26
2.2.1.1 Forklor Lisan
Forklor lisan adalah forklor yang bentuknya murni lisan. Bentuk- bentuk forklor yang termasuk dalam forklor lisan diantaranya: a bahasa
rakyat, seperti logat, julukan, pangkat, b ungkapan tradisional seperti peribahasa, pepatah, c pertanyaan tradisional, seperti teka-teki, d puisi
rakyat, seperti pantun, gurindam, syair, e cerita prosa rakyat, seperti mite, legenda, dongeng, dan f nyayian rakyat
2.2.1.2 Folklor Sebagian Lisan
Forklor sebagian lisan adalah forklor yang bentuknya merupakan gabungan unsur lisan dan unsur bukan lisan. Danandjaja 2002:153.
Contoh dari forklor sebagian lisan adalah: a kepercayaan rakyat, b permainan rakyat.
Folklor sebagian lisan yang sering diteliti adalah kepercayaan rakyat misalnya orang sering menyebutnya dengan “takhayul” yang terdiri
dari pernyataan yang bersifat lisan yang ditmbah dengan gerak isyarat yang dianggap mempunyai makna ghoib. Misalnya dalam upacara ritual
pengantin jawa saat acara “panggih” ketika prosesi wiji dadi, saat pengantin pria bergerak maju menuju ke tempat telor yang telah disiapkan
pengantin wanita. Dengan kaki kanannya telor tersebut diinjak hingga pecah yang dalam acara hal tersebut dinamakan “midak tigan” menginjak
telor, lalu pengantin wanita jongkok membersihkan kaki sang suami dengan air kembang setaman dari baskom,dikeringkan dengan lap
27
handuk.setelah selesai kemudian suami mengangkat tangan sang isteri untuk berdiri kembali. Masyarakat percaya ini merupakan kepercayaan
agar susmi isteri diharapkan kelak akan segera mendapatkan keturunan.
2.2.1.3 Forklor Bukan Lisan
Forklor bukan lisan adalah forklor yang bentuknya bukan lisan, walaupun cara pembuatannya diajarkan secara lisan. Forklor bukan lisan
dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu: a materiil, antara lain arsitektur rakyat, kerajinan tangan rakyat, pakaian, perhiasan makanan dan minuman
rakyat, dan obat-obatan tradisional, b bukan materiil, antara lain gerak isyarat tradisional, bunyi isyarat untuk komunikasi rakyat dan musik
rakyat. Dalam prosesi ritual pengantin jawa dapat forklor bukan lisan
dapat kita saksikan dengan adanya berbagai bentuk pakaian-pakaian adat pengantin, kemudian ukiran pelaminan, juga adanya irama-irama tertentu
pada saat pelaksanaan prosesi ritual, contohnya dalam ritual “nebus kembang mayang” disiapkan perlengkapan karawitan yaitu “Gongsa
Jangkep Wirapradangda dan Waranggana”. Begitu pula dalam pelaksanaan acara kirap pengantin diiringi Gending Katawang Gita Sri
Nalendra.
2.2.2 Konsep Pengantin Jawa dan Keluarga Jawa