Gemi Nastiti Mendhem Jero Mikul Dhuwur

34 habislah jejak manusia, lebih berharga dari daun jati kering, ahirnya sengsara sebagai peminta-minta yang sengsara” Pemenuhan kebutuhan hidup dalam berkeluarga merupakan salah satu syarat mencapai kebahagiaan disamping juga perlu keluhuran budi pekerti baik dalam keluarga maupun lingkungannya.

2.2.2.3 Gemi Nastiti

Kebahagiaan hidup berumah tangga tidak lepas dari tingkat pemenuhan kebutuhan hidup, semakin cakap kedua mempelai dalam mencari dan mengatur keuangannya maka akan semakin menunjang kebahagiaan keluarganya, dalam hal ini dikenal istilah asthagina ‘ delapan kegunaan yang meliputi panggaotan ‘pekerjaan’, rigen ‘ teliti’, gemi ‘tidak boros’ , titi ‘tertip’, wruh ing petungan ‘tahu perhitungan’, taberi tetanya ‘rajin bertanya’, nyegah kayun ’mengendalikan kehendak’, dan nemeni seja niat ‘ sungguh-sungguh’. Panggautan gelaring pambudi, warna- warna sakaconggahira nuting jaman kelakone, rigeng ping kalihipun, dadi pamprih marang pakolih, katri gemi garapnya, margane mrih cukup, ping pat nastiti pamriksa, iku mergane wruh ing pasthi, lima wruh ing petungan. Watek adoh mring butuh sehari, kaping nenem taberitatarya ngundhakan marang kawruhe, ping pitu nyegah kayun, pepinginan kang tanpa kardi,tan boros maring artha. Pakubuwono IV dalam Wibowo dkk 1998:28. ‘Pekerjaan dan siasat atau uraian cara-cara usaha, berbagai macam menurut kemampuan, sesuai dengan jamannya, yang kedua adalah cekatan hemat kerjamu yaitu menjadi pamrih untuk memperoleh, ketiga hemat kerjanya, jalannya agar cukup, keempat berhati-hati dalam mengetahui, itu 35 menjadi jalan tahu kepastian, lima tahu perhitungan’. ‘Wataknya jauh dari kebutuhan sehari-hari, keenam rajin bertanya, menambah pengetahuannya, ketujuh mencegah kehendak, keinginan yang tidak berarti, tidak boros terhadap uang.

2.2.2.4 Mendhem Jero Mikul Dhuwur

Kehidupan keluarga mempunyai tujuan pencapaian kebahagiaan bagi semua anggota keluarganya sehingga dikenal pula istilah ngalah marang bocah ‘orang tua harus memahami benar kehendak anaknya sehingga harus rela mengalahkan kepentingan diri demi anak-anaknya. Mendhem jero mikul dhuwur ‘ungkapan yang berisi nasehat sebagai pelaksanaan keadilan legal’, demikian pula anak berlaku adil terhadap sesama saudaranya. Pengejawantahan dari pandangan dan sikap hidup keluarga jawa mengenai tugas-tugas suami diperintahkan agar suami cocok dengan istrinya, menjadi contoh bagi istrinya agar mendapat karaharjan ‘kebahagiaan’ . Sing jodho marang bojo, momong mareng pawes-tri,asih marang garwotrusing driya, rumeksa mring rahayuning garwo, dadi guru ugering wanodya Sunoto:1989 Ajaran semacam itu juga terdapat sebagaimana ungkapan bait berikut : Dene sesanggamaning jejodhoan puniko wonten warni kalih. Sepisan tumpraping kakung kedah saged ngayomi rumekso, anuntuni mengajari saha angemong anyabari kados ayubing ronron anggening angayomi dha-thang delegipun dumugi ayod. Sumaatmaka Atmasalaga dalam karkono partokusumo 1998:32 36 ‘Adapun kewajiban orang yang telah kawin ada dua macam. Pertama bagi laki-laki harus dapat melindungimenjaga, memberi tuntunan atau mengajari, serta mengasuh sabar, seperti teduhnya daun-daun yang mengayomi batang sampai akar”. Inti petunjuk tersebut adalah keharusan suami untuk melindungi dan menjaga, memberi petunjuk serta memelihara istrinya seperti halnya sebatang pohon yang daun-daunnya menaungi seluruh batang sampai akar.

2.2.2.5 Rumeksa Rahayuning Garwa