17
pengantin cintanya lengket selama-lamanya, 5 buah-buahan, bermakna penuh harap agar cinta mereka dapat menghasilkan buah kasih terhadap
keluarga dan masyarakat, 6 daun sirih, daun ini muka dan punggungnya berbeda rupa tetapi kalau digigit sama rasanya bermakna bersatu hatu
berbulat tekad tanpa harus mengorbankan perbedaan. Disamping upacara tradisional tersebut di atas sebelum sampai
pada pelaksanaan rangkaian upacara pengantin, dikalangan masyarakat jawa biasanya juga mengadakan upacara-upacara tradisional lain yang
dianggap penting dan bermakana bagi keselamatan terhadap pelaksanaan jalannya upacara ritual pengantin.
2.1.1.1 Upacara Nyadran
Merupakan kegiatan ke makam leluhur dengan maksud untuk bersih kubur dan kirim doa, biasanya dilakukan minimal satu minggu
sebelum khajatan mantu dimulai, calon pengantin disertai keluarganya melakukan ziarah ke makam leluhur yang sudah meninggal misalnya
bapak ibunya, eyangnya, eyang buyutnya atau eyang leluhurnya. Didalam melaksanakan ziarah kubur, selain dengan maksud bersih kubur dan kirim
doa, juga untuk memohon kepada Tuhan sang pencipta agar pelaksanaan hajat pernikahan mendapatkan ridha, dan berkah sehingga dapat berjalan
dengan lancar dan selamat. Menurut Soedjarwo S Harjo 1999:22 Nyadran adalah
menyelenggarakan selamatan, adakalanya disebut kenduri yang dilakukan
18
oleh keluarga calon pengantin dalam rangka kirim do’a atau kirim bekti kepada leluhurnya serta memanjatkan doa kepada Allah SWT semoga
diberkati selama pelaksanaan hajatan mantu. Dalam upacara ini biasanya dikuti dengan diadakannya tumpengan
selamatan dengan menyuguhkan yaitu: 1 segha adhem-adheman, sayuran, telor rebusan, ayam, tempe baceman, tahu bacem, ikan asin macam-
macam peyek , hal ini memaknai sebuah ketentraman, 2 apem, ketan dan kolak, maknanya menyediakan makan para leluhur, 3 kolak kencana yaitu
pisang mas yang masih utuh dengan kulitnya, maknanya keselamatan untuk kanjeng ratu kidul. 4 rujak degan ‘kelapa muda’ maknanya mohan
kesegaran dan kewarasan.
2.1.1.2 Upacara Langkahan
Upacara ini merupakan upacara tambahan yang dilakukan apabila calon pengantin putraputri yang akan melaksanakan ijab nglangkahi
‘mendahului’ kakak yang belum menikah. Upacara ini bentuk dan waktunya tidak terikat pada norma-norma tertentu. Menurut Pakoe
Buwono IV dalam Soedjarwo S. Hardjo 1999:27 bahwa jodoh itu ditentukan oleh Allah SWT. Barang siapa yang lebih dahulu mendapatkan
jodoh, seyogyanya yang lain mengikhlaskan, namun disertai dengan tata upacara langkahan atau tebusan.
Cara pelaksanaan upacara ini bermacam-macam disesuaikan dengan kemampuan yang ada, ada yang berujud benda atau barang, ada
19
pula yang cukup dengan kata-kata saja dan sungkem ‘meminta restu’ kepada saudara tuanya. Namun dalam masyarakat daerah tertentu ada
syarat-syarat lain yang harus dipenuhi calon besan yaitu: 1 kekudangan, sarana tertentu yang harus disertakan dalam upacara, wujudnya bisa saja
berupa barang,atau semacam sumpah yang diucapkan pada waktu upacara tersebut. Kekudangan ini biasanya ditawarkan pada waktu penetuan
lamaran diterima atau ditolak, 2 pamesing, sarana yang berupa pakaian untuk kakeknenek atau nenek buyut sebagai bentuk atau ungkapan
penghormatan kepada orang yang sudah sepuh sekaligus mohon doa restunya.
2.1.1.3 Upacara Bubak Kawah