PENGARUH KESIAPAN SEKOLAH TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM SISTEM KREDIT SEMESTER DI SMA NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

PENGARUH KESIAPAN SEKOLAH TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM SISTEM KREDIT SEMESTER

DI SMA NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(Skripsi)

Oleh

Evi Novia Ikasari

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013


(2)

ABSTRAK

PENGARUH KESIAPAN SEKOLAH TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM SISTEM KREDIT SEMESTER

DI SMA NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

EVI NOVIA IKASARI

Sistem penyelenggaraan pendidikan di Indonesia saat ini disemua satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menggunakan sistem paket, dimana semua peserta didik menempuh pembelajaran yang sama dalam menyelesaikan program belajarnya. Untuk memenuhi pelayanan pendidikan yang demokratis dan adil bagi peserta didik dapat ditempuh dengan menerapkan Sistem Kredit Semester (SKS) sebagaimana diatur lebih lanjut pada Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Permasalahan pokok yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh kesiapan sekolah terhadap pelaksanaan program sistem kredit semester di SMA Negeri 9 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimanakah pengaruh kesiapan sekolah terhadap pelaksanaan program sistem kredit semester di SMA Negeri 9 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.

Berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa pengaruh kesiapan sekolah terhadap pelaksanaan sistem kedit semester digunakan dengan rumus Chi Kuadrat, hasil analisis data diperoleh sebagai berikut: kesiapan sekolah yaitu 52,8% dengan kategori kurang siap , dan pelaksanaan SKS yaitu 50% dengan kategori kurang siap sehingga menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara pengaruh kesiapan sekolah terhadap pelaksanaan program sistem kredit semester di SMA Negeri 9 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013. Kata Kunci: Kesiapan Sekolah, Sistem Kredit Semester


(3)

PENGARUH KESIAPAN SEKOLAH TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM SISTEM KREDIT SEMESTER

DI SMA NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

Evi Novia Ikasari

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan IPS Program Studi PPKN FakultasKeguruandanIlmuPendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013


(4)

Judul Skripsi : Pengaruh Kesiapan Sekolah Terhadap Pelaksanaan Program Sistem Kredit Semester Di SMA Negeri 9 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

Nama Mahasiswa : Evi Novia Ikasari No. Pokok Mahasiswa : 0913032040 Jurusan : Pendidikan IPS

Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Berchah Pitoewas, M.H Yunisca Nurmalisa, S.Pd, M.Pd NIP 19611214 199303 1 001 NIP 19870602 200812 2 001

2. Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Ketua Program Studi

Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan PKn

Drs. Buchori Asyik, M.Si Drs. Holilulloh, M.Si NIP 19560108 198503 1 002 NIP 19610711 198703 1 003


(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Berchah Pitoewas, M.H. ……….

Sekretaris : Yunisca Nurmalisa, S.Pd, M.Pd. .………

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Holilulloh, M.Si. .………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si NIP. 19600315 198503 1 003


(6)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Evi Novia Ikasari

NPM : 0913032040

Program Studi : PPKn

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas : FKIP UNILA

Alamat : Jl. St. Badarudin No. 37 Tanjung Karang Barat Bandar Lampung

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana disuatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, April 2013


(7)

R I W A Y A T H I D U P

Penulis bernama Evi Novia Ikasari, dilahirkan di Kota Surabaya, pada tanggal 24 November 1990. Penulis adalah anak pertama dari pasangan Bapak Fendy Suyanto dan Ibu Titin Wahyuni. Tempat tinggal penulis di jalan St. Badarudin No. 37 Tanjung Karang Barat Bandar Lampung.

Pendidikan formal yang pernah penulis tempuh adalah :

1. Taman Kanak-kanak Al-Ikhlas Kota Surabaya, diselesaikan pada tahun 1996. 2. Sekolah Dasar Negeri 1 Asem Rowo Kota Surabaya, diselesaikan pada tahun

2003.

3. Sekolah Menengah Pertama Negeri 25 Kota Surabaya, diselesaikan pada tahun 2006.

4. Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Kota Bandar Lampung, diselesaikan pada tahun 2009.

Pada tahun 2009 penulis diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univrsitas Lampung pada jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial program studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).


(8)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T. dan junjungan kita

Nabi Muhammad S.A.W. dengan segala ketulusan serta

kerendahan hati sebentuk karya sederhana ini

kupersembahkan kepada :

Orang tua dan Keluargaku tercinta yang telah rela

berkorban untuk membesarkan, membimbing dan

menyayangiku,

serta selalu berdoa untuk keberhasilan dan keberkahan

dari ilmu yang ku dapat.

Adik-adikku dan Saudara-saudaraku tercinta atas

motivasi dan doanya selama ini.

Sahabat-sahabatku tersayang atas segala pelajaran hidup

yang telah kita lewati bersama.


(9)

M O T T O

Sahabatku………

“Gagal itu biasa, tetapi kegagalan yang sesungguhnya adalah ketika menyerah dan berhenti untuk mencoba”

(Evi Novia Ikasari)

Berikan stimulus positif pada otak dan yakinkan bahwa diri kita pasti bisa.

(PKn „09)

Ketika kamu berhasil teman-temanmu akhirnya tahu siapa kamu, ketika kamu gagal kamu akhirnya tahu siapa

sesungguhnya teman-temanmu. (Aristoteles)


(10)

S A N W A C A N A Bismillahirrohmaanirrohim,

Segala puji senantiasa kita haturkan kepada Allah SWT, Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada sang teladan Rasulullah Muhammad SAW, yang telah mengabdikan hidupnya untuk merubah zaman yang gelap menjadi zaman yang terang. Alhamdulillah teriring rasa syukur penulis ungkapkan atas selesainya penulisan skripsi yang berjudul :

“Pengaruh Kesiapan Sekolah Terhadap Pelaksanaan Program Sistem Kredit Semester Di SMA Negeri 9 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013”.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan sebagai Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari Bapak Drs. Berchah Pitoewas, M.H, selaku Pembimbing utama dan Ibu Yunisca Nurmalisa, S.Pd, M.Pd, selaku pembimbing pembantu serta berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Hi.Bujang Rahman, M.Si,selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. M. Thoha B. S. Jaya, M.S, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(11)

4. Bapak Drs. Iskandarsyah, M.H, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Bapak Drs. Holilulloh, M.Si, selaku Ketua Program Studi PPKn Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan pembahas I yang telah banyak membantu dalam penulisan skripsi ini.

7. Bapak Mohammad Mona Adha, S.pd, M.pd, selaku Pembahas II yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis.

8. Bapak dan Ibu dosen serta para staf pengajar di lingkungan Program Studi PPKn, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

9. Bapak Drs. Hendro Suyono selaku Kepala SMA Negeri 9 Bandar Lampung yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.

10.Teristimewa untuk kedua orang tua dan keluargaku tercinta yang telah membesarkan, menyayangi dan membimbingku, dan tiada hentinya mendo’akan atas keberhasilanku.

11.Adik-adikku, Ahmad Hidayatullah, Sari Imawati dan Refaldi Andrian, yang senantiasa membuatku bahagia dan memberikan motivasi yang tak pernah henti-hentinya.

12.Sahabat-sahabat angkatan 2009, Adit, Agus, Cici, Eta, Hilda, Reni, Tama, Tony, Nyi ayu, Menik dan yang tak bisa aku sebutkan satu-persatu (semoga kita semua menjadi orang yang sukses dan berguna bagi bangsa dan negara).


(12)

yang tak akan pernah terlupakan.

14.Teman-teman KKN dan PPL, Kak Erwin, Kak Heru, Eko, Fajar, Farah, Karsini, Kiki, Mada, Mulvi, Puput, Tedi, Uus, Rita, Siska, terimakasih telah menjadi bagian dari keluargaku selama 3 bulan bersama.

15.Seorang tercinta, yang menjadi motivasi aku untuk terus bertahan dan ini bukti ketegaranku atas kerja kerasku selama ini.

16.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

Penulis sangat menyadari keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan informasi yang ada pada diri penulis sehingga dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat kekurangan. Segala kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Penulis berharap semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, April 2013 Penulis,


(13)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar yang bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya berada dalam suatu proses yang berkesinambungan dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan. Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pada dasarnya pendidikan merupakan kegiatan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh seorang dan memiliki tujuan untuk menjadikan manusia dewasa yang berkualitas serta dapat mengabdikan dirinya kepada masyarakat sehingga berguna bagi bangsa dan negara. Kegiatan untuk mengembangkan potensi tersebut harus dilakukan secara berencana, terarah, dan sistematis agar dapat mencapai suatu tujuan dan menghasilkan perubahan-perubahan positif dalam diri anak didik. Oleh karena itu, pelaksanaannya haruslah dapat berjalan dengan baik dan lancar agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan maksimal.


(14)

Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebab peningkatan kualitas pendidikan mempunyai suatu proses yang terintegrasi dalam peningkatan sumber daya manusia itu sendiri. Sumber daya yang berkualitas sangat diperlukan dalam pembangunan dan kelangsungan hidup bangsa, untuk itu perlu dipersiapkan peserta didik yang mampu mengembangkan dan menampilkan keunggulan dirinya sebagai manusia berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, inisiatif, mandiri serta sehat jasmani dan rohani.

Kualitas sumberdaya manusia dapat dilihat dari kemampuan atau kompetensi yang dimiliki lulusan lembaga pendidikan, seperti sekolah. Sekolah memiliki tugas untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal menjadi kemampuan untuk hidup di masyarakat dan mensejahterakan masyarakat. Sekolah harus mengetahui potensi yang dimiliki setiap peserta didiknya, dan untuk selanjutnya sekolah merancang pengalaman belajar yang harus diikuti peserta didik agar memiliki kemampuan yang diperlukan masyarakat.

Salah satu masalah pendidikan yang kita hadapi dewasa ini adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi guru, penyediaan dan perbaikan sarana/prasarana pendidikan, serta peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang merata.


(15)

Sistem penyelenggaraan pendidikan di Indonesia saat ini disemua satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menggunakan sistem paket, dimana semua peserta didik menempuh pembelajaran yang sama dalam menyelesaikan program belajarnya. Hal ini dianggap kurang demokratis karena peserta didik tidak mendapatkan haknya untuk belajar sesuai dengan kemampuan, bakat, maupun minatnya. Peserta didik yang pandai akan terhambat untuk menyelesaikan program studinya. Sebaliknya peserta didik yang lemah merasa dipaksa untuk mengikuti peserta didikberkemampuan tinggi.

Sekolah merupakan salah satu lingkungan yang berpotensi besar untuk membantu siswa mencapai tugas perkembanganakademik maupun non akademiknya. Sekolah tidak hanya mendidik siswa dalam aspek kognitif saja, tetapi juga mengembangkan aspek-aspek lainnya, termasuk aspek sosial. Dalam hal ini fungsi sekolah memberikan bekal ketrampilan dan ilmu pengetahuan secara terpola dan sistematis dengan mempertimbangkan bakat dan minat peserta didik sehingga mereka mampu menjadi seseorang yang memiliki keahlian khusus di bidangnya.

Sesuai dengan pernyataan di atas, untuk memenuhi pelayanan pendidikan yang demokratis dan adil bagi peserta didikdapat ditempuh dengan menerapkan Sistem Kredit Semester (SKS) sebagaimana diatur lebih lanjut pada Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pada pasal 11 ayat (2) dinyatakan ”Beban belajar untuk SMA/ MA/SMLB,SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat pada pendidikan


(16)

formal kategori standar dapat dinyatakan dalam satuan kredit semester”; Ayat

(3) ”Beban belajar untuk SMA/MA/SMLB,SMK/MAK atau bentuk lain yang

sederajat pada pendidikan formal kategori mandiri dinyatakan dalam satuan

kredit semester”.

Adapun Sistem Kredit Semester (SKS) yaitu sebagaimana yang dimuat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa :

Sistem Kredit Semester (SKS) adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti untuk setiap semester pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada Sistem Kredit Semester dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). Beban belajar satu sks meliputi satu jam pembelajaran tatap muka, satu jam penugasan terstruktur, dan satu jam kegiatan mandiri tidak terstruktur.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikatakanbahwa SKS merupakan sistem penyelenggaraan pendidikan dengan menggunakan satuan kredit semester (sks) untuk menyatakan beban belajar dalam rangka pemenuhan syarat-syarat program pendidikan bagi peserta didik.

SKS memberi kemungkinan layanan yang lebih variatif dan fleksibel sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat peserta didik. Oleh karena itu, penerapan SKS diharapkan bisa mengakomodasi kemajemukan potensi peserta didik. Melalui SKS, peserta didik juga dimungkinkan untuk menyelesaikan program pendidikannya lebih cepat dari periode belajar yang ditentukan dalam setiap satuan pendidikan.


(17)

Penerapan SKS sebenarnya bukan isu baru dalam dunia pendidikanmenengah Indonesia karena SKS sudah pernah diterapkan di Perguruan Tinggi. Namun, terdapatkonsep baru bahwa SKS tidak hanya diterapkan di Perguruan Tinggi melainkan diterapkan pada satuan pendidikan SMA/MA/SLB, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat. Salah satu sekolah yang menerapkan SKS adalah SMA Negeri 9 Bandar Lampung Sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005, bagian ketiga pada pasal 10 yang mengatur tentang beban belajar dalam bentuk sistem paket dan satuan kredit semester (sks). Pada ayat 3 menyebutkan bahwa beban belajar untuk SMA/MA/SLB, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat pada jalur pendidikan formal kategori mandiri dinyatakan dalam satuan kredit semester. Ketentuan tersebut mengisyaratkan bahwa sekolah kategori mandiri “harus” menerapkan SKS, sedangkan sekolah kategori standar menerapkan sistem

paket dan “dapat” menerapkan SKS.

Penyelenggaraan SKS di SMAN 9 Bandar Lampung merupakan suatu upaya inovatif untuk meningkatkan mutu pendidikan. Sistem SKS berbeda dengan Sistem Paket, beban belajar dengan SKS memberi kemungkinan untuk menggunakan cara yang lebih variatif dan fleksibel sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat peserta didik. Oleh karena itu, penerapan SKS diharapkan bisa mengakomodasi kemajemukan potensi peserta didik. Melalui SKS, peserta didik juga dimungkinkan untuk menyelesaikan program pendidikannya lebih cepat dari periode belajar yang ditentukan dalam setiap satuan pendidikan. Sehingga dimungkinkan, bagi peserta didik dengan potensi tinggi akan dapat menyelesaikan studi dalam waktu 4 semester ( 2


(18)

tahun ) dan peserta didik yang berpotensi standar dapat menyelesaikan studi 5 atau 6 semester.

Pelaksanaan SKS di SMAN 9 Bandar lampung dilakukan secara bertahap dengan strategi phasing in/out dimulai tahun pertama yaitu tahun pelajaran 2012/2013 yang melaksanakan SKS adalah kelas X, sedangkan peserta didik lainnya yang duduk di kelas XI dan XII tetap menggunakan sistem paket. Pada tahun kedua terdapat dua angkatan yang menggunakan SKS sedangkan peserta didik kelas XII masih menggunakan sistem paket. Pada tahun ketiga seluruh peserta didik di Satuan Pendidikan menggunakan SKS. Kemudian untuk sekolah yang telah terakreditasi A, harapannya juga melaksanakan SKS sebagai program peningkatan mutu pendidikan.

Sistem SKS berbeda dengan Sistem Paket, beban belajar dengan SKS memberi kemungkinan untuk menggunakan cara yang lebih variatif dan fleksibel sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat peserta didik. Beban belajar setiap mata pelajaran pada Sistem Kredit Semester dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). Beban belajar satu sks meliputi satu jam pembelajaran tatap muka, satu jam penugasan terstruktur, dan satu jam kegiatan mandiri tidak terstruktur (Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi).

Beban Belajar Siswa di SMAN 9 Bandar Lampung dipetakan dalam tabel mata pelajaran sebagai berikut:


(19)

Tabel 1. Mata Pelajaran dan Beban Belajar per Semester Program IPA SMAN 9 Bandar Lampung


(20)

Tabel 2. Mata Pelajaran dan Beban Belajar per Semester Program IPS SMAN 9 Bandar Lampung

Keterangan :

*Ekonomi, sosiologi dan geografi : Mata pelajaran penjurusan yang wajib diambil bagi siswa program IPS

Pengambilan beban belajar tiap semester ditentukan berdasarkan perolehan IP pada semester sebelumnya dengan ketentuan sebagai berikut:


(21)

b. IP 5,0 – 5,9 dapat mengambil maksimal 10 sks c. IP 6,0 – 6,9 dapat mengambil maksimal 16 sks

d. IP 7,0 – 7,4 dapat mengambil maksimal 20 sks (batas KKM) e. IP 7,5 – 7,9 dapat mengambil maksimal 24 sks

f. IP 8,0 - 8,4 dapat mengambil maksimal 28 sks g. IP > 8,5 dapat mengambil maksimal 36 sks

Pelaksanaan SKS perlu didukung oleh kesiapan sekolah. Siap atau tidaknya sekolah melaksanakan SKS dapat dilihat dari persiapan guru dalam menerapkan proses pembelajaran. Untuk mengukur kualifikasi guru mengenai kesiapannya dapat dilihat dari kesiapan materi yang akan diberikan, kesiapan perencanaan pembelajaran dan kemampuan menggunakan media / alat praktik yang digunakan selama proses belajar mengajar. Selain kesiapan guru, kesiapan siswa juga harus diperhatikan. Menurut teori belajar, aspek kognitif dapat dipengaruhi oleh kesiapan siswa. Kesiapan siswa merupakan kondisi awal suatu kegiatan belajar yang membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban yang ada pada diri siswa dalam mencapai tujuan pengajaran tertentu. Kondisi siswa yang siap akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya.Keberhasilan tersebut juga dipengaruhi oleh ketersediaan sarana ataupun fasilitas sebagai pendukung proses belajar mengajar yang lebih efektif dan efisien. Efektif dalam arti dapat menghasilkan pembelajaran yang fokus sesuai dengan karakter mata pelajaran. Efisien memiliki arti pendidik dan peserta didik bisa melaksanakan proses pembelajaran dengan tepat dan cermat sesuai dengan kewajiban masing-masing.


(22)

Berdasarkan hasil pra survey yang dilakukan penulis bahwa pelaksanaan SKS di SMAN 9 Bandar lampung dinilai sangat rumit. Terlihat sangat jelas ketidaksiapan siswa dalam pelaksanaan SKS. Banyaknya siswa kelas X yang mengeluhkan dalam memilih mata pelajaran yang harus diikuti pada tiap semester karena pada program SKS siswa harus memilih mata pelajaran sendiri. Selain itu, sumber daya guru belum cukup memadai untuk mengacu pada jumlah mata pelajaran yang ditawarkan pada setiap semester.Tidak hanya masalah siswa dan guru, secara teknis pihak sekolah juga akan menghadapi masalah ketika harus merancang kurikulum, menentukan beban belajar, dan menyusun rombongan belajar minimum dan maksimum.

Bertolak ukur dari permasalahan di atas, maka penelitian ini dilakukan secara khusus untuk melihat bagaimanakah pengaruh kesiapan sekolah terhadap pelaksanaan program sistem kredit semeter di SMAN 9 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Kurangnya kesiapan sekolah dalam menerjemahkan kurikulum dan menentukan beban belajar.

2. Kurangnya informasi dan sosialisasi tentang pelaksanaan SKS. 3. Kurangnya kesiapan guru dalam proses pembelajaran SKS. 4. Kurangnya tingkat pemahaman guru dalam pelaksanaan SKS


(23)

5. Kurangnya kesiapan siswa dan daya serap siswa dalam proses belajar dengan menggunakan SKS.

6. Belum terpenuhinya sarana dan fasilitas penunjang SKS.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian ini tidak terlalu luas jangkauannya, maka peneliti membatasi masalah yang diteliti, yaitu : Pengaruh kesiapan sekolah terhadap pelaksanaan program sistem kredit semester di SMA Negeri 9 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah bagaimanakah pengaruh kesiapan sekolah terhadap pelaksanaan program sistem kredit semester di SMA Negeri 9 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 ?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh kesiapan sekolah terhadap pelaksanaan program Sistem Kredit Semester di SMA Negeri 9 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.


(24)

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis

Secara teoretis kegunaan penelitian tentang pengaruh kesiapan sekolah terhadap pelaksanaan program sistem kredit semester di SMA Negeri 9 Bandar Lampung adalah untuk mengembangkan konsep-konsep ilmu pendidikan yang termasuk kedalam ruang lingkup pendidikan kewarganegaraan yang mengkaji tentang upaya kesiapan sekolah dalam hal ini meliputi kesiapan guru, siswa, sarana prasarana serta lingkungan terhadap pelaksanaan program sistem kredit semester di SMA Negeri 9 Bandar Lampung.

b. Kegunaan Praktis

Kegunaan penelitian secara praktis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi bagi dinas pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

2. Hasil penelitian dapat dijadikan masukan bagi siswadalam menggembangkan prestasi, bakat, minat serta ketrampilannya . 3. Hasil penelitian dapat dijadikan masukan bagi guru untuk untuk

meningkatkan potensi/kemampuannya dalam dunia pendidikan. 4. Hasil penelitian dapat dijadikan masukan bagi

Sekolah/Lembagapendidikan agar berperan untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkompeten.


(25)

F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Ilmu

Ruang lingkup ilmu ini adalah ilmu pendidikan khususnya pendidikan kewarganegaraan yang berhubungan dengan kesiapan sekolah terhadap pelaksanaan program sistem kredit semester .

2. Ruang Lingkup Subyek

Ruang lingkup subyek dalam penelitian ini adalah paraguru dan siswa kelas X di SMA Negeri 9 Bandar Lampung .

3. Ruang Lingkup Obyek

Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah pengaruh kesiapan sekolah terhadap pelaksanaan program sistem kredit semester di SMA Negeri 9 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.

4. Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah SMA Negeri 9 Bandar Lampung.

5. Ruang Lingkup Waktu

Waktu dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sejak dikeluarkannya surat izin penelitian pendahuluan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sampai dengan selesainya penelitian ini


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis

1.Tinjauan Tentang Kesiapan Sekolah

a. Pengertian Kesiapan Sekolah

Kesiapan sangat penting untuk memulai suatu pekerjaan karena dengan memiliki kesiapan, apapun akan dapat teratasi dan dikerjakan dengan lancar sehingga hasilnya baik.

Menurut Slameto dalam Dwi Wahyuni (2005) mengemukakan bahwa

“kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh atau kecenderungan untuk memberi respon”.

Menyimak pendapat di atas, maka kesiapan dapat diartikan sebagai faktor internal sebelum dan selama menghadapi sesuatu permasalahan atau kegiatan tertentu berupa perencanaan, guna menghadapi masalah yang akan timbul.


(27)

Beberapa prinsip kesiapan menurut Slameto (1995:117), adalah sebagai berikut :

a. Semua aspek perkembangan ini berinteraksi (saling mempengaruhi) b. Kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh

manfaat dan pengalaman.

c. Pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap kesiapan.

d. Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode tertentu selama masa pembentukan dan masa perkembangan.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dijelaskan bahwa kesiapan sekolah adalah kondisi awal dari suatu kegiatan tertentu berupa perencanaan . Sekolah merupakan bagian terpenting dari proses pendidikan, sekolah harus menjadi bagian utama di dalam proses pembuatan keputusan.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Sekolah

Kesiapan sekolah perlu didukung oleh elemen-elemen sekolah sebagai berikut :

1. Kesiapan Materiil/ Sumber Daya Alamiah Sekolah

Bentuk kesiapan materiil dapat dilihat dari dimensi perangkat kurikulum, sarana prasarana, lingkungan sekolah yang mencakup lingkungan fisik (gedung) dan lingkungan sosial.

a. Perangkat Kurikulum

Perangkat kurikulum merupakan sarana penunjang dalam pencapaian keberhasilan kegiatan pembelajaran yang harus dimiliki oleh seorang guru. Untuk itu setiap guru dituntut untuk menyiapkan dan merencanakan dengan sebaik-baiknya dalam rangka mencapai


(28)

keberhasilan kegiatan pembelajaran secara optimal, maka guru harus melakukan hal-hal sebagai berikut: 1) mengkaji dan memahami struktur program kurikulum yang berlaku, 2) mamahami tujuan pengajaran, 3) mangkaji materi pembelajaran, 4) mengkaji dan mengembangkan berbagai metode pengajaran yang tercantum dalam kurikulum, 5) mengetahui tata urutan penyajian dan alokasi waktu yang tersedia, 6) mengkaji dan mengembangkan sarana pembelajaran, 7) mengkaji dan mengembangkan cara penialaian proses hasil belajar, 8) mengembangkan kurikulum dalam tahunan, 9) memahami buku pedoman dan petunjuk pelaksanaan kurikulum, 10) memiliki buku referensi yang memadai, 11) mengembangkan dan memanfaatkan sumber belajar (Depdikbud, 1995).

b. Sarana dan Prasarana

Pengertian sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Sedangkan yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, serta jalan menuju sekolah.


(29)

c. Lingkungan

Dimensi lingkungan dapat dibedakan menjadi dua yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik lebih cenderung dikaji dari sisi bangunan yang berada di sekitar sekolah, sedangkan lingkungan sosial dilihat dari kondisi masyarakat di sekitar sekolah. Baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial sama-sama memberikan kontribusi yang positif.

2. Kesiapan Nonmaterial/ Sumber Daya Manusia Sekolah

Bentuk nonmaterial sekolah dapat dilihat dari dimensi kepemimpinan kepala sekolah, guru, dan siswa.

a. Kepemimpinan Kepala Sekolah

Tugas kepala sekolah adalah bertanggung jawab atas sekolahnya dalam melaksanakan berbagai kegiatan, seperti bagaimana mengelola berbagai masalah menyangkut pelaksanaan administrasi sekolah. Sebagai penanggung jawab penyelenggara pendidikan kepala sekolah mempunyai fungsi sebagai educator (guru), manager (pengarah ,penggerak sumber daya), administrator, supervisior (pengawas, penggoreksi dan melakukan evaluasi).

b. Guru

Guru merupakan unsur pengerak proses pendidikan, khususnya pendidikan formal, guru merupakan unsur yang sangat penting karena guru merupakan tumpuan harapan keberhasilan proses transformasi pendidikan . Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 guru adalah


(30)

pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Secara sederhana guru dapat di simpulkan suatu pekerjaan yang mendidik peserta didik.Untuk mengukur kualifikasi guru mengenai kesiapannya dapat dilihat dari kesiapan materi yang akan diberikan, kesiapan perencanaan pembelajaran dan kemampuan menggunakan media / alat praktik yang digunakan selama praktik berlangsung .

c. Siswa

Siswa merupakan bagian penting dari sekolah. Menurut Oemar hamalik

(2001: 38) menyatakan “Siswa atau peserta didik adalah mereka yang secara khususdiserahkan oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah, dengan tujuan untuk menjadi manusia yangberilmu pengetahuan, berketerampilan, berpengalaman, berkepribadian,berakhlak mulia, dan mandiri”.Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran kondisi kesiapan siswa harus diperhatikan . Hal ini berkaitan dengan dasar pertimbangan pengembangan suatu perencanaan pengajaran, seperti menentukan beban belajar yang akan disajikan.


(31)

2. Tinjauan Tentang Pelaksanaan Program SKS

a. Pengertian Program

Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan. Di dalam program dibuat beberapa aspek, disebutkan bahwa di dalam setiap program dijelaskan mengenai:

1. Tujuan kegiatan yang akan dicapai.

2. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan.

3. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui. 4. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan.

5. Strategi pelaksanaan.

Melalui program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudah untuk diopersionalkan. Hal ini sesuai dengan pengertian program yang diuraikan sebagai berikut:

Pengertian untuk istilah “program” ada dua, yaitu pengertian secara umum

dan khusus. Secara umum, program seringkali diartikan sebagai sebuah rencana sedangkan secara khusus program adalah suatu unit dari satuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kegiatan yang berlangsung dalam proses yang berkesinambungan dan terjadi dalam satu wadah yang melibatkan sekelompok orang (Nurihsan dan Sudianto, 2005)

Sebuah program bukan hanya kegiatan tunggal yang dapat diselesaikan dalam waktu singkat, tetapi merupakan kegiatan yang berkesinambungan karena melaksanakan suatu kebijakan. Oleh karena itu, sebuah program dapat berlangsung dalam kurun waktu yang relatif lama.


(32)

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa pengertian program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan maka program juga disebut sebuah sistem yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan bukan hanya satu kali tetapi berkesinambungan. Pelaksanaan program selalu terjadi di dalam suatu organisasi yang artinya harus melibatkan sekelompok orang.

b. Pengertian Sistem Kredit Semester

Sistem Kredit Semester (SKS) sebagaimana yang diatur lebih lanjut pada Peraturan pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Pasal 11 : ayat (1) Beban belajar untuk SMP/MTs/SMPLB, atau bentuk lain yang sederajat dapat

dinyatakan dalam satuan kredit semester (SKS)”. Selanjutnya pada ayat (2) dinyatakan ”Beban belajar untuk SMA/MA/SMLB,SMK/MAK atau bentuk

lain yang sederajat pada pendidikan formal kategori standar dapat dinyatakan

dalam satuan kredit semester”; Ayat (3) ”Beban belajar untuk

SMA/MA/SMLB,SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat pada pendidikan formal kategori mandiri dinyatakan dalam satuan kredit semester”.

Menurut Slameto (1991:254) “program pendidikan semester dipakai sebagai

satuan waktu terkecil untuk menyatakan lamanya suatu program pendidikan satu jenjang, artinya program pendidikan satu jenjang dari awal sampai akhir dibagi-bagi dalam penyelenggaraan program semester.” Oleh sebab itu, seorang siswa yang menempuh program suatu pendidikan lengkap satu


(33)

jenjang harus menjalani program-program semester sebanyak yang dituntut

oleh program pendidikan jenjang tersebut.”

Oemar Hamalik (2003:35) menyatakan:

Sistem kredit adalah suatu sistem penyelenggaraan pendidikan dengan menggunakan satuan kredit semester(sks) untuk menyatakan beban kerja tenaga pengajar dan beban penyelenggaraan program pendidikan. Sistem kredit juga berarti suatu sistem penghargaan terhadap prestasi siswa dalam bidang atau bidang-bidang pengalaman belajar dalam rangka pemenuhan syarat-syarat program pendidikan yang diikutinya.

Adapun Sistem Kredit Semester (SKS) yaitu sebagaimana yang dimuat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk pendidikan dasar dan menengah . Dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa: Sistem Kredit Semester (SKS) adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang siswanya menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada sistem kredit semester dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). Beban belajar satu sks meliputi satu jam pembelajaran tatap muka, satu jam penugasan terstruktur, dan satu jam kegiatan mandiri tidak terstruktur.

Berdasarkan pendapat di atas, maka yang dimaksud dengan Sistem Kredit Semester (SKS) adalah satuan yang digunakan untuk menyatakan besarnya beban studi siswa, besarnya pengakuan atas keberhasilan studi siswa, keberhasilan komulatif bagi studi siswa serta besarnya beban mengajar didalam menyelenggarakan pendidikan. Sistem Kredit Semester (SKS) juga merupakan sebuah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti


(34)

setiap semester. Sedangkan beban belajar satu sks meliputi satu jam pembelajaran tatap muka, satu jam penugasan terstruktur dan satu jam kegiatan mandiri tidak terstruktur.

c. Pelaksanaan SKS

Satuan pendidikan yang melaksanakan SKS berpedoman pada ketentuan sebagai berikut:

1. SMP/MTs kategori standar dan kategori mandiri dapat melaksanakan SKS. 2. SMA/MA kategori standar dapat melaksanakan SKS.

3. SMA/MA kategori mandiri dan bertaraf internasional wajib melaksanakan SKS.

Pelaksanaan SKS pada setiap satuan pendidikan dilakukan secara fleksibel dan variatif dengan tetap mempertimbangkan ketuntasan minimal dalam pencapaian setiap kompetensi sebagaimana yang dipersyaratkan dalam Standar Isi.

Adapun prinsip dasar pelaksanaan SKS di SMP/MTS dan SMA/MA dalam buku panduan penyelenggaraan Sistem Kredit Semester untuk SMP/MTS dan SMA/MA yang dikeluarkan BSNP adalah sebagai berikut:

1. Peserta didik menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti pada setiap semester sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya.

2. Peserta didik yang berkemampuan dan berkemauan tinggi dapat mempersingkat waktu penyelesaian studinya dari periode belajar yang ditentukan dengan tetap memperhatikan ketuntasan belajar.


(35)

3. Peserta didik didorong untuk memberdayakan dirinya sendiri dalam belajar secara mandiri.

4. Peserta didik dapat menentukan dan mengatur strategi belajar dengan lebih fleksibel.

5. Peserta didik memiliki kesempatan untuk memilih program studi dan mata pelajaran sesuai dengan potensinya.

6. Peserta didik dapat pindah (transfer) kredit ke sekolah lain yang sejenis yang menggunakan SKS dan semua kredit yang telah diambil dapat dipindahkan ke sekolah yang baru.

7. Sekolah menyediakan sumber daya pendidikan yang lebih memadai secara teknis dan administratif.

8. Penjadwalan kegiatan pembelajaran diupayakan dapat memenuhi kebutuhan untuk pengembangan potensi peserta didik yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

9. Guru memfasilitasi kebutuhan akademik peserta didik sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya.

d. Beban Belajar

Acuan untuk menetapkan komponen SKS yaitu sebagaimana yang dimuat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa: Beban belajar setiap mata pelajaran pada sistem kredit semester dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). Beban belajar satu sks meliputi satu jam pembelajaran tatap muka, satu jam penugasan terstruktur, dan satu jam kegiatan mandiri tidak


(36)

terstruktur. Atas dasar itu, komponen-komponen beban belajar dalam SKS sama dengan Sistem Paket yang pengertiannya sebagai berikut:

1. Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik.

2. Penugasan terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh pendidik.

3. Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi. Waktu penyelesaiannya diatur sendiri oleh peserta didik.

Sebelum menetapkan beban belajar sks untuk SMA/MA yaitu memadukan semua komponen beban belajar, baik untuk Sistem Paket maupun untuk SKS, sebagaimana yang tercantum dalam buku panduan penyelenggaraan Sistem Kredit Semester untuk SMP/MTS dan SMA/MA yang dikeluarkan BSNP dapat dilihat tabel di bawah ini.


(37)

Tabel 3. Penetapan Beban Belajar sks di SMA/MA berdasarkan pada Sistem Paket

Kegiatan Sistem Paket Sistem SKS

Tatap muka 45 menit 45 menit

Penugasan terstruktur 60% x 45 menit = 27 menit

45 menit

Kegiatan mandiri 45 menit

Jumlah 72 menit 135 menit

Sumber: Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)

Berdasarkan pada Tabel 4 di atas dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa untuk menetapkan beban belajar 1 sks yaitu dengan formula sebagai berikut:

1 sks = 135 = 1.88 jam pembelajaran 72

Beban belajar sks untuk SMA/MA dengan mengacu pada rumus tersebut sehingga ditetapkan bahwa setiap pembelajaran dengan beban belajar 1 sks pada SKS sama dengan beban belajar 1.88 jam pembelajaran pada Sistem Paket.

e. Beban Belajar Minimum dan Maksimal

Berdasarkan buku panduan penyelenggaraan Sistem Kredit Semester untuk SMP/MTS dan SMA/MA yang dikeluarkan BSNP, agar proses pembelajaran disetiap satuan pendidikan yang menggunakan SKS dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien perlu ditetapkan batas minimal dan maksimal beban belajar sks sebagai berikut:


(38)

1. Beban belajar yang harus ditempuh oleh peserta didik SMP/MTs yaitu minimal 102 sks dan maksimal 114 sksselama periode belajar 6 semester. 2. Beban belajar yang harus ditempuh oleh peserta didik SMA/MA yaitu

minimal 114 sks dan maksimal 126 sksselama periode belajar 6 semester pada program IPA, IPS, Bahasa, dan Keagamaan.

f.Komposisi Beban Belajar

Komposisi beban belajar ini hanya berlaku untuk SMA/MA. Pengaturan komposisi ini disesuaikan dengan kompleksitas program penjurusan di SMA/MA. Dengan adanya komposisi beban belajar diharapkan agar penyelenggaraan SKS di SMA/MA dapat dilaksanakan secara variatif dan fleksibel. Penentuan komposisi beban belajar dilakukan oleh satuan pendidikan dengan mengacu pada beban belajar minimal atau maksimal..

Tabel 4. Contoh pengaturan Komposisi Beban Belajar

Komponen Kurikulum Komposisi Beban Belajar

1. Mata pelajaran 80% 2. Muatan Lokal 10% 3. Pengembangan Diri 10%

Sumber: Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)

Sesuai tabel di atas, maka dengan adanya komposisi ini sangat dimungkinkan bagi peserta didik untuk memperkirakan pemilihan mata pelajaran yang diikutinya di setiap semester.


(39)

g. Kriteria Pengambilan Beban Belajar

Pengambilan beban belajar dalam setiap semester oleh peserta didik memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Fleksibilitas dalam SKS yaitu peserta didik diberi keleluasaan untuk menentukan beban belajar pada setiap semester.

2. Pengambilan beban belajar oleh peserta didik didampingi oleh Pembimbing Akademik (Academic Adviser).

3. Kriteria yang digunakan untuk menentukan beban belajar bagi peserta didik yaitu:

a. semester 1 mengambil mata pelajaran sesuai dengan Standar Isi

b. semester berikutnya mempertimbangkan Indeks Prestasi (IP) yang diperoleh pada semester sebelumnya.

4. Peserta didik wajib menyelesaikan semua mata pelajaran yang tertuang dalam Standar Isi.

5. Satuan pendidikan dapat mengatur penyajian mata pelajaran secara tuntas

dengan prinsip ”on and off”, yaitu suatu mata pelajaran bisa diberikan hanya pada semester tertentu dengan mempertimbangkan ketuntasan kompetensi pada setiap semester.

h. Penilaian, Penentuan Indeks Prestasi, dan Kelulusan

Berdasarkan bukupanduan penyelenggaraan sistem kredit semester untuk SMP/MTS dan SMA/MA oleh BSNP, pengaturan mengenai penilaian,


(40)

penentuan indeks prestasi, dan kelulusan adalah sebagaimana diuraikan di bawah ini :

1. Penilaian

Penilaian setiap mata pelajaran menggunakan skala 0 - 10 dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.

2. Penentuan Indeks Prestasi

1) Semua peserta didik menempuh semua mata pelajaran yang sama pada semester 1 sesuai dengan Standar Isi.

2) IP dihitung dengan rumus sebagai berikut : IP = Σ N x sks Jumlah sks

Keterangan :

IP : Indeks Prestasi

ΣN : Jumlah mata pelajaran

sks : Satuan kredit semester yang diambil untuk setiap mata pelajaran

Jumlah sks : jumlah sks dalam satu semester

3) Peserta didik pada semester 2 dan seterusnya dapat mengambil sejumlah mata pelajaran dengan jumlah sks berdasarkan IP semester sebelumnya dengan ketentuan sebagai berikut:

a. IP < 5.0 dapat mengambil maksimal 10 sks. b. IP 5.0 – 5.9 dapat mengambil maksimal 14 sks. c. IP 6.0 – 6.9 dapat mengambil maksimal 20 sks.


(41)

d. IP 7.0 – 8.5 dapat mengambil maksimal 28 sks. e. IP > 8.5 dapat mengambil maksimal 36 sks.

4) Penjurusan dapat dilaksanakan mulai semester pertama tahun pertama.

3. Kelulusan

a. Peserta didik dapat memanfaatkan semester pendek hanya untuk mengulang mata pelajaran yang gagal.

b. Peserta didik SMA/MA dinyatakan lulus pada mata pelajaran utama dalam program studi apabila telah mencapai KKM 7.0. Sedang untuk mata pelajaran lain diatur oleh masing-masing satuan pendidikan dengan KKM minimum 6.0 yang secara bertahap meningkat menjadi 7.0 atau diatasnya.

c. Peserta didik SMP/MTs dinyatakan lulus pada mata pelajaran apabila telah mencapai KKM 7.0. Satuan pendidikan dapat 13 menetapkan KKM di bawah 7.0, minimum 6.0 yang secara bertahap meningkat menjadi 7.0 atau diatasnya.

d. Kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan yang menyelenggarakan SKS dapat dilakukan pada setiap akhir semester. e. Kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan sesuai dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 72 ayat (1) Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah: 1. menyelesaikan seluruh program pembelajaran


(42)

2. memperoleh nilai minimal baikpada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganewaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan

3. lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmupengetahuan dan teknologi

4. lulus Ujian Nasional.

B. Kerangka Pikir

Pelaksanaan SKS perlu didukung oleh kesiapan sekolah. Kesiapan sekolah adalah kondisi awal dari suatu kegiatan tertentu berupa perencanaan . Sekolah merupakan bagian terpenting dari proses pendidikan, sekolah harus menjadi bagian utama di dalam proses pembuatan keputusan. Siap atau tidaknya sekolah melaksanaan SKS dapat dilihat dari faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan sekolah, diantaranya yaitu kesiapan materiil/ sumber daya alamiah sekolah dan kesiapan nonmaterial/ sumber daya manusia sekolah. Bentuk kesiapan materiil dapat dilihat dari dimensi perangkat kurikulum, sarana prasarana, lingkungan sekolah yang mencakup lingkungan fisik (gedung) dan lingkungan sosial. Sedangkan bentuk nonmaterial sekolah dapat dilihat dari dimensi kepemimpinan kepala sekolah, guru, dan siswa.


(43)

Berdasarkan uraian di atas, maka bagan kerangka pikir dapat diformulasikan sebagai berikut :

Kesiapan Sekolah (X) : 1. Kesiapan Materiil

- Kurikulum - Sarana Prasarana - Lingkungan

2. Kesiapan Nonmateril - Kepala sekolah - Guru

- Siswa

Pelaksanaan SKS (Y) : - Siap

- Kurang siap - Tidak siap


(44)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Kegiatan penelitian berupaya untuk menemukan data yang valid, dan serta dalam usaha mengadakan analisa secara logis rasional diperlukan langkah-langkah pengkajian dengan menggunakan metode penelitian agar tujuan penelitian dapat tercapai seperti yang diharapkan. Metode penelitian sangat diperlukan untuk menentukan data dan pengembangan suatu pengetahuan dan serta untuk menguji suatu kebenaran ilmu pengetahuan.

Penggunaan dari suatu metode itu sendiri harus juga memperhatikan jenis ataupun karakteristik, serta objek yang akan diteliti. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif, yaitu dimana suatu metode penelitian yang bertujuan menggambarkan dan memaparkan secara tepat keadaan tertentu dalam masyarakat. Metode deskriptif adalah suatu penyelidikan yang bertujuan untuk menggambarkan atau menunjukkan keadaan seseorang, lembaga atau masyarakat tertentu pada masa sekarang ini berdasarkan pada faktor-faktor yang nampak saja (surface factor) di dalam situasi yang diselidikinya.


(45)

Mohamad Ali ( 1985 : 120 ) menjelaskan bahwa:

Metode penelitian deskriptif dipergunakan untuk memecahkan masalah atau menjawab masalah yang sedang dihadapi pada situasi sekarang, dilakukan dengan langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi, dengan analisis atau pengolahan data, menarik kesimpulan atau melaporkan dengan tujuan untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan dengan cara objektif dalam suatu deskripsi situasi.

Berdasarkan pendapat di atas, maka penggunaan metode deskriptif sangat tepat dalam penelitian yang peneliti laksanakan, karena sasaran dan kajiannya adalah untuk menjelaskan “Pengaruh Kesiapan Sekolah Terhadap Pelaksanaan Program Sistem Kredit Semester Di SMA Negeri 9 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013, dan menggambarkan serta menganalisis masalah yang ada sesuai kenyataan berdasarkan data-data dilapangan”.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Sugiyono (2008 : 117) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah dewan guru dan seluruh siswa kelas X di SMA Negeri 9 Bandar Lampung. Untuk lebih jelasnya, berikut data populasi yang dijadikan objek dalam penelitian ini.


(46)

Tabel 6. Jumlah Guru dan Siswa Kelas X SMAN 9 Bandar Lampung

No. Subyek Jumlah

1. Guru Bahasa Indonesia 4

Bahasa Inggris 6

Bimbingan Konseling 7

Biologi 5

Ekonomi 5

Fisika 6

Geografi 3

Kimia 6

Matematika 6

Agama Budha 1

Agama Hindu 1

Agama Islam 4

Agama Kristen 4

Pendidikan Jasmani 5

Pendidikan Kewarganegaraan 4

Sejarah 4

Seni Budaya 3

Sosiologi 2

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

4

2. Siswa X 1 32

X 2 32

X 3 30

X 4 32

X 5 30

X 6 32

X 7 32

X 8 30

X 9 31

Jumlah 361

Sumber : Data Primer SMAN 9 Bandar Lampung TP 2012/2013

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang dijadikan sasaran dalam penelitian. Menurut Mohammad Ali ( 1987 : 62 ), sampel merupakan sebagian besar yang diambil dari keseluruhan objek penelitian yang dianggap mewakili populasi dan pengambilannya menggunakan teknik tertentu.


(47)

Menentukan besarnya sampel, peneliti berpedoman pada pendapat Suharsimi Arikunto (2006 : 144) yaitu sebagai berikut :

Untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi. Selanjutnya bila subjeknya lebih besar dari 100 dapat diambil 10 %-15 % atau 20 %-25 % atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari :

1. Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana. 2. Sempitnya wilayah pengamatan dari setiap subjek kerena

menyangkut hal banyak sedikitnya data.

3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti.

Berdasarkan pendapat di atas, maka jumlah sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebesar 10% dari jumlah populasi. Jumlah populasi guru SMAN 9 Bandar Lampung adalah 80 guru dan jumlah siswa kelas X SMAN 9 Bandar Lampung sebanyak 281 siswa maka jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 361. Sehingga sampelnya adalah 10% x 361 = 36,1 Dengan demikian jumlah keseluruhan sampel dibulatkan menjadi 36 orang.

3. Teknik Sampling

Teknik yang digunakan dalam menetukan sampel penelitian ini adalah dengan menggunakan sampel random yaitu mencampurkan subjek di dalam populasi sehingga semua subjek-subjek di dalam populasi dianggap sama sehingga setiap subjek memperoleh kesempatan (chance) yang sama untuk dipilih menjadi sampel (Suharsimin Arikunto 1997 : 120). Untuk mengetahui berapa besar penelitian sampel ini dapat dilihat dari tabel berikut :


(48)

Tabel 7. Distribusi Sampel Penelitian di SMAN 9 Bandar Lampung

No. Subyek Jumlah Jumlah

(Sampel) 1. Guru Bahasa Indonesia 4 2

Bahasa Inggris 6 1

Bimbingan Konseling 7 1

Biologi 5 1

Ekonomi 5 1

Fisika 6 1

Geografi 3 1

Kimia 6 1

Matematika 6 1

Agama Budha 1 -

Agama Hindu 1 -

Agama Islam 4 1

Agama Kristen 4 1

Pendidikan Jasmani 5 1 Pendidikan

Kewarganegaraan

4 1

Sejarah 4 1

Seni Budaya 3 1

Sosiologi 2 1

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

4 1

2. Siswa Kelas X

X 1 32 2

X 2 32 2

X 3 30 2

X 4 32 2

X 5 30 2

X 6 32 2

X 7 32 2

X 8 30 2

X 9 31 2

Jumlah 361 36

Sumber : Analisis Data Primer

C. Variabel Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 96) “variabel penelitian adalah objek


(49)

variabel adalah sesuatu yang mempunyai nilai, dan yang menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian.”

a. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas dalam penelitian ini ialah kesiapan sekolah. b. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pelaksanaan program sistem kredit semester.

D. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional

1. Definisi Konseptual a. Kesiapan Sekolah

kesiapan sekolah adalah kondisi awal dari suatu kegiatan tertentu berupa perencanaan . Sekolah merupakan bagian terpenting dari proses pendidikan, sekolah harus menjadi bagian utama di dalam proses pembuatan keputusan.

Faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan sekolah, diantaranya yaitu kesiapan materiil/ sumber daya alamiah sekolah dan kesiapan nonmaterial/ sumber daya manusia sekolah. Bentuk kesiapan materiil dapat dilihat dari dimensi perangkat kurikulum, sarana prasarana, lingkungan sekolah yang mencakup lingkungan fisik (gedung) dan lingkungan sosial. Sedangkan bentuk nonmaterial sekolah dapat dilihat dari dimensi kepemimpinan kepala sekolah, guru, dan siswa.


(50)

b. Pelaksanaan Program SKS

Pelaksanaan SKS pada setiap satuan pendidikan dilakukan secara fleksibel dan variatif dengan tetap mempertimbangkan ketuntasan minimal dalam pencapaian setiap kompetensi sebagaimana yang dipersyaratkan dalam Standar Isi.

2. Definisi Operasional

Rencana Pengukuran variabel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan indikator dalam penelitian ini yaitu:

1. Pengaruh kesiapan sekolah ( X ): a. Bagaimana perangkat kurikulum b. Terpenuhinya sarana prasarana belajar c. Bagaimana keadaan lingkungan sekolah d. Bagaimana kepemimpinan kepala sekolah e. Bagaimana kinerja guru

f. Bagaimana kondisi kesiapan siswa

2. Pelaksanaan program SKS dalam hal ini diukur dengan (Y ): a. Siap

b. Kurang siap c. Tidak siap

E. Rencana Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel dalam penelitian kesiapan sekolah dan pelaksanaan program SKS adalah siap, kurang siap dan tidak siap.


(51)

Untuk mengukur penelitian ini dengan menggunakan skala scoring yang berisikan besaran tingkat kesiapan sekolah dan pelaksanaan program SKS yaitu:

1. Untuk jawaban siap diberi angka 3

2. Untuk jawaban kurang siap diberi angka 2 3. Untuk jawaban tidak siap diberi angka 1

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Pokok

Teknik pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Angket

Angket adalah pertanyaan yang dibuat oleh peneliti yang akan diberikan kepada responden. Metode ini peneliti gunakan dengan tujuan mengumpulkan data secara langsung dari responden.

Menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar (2004: 10) “angket

adalah daftar pernyataan atau pertanyaan yang dikirimkan pada responden baik secara langsung atau tidak langsung (melalui pos atau perantara)” Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini penulis menggunakan angket. Teknik angket adalah teknik pokok yang penulis gunakan untuk mengumpulkan data dengan cara membuat daftar pertanyaan secara tertulis yang kemudian diajukan kepada responden.

Dalam penelitian ini bentuk angket yang digunakan adalah angket tertutup. Setiap item soal memiliki 3 alternatif jawaban terdiri dari A, B, danC


(52)

sehingga responden dengan mudah memilih salah satu diantara jawaban yang tersedia. Adapun pemberian nilai dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Memilih alternatif A diberi skor 3

2) Memilih alternatif B diberi skor 2 3) Memilih alternatif C diberi skor 1

Teknik ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi yang relevan dengan tujuan survey.

2. Teknik Penunjang

Teknik penunjang dalam penelitian ini adalah :

a. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Metode wawancara yang digunakan oleh peneliti bertujuan untuk menunjang hasil angket yang belum lengkap.

b. Dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 206) teknik dokumentasi adalah“mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, lager, agenda. Dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengadakan pencatatan dokumen yang telah ada pada objek penelitian, seperti ; arsip-arsip, laporan, buku-buku yang menyangkut dengan penelitian ini.”


(53)

c. Observasi

Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti sehingga data yang diperoleh lebih lengkap dan akurat.

G. Validitas Alat Ukur dan Uji Reliabilitas 1. Uji Validitas

Validitas adalah ukuran kevalidan instrument pengumpul data, seperti yang

dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2006 : 144) bahwa “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrument.”

Sesuai pendapat di atas, untuk menentukan validitas item, penelitian menggunakan logikal validity yaitu melalui kontrol langsung terhadap teori-teori yang melahirkan indikator-indikator dengan cara konsultasi kepada para pembimbing kemudian dilakukan perbaikan atau revisi sesuai dengan keperluan.

2. Uji Reliabilitas

Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 170) “uji reliabilitas merupakan suatu

instrumen yang cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik sehingga mampu mengungkap data yang bisa dipercaya”.

Uji reliabilitas angket dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menyebarkan angket kepada 10 orang di luar responden.


(54)

2. Hasil uji coba dikelompokkan dalam belahan ganjil dan genap.

3. Hasil item ganjil dan genap dikolerasikan dengan Product Moment, yaitu:

Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi antar gejala x dan y

xy : Product dari gejala x dan y

n : Jumlah sampel. ( Sutrisno Hadi, 1989 : 318 )

4. Untuk reliabilitas angket digunakan rumus Sperman Brown, yaitu :

rxy =

) ( 1 ) ( 2 rgg gg r r  Keterangan :

rxy = koefisien reliabilitas seluruh item

rgg = koefisien antara item genap dan ganjil

( Sutrisno Hadi, 1989 : 37 )

5. Adapun hasil perhitungan di masukan dalam kriteria reliabilitas menurut Manase Malo ( 1989 : 139 ) adalah sebagai berikut :

0,90 – 1,00 = reliabilitas tinggi 0,50 – 0,89 = reliabilitas sedang 0,00 – 0,49 = reliabilitas rendah

  

 

n

y

y

n

x

x

n

y

x

xy

r

xy 2 2 2 2


(55)

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif yaitu dengan cara menangkap secara objektif temuan-temuan dilapangan yang dibantu dengan mempergunakan tabel distribusi frekuensi untuk kemudian diinterprestasikan dengna kalimat-kalimat atau pertanyaan-pertanyaan yang mudah dipahami.

Teknik untuk mengolah dan menganalisis data dalam penelitian ini digunakan rumus Chi kuadrat yaitu:

Rumus :

Keterangan :

= Chi Kuadrat

= Jumlah baris

= Jumlah kolom

= Frekuensi pengamatan

= Frekuensi yang diharapkan

Kriteria uji hipotesis= adalah H0 ditolak jika hit < tab dengan signifikansi 5 %(Sudjana, 1992 : 280). Untuk menguji hipotesis yang kedua digunakan tabel kontrol Chi Kuadrat, dengan kriteria uji : H1 diterima jika hit ≥



B i K d

Eij

Eij

Oij

X

1 : :1

2 2 2

B j I

K I j

ij

0

ij

E 2  2


(56)

tab pada taraf signifikansi 5% N : 25. Untuk mengolah dan menganalisis data, akan digunakan teknik analisis data dengan merumuskan :

I =

Keterangan : I : Interval

NT : Nilai Tertinggi NR : Nilai Terendah

K : Kategori (Sutrisno Hadi, 1996 : 12)

Untuk menguji keeratan maka digunakan rumus kontigensi sebagai berikut :

Keterangan :

C : Koefisien Kontigensi : Chi Kuadrat

n : Jumlah Sampel

Agar C diperoleh dapat dipakai untuk derajat asosiasi antara faktor-faktor diatas maka harga C dibandingkan koefisien maksimum yang biasa terjadi maka harga maksimum ini dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan :

: Koefisien kontigen maksimum K NR NTn X x C2

2

2 X

m m Cmaks  1

maks


(57)

m : Harga maksimum antara baris dan kolom 1 : Bilangan konstan (Sutrisno Hadi, 1996 : 37)

Makin dekat harga C pada C maksimum maka makin besar derajat asosiasi antara variabel.


(58)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data, pembahasan hasil penelitian, khususnya analisis data seperti yang telah diuraikan dalam pembahasan mengenai pengaruh kesiapan sekolah terhadap pelaksanaan program sistem kredit semester di SMA Negeri 9 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 maka penulis dapat menyimpulkan:

1. Berdasarkan analisis data variabel X dengan indikator kesiapan sekolah dapat dikatakan bahwa sebanyak 19 orang atau 52,8% masuk dalam kategori kurang siap, sehingga dapat dikatakan bahwa kesiapan sekolah belum memenuhi standar untuk melaksanaan sistem kredit semester. 2. Berdasarkan analisis data variabel Y dapat dikatakan bahwa sebanyak 18

orang atau sekitar 50% masuk dalam kategori kurang siap sehingga dapat dikatakan bahwa pelaksanaan sistem kredit semester di sekolah tersebut masih kurang memenuhi kesiapannya dikarenakan masih ada beberapa hal yang kurang mendukung untuk dilaksanakan program sistem kredit semester di sekolah yang bersangkutan.

3. Berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara pengaruh kesiapan sekolah terhadap pelaksanaan


(59)

program Sistem Kredit Semester di SMA Negeri 9 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 .

B. Saran

Setelah penulis menyelesaikan penelitian, membahas, menganalisis data dan mengambil kesimpulan dari hasil penelitian maka penulis ingin memberikan saran kepada:

1. Dinas Pendidikan agar meningkatkan kualitas pendidikan dengan cara pembaharuan dan perubahan mekanisme pengelolaan lembaga pendidikan. Sejalan dengan program sistem kredit semester (SKS) diharapkan mampu melahirkan tantangan dan harapan baru dalam dunia pendidikan namun dalam pelaksanaannya, harus dilakukan penyederhanaan total sks yang ditempuh siswa pada setiap beban mata pelajaran yang terlalu berlebihan sehingga dinilai kurang efektif .

2. Bapak Kepala Sekolah agar lebih memperhatikan pelaksanaan program sistem kredit semester dengan cara meningkatkan proses pembelajaran, baik terhadap siswa, guru, maupun lingkungan sekitar.

3. Guru diharapkan dapat meningkatkan dan memperhatikan pelaksanaan program sistem kredit semester dengan cara mengikuti sosialisasi atau worksop tentang SKS, selain itu dalam pelaksanaan SKS guru diharapkan berpedoman pada Petunjuk Teknis (Juknis) pelaksanaan SKS yang telah diterbitkan oleh BSNP . Disamping itu juga guru hendaknya lebih terbuka dan bersedia bekerja sama demi kemajuan siswa.


(60)

4. Siswa-siswi SMA Negeri 9 Bandar Lampung agar lebih meningkatkan hasil belajar dengan cara menumbuhkan minat belajar agar dapat menyelesaikan studinya lebih cepat dari periode belajar yang ditentukan sesui dengan tujuan dilaksanakannya program sistem kredit semester.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1985. Penelitian Kependidikan dan Strategi. Angkasa. Bandung. Anang, 2011. Implementasi Sistem Kredit Semester pada SMA.

http://suaidinmath.wordpress.com diambil tanggal 9 November 2012 pukul 19.30

Anisa Natalia. 2009. Evaluasi Pelaksanaan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional Di SMP Negeri 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010. Program Sarjana Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan. Unila. Tidak diterbitkan.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta

Badan Standar Nasional Pendidikan, 2010. Panduan Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester Untuk SMP/MTS dan SMA/MA. BSNP, Depdikanas. Jakarta Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun

2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta

Dwi Wahyuni. 2005. Pengaruh Kesiapan Belajar, Motivasi Belajar Dan Pengulangan Materi Pelajaran Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Pada Siswa Kelas Ii Ma Al Asror Gunung Pati Tahun Pelajaran 2004/2005

Hadi, Sutrisno. 1996. Metode Teknik Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif. UNS. Surakarta.

Hamalik, Oemar. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bumi Aksara. Jakarta

_______________. 2003. Managemen Belajar di Perguruan Tinggi Pendekatan Sistem Kredit Semester SKS. Sinar Baru. Jakarta

Malo, Manase. 1986. Metode Penelitian Sosial. Kurnia. Jakarta. 139 Halaman. Nazir, Mohammad. 1999. Metode Penelitian . Jakarta : Ghalia Indonesia.


(62)

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003. Jakarta: Media Abadi.

Universitas Lampung. 2012. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Usman, Husaini & Purnomo Setiadi Akbar. 2004. Manajemen Penelitian Sosial. Angkasa. Jakarta. 193 Halaman.


(1)

1 : Bilangan konstan (Sutrisno Hadi, 1996 : 37)

Makin dekat harga C pada C maksimum maka makin besar derajat asosiasi antara variabel.


(2)

97

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data, pembahasan hasil penelitian, khususnya analisis data seperti yang telah diuraikan dalam pembahasan mengenai pengaruh kesiapan sekolah terhadap pelaksanaan program sistem kredit semester di SMA Negeri 9 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 maka penulis dapat menyimpulkan:

1. Berdasarkan analisis data variabel X dengan indikator kesiapan sekolah dapat dikatakan bahwa sebanyak 19 orang atau 52,8% masuk dalam kategori kurang siap, sehingga dapat dikatakan bahwa kesiapan sekolah belum memenuhi standar untuk melaksanaan sistem kredit semester. 2. Berdasarkan analisis data variabel Y dapat dikatakan bahwa sebanyak 18

orang atau sekitar 50% masuk dalam kategori kurang siap sehingga dapat dikatakan bahwa pelaksanaan sistem kredit semester di sekolah tersebut masih kurang memenuhi kesiapannya dikarenakan masih ada beberapa hal yang kurang mendukung untuk dilaksanakan program sistem kredit semester di sekolah yang bersangkutan.

3. Berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara pengaruh kesiapan sekolah terhadap pelaksanaan


(3)

Tahun Pelajaran 2012/2013 .

B. Saran

Setelah penulis menyelesaikan penelitian, membahas, menganalisis data dan mengambil kesimpulan dari hasil penelitian maka penulis ingin memberikan saran kepada:

1. Dinas Pendidikan agar meningkatkan kualitas pendidikan dengan cara pembaharuan dan perubahan mekanisme pengelolaan lembaga pendidikan. Sejalan dengan program sistem kredit semester (SKS) diharapkan mampu melahirkan tantangan dan harapan baru dalam dunia pendidikan namun dalam pelaksanaannya, harus dilakukan penyederhanaan total sks yang ditempuh siswa pada setiap beban mata pelajaran yang terlalu berlebihan sehingga dinilai kurang efektif .

2. Bapak Kepala Sekolah agar lebih memperhatikan pelaksanaan program sistem kredit semester dengan cara meningkatkan proses pembelajaran, baik terhadap siswa, guru, maupun lingkungan sekitar.

3. Guru diharapkan dapat meningkatkan dan memperhatikan pelaksanaan program sistem kredit semester dengan cara mengikuti sosialisasi atau worksop tentang SKS, selain itu dalam pelaksanaan SKS guru diharapkan berpedoman pada Petunjuk Teknis (Juknis) pelaksanaan SKS yang telah diterbitkan oleh BSNP . Disamping itu juga guru hendaknya lebih terbuka dan bersedia bekerja sama demi kemajuan siswa.


(4)

99

4. Siswa-siswi SMA Negeri 9 Bandar Lampung agar lebih meningkatkan hasil belajar dengan cara menumbuhkan minat belajar agar dapat menyelesaikan studinya lebih cepat dari periode belajar yang ditentukan sesui dengan tujuan dilaksanakannya program sistem kredit semester.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1985. Penelitian Kependidikan dan Strategi. Angkasa. Bandung. Anang, 2011. Implementasi Sistem Kredit Semester pada SMA.

http://suaidinmath.wordpress.com diambil tanggal 9 November 2012 pukul 19.30

Anisa Natalia. 2009. Evaluasi Pelaksanaan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional Di SMP Negeri 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010. Program Sarjana Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan. Unila. Tidak diterbitkan.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta

Badan Standar Nasional Pendidikan, 2010. Panduan Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester Untuk SMP/MTS dan SMA/MA. BSNP, Depdikanas. Jakarta Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun

2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta

Dwi Wahyuni. 2005. Pengaruh Kesiapan Belajar, Motivasi Belajar Dan Pengulangan Materi Pelajaran Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Pada Siswa Kelas Ii Ma Al Asror Gunung Pati Tahun Pelajaran 2004/2005

Hadi, Sutrisno. 1996. Metode Teknik Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif. UNS. Surakarta.

Hamalik, Oemar. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bumi Aksara. Jakarta

_______________. 2003. Managemen Belajar di Perguruan Tinggi Pendekatan Sistem Kredit Semester SKS. Sinar Baru. Jakarta

Malo, Manase. 1986. Metode Penelitian Sosial. Kurnia. Jakarta. 139 Halaman. Nazir, Mohammad. 1999. Metode Penelitian . Jakarta : Ghalia Indonesia.


(6)

Sugiono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung Sudjana. 1986. Metode Statistika. Tarsito. Bandung. 508 Halaman

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003. Jakarta: Media Abadi.

Universitas Lampung. 2012. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Usman, Husaini & Purnomo Setiadi Akbar. 2004. Manajemen Penelitian Sosial. Angkasa. Jakarta. 193 Halaman.