30 Pernyataan ini 30Walaupun dua istilah, ‘Nagari’ dan ‘Negara’, mempunyai arti yang sama, Sultan HB IX menggunakan keduanya secara berbeda. Nagari, digunakan untuk menyebut Yogyakarta yang memang sebuah vasal. Sedangkan Negara digunakan untuk menyebut Republik Indonesia,sebagai satuan kekuasaan yang berkuasa diatasnya. menunjukkan bahwa keberadaan Yogyakarta menjadi bagian dari pemerintahan negara baru bernama Indonesia. Pada saat yang sama, Yogyakarta menjadi swapraja pertama yang menyatakan diri bergabung dengan Indonesia yang masih belum jelas peluang hidupnya karena lahir ditengah status quo. Tindakan pertama Sultan HB IX setelah menggabungkan wilayahnya ke Republik Indonesia yaitu menawarkan wilayahnya untuk ibukota negara setelah Jakarta tidak lagi memungkinkan sebagai pusat pemerintahan, mengingat sudah dikuasai pasukan Belanda. Konsekuensinya, Sultan HB IX menyediakan semua fasilitas agar pemerintahan tetap berjalan. Menurut penuturan Raja Yogyakarta ini, gaji pejabat pemerintahan Indonesia juga ditanggung oleh kerajaan. Perannya yang sangat penting dalam pemerintahan Republik Indonesia di masa kritis ini juga dihubungkan dengan peristiwa Serangan Umum 1 Maret. Selama masa Orde baru, peristiwa penyerangan kekuaatan militer Belanda di Yogyakarta ini dipolitisir oleh Presiden Soeharto. Paska lengsernya Presiden Soeharto tahun 1998, sejarah kembali diluruskan dengan menempatkan pribadi Sultan HB IX sebagai pencetus gagasan peristiwa ini.

C. MEMPERTANYAKAN DAERAH ISTIMEWA