Angkutan Barang Analisis dan Rencana Pengembangan Angkutan Barang Kota Denpasar.

6 International Standards Organization dan kereta gandengan. Dengan cara ini pemindahan dari satu moda ke moda lainnya dipermudah dan bahayapun diperkecil serta tidak perlu setiap kali dibongkar muat. Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. 69 Tahun 1993, pengangkutan barang terdiri dari :  Barang umum adalah bahan atau benda selain dari bahan berbahaya, barang khusus, peti kemas dan alat berat.  Bahan berbahaya adalah setiap bahan atau benda yang oleh karena sifat dan ciri khas serta keadaannya, merupakan bahaya terhadap keselamatan dan ketertiban umum serta terhadap jiwa atau keselamatan makhluk hidup lainnya.  Barang khusus adalah barang yang karena sifat dan bentuknya harus dimuat dengan cara khusus.  Alat berat adalah barang yang karena sifatnya tidak dapat dipecah-pecah sehingga memungkinkan angkutannya melebihi muatan sumbu terberat atau dimensinya melebihi ukuran maksimum yang diterapkan.  Peti kemas adalah peti kemas yang sesuai dengan Internasional Standards Organization ISO yang dapat dioperasikan di Indonesia. 2.1.3 Pelayanan Angkutan Barang Mengacu pasal 160 huruf a dan b, pasal 161 huruf a, b dan c, pasal 169 ayat 1,2,3,4, pasal 170 ayat 1,2,3,4, pasal 171 ayat 1,2,3 dan pasal 172, Undang Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Pengawasan barang yang diangkut dengan menggunakan moda angkutan barang truk dengan kapasitas yang bervariasi wajib memenuhi berbagai ketentuan dalam peraturan dan pengaturan yang telah ditetapkan. Karena pada umumnya barang tidak dibutuhkan pada saat diangkut, maka dua kendala pokok patut menjadi perhatian dalam proses pengangkutan, yakni waktu dan lintasan.  Kendala waktu Kendala waktu dapat dibedakan lagi ke dalam dua ukuran, yaitu saatnya dan lamanya. Tidak semua barang dapat diangkut setiap saat, seperti barang yang berbahaya tentu tidak dibenarkan dilakukan pada siang hari yang terik, karena dapat bereaksi akibat panas. Namun ada pula barang yang boleh diangkut kapan saja. Jadi barang yang berada dalam proses tentunya berpengaruh terhadap lamanya proses pengangkutan dari asal sampai tujuan.  Kendala lintasan Memilih lintasan yang dilalui sangat bergantung pada lingkungan, konstruksi dan geometrik jalan. Pertama berkaitan dengan moda angkutan yang digunakan, yaitu lebar panjang dan tingginya, sedangkan yang kedua berkaitan dengan gangguan lingkungan dan lalu lintas. 7

2.2 Kemanfaatan Angkutan Barang

Dengan transportasi, bahan baku dan produk industri dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain sehingga bisa dipergunakan di tempat lain dimana barang tersebut tidak tersedia dan dengan demikian menciptakan manfaat tempat place utility. Penyimpanan atau pergudangan yang didukung oleh tersedianya sarana transportasi memungkinkan bahan baku dan produk industri disimpan sampai waktu yang dibutuhkan, karenanya tercipta manfaat waktu time utility. Kebanyakan bahan baku langsung didistribusikan ke pabrik yang berlokasi di dalam kota sehingga menyebabkan kemacetan, kesemrawutan dan kerusakan jalan. Selama ini dampak negatif dari angkutan barang bahan baku industri yang masuk ke dalam kota tidak pernah diperhitungkan. Hal yang sama terjadi pada saat pengangkutan produk industri untuk dipasarkan ke luar kota. Pembangunan terminal kargo merupakan suatu cara menghilangkan eksternalitas akibat angkutan barang bahan baku industri bertonase besar yang memasuki kota dan angkutan produk industri yang berasal dari dalam menuju luar kota. Pengenaan tarif atas pemanfaatan fasilitas terminal kargo merupakan perumusan perhitungan atas biaya sosial yang seharusnya menjadi beban pengusaha. Hal yang penting untuk diperhatikan adalah agar Pembangunan Terminal Kargo tidak menimbulkan struktur ekonomi biaya tinggi. Kajian yang dilakukan oleh Koleangan 2001 di Pelabuhan Tanjung Priok menyebutkan bahwa tarip bongkar muat didasarkan atas ”labour intensive ”, padahal tipe barang yang sudah berbentuk unitisasi dengan ukuran 1 ½ satu setengah meter kubik sampai dengan 6 enam meter kubik tidak memungkinkan menggunakan tenaga buruh. Ketentuan tersebut memberatkan pengusaha karena jenis barang yang relatif besar dikenai tarif ganda yaitu tarif labour intensive ditambah tarif alat mekanik. Menurut Setijowarno dan Frazila 2003, pelayanan angkutan barang memiliki ciri-ciri pelayanan yaitu prasarana jalan yang dilalui memenuhi ketentuan dan kelas jalan, tersedianya tempat memuat dan membongkar barang, dan dilayani dengan kendaraan bermotor jenis mobil barang. Pembangunan terminal kargo merupakan wujud kebijakan transportasi dalam menata angkutan barang untuk industri yang berlokasi di dalam kota. Arah kebijakan yang diberlakukan akan menyebabkan perubahan pada sistem transportasi angkutan barang di kota.

2.3 Terminal Angkutan Barang

Ada beberapa pengertian menyangkut definisi terminal berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan no. 31 Tahun 1995 tentang Terminal Transportasi jalan yakni:  Terminal Penumpang adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan atau antar moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum.  Terminal barang adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan membongkar dan memuat barang serta perpindahan intra dan atau antar moda transportasi. 8  Tempat Bongkar Muat adalah pelataran di dalam terminal barang yang disediakan bagi mobil barang untuk membongkar dan atau memuat barang.  Gudang atau lapangan penumpukan barang adalah bangunan dan atau pelataran di dalam terminal barang yang disediakan untuk menempatkan barang yang bersifat sementara. Fungsi terminal barang dapat ditinjau dari 3 tiga unsur, yakni:  Fungsi terminal bagi pengemudi, adalah untuk kenyamanan, tempat beristirahat, tempat informasi dan fasilitas parkir kendaraan.  Fungsi terminal bagi pemerintah, adalah sebagai sarana penataan lalu lintas dan angkutan barang, sumber pendapatanretribusi serta sebagai tempat pengendalian operasi kendaraan.  Fungsi terminal bagi operatorpengusaha, adalah untuk mengatur operasi kendaraannya, sebagai tempat istirahat awak kendaraan, pusat informasi bagi awak kendaraan serta memberikan fasilitas pangkalan bagi kendaraan barang. Dari pengertian dan fungsi terminal diatas, dapat dijabarkan bahwa terminal transportasi merupakan:  Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagai pelayanan umum.  Tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan dan pengoprasian sistem lalu lintas dan angkutan.  Prasarana angkutan yang merupakan bagian dari sistem transportasi untuk melancarkan arus kendaraan dan barang.  Unsur tata ruang yang mempunyai peran penting bagi efisiensi kehidupan kota. 2.3.1 Kriteria Pembangunan Terminal Angkutan Barang Mengacu pasal 169 ayat 1,2,3,4, pasal 170 ayat 1,2,3,4, pasal 171 ayat 1,2,3 dan pasal 172 Undang Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Pembangunan suatu terminal pada daerah tertentu harus mempertimbangkan beberapa aspek sebagaimana disebutkan dibawah ini :  Terminal harus dapat menjamin kelancaran arus angkutan baik penumpang maupun barang.  Terminal hendaknya dibangun sesuai dengan rencana tata ruang pengembangan kota.  Lokasi terminal hendaknya dapat menjamin penggunaan dan operasi kegiatan terminal yang efisien dan efektif.  Lokasi terminal hendaknya tidak mengakibatkan gangguan pada kelancaran arus kendaraan umum dan keamanan lalu lintas kota serta lingkungan hidup sekitarnya. Adapun dalam pembangunan terminal barang, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi KM No. 31 Tahun 1995, yaitu :  Terletak dalam jaringan lintas angkutan barang.  Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas III. 9  Tersedia lahan sekurang-kurangnya 3 Ha untuk terminal di Pulau Jawa, dan 2 Ha untuk terminal di pulau lainnya.  Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak sekurang-kurangnya 50 m di Pulau Jawa dan 30 m dipulau lainnya, dihitung dari jalan ke pintu keluar atau masuk terminal. 2.3.2 Terminal Barang di Kota Denpasar Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW kota Denpasar pasal 21 ayat 2, mengenai terminal angkutan barang menetapkan serta menegaskan fungsi terminal yang ada, sebagai berikut : a. Pemantapan terminal angkutan barang didesa Ubung Kaja, dan b. Pemanfaatan terminal peti kemas Benoa sebagai terminal angkutan barang. Terminal barang yang terletak di Uma Anyar terminal kargo dibangun sebagai pengganti terminal barang yang terletak di Jalan Gunung Agung yang sudah tidak mampu lagi melayani kendaraan barang yang datang ke Kota Denpasar sekarang : sudah berubah fungsi menjadi pasar tradisional. Lokasi Terminal Barang Uma Anyar terletak di Kelurahan Padang Sambian Kaja, Kecamatan Denpasar Barat. Menurut Peraturan Daerah Perda Kota Denpasar No. 27 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kota Denpasar 2011 - 2031, kawasan yang dimaksud merupakan wilayah pengembangan kota yang peruntukan tata guna lahannya adalah sebagai kawasan perdagangan dan rencana simpul transportasi. Luas tanah yang dipakai untuk lokasi terminal barang adalah 2 Ha, dengan batas-batas:  Timur jalan masuk ke terminal, direncanakan lebar jalan 14,00 meter  Utara berbatasan dengan lokasi Pasar Anyar Sari  Selatan berbatasan dengan komplek pemukiman penduduk  Barat berbatasan dengan lahan penduduk dan Jalan Kebo Iwa. Terminal angkutan barangkargo di uji coba operasi pada bulan Desember 2007 dan mulai beroperasi pada bulan Januari 2008 Dinas Perhubungan Kota Denpasar, 2012. Dasar hukum pengoperasian terminal angkutan barangkargo tersebut, adalah: 1. Undang-undang No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 2. PP No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan. 3. PP No. 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan. 4. PP No. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana Lalu Lintas Jalan. 5. PP No. 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi. 6. KM No. 69 tentang Penyelenggaraan Angkutan Barang. 7. KM No. 31 Tahun 1995 tentang Terminal Transportasi Jalan. 8. Surat Dirjen Perhubungan Darat No. Aj. 102210DJPD2007 Perihal Pembangunan Terminal Angkutan Barang di Denpasar. 9. Perda Kota Denpasar 12 Tahun 2006 tentang Retribusi Terminal. 10. Peraturan Walikota No. 36 Tahun 2008 tanggal 30 Desember Tahun 2008 tentang 10 11. Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Kota Denpasar. Adapun tujuan dioperasikannya terminal angkutan barang kargo tersebut, adalah :  Untuk mewujudkan penyelenggaraan angkutan barang yang efektif dan efisien  Untuk mengurangi beban lalu lintas Kota Denpasar  Terminal sebagai pusat informasi produsen dan konsumen dan membatasi pembangunan gudang di dalam kota  Untuk mengurangi persaingan tarif angkutan barang dan menciptakan lapangan kerja  Terminal sebagai penunjang PAD Pendapatan Asli Daerah. Selain itu, terdapat beberapa langkah-langkah yang dilakukan untuk mendukung operasional terminal barang, sehingga nantinya dapat mewujudkan sistem transportasi nasional yang handal, berkemampuan tinggi, menigkatkan mobilitas manusia, barang dan jasa, guna mendukung pengembangan wilayah untuk mewujudkan wawasan nusantara yaitu:  Pengendalian aktifitas di dalam lingkungan kerja dan daerah pengawasan terminal barang  Penertiban angkutan barang di jalan  Pembinaan pemilik gudang. Sarana dan prasarana pada terminal angkutan barang sangat perlu disediakan, ini berguna untuk memberikan pelayanan bagi pengguna jasa terminal. Sarana dan prasarana ini harus dijaga agar tetap mampu memberikan pelayanan yang terbaik bagi pengguna jasa terminal itu sendiri. Adapun sarana dan prasarana pada terminal angkutan barangkargo Denpasar antara lain : 1 Luas terminal keseluruhan : 2 Ha 2 Luas bangunan lantai 1 : 1.050 m 2 3 Luas bangunan lantai 2 : 1.050 m 2 4 Luas bangunan lantai 3 : 1.050 m 2 5 Luas areal yang diaspal : 8.268 m 2 6 Luas gedung A : 630 m 2 7 Luas gedung B : 630 m 2 8 Luas jembatan timbang : 1.156 m 2 , dengan kapasitas : 60 ton 9 Bengkelperawatan kendaraan : 260 m 2 10 Ruang tunggu awak kendaraan : 80 m 2 11 Kantin : 50 m 2 12 Genset : 28 m 2 13 Pos jaga 1 : 7 m 2 14 Pos jaga 2 : 2.2 m2 15 Pos jaga 3 : 10 m 2 16 Tempat suciPadmasana : 65 m 2 17 Akses jalan masuk terminal : 1 km, dengan lebar : 14 m