Analisis dan Rencana Pengembangan Angkutan Barang Kota Denpasar.

(1)

(2)

(3)

(4)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Denpasar sebagai Ibu Kota Propinsi Bali memiliki 43 desa administratif yang terbagi ke dalam 4 kecamatan. Dari 4 kecamatan tersebut jumlah desa/kelurahannya hampir merata, yaitu kecamatan Denpasar Selatan 10 desa/kelurahan sedangkan 3 kecamatan lainnya yaitu Denpasar Barat, Denpasar Timur dan Denpasar Utara masing-masing terdiri dari 11 desa/kelurahan. Luas total wilayahnya mencapai 127,78 km2. Berdasarkan data sensus penduduk

tahun 2013, jumlah penduduk keseluruhan mencapai 833.900 jiwa yang terdiri dari 421.979 jiwa laki-laki serta 411.921 jiwa perempuan. Jumlah penduduk tahun 2013 ini mengalami peningkatan sekitar 1,5% dari jumlah penduduk tahun sebelumnya. Dilihat dari angka kepadatan penduduk tahun 2013 kepadatan penduduk di Kota Denpasar telah mencapai 6.526 jiwa per km2. Kota Denpasar merupakan kota pusat pemerintahan, perdagangan, pemukiman, pendidikan, pariwisata dan beragam kegiatan jasa. Kondisi tersebut menjadikan posisi Kota Denpasar sangat strategis dan penting dalam kedudukan perekonomian wilayah. Selain itu Kota Denpasar juga terletak di jalur transportasi ekonomi utama, karena hampir semua jalan nasional maupun jalan propinsi yang ada di Bali berorientasi ke Denpasar serta terletak pada jalur lalu lintas yang menghubungkan antara Jawa dan Nusa Tenggara. Kota Denpasar juga merupakan pusat bisnis dan perdagangan mempunyai skala baik lokal, regional maupun internasional. Ini menyebabkan arus lalu lintas komoditas perdagangan yang keluar masuk Kota Denpasar cukup tinggi. Semakin tinggi laju pertumbuhan perdagangan wilayah akan meningkatkan frekuensi perpindahan barang sekaligus timbulnya sarana dan prasarana transportasi yang diperlukan. Laju pertumbuhan perdagangan suatu wilayah tidak lepas dari pertumbuhan ekonomi wilayah itu sendiri. Dengan demikian pertambahan volume dan frekuensi aliran barang di suatu wilayah adalah salah satu cermin dari pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut.

Di lain pihak, tingginya pergerakan lalu lintas di Kota Denpasar berakibat kemacetan pada ruas jalan yang ada. Arus pergerakan lalu lintas yang terjadi merupakan kombinasi yang kompleks


(5)

2 antara pergerakan internal dan pergerakan eksternal. Ditambah lagi dengan pertumbuhan pada sektor pengangkutan yang cukup pesat sehingga menyebabkan terjadinya penurunan kinerja jaringan jalan terutama pada jam sibuk. Peningkatan pada sektor perangkutan ditandai dengan semakin besarnya arus barang yang diangkut dengan berbagai dimensi kendaraan barang dari pelabuhan Benoa, Pelabuhan Gilimanuk, Pelabuhan Celukan bawang, dan Pelabuhan Padang Bai menuju ke pusat perdagangan yang sebagian besar berada di wilayah kota Denpasar. Untuk itu perlu dikembangkan suatu pola distribusi barang yang baik agar barang dapat terdistribusi tepat waktu pada penyerahannya. Sebagai upaya mendukung pelaksanaan sistem pengangkutan yang efektif dan efisien, maka perlu kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah seperti peningkatan prasarana yang kesemuanya diarahkan untuk penyelenggaraan angkutan barang dengan lancar, selamat, aman, dan cepat.

Berlatar belakang dari hal tersebut di atas, maka diperlukan suatu kajian mengenai Distribusi Pergerakan Angkutan Barang di Kota Denpasar. Studi ini merupakan bagian penting dalam perencanaan transportasi, karena melalui ini akan diketahui bagaimana karakteristik operasional, pengaruh angkutan barang terhadap kinerja ruas jalan, dan pola pergerakan angkutan barang di Kota Denpasar.

1.2 Tujuan Penelitian

1. Menganalisis karakteristik operasional angkutan barang di Kota Denpasar.

2. Menganalisis pengaruh angkutan barang terhadap kinerja ruas jalan pada 3 (tiga) gerbang masuk/keluar dan (10) sepuluh ruas jalan di Kota Denpasar.

3. Merekomendasikan kebijakan angkutan barang dalam jangka menengah dan jangka panjang di Kota Denpasar..

1.3 Manfaat Penelitian

Berdasarkan karakteristik operasional, pengaruh angkutan barang terhadap kinerja beberapa ruas jalan utama dan pola pergerakan angkutan barang di kota denpasar selanjutnya akan dipakai sebagai dasar untuk menentukan kebijakan angkutan barang kedepan.


(6)

3

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Angkutan Barang

Karakteristik angkutan barang sangat berbeda dengan angkutan penumpang (orang). Angkutan barang mempunyai jarak tempuh yang lebih jauh, volume dan berat yang sangat beragam. Sebagai upaya pemenuhan kebutuhan manusia, pelayanan angkutan barang harus mampu menjangkau lokasi tempat tinggal manusia. Dengan perbedaan karakteristik tersebut timbul tuntutan untuk menyediakan sistem angkutan yang berbeda dengan angkutan manusia. Angkutan barang untuk keperluan industri dituntut untuk mampu menjaga kelangsungan unit-unit produksi. Kebanyakan industri manufaktur berusaha merancang moda transportasi khusus sesuai kebutuhan masing-masing.

Menurut Warpani (1990), secara umum barang yang diangkut dikelompokkan menjadi barang kering (dry bulk goods), barang cairan dan barang umum (general goods). Setiap jenis barang sangat mempengaruhi pilihan moda transportasi yang akan dipakai. Dengan pilihan yang tepat pengangkutan barang dapat dilaksanakan serta mendapat penanganan yang tepat.

Barang kering adalah bahan mentah atau bahan baku, pada umumnya tidak dikemas sehingga dapat langsung dibongkar atau dimuat ke kendaraan atau tempat barang. Pengangkutan jenis barang kering biasanya dalam volume besar sehingga diperlukan kendaraan angkutan barang yang besar pula.

Barang cairan memerlukan penanganan yang lebih khusus dibanding jenis barang lainnya. untuk menghindari bocor atau tumpah bisa dilakukan dalam kemasan khusus. Namun apabila pengemasan tidak mungkin dilakukan, maka pengiriman dilakukan dengan tangki khusus misalnya bahan bakar minyak.

Barang umum adalah barang-barang setengah jadi dan barang jadi atau konsumsi. Moda transportasi yang tersedia sangat beragam baik secara unitisasi maupun muatan biasa. Setijowarno dan Frazila (2003), menambahkan bahwa terdapat angkutan barang berbahaya, angkutan peti kemas dan angkutan alat berat. Pada angkutan berbahaya dilakukan dengan kendaraan yang memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan serta sesuai dengan peruntukkannya. Barang berbahaya yang dimaksud adalah yang karena sifat, ciri dan keadaannya merupakan bahaya terhadap keselamatan dan ketertiban umum serta jiwa manusia dan lingkungan.

Angkutan peti kemas menggunakan peti kemas yang berbentuk kotak persegi panjang dengan struktur yang kokoh dan tahan air. Jenis angkutan ini tidak boleh melewati setiap ruas jalan. Penetapan jaringan jalan yang dapat


(7)

4 dilewati oleh angkutan peti kemas dilakukan oleh menteri perhubungan melaluikeputusan menteri. Angkutan alat berat dipergunakan untuk mengangkut peralatan berat proyek dari luar kota.

Menurut Ortuzar (1997), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan barang : a. Faktor lokasi, angkutan barang merupakan sebuah permintaan turunan yang menjadi

bagian dari proses industri. Lokasi sumber bahan mentah pada suatu proses industri dan lokasi pemasaran produk akan menentukan tingkat pergerakan barang antara daerah asal dan tujuannya.

b. Faktor fisik, karakteristik dari komoditi bahan mentah dan produk sangat mempengaruhi cara pengangkutan dan kendaraan yang dipilih.

c. Faktor operasional, ukuran perusahaan menentukan saluran distribusi, sebaran geografis dan pilihan penggunaan mode transportasinya.

d. Faktor geografis, pada awalnya transportasi hanya merupakan upaya mengatasi keadaan alam namun kemudian berkembang untuk mendekatkan kepadatan penduduk dengan distribusi produk industri.

2.1.1 Struktur Hirarki Pelayanan Kegiatan Perdagangan dan Jasa

Mengacu pasal 16 (ayat 2) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Denpasar mengenai struktur hirarki pelayanan kegiatan perdagangan dan jasa, diuraikan sebagai berikut : a. Kegiatan perdagangan dan jasa skala wilayah dikembangkan pada jalan-jalan arteri primer, jalan kolektor primer atau jalan arteri sekunder yang menghubungkan pusat pusat pelayanan antar wilayah atau BWK;

b. Kegiatan perdagangan skala kota dikembangkan pada jalan-jalan arteri primer, jalan kolektor primer atau jalan arteri sekunder atau pada jalur utama kota dengan;

c. Kegiatan perdagangan skala BWK dikembangkan pada jalan-jalan jalan kolektor primer, jalan arteri sekunder atau jalan kolektor sekunder yang merupakan jalur penghubung antar BWK atau lingkungan, berbentuk pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern;

d. Kegiatan perdagangan skala lingkungan atau beberapa desa/kelurahan atau desa pakraman dikembangkan di pusat-pusat desa berupa pasar umum, pasar desa dan kelompok pertokoan; e. Kegiatan perdagangan skala sub lingkungan terdiri atas kelompok petokoan lokal, warung, mini market dan lainnya.

Angkutan barang pada dasarnya adalah sarana untuk memindahkan barang dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Berbeda dengan perjalanan orang, barang pada umumnya diangkut untuk jarak yang lebih jauh, lebih sedikit pelanggan dan lebih beragam (Warpani, 1990). Selain itu, berbagai jenis barang mempunyai perbandingan volume dan berat yang beragam pula serta berbagai ciri yang menuntut pengangkutan yang khusus. Karena adanya tuntutan tertentu itulah tercipta berbagai macam moda angkutan barang.

Arus pergerakan lalu lintas yang terjadi merupakan kombinasi yang kompleks antara pergerakan internal dan pergerakan eksternal. Ditambah lagi dengan pertumbuhan pada sektor pengangkutan


(8)

5 yang cukup pesat sehingga menyebabkan terjadinya penurunan kinerja jaringan jalan terutama pada jam-jam sibuk. Peningkatan pada sektor perangkutan ditandai dengan semakin besarnya arus barang yang diangkut dengan berbagai dimensi kendaraan barang dari pelabuhan Benoa, Pelabuhan Gilimanuk, Pelabuhan Celukan bawang, dan Pelabuhan Padang Bai menuju ke pusat perdagangan yang sebagian besar berada di wilayah kota Denpasar. Untuk itu perlu dikembangkan suatu pola distribusi barang yang baik agar barang dapat terdistribusi tepat waktu pada penyerahannya. Sebagai upaya mendukung pelaksanaan sistem pengangkutan yang efektif dan efisien, maka perlu kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah seperti peningkatan prasarana yang kesemuanya diarahkan untuk penyelenggaraan angkutan barang dengan lancar, selamat, aman, dan cepat.

2.1.2 Karakteristik Operasional dan Jenis Moda Angkutan Barang

Data karakteristik angkutan barang bisa diperoleh melalui survai wawancara di tepi jalan (Tamin, 2000). Survai dilakukan dengan menanyakan langsung pada pengemudi angkutan barang dan data karakteristik angkutan barang meliputi jenis kendaraan yang digunakan, jenis dan volume barang yang diangkut, zona asal dan tujuan, kecepatan kendaraan, waktu tempuh, dan jarak tempuh.

Secara umum barang dapat dikelompokkan dalam tiga macam yaitu barang kering (dry bulk goods), cairan dan umum (general goods).

Pendistribusian ketiga jenis barang tersebut memerlukan jenis moda yang berbeda karena sifat barang yang berbeda dan menghendaki penanganan tertentu selama proses pengangkutan (Stewart and David, 1980).

 Barang kering adalah barang belum jadi atau bahan baku, pada umumnya tidak dikemas, dapat langsung dibongkar muat ke kendaraan atau tempat barang. Pengangkutan jenis barang ini biasanya dalam volume besar, namun nilainya rendah dibandingkan dengan beratnya. Contohnya batu, pasir, koral, dan besi beton. Untuk mengangkut barang semacam ini digunakan kendaraan besar dan terbuka.

 Cairan dapat dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu cairan dalam kemasan dan cairan curah. Mengangkut cairan dalam kemasan dapat dilakukan dengan kendaraan terbuka, sedangkan mengangkut cairan curah harus dilakukan dengan kendaraan tangki. Selain perlu penanganan khusus, perlu diperhatikan pula tumpahan akibat tangki penuh. Bagi cairan berbahaya, hal demikian tentu tidak boleh terjadi. Salah satu cara menghindari adalah mengangkut dengan pipa khusus.

 Barang umum yaitu barang kiriman yang berupa barang jadi dan setengah jadi atau barang konsumsi seperti mobil, radio, makanan, suku cadang, dan lain-lain. Moda angkutan yang digunakan untuk mengangkut barang jenis ini sangat beragam, namun ada satu perbedaan tegas yang dilakukan, yaitu pemisahan atas muatan unit dan muatan biasa. Muatan biasa mudah ditangani, bahkan juga dipindahkan dari moda satu ke moda lainnya. Untuk memudahkan pemindahan barang umum ini, barang umum biasanya disatukan dalam muatan unit. Beberapa bentuk umum unit ini misalnya peti kemas ISO


(9)

6 (International Standards Organization) dan kereta gandengan. Dengan cara ini pemindahan dari satu moda ke moda lainnya dipermudah dan bahayapun diperkecil serta tidak perlu setiap kali dibongkar muat.

Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. 69 Tahun 1993, pengangkutan barang terdiri dari :

 Barang umum adalah bahan atau benda selain dari bahan berbahaya, barang khusus, peti kemas dan alat berat.

 Bahan berbahaya adalah setiap bahan atau benda yang oleh karena sifat dan ciri khas serta keadaannya, merupakan bahaya terhadap keselamatan dan ketertiban umum serta terhadap jiwa atau keselamatan makhluk hidup lainnya.

 Barang khusus adalah barang yang karena sifat dan bentuknya harus dimuat dengan cara khusus.

 Alat berat adalah barang yang karena sifatnya tidak dapat dipecah-pecah sehingga memungkinkan angkutannya melebihi muatan sumbu terberat atau dimensinya melebihi ukuran maksimum yang diterapkan.

 Peti kemas adalah peti kemas yang sesuai dengan Internasional Standards Organization (ISO) yang dapat dioperasikan di Indonesia.

2.1.3 Pelayanan Angkutan Barang

Mengacu pasal 160 (huruf a dan b), pasal 161 (huruf a, b dan c), pasal 169 (ayat 1,2,3,4), pasal 170 (ayat 1,2,3,4), pasal 171 (ayat 1,2,3) dan pasal 172, Undang Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Pengawasan barang yang diangkut dengan menggunakan moda angkutan barang (truk) dengan kapasitas yang bervariasi wajib memenuhi berbagai ketentuan dalam peraturan dan pengaturan yang telah ditetapkan. Karena pada umumnya barang tidak dibutuhkan pada saat diangkut, maka dua kendala pokok patut menjadi perhatian dalam proses pengangkutan, yakni waktu dan lintasan.

 Kendala waktu

Kendala waktu dapat dibedakan lagi ke dalam dua ukuran, yaitu saatnya dan lamanya. Tidak semua barang dapat diangkut setiap saat, seperti barang yang berbahaya tentu tidak dibenarkan dilakukan pada siang hari yang terik, karena dapat bereaksi akibat panas. Namun ada pula barang yang boleh diangkut kapan saja. Jadi barang yang berada dalam proses tentunya berpengaruh terhadap lamanya proses pengangkutan dari asal sampai tujuan.

 Kendala lintasan

Memilih lintasan yang dilalui sangat bergantung pada lingkungan, konstruksi dan geometrik jalan. Pertama berkaitan dengan moda angkutan yang digunakan, yaitu lebar panjang dan tingginya, sedangkan yang kedua berkaitan dengan gangguan lingkungan dan lalu lintas.


(10)

7 2.2 Kemanfaatan Angkutan Barang

Dengan transportasi, bahan baku dan produk industri dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain sehingga bisa dipergunakan di tempat lain dimana barang tersebut tidak tersedia dan dengan demikian menciptakan manfaat tempat (place utility). Penyimpanan atau pergudangan yang didukung oleh tersedianya sarana transportasi memungkinkan bahan baku dan produk industri disimpan sampai waktu yang dibutuhkan, karenanya tercipta manfaat waktu (time utility).

Kebanyakan bahan baku langsung didistribusikan ke pabrik yang berlokasi di dalam kota sehingga menyebabkan kemacetan, kesemrawutan dan kerusakan jalan. Selama ini dampak negatif dari angkutan barang bahan baku industri yang masuk ke dalam kota tidak pernah diperhitungkan. Hal yang sama terjadi pada saat pengangkutan produk industri untuk dipasarkan ke luar kota. Pembangunan terminal kargo merupakan suatu cara menghilangkan eksternalitas akibat angkutan barang bahan baku industri bertonase besar yang memasuki kota dan angkutan produk industri yang berasal dari dalam menuju luar kota. Pengenaan tarif atas pemanfaatan fasilitas terminal kargo merupakan perumusan perhitungan atas biaya sosial yang seharusnya menjadi beban pengusaha.

Hal yang penting untuk diperhatikan adalah agar Pembangunan Terminal Kargo tidak menimbulkan struktur ekonomi biaya tinggi. Kajian yang dilakukan oleh Koleangan (2001) di

Pelabuhan Tanjung Priok menyebutkan bahwa tarip bongkar muat didasarkan atas ”labour intensive”, padahal tipe barang yang sudah berbentuk unitisasi dengan ukuran 1 ½ (satu setengah) meter kubik sampai dengan 6 (enam) meter kubik tidak memungkinkan menggunakan tenaga buruh. Ketentuan tersebut memberatkan pengusaha karena jenis barang yang relatif besar dikenai tarif ganda yaitu tarif labour intensive ditambah tarif alat mekanik.

Menurut Setijowarno dan Frazila (2003), pelayanan angkutan barang memiliki ciri-ciri pelayanan yaitu prasarana jalan yang dilalui memenuhi ketentuan dan kelas jalan, tersedianya tempat memuat dan membongkar barang, dan dilayani dengan kendaraan bermotor jenis mobil barang. Pembangunan terminal kargo merupakan wujud kebijakan transportasi dalam menata angkutan barang untuk industri yang berlokasi di dalam kota. Arah kebijakan yang diberlakukan akan menyebabkan perubahan pada sistem transportasi angkutan barang di kota.

2.3Terminal Angkutan Barang

Ada beberapa pengertian menyangkut definisi terminal berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan no. 31 Tahun 1995 tentang Terminal Transportasi jalan yakni:

 Terminal Penumpang adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan atau antar moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum.

 Terminal barang adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan membongkar dan memuat barang serta perpindahan intra dan atau antar moda transportasi.


(11)

8  Tempat Bongkar Muat adalah pelataran di dalam terminal barang yang disediakan bagi

mobil barang untuk membongkar dan atau memuat barang.

 Gudang atau lapangan penumpukan barang adalah bangunan dan atau pelataran di dalam terminal barang yang disediakan untuk menempatkan barang yang bersifat sementara. Fungsi terminal barang dapat ditinjau dari 3 (tiga) unsur, yakni:

 Fungsi terminal bagi pengemudi, adalah untuk kenyamanan, tempat beristirahat, tempat informasi dan fasilitas parkir kendaraan.

 Fungsi terminal bagi pemerintah, adalah sebagai sarana penataan lalu lintas dan angkutan barang, sumber pendapatan/retribusi serta sebagai tempat pengendalian operasi kendaraan.

 Fungsi terminal bagi operator/pengusaha, adalah untuk mengatur operasi kendaraannya, sebagai tempat istirahat awak kendaraan, pusat informasi bagi awak kendaraan serta memberikan fasilitas pangkalan bagi kendaraan barang.

Dari pengertian dan fungsi terminal diatas, dapat dijabarkan bahwa terminal transportasi merupakan:

 Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagai pelayanan umum.  Tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan dan pengoprasian sistem lalu lintas dan

angkutan.

 Prasarana angkutan yang merupakan bagian dari sistem transportasi untuk melancarkan arus kendaraan dan barang.

 Unsur tata ruang yang mempunyai peran penting bagi efisiensi kehidupan kota. 2.3.1 Kriteria Pembangunan Terminal Angkutan Barang

Mengacu pasal 169 (ayat 1,2,3,4), pasal 170 (ayat 1,2,3,4), pasal 171 (ayat 1,2,3) dan pasal 172 Undang Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Pembangunan suatu terminal pada daerah tertentu harus mempertimbangkan beberapa aspek sebagaimana disebutkan dibawah ini :

 Terminal harus dapat menjamin kelancaran arus angkutan baik penumpang maupun barang.

 Terminal hendaknya dibangun sesuai dengan rencana tata ruang pengembangan kota.  Lokasi terminal hendaknya dapat menjamin penggunaan dan operasi kegiatan terminal

yang efisien dan efektif.

 Lokasi terminal hendaknya tidak mengakibatkan gangguan pada kelancaran arus kendaraan umum dan keamanan lalu lintas kota serta lingkungan hidup sekitarnya.

Adapun dalam pembangunan terminal barang, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi (KM No. 31 Tahun 1995), yaitu :

 Terletak dalam jaringan lintas angkutan barang.


(12)

9  Tersedia lahan sekurang-kurangnya 3 Ha untuk terminal di Pulau Jawa, dan 2 Ha untuk

terminal di pulau lainnya.

 Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak sekurang-kurangnya 50 m di Pulau Jawa dan 30 m dipulau lainnya, dihitung dari jalan ke pintu keluar atau masuk terminal.

2.3.2 Terminal Barang di Kota Denpasar

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kota Denpasar pasal 21 (ayat 2), mengenai terminal angkutan barang menetapkan serta menegaskan fungsi terminal yang ada, sebagai berikut :

a. Pemantapan terminal angkutan barang didesa Ubung Kaja, dan

b. Pemanfaatan terminal peti kemas Benoa sebagai terminal angkutan barang.

Terminal barang yang terletak di Uma Anyar (terminal kargo) dibangun sebagai pengganti terminal barang yang terletak di Jalan Gunung Agung yang sudah tidak mampu lagi melayani kendaraan barang yang datang ke Kota Denpasar (sekarang : sudah berubah fungsi menjadi pasar tradisional). Lokasi Terminal Barang Uma Anyar terletak di Kelurahan Padang Sambian Kaja, Kecamatan Denpasar Barat. Menurut Peraturan Daerah (Perda) Kota Denpasar No. 27 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW Kota Denpasar 2011 - 2031), kawasan yang dimaksud merupakan wilayah pengembangan kota yang peruntukan tata guna lahannya adalah sebagai kawasan perdagangan dan rencana simpul transportasi. Luas tanah yang dipakai untuk lokasi terminal barang adalah 2 Ha, dengan batas-batas:

 Timur jalan masuk ke terminal, direncanakan lebar jalan 14,00 meter  Utara berbatasan dengan lokasi Pasar Anyar Sari

 Selatan berbatasan dengan komplek pemukiman penduduk  Barat berbatasan dengan lahan penduduk dan Jalan Kebo Iwa.

Terminal angkutan barang/kargo di uji coba operasi pada bulan Desember 2007 dan mulai beroperasi pada bulan Januari 2008 (Dinas Perhubungan Kota Denpasar, 2012).

Dasar hukum pengoperasian terminal angkutan barang/kargo tersebut, adalah: 1. Undang-undang No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 2. PP No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan.

3. PP No. 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan. 4. PP No. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana Lalu Lintas Jalan.

5. PP No. 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi. 6. KM No. 69 tentang Penyelenggaraan Angkutan Barang. 7. KM No. 31 Tahun 1995 tentang Terminal Transportasi Jalan.

8. Surat Dirjen Perhubungan Darat No. Aj. 102/2/10/DJPD/2007 Perihal Pembangunan Terminal Angkutan Barang di Denpasar.

9. Perda Kota Denpasar 12 Tahun 2006 tentang Retribusi Terminal.


(13)

10 11.Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Kota Denpasar.

Adapun tujuan dioperasikannya terminal angkutan barang/ kargo tersebut, adalah :  Untuk mewujudkan penyelenggaraan angkutan barang yang efektif dan efisien  Untuk mengurangi beban lalu lintas Kota Denpasar

 Terminal sebagai pusat informasi produsen dan konsumen dan membatasi pembangunan gudang di dalam kota

 Untuk mengurangi persaingan tarif angkutan barang dan menciptakan lapangan kerja  Terminal sebagai penunjang PAD (Pendapatan Asli Daerah).

Selain itu, terdapat beberapa langkah-langkah yang dilakukan untuk mendukung operasional terminal barang, sehingga nantinya dapat mewujudkan sistem transportasi nasional yang handal, berkemampuan tinggi, menigkatkan mobilitas manusia, barang dan jasa, guna mendukung pengembangan wilayah untuk mewujudkan wawasan nusantara yaitu:

 Pengendalian aktifitas di dalam lingkungan kerja dan daerah pengawasan terminal barang  Penertiban angkutan barang di jalan

 Pembinaan pemilik gudang.

Sarana dan prasarana pada terminal angkutan barang sangat perlu disediakan, ini berguna untuk memberikan pelayanan bagi pengguna jasa terminal. Sarana dan prasarana ini harus dijaga agar tetap mampu memberikan pelayanan yang terbaik bagi pengguna jasa terminal itu sendiri.

Adapun sarana dan prasarana pada terminal angkutan barang/kargo Denpasar antara lain : 1 Luas terminal keseluruhan : 2 Ha

2 Luas bangunan lantai 1 : 1.050 m2 3 Luas bangunan lantai 2 : 1.050 m2

4 Luas bangunan lantai 3 : 1.050 m2 5 Luas areal yang diaspal : 8.268 m2

6 Luas gedung A : 630 m2

7 Luas gedung B : 630 m2

8 Luas jembatan timbang : 1.156 m2, dengan kapasitas : 60 ton 9 Bengkel/perawatan kendaraan : 260 m2

10 Ruang tunggu awak kendaraan : 80 m2

11 Kantin : 50 m2

12 Genset : 28 m2

13 Pos jaga 1 : 7 m2

14 Pos jaga 2 : 2.2 m2

15 Pos jaga 3 : 10 m2

16 Tempat suci/Padmasana : 65 m2


(14)

11 18 Daya tampung kendaraan besar : 50 unit

19 Kendaraan roda-4 patoli : 1 unit 20 Kendaraan roda-2 patroli : 4 unit 21 Kendaraan roda-2 Adm. : 1 unit Sumber : Dinas Perhubungan Kota Denpasar, 2012

Lokasi terminal barang ini sangat strategis karena berada pada pintu masuk barat kota Denpasar yang merupakan akses kendaraan angkutan Pulau Jawa, baik itu angkutan orang maupun barang dengan berbagai jenis komoditas perdagangan. Akses utama bagi lalu lintas (kendaraan) untuk masuk ke lokasi Terminal Kargo Uma Anyar adalah Jalan kargo Permai (Jalan Gunung Galunggung) dan Jalan Raya Sempidi yang merupakan jalur utama menuju pelabuhan Gilimanuk. Dengan selesainya pembangunan WRR (Western ring road) yang melingkar di kawasan sebelah barat kota Denpasar, maka akses menuju terminal barang dari arah Kuta (Kabupaten Badung) menjadi lebih mudah. Seperti yang sudah diketahui bahwa kawasan Kuta merupakan kawasan wisata dan pusat kerajinan terutama meubel antik yang banyak melakukan kegiatan eksport yang dikirim melalui moda angkutan darat ke Surabaya sebelum dikirim ke luar negeri.

Dari gambaran di atas, maka lokasi terminal barang ini sangat strategis dengan tingkat aksesibilitas yang cukup tinggi, sehingga di pandang sangat menguntungkan dan memberikan kemudahan bagi masyarakat sebagai pelaku jasa tradisional dan juga angkutan barang dari luar Pulau Bali melalui moda angkutan darat. Karena itu dari sudut lokasi maka terminal kargo ini cukup strategis bila dikembangkan menjadi terminal barang yang lebih representatif.

2.4 Beban Lebih (Over Loading)

Berdasarkan survey asal tujuan transportasi nasional (ATTN 2001 dan 2006), hamper 83% pergerakan barang di Indonesia terjadi di pulau Jawa, 10% di pulau Sumatera, dan sisanya terdistribusi di bagian timur kepulauan Indonesia. Dari pergerakan total barang tersebut ternyata 90% dilakukan dengan moda darat (jalan), 7% dengan moda laut, dan sisanya dengan moda lain (seperti kereta api, pesawat terbang, dan angkutan sungai dan penyeberangan). Kurangnya perhatian terhadap pergerakan barang dengan moda laut dan kereta api, terutama disebabkan oleh kurangnya ketersediaan prasarana dan sarana serta lemahnya sistem dan regulasi, maka pergerakan barang melalui jalan masih merupakan pilihan yang dianggap lebih efisien. Pilihan ini tentu berpengaruh terhadap beban lalu lintas di jalan raya dan mempercepat tingkat kerusakan jalan, apalagi dengan masih diberikannya toleransi terhadap muatan truk untuk melebihi tonase yang diizinkan. Padatnya lalu lintas angkutan barang dengan truk, terutama pada jalur lintas pantura di pulau Jawa dengan rata-rata 70 unit truk besar/jam (Kompas, 2 Agustus 2004) dan Jalur Lintas Timur di Sumatera yang rata-rata 500 truk besar/hari (Kompas, 29 Mei 2006), membuat proses terjadinya kerusakan jalan menjadi lebih cepat, selain beberapa faktor penyebab lainnya seperti cuaca dan kegagalan konstruksi.


(15)

12 Tidak bisa dipungkiri memang bahwa jalan mempunyai peran yang sangat strategis, bukan hanya dalam bidang angkutan orang dan barang, melainkan juga dalam bidang sosial, ekonomi, budaya, dan hankam. Hal ini dapat dilihat dari besarnya tuntutan agar jalan yang dilewati memberikan kenyamanan dan keselamatan bagi pergerakan. Namun dalam kenyataannya, kondisi jalan mengalami penurunan sesuai dengan bertambahnya umur, apalagi jika dilewati oleh truk-truk dengan muatan yang cenderung berlebih. Jembatan timbang yang seharusnya merupakan tempat untuk mengukur apakah truk barang bermuatan lebih atau tidak, sejak otonomi daerah banyak dimanfaatkan untuk menaikkan pendapatan asli daerah (Media Indonesia, 4 Agustus 2004). Berdasarkan organda, pungutan liar terhadap angkutan jalan raya, terutama truk-truk yang mengangkut barang mencapai 18 trilliun rupiah per tahun (Liputan 6 pagi SCTV Rabu 21 Maret 2007), memang pungutan resmi dari pergerakan barang melalui moda jalan ini yang mencapai 50 trilliun rupiah pertahun. Jika dilakukan banding maka biaya pemeliharaan dan perbaikan jalan yang hanya 5.1 trilliun untuk tahun 2006, adalah jumlah yang tidak sampai 30 persen dari nilai pungutan tidak resmi (pungli) dan hanya 10% dari pungutan resmi yang dialokasikan oleh pemerintah.


(16)

13 2.5 Peraturan Kunci Tentang Angkutan Barang di Jalan di Indonesia

Peraturan Institusi/Lembaga Bertanggung Jawab

Isi Yang Relevan Angkutan Barang di

Jalan

1. Undang Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 2. Peraturan

Pemerintah No.41 Tahun 1993 Tentang Angkutan Jalan. 3. Peraturan

Pemerintah No.44 Tentang Kendaraan dan Pengemudi 4. Keputusan Menteri

Perhubungan No.KM 69 Tahun 1993 Tentang Penyelenggaraan Angkutan barang di Jalan.

Departemen Perhubungan Direktorat jenderal Perhubungan Darat.

Difinisi kendaraan bermotor untuk penggunaan umum; Difinisi jaringan jalan untuk kendaraan angkuan umum. Pengelolaan angkutan jalan, termasuk jenis perijinan dan angkutan barang.

Uji berkala dan pendaftaran kendaraan.

Ijin usaha angkutan dan wilayah operasional truk barang.

Jalan

1. Undang Undang No.38 Tahun 2004 Tentang Jalan 2. Peraturan

Pemerintah No.34 Tahun 2006 Tentang Jalan.

3. Keputusan Menteri Perhubungan No.KM 65 Tahun 1993 Tentang Prasarana Jalan.

Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga.

Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga.

Departemen Perhubungan Direktorat jenderal Perhubungan Darat.

Pengelolaan jalan (peraturan, pengelolaan, pembangunan dan pengawasan jalan) dan tingkat kewenangan. Pemeliharaan dan pengawasan jalan. Pelaksanaan jembatan timbang. .


(17)

14

BABA III

METODOLOGI

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah wilayah kota Denpasar, meliputi terminal kargo dan ruas jalan utama sebagai gerbang masuk/keluar angkutan barang (Jalan Prof. IB Mantra, Jalan HOS Cokroaminoto dan Jalan Pelabuhan Benoa).

3.2 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah volume lalu lintas kedua arah dengan metode pencacahan lalu lintas secara manual (traffic counting). Dari data tersebut akan dicari prosentase (%) kendaraan barang terhadap total volume lalu lintas dan tingkat pelayanan jalan.


(18)

15 3.4 Pendekatan Analisis


(19)

16 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Wilayah Studi

4.1.1 Jumlah dan Perkembangan Penduduk Kota Denpasar

Tabel 4.1 Jumlah dan perkembangan penduduk Kota Denpasar (2009 -2013)

Indikator 2009 2010 2011 2012 2013

Jumlah Penduduk (jiwa) 628.276 649.768 788.589 804.926 833.900 Laju Pertumbuhan

Penduduk (%) - 3,418 2,072 3,599

Pertumbuhan rata-rata (% per tahun)

Sumber : Kota Denpasar Dalam Angka (BPS,2014)

4.1.2 Kepemilikan Kendaraan Barang

Tingkat kepemilikan kendaraan barang Kota Denpasar tahun 2009 sampai 2013 adalah seperti ditunjukkan pada tabel 4.2. Terlihat bahwa tingkat pertumbuhan kepemilikan kendaraan barang terbesar yaitu pada tahun 2010-2011 dengan tingkat kepemilikan kendaraan barang sebesar 6,714%.

Tabel 4.2 Kepemilikan Kendaraan Truk di Kota Denpasar Tahun 2009-2013

No. Tahun

Kepemilikan Kendaraan Truk

(unit)

Tingkat

Pertumbuhan (%) Keterangan

1 2009 675 -

2 2010 700 3,703

3 2011 747 6,714

4 2012 777 4,016

5 2013 790 1,673

Pertumbuhan Rata - Rata 4,026 (%)


(20)

17 Tingkat kepemilikan kendaraan barang Kota Denpasar tahun 2009 sampai 2013 adalah seperti ditunjukkan pada tabel 4.3. Terlihat bahwa tingkat pertumbuhan kepemilikan kendaraan barang terbesar yaitu pada tahun 2011-2012 dengan tingkat kepemilikan kendaraan barang sebesar 6,114%.

Tabel 4.3 Kepemilikan Kendaraan Pickup di Kota Denpasar Tahun 2009-2013

No. Tahun

Kepemilikan Kendaraan Pick up

(unit)

Tingkat

Pertumbuhan (%) Keterangan

1 2009 665 -

2 2010 696 4,661

3 2011 736 5,747

4 2012 781 6,114

5 2013 827 5,889

Pertumbuhan Rata – Rata (%) 5,602

Sumber : Kota Denpasar Dalam Angka (BPS,2014)

4.2 Karakteristik Operasional Angkutan Barang 4.2.1 Karakteristik Operasi

Pengukuran karakteristik-karakteristik angkutan barang mencerminkan teknologi yang dipakai, rencana operasi yang digunakan dan jaringan lalu lintas yang terjadi. Karakteristik-karakteristik ini disebut dengan Karakteristik-karakteristik operasi. Ukuran-ukuran ini ditunjukkan pada tabel 4.4. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada( Lampiran H halaman 178 ).

Tabel 4.4 Karakteristik Operasi Angkutan Barang di Kota Denpasar

Karakteristik Operasi Pick Up Truk

Rata-rata kecepatan angkutan barang (km/jam) 45,43 38,47 Rata-rata panjang perjalanan angkutan barang:

- Dalam jarak (km) - Dalam waktu (jam)

76,26 1,77

357,21 9,35 Rata-rata kapasitas muatan (kg) 1.200,64 6.321,27 Rata-rata persentase ratio muatan dengan kapasitas (%) 72,56 171,13


(21)

18 Rata-rata berat muatan yang diangkut per jenis barang:

- Barang kering (kg) - Cairan & gas (kg) - Barang umum(kg)

1.154,50 820,07 1.004,00

13.589,85 9.055,55 10.917,80

Sumber : Hasil analisis, 2015)

Dari tabel 4.4 terlihat bahwa rata-rata kecepatan perjalanan terkecil adalah truk dengan kecepatan rata-rata 38,47 km/jam, ini disebabkan karena berat muatan yang diangkut melebihi kapasitas yakni sebesar 171,13% dari kapasitas yang diijinkan. Rata-rata kapasitas untuk pick up dan truk masing-masing sebesar 1.200,64 kg dan 6.321,27 kg. Sedangkan rata-rata berat muatan terbesar yang diangkut per jenis kendaraan adalah barang kering yang sebagian besar adalah bahan-bahan bangunan dengan berat muatan rata-rata sebesar 13.589,85 kg, barang ini biasanya diangkut menggunakan truk dengan bak terbuka.

4.2.2 Headway Angkutan Barang

Headway merupakan waktu kedatangan dari dua kendaraan barang yang merupakan interval waktu antara saat dimana bagian depan satu kendaraan barang melewati satu titik sampai bagian depan kendaraan berikutnya melewati titik yang sama.

Pada tabel 4.5 dapat dilihat headway pada terminal angkutan barang yang diteliti, terlihat bahwa headway rata-rata terbesar terdapat pada terminal barang Uma Anyar adalah sebesar 15,00 menit. Tabel 4.5 Headway pada terminal angkutan barang yang diteliti

Lokasi Headway (menit)

Maksimum Minimum Rata-rata

Terminal Barang Uma Anyar 23 7 15,00


(22)

19 4.3 Volume Angkutan Barang Hasil Survai Kordon

Survai volume lalu lintas angkutan barang dihitung berdasarkan jenis kendaraan selama 15 jam. Untuk masing-masing lokasi perbatasan seperti tabel 4.6, tabel 4.7, tabel 4.8, tabel 4.9. Tabel 4.6 Volume Lalu Lintas Angkutan Barang pada Pukul 06.00-11.00 Wita.

No Lokasi

Perbatasan Arah

Direct Split

(%)

Pick Up Truk 2 As Truk 3 As Semi Trailler

Total Per Arah smp/ jam Total Arus Lalu Lintas smp/jam Arus smp/ jam Total smp/ jam Arus smp/ jam Total smp/ jam Arus smp/ jam Total smp/ jam Arus smp/ jam Total smp/ jam

1. Hos.

Cokroaminoto

Keluar 37,80 123

386 78 146,9 1,3 6,5 2,6 2,6 204,9 542

Masuk 62,20 263 68,9 5,2 0 337,1

2. Ida Bagus

Mantra

Keluar 49,49 66

125 122,2 273 37,7 58,5 1,3 2,6 227,2 459,1

Masuk 50,51 59 150,8 20,8 1,3 231,9

3. Pelabuhan

Benoa

Keluar 0 0

77 0 67,6 0 6,5 0 7,8 0 158,9

Masuk 100 77 67,6 6,5 7,8 158,9

Sumber : Hasil analisis, 2015

Dari hasil survai pada pukul 06.00-11.00 wita terlihat bahwa total volume angkutan barang terbesar pada lokasi perbatasan HOS. Cokroaminoto dengan total volume lalu lintas sebesar 542 smp/jam, selanjutnya adalah lokasi perbatasan Ida Bagus Mantra dengan total volume lalu lintas sebesar 459,1 smp/jam. Sedangkan total volume angkutan barang terkecil pada lokasi perbatasan Pelabuhan Benoadengan total volume lalu lintas sebesar 158,9 smp/jam. Tabel 4.7 Volume Lalu Lintas Angkutan Barang pada Pukul 11.00-15.00 Wita.

No. Perbatasan Lokasi Arah

Direct Split

(%)

Pick Up Truk 2 As Truk 3 As Semi Trailler

Total Per Arah smp/ jam Total Arus Lalu Lintas smp/jam Arus smp/ jam Total smp/ jam Arus smp/ jam Total smp/ jam Arus smp/ jam Total smp/ jam Arus smp/ jam Total smp/ jam

1. Hos.

Cokroaminoto

Keluar 59,98 137

245 150,8 226,2 1,3 11,7 5,2 7,8 294,3 490,7

Masuk 40,02 108 75,4 10,4 2,6 196,4

2. Ida Bagus

Mantra

Keluar 51,16 62

137 141,7 266,5 24,7 44,2 1,3 1,3 229,7 449

Masuk 48,84 75 124,8 19,5 0 219,3

3. Pelabuhan

Benoa

Keluar 37,42 21

79 57,2 102,7 0 15,6 0 11,7 78,2 209

Masuk 62,58 58 45,5 15,6 11,7 130,8

Sumber : Hasil analisis, 2015

Dari hasil survai pada pukul 11.00-15.00 wita terlihat bahwa total volume angkutan barang terbesar pada lokasi perbatasan HOS. Cokroaminoto dengan total volume lalu lintas sebesar 490,7 smp/jam, selanjutnya adalah lokasi perbatasan Ida Bagus Mantra dengan total volume lalu lintas sebesar 449 smp/jam. Sedangkan total volume angkutan barang terkecil pada lokasi perbatasan Pelabuhan Benoa dengan total volume lalu lintas sebesar 209 smp/jam.


(23)

20 Tabel 4.8 Volume Lalu Lintas Angkutan Barang pada Pukul 15.00-18.00 Wita.

No. Lokasi

Perbatasan Arah

Direct Split

(%)

Pick Up Truk 2 As Truk 3 As Semi Trailler

Total Per Arah smp/ jam Total Arus Lalu Lintas smp/jam Arus smp/ jam Total smp/ jam Arus smp/ jam Total smp/ jam Arus smp/ jam Total smp/ jam Arus smp/ jam Total smp/ jam

1. Hos.

Cokroaminoto

Keluar 60,40 131

242 156 227,5 2,6 9,1 2,6 5,2 292,2 483,8

Masuk 39,60 111 71,5 6,5 2,6 190,95

2. Ida Bagus

Mantra

Keluar 57,72 33

78 157,3 247 27,3 44,2 0 7,8 217,6 377

Masuk 42,28 45 89,7 16,9 7,8 159,4

3. Pelabuhan Benoa Keluar 66,97 83 110 37,7 66,3 2,6 3,9 2,6 7,8 125,9 188

Masuk 33,03 27 28,6 1,3 5,2 62,1

Sumber : Hasil analisis, 2015

Dari hasil survai pada pukul 15.00-18.00 wita terlihat bahwa total volume angkutan barang terbesar pada lokasi perbatasan HOS. Cokroaminoto dengan total volume lalu lintas sebesar 483,8 smp/jam, selanjutnya adalah lokasi perbatasan Ida Bagus Mantra dengan total volume lalu lintas sebesar 377 smp/jam. Sedangkan total volume angkutan barang terkecil pada lokasi perbatasan Pelabuhan Benoa dengan total volume lalu lintas sebesar 188 smp/jam.

Tabel 4.9 Volume Lalu Lintas Angkutan Barang pada Pukul 18.00-21.00 Wita.

No. Lokasi

Perbatasan Arah

Direct Split

(%)

Pick Up Truk 2 As Truk 3 As Semi Trailler

Total Per Arah smp/ jam Total Arus Lalu Lintas smp/jam Arus smp/ jam Total smp/ jam Arus smp/ jam Total smp/ jam Arus smp/ jam Total smp/ jam Arus smp/ jam Total smp/ jam

1. Hos.

Cokroaminoto

Keluar 44,52 74

213 83,2 133,9 1,3 7,8 0 1,3 158,5 356

Masuk 55,48 139 50,7 6,5 1,3 197,5

2. Ida Bagus

Mantra

Keluar 56,23 51

87 87,1 158,6 11,7 19,5 0 1,3 149,8 266,4

Masuk 43,77 36 71,5 7,8 1,3 116,6

3. Pelabuhan

Benoa

Keluar 51,22 9

18 9,1 18,2 9,1 16,9 0 0 27,2 53,1

Masuk 48,78 9 9,1 7,8 0 25,9

Sumber : Hasil analisis, 2015

Dari hasil survai pada pukul 18.00-21.00 wita terlihat bahwa total volume angkutan barang terbesar pada lokasi perbatasan HOS. Cokroaminoto dengan total volume lalu lintas sebesar 356 smp/jam, selanjutnya adalah lokasi perbatasan Ida Bagus Mantra dengan total volume lalu lintas sebesar 266,4 smp/jam. Sedangkan total volume angkutan barang terkecil pada lokasi perbatasan Pelabuhan Benoa dengan total volume lalu lintas sebesar 53,1 smp/jam.


(24)

21 4.3.1 Volume Lalu Lintas Angkutan Barang yang Keluar Masuk Daerah Studi.

Dari hasil survai volume lalu lintas pada masing-masing lokasi perbatasan dapat diketahui volume lalu lintas yang keluar masuk daerah studi. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.10, tabel 4.11, tabel 4.12 dan tabel 4.13.

Tabel 4.10 Volume Lalu Lintas Keluar Masuk Lokasi Perbatasan Pukul 06.00-11.00 Wita.

No. Lokasi

Perbatasan Kendaraan Keluar (smp/jam) Kendaraan Masuk (smp/jam) Pick Up Truk 2 As Truk 3 As Semi

Trailler Total Pick Up Truk 2 As Truk 3 As Semi

Trailler Total

3. Hos.

Cokroaminoto 123 78 1,3 2,6 204,9 263 68,9 5,2 0 337,1

4. Ida Bagus

Mantra 66 122,2 37,7 1,3 227,2 59 150,8 20,8 1,3 231,9

9. Pelabuhan

Benoa 0 0 0 0 0 77 67,6 6,5 7,8 158,9

Total

189 200,2 39 3,9 399 287,3 32,5 9,1

432,1 727,9

Sumber : Hasil analisis, 2015

Dari hasil survai seperti pada tabel 4.10 terlihat bahwa total volume lalu lintas angkutan barang yang masuk daerah studi pada pukul 06.00-11.00 wita adalah 727,9 smp/jam. Dengan volume lalu lintas terbesar terdapat pada lokasi perbatasan HOS. Cokroaminoto dengan volume sebesar 337,1 smp/jam dan yang terkecil terdapat pada lokasi perbatasan Pelabuhan Benoa dengan volume sebesar 158,9 smp/jam.

Sedangkan total volume lalu lintas angkutan barang yang keluar daerah studi sebesar 432,1 smp/jam. Dengan volume lalu lintas terbesar terdapat pada lokasi perbatasan Ida Bagus Mantra dengan volume sebesar 227,2 smp/jam dan yang terkecil terdapat pada lokasi perbatasan Pelabuhan Benoa dengan volume sebesar 0 smp/jam.

Tabel 4.11 Volume Lalu Lintas Keluar Masuk Lokasi Perbatasan Pukul 11.00-15.00 Wita.

No. Lokasi

Perbatasan Kendaraan Keluar (smp/jam) Kendaraan Masuk (smp/jam) Pick Up Truk 2 As Truk 3 As Semi

Trailler Total Pick Up Truk 2 As Truk 3 As Semi

Trailler Total

3. Cokroaminoto Hos. 137 150,8 1,3 5,2 294,3 108 75,4 10,4 2,6 196,4

4. Ida Bagus

Mantra 62 141,7 24,7 1,3 229,7 75 124,8 19,5 0 219,3

9. Pelabuhan

Benoa 21 57,2 0 0 78,2 58 45,5 15,6 11,7 130,8

Total

220 349,7 26 6,5 241 245,7 45,5 14,3

602,2 546,5


(25)

22 Dari hasil survai seperti pada tabel 4.11 terlihat bahwa total volume lalu lintas angkutan barang yang masuk daerah studi pada pukul 11.00-15.00 wita adalah 546,5 smp/jam. Dengan volume lalu lintas terbesar terdapat pada lokasi perbatasan Ida Bagus Mantra dengan volume sebesar 219,3 smp/jam dan yang terkecil terdapat pada lokasi perbatasan Pelabuhan Benoa dengan volume sebesar 130,8 smp/jam.

Sedangkan total volume lalu lintas angkutan barang yang keluar daerah studi sebesar 602,2 smp/jam. Dengan volume lalu lintas terbesar terdapat pada lokasi perbatasan HOS. Cokroaminoto dengan volume sebesar 294,3 smp/jam dan yang terkecil terdapat pada lokasi perbatasan Pelabuhan Benoa dengan volume sebesar 78,2 smp/jam.

Tabel 4.12 Volume Lalu Lintas Keluar Masuk Lokasi Perbatasan pukul 15.00-18.00 Wita.

No. Lokasi

Perbatasan

Kendaraan Keluar (smp/jam)

Kendaraan Masuk (smp/jam) Pick

Up

Truk 2 As

Truk 3 As

Semi

Trailler Total Pick

Up

Truk 2 As

Truk 3 As

Semi

Trailler Total

3. Hos.

Cokroaminoto 131 156 2,6 2,6 292,2 111 71,5 6,5 2,6 190,95

4. Ida Bagus

Mantra 33 157,3 27,3 0 217,6 45 89,7 16,9 7,8 159,4

9. Pelabuhan

Benoa 83 37,7 2,6 2,6 125,9 27 28,6 1,3 5,2 62,1

Total

247 351 32,5 5,2 183 189,8 24,7 15,6

635,7 413,1

Sumber : Hasil analisis, 2015

Dari hasil survai seperti pada tabel 4.12 terlihat bahwa total volume lalu lintas angkutan barang yang masuk daerah studi pada pukul 15.00-18.00 wita adalah 413,1 smp/jam. Dengan volume lalu lintas terbesar terdapat pada lokasi perbatasan HOS. Cokroaminoto dengan volume sebesar 190,95 smp/jam dan yang terkecil terdapat pada lokasi perbatasan Pelabuhan Benoa dengan volume sebesar 62,1 smp/jam.

Sedangkan total volume lalu lintas angkutan barang yang keluar daerah studi sebesar 635,7 smp/jam. Dengan volume lalu lintas terbesar terdapat pada lokasi perbatasan HOS. Cokroaminoto dengan volume sebesar 292,2 smp/jam dan yang terkecil terdapat pada lokasi perbatasan Pelabuhan Benoa dengan volume sebesar 125,9 smp/jam.


(26)

23 Tabel 4.13 Volume Lalu Lintas Keluar Masuk Lokasi Perbatasan Pukul 18.00-21.00 Wita.

No. Lokasi

Perbatasan

Kendaraan Keluar (smp/jam)

Kendaraan Masuk (smp/jam) Pick

Up

Truk 2 As

Truk 3 As

Semi

Trailler Total Pick

Up

Truk 2 As

Truk 3 As

Semi

Trailler Total

3. Hos.

Cokroaminoto 74 83,2 1,3 0 158,5 139 50,7 6,5 1,3 197,5

4. Ida Bagus

Mantra 51 87,1 11,7 0 149,8 36 71,5 7,8 1,3 116,6

9. Pelabuhan

Benoa 9 9,1 9,1 0 27,2 9 9,1 7,8 0 25,9

Total

134 179,4 22,1 0 184 131,3 22,1 2,6

335,5 340

Sumber : Hasil analisis, 2015

Dari hasil survai seperti pada tabel 4.13 dan gambar 4.9 terlihat bahwa total volume lalu lintas angkutan barang yang masuk daerah studi pada pukul 18.00-21.00 wita adalah 340 smp/jam. Dengan volume lalu lintas terbesar terdapat pada lokasi perbatasan HOS. Cokroaminoto dengan volume sebesar 197,5 smp/jam dan yang terkecil terdapat pada lokasi perbatasan Pelabuhan Benoa dengan volume sebesar 25,9 smp/jam.

Sedangkan total volume lalu lintas angkutan barang yang keluar daerah studi sebesar 335,5 smp/jam. Dengan volume lalu lintas terbesar terdapat pada lokasi perbatasan HOS. Cokroaminoto dengan volume sebesar 158,5 smp/jam dan yang terkecil terdapat pada lokasi perbatasan Pelabuhan Benoa dengan volume sebesar 27,2 smp/jam.

4.4Kinerja Ruas Jalan

Dalam analisis kinerja ruas jalan, yang dianalisis adalah kapasitas, tingkat pelayanan, derajat kejenuhan (DS) dan persentase pengaruh angkutan barang terhadap kinerja ruas jalan dalam hal ini adalah peningkatan derajat kejenuhan akibat adanya angkutan barang dan tanpa angkutan barang pada ruas-ruas jalan di dalam daerah studi yaitu di Kota Denpasar.


(27)

24 4.3.2 Perhitungan Volume Lalu Lintas Angkutan Barang pada Ruas Jalan di Kota

Denpasar

Berdasarkan hasil survai volume lalu lintas pada jam puncak diperoleh volume lalu lintas tiap-tiap ruas jalan di Kota Denpasar yang dibagi menjadi 4 jam puncak seperti pada tabel 4.14, tabel 4.15, tabel 4.16 dan tabel 4.17.

Tabel 4.14 Volume Lalu Lintas Angkutan Barang pada Pukul 06.00-11.00 Wita

No. Lokasi

Perbatasan Arah

Direct Split

(%)

Pick Up Truk 2 As Truk 3 As Semi Trailler

Total Arus Lalu Lintas smp/jam Arus smp/ jam Total smp/ jam Arus smp/ jam Total smp/ jam Arus smp/ jam Total smp/ jam Arus smp/ jam Total smp/ jam

1. Ahmad Yani Utara 61,75 107 160 39 78 13 19,5 0 0 257,5

Selatan 38,25 53 39 6,5 0

2. Imam Bonjol Utara 41,85 97 266 102,7 204,1 5,2 19,5 0 0 489,6

Selatan 58,15 169 101,4 14,3 0

3. Cokroaminoto Hos. Utara 37,80 123 386 78 146,9 1,3 6,5 2,6 2,6 542

Selatan 62,20 263 68,9 5,2 0

4. Ida Bagus Mantra

Barat 50,51 59

125 150,8 273 20,8 58,5 1,3 2,6 459,1

Timur 49,49 66 122,2 37,7 1,3

5. Teuku Umar Barat

Barat 47,49 121

200 42,9 141,7 0 0 0 0 341,7

Timur 52,03 79 98,8 0 0

6. Gatot Subroto Barat

Barat 54,55 93

180 96,2 171,6 10,4 14,3 0 0 365,9

Timur 45,45 87 75,4 3,9 0

7. Gunung

Sanghyang

Barat 45,91 72

180 29,9 48,1 5,2 5,2 0 0 233,3

Timur 54,09 108 18,2 0 0

8. By Pass

Ngurah Rai

Barat 53,47 61

158 144,3 222,3 42,9 75,4 5,2 18,2 473,9

Timur 46,53 97 78 32,5 13

9. Pelabuhan Benoa

Utara 100 77

77 67,6 67,6 6,5 6,5 7,8

7,8 158,9

Selatan 0 0 0 0 0

Timur 58,71 108 22,1 0 0

10. Gatot Subroto Timur

Barat 51,20 81

180 63,7 167,7 3,9 13 0 0 360,7

Timur 58,80 99 104 9,1 0

Sumber : Hasil analisis, 2015

Dari hasil survai pada pukul 06.00-11.00 wita terlihat bahwa total volume angkutan barang terbesar pada ruas jalan HOS. Cokroaminotodengan total volume lalu lintas sebesar 542 smp/jam. Sedangkan total volume angkutan barang terkecil pada ruas jalan Pelabuhan Benoa dengan total volume lalu lintas sebesar 158,9 smp/jam.


(28)

25 Tabel 4.15 Volume Lalu Lintas Angkutan Barang pada Pukul 11.00-15.00 Wita

No. Lokasi

Perbatasan Arah

Direct Split

(%)

Pick Up Truk 2 As Truk 3 As Semi Trailler

Total Arus Lalu Lintas smp/jam Arus smp/ jam Total smp/ jam Arus smp/ jam Total smp/ jam Arus smp/ jam Total smp/ jam Arus smp/ jam Total smp/ jam

1. Ahmad Yani Utara 37,28 68 154 22,1 81,9 3,9 15,6 0 0 251,5

Selatan 62,62 86 59,8 11,7 0

2. Imam Bonjol Utara 55,41 117 241 136,5 218,4 10,4 16,9 0 0 476,3

Selatan 44,59 124 81,9 6,5 0

3. Hos.

Cokroaminoto

Utara 59,98 137

245 150,8 226,2 1,3 11,7 5,2 7,8 490,7

Selatan 40,02 108 75,4 10,4 2,6

4. Ida Bagus Mantra

Barat 48,84 75

137 124,8 266,5 19,5 44,2 0 1,3 449

Timur 51,16 62 141,7 24,7 1,3

5. Teuku Umar Barat

Barat 46,04 109

196 35,1 117 0 0 0 0 313

Timur 53,96 87 81,9 0 0

6. Gatot Subroto Barat Barat 59,13 127 231 93,6 140,4 1,3 3,9 0 0 375,3

Timur 40,87 104 46,8 2,6 0

7. Gunung

Sanghyang

Barat 47,47 66

152 32,5 59,8 3,9 3,9 0 0 215,7

Timur 52,53 86 27,3 0 0

8. By Pass

Ngurah Rai

Barat 42,32 35

127 72,8 175,5 59,8 94,9 3,9 7,8 405,2

Timur 57,68 92 102,7 35,1 3,9

9. Pelabuhan Benoa

Utara 62,58 58 79 45,5 102,7 15,6 15,6 11,7

11,7 209

Selatan 37,42 21 57,2 0 0

Timur 54,46 87 14,3 0 0

10. Gatot Subroto Timur Barat 39,94 103 234 50,7 153,4 5,2 10,4 0 0 397,8

Timur 60,06 131 102,7 5,2 0

Sumber : Hasil analisis, 2015

Dari hasil survai pada pukul 11.00-15.00 wita terlihat bahwa total volume angkutan barang terbesar pada ruas jalan HOS. Cokroaminoto dengan total volume lalu lintas sebesar 490,7 smp/jam. Sedangkan total volume angkutan barang terkecil pada ruas jalan Gunung Agung dengan total volume lalu lintas sebesar 186 smp/jam.


(29)

26 Tabel 4.16 Volume Lalu Lintas Angkutan Barang pada Pukul 15.00-18.00 Wita.

No. Lokasi

Perbatasan Arah

Direct Split

(%)

Pick Up Truk 2 As Truk 3 As Semi Trailler

Total Arus Lalu Lintas smp/jam Arus smp/ jam Total smp/ jam Arus smp/ jam Total smp/ jam Arus smp/ jam Total smp/ jam Arus smp/ jam Total smp/ jam

1. Ahmad Yani Utara 39,59 76 163 32,5 107,9 3,9 13 0 0 283,9

Selatan 60,41 87 75,4 9,1 0

2. Imam Bonjol Utara 58,07 127 233 131,3 210,6 9,1 15,6 0 1,3 460,5

Selatan 41,93 106 79,3 6,5 1,3

3. Hos.

Cokroaminoto

Utara 60,40 131

242 156 227,5 2,6 9,1 2,6 5,2 483,8

Selatan 39,60 111 71,5 6,5 2,6

4. Ida Bagus Mantra

Barat 42,28 45

78 89,7 247 16,9 44,2 7,8 7,8 377

Timur 57,72 33 157,3 27,3 0

5. Teuku Umar Barat

Barat 44,64 82

148 24,7 91 0 0 0 0 239

Timur 55,36 66 66,3 0 0

6. Gatot Subroto Barat Barat 63,98 149 254 111,8 153,4 5,2 9,1 1,3 1,3 417,8

Timur 36,02 105 41,6 3,9 0

7. Gunung

Sanghyang

Barat 54,90 67

116 16,9 50,7 16,9 16,9 0 0 183,6

Timur 45,10 49 33,8 0 0

8. By Pass

Ngurah Rai

Barat 12,80 13

159 29,9 221 16,9 81,9 0 5,2 467,1

Timur 87,20 146 191,1 65 5,2

9. Pelabuhan Benoa

Utara 33,03 27

110 28,6 66,3 1,3 3,9 5,2

7,8 188

Selatan 66,97 83 37,7 2,6 2,6

Timur 41,67 53 19,5 1,3 0

10. Gatot Subroto Timur Barat 35,97 107 256 41,6 162,5 5,2 9,1 0 0 427,6

Timur 64,03 149 120,9 3,9 0

Sumber : Hasil analisis, 2015

Dari hasil survai pada pukul 15.00-18.00 wita terlihat bahwa total volume angkutan barang terbesar pada Ruas Jalan HOS. Cokroaminoto dengan total volume lalu lintas sebesar 483,8 smp/jam. Sedangkan total volume angkutan barang terkecil pada ruas jalan Gunung Agung dengan total volume lalu lintas sebesar 177,1 smp/jam.


(30)

27 Tabel 4.17 Volume Lalu Lintas Angkutan Barang pada Pukul 18.00-21.00 Wita.

No. Lokasi

Perbatasan Arah

Direct Split

(%)

Pick Up Truk 2 As Truk 3 As Semi Trailler

Total Arus Lalu Lintas smp/jam Arus smp/ jam Total smp/ jam Arus smp/ jam Total smp/ jam Arus smp/ jam Total smp/ jam Arus smp/ jam Total smp/ jam

1. Ahmad Yani Utara 50,68 64 114 15,6 40,3 6,5 15,6 0 0 169,9

Selatan 49,32 50 24,7 9,1 0

2. Imam Bonjol Utara 54,63 67 134 32,5 50,7 7,8 11,7 0 0 196,4

Selatan 45,39 67 18,2 3,9 0

3. Hos.

Cokroaminoto

Utara 44,52 74

213 83,2 133,9 1,3 7,8 0 1,3 356

Selatan 55,48 139 50,7 6,5 1,3

4. Ida Bagus Mantra

Barat 43,77 36

87 71,5 158,6 7,8 19,5 1,3 1,3 266,4

Timur 56,23 51 87,1 11,7 0

5. Teuku Umar Barat

Barat 38,83 48

125 18,2 45,5 0 0 0 0 170,5

Timur 61,17 77 27,3 0 0

6. Gatot Subroto Barat Barat 45,62 60 123 23,4 52 0 7,8 0 0 182,8

Timur 54,38 63 28,6 7,8 0

7. Gunung

Sanghyang

Barat 53,50 28

53 3,9 24,7 20,8 20,8 0 0 98,5

Timur 46,50 25 20,8 0 0

8. By Pass

Ngurah Rai

Barat 11,07 12

163 28,6 241,8 15,6 97,5 0 5,2 507,5

Timur 88,93 151 213,2 81,9 5,2

9. Pelabuhan Benoa

Utara 48,78 9

18 9,1 18,2 7,8 16,9 0

0 53,1

Selatan 51,22 9 9,1 9,1 0

Timur 48,96 29 16,9 1,3 0

10. Gatot Subroto Timur Barat 50,23 65 133 28,6 59,8 6,5 6,5 0 0 199,3

Timur 49,77 68 31,2 0 0

Sumber : Hasil analisis, 2015

Dari hasil survai pada pukul 18.00-21.00 wita terlihat bahwa total volume angkutan barang terbesar pada Ruas Jalan By Pass Ngurah Rai dengan total volume lalu lintas sebesar 507,5 smp/jam. Sedangkan total volume angkutan barang terkecil pada ruas jalan Pelabuhan Benoa dengan total volume lalu lintas sebesar 53,1 smp/jam.


(31)

28 4.5Analisis Kapasitas

Dari perhitungan kapasitas seperti tabel 4.18 terlihat bahwa kapasitas terbesar terdapat pada ruas jalan Ida Bagus Mantra dengan kapasitas 6328,08 smp/jam. Sedangkan yang terkecil terdapat pada ruas jalan Ahmad Yani dengan kapasitas sebesar 2485,77 smp/jam. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.18.

Tabel 4.18 Perhitungan Kapasitas Untuk Jalan Perkotaan di Kota Denpasar

No. Nama Ruas Jalan Co

(smp/jam) FCw FCsp FCsf FCcs

C (smp/jam) 1. Ahmad Yani 2900 1 0,94 0,97 0,94 2485,77 2. Imam Bonjol 2900 1 1 0,95 0,94 2589,70 3. Hos. Cokroaminoto 2900 1,29 1 0,98 0,94 3446,21 4. Ida Bagus Mantra 6600 1 1 1,02 0,94 6328,08 5. Teuku Umar Barat 2900 1 1 0,98 0,94 2671,48 6. Gatot Subroto Barat 6000 0,91 0,97 1 0,94 4978,43 7. Gunung Sanghyang 2900 1,29 1 0,89 0,94 3129,72 8. By Pass Ngurah Rai 6600 1 1 1 0,94 6204,00 9. Pelabuhan Benoa 6600 1 1 0,97 0,94 6017,88 10. Gatot Subroto Timur 6000 0,91 0,97 1 0,94 4978,43 Sumber : Hasil analisis, 2015

4.5.1 Analisis Derajat Kejenuhan (DS) dan Persentase Pengaruh Angkutan Barang Terhadap Kinerja Ruas Jalan di Kota Denpasar

Derajat kejenuhan total diperoleh dengan membagi volume lalu lintas total pada jam puncak dengan kapasitas jalan, sedangkan derajat kejenuhan angkutan barang diperoleh dengan membagi volume angkutan barang pada jam puncak dengan kapasitas. Persentase peningkatan nilai derajat kejenuhan akibat adanya angkutan barang diperoleh dengan membagi derajat kejenuhan angkutan barang dengan derajat kejenuhan total. Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.19.


(32)

29 Tabel 4.19 Derajat Kejenuhan Ruas Jalan di Kota Denpasar Dengan dan Tanpa Angkutan Barang

No. Nama Ruas Jalan

Kapasitas (C) (smp/jam)

Volume Total (smp/jam)

Volume Ank. Brng (smp/jam)

Derajat Kejenuhan

Total DS (V/C)

Derajat Kejenuhan

Tanpa Ank. Brng

DS (V/C)

Persentase Pengaruh Ank. Brng

(%) 1. Ahmad Yani 2485,77 1466,30 283,90 0,59 0,48 19,36 2. Imam Bonjol 2589,70 2601,00 489,60 1,00 0,82 18,82 3. Hos. Cokroaminoto 3446,21 3822,90 542,00 1,11 0,95 14,18 4. Ida Bagus Mantra 6328,08 1296,90 459,10 0,20 0,13 35,40 5. Teuku Umar Barat 2671,48 2256,70 341,70 0,84 0,72 15,14 6. Gatot Subroto Barat 4978,43 2101,00 417,80 0,42 0,34 19,89 7. Gunung Sanghyang 3129,72 2038,00 233,30 0,65 0,58 11,45 8. By Pass Ngurah Rai 6204,00 3311,00 499,85 0,53 0,45 15,10 9. Pelabuhan Benoa 6017,88 1127,00 209,00 0,19 0,15 18,54 11. Gatot Subroto Timur 4978,43 2256,00 427,60 0,45 0,37 18,95 Sumber : Hasil analisis, 2015

Dari tabel 4.19 terlihat bahwa persentase pengaruh angkutan barang terbesar terhadap peningkatan nilai derajat kejenuhan terdapat pada ruas jalan Ida Bagus Mantra, dimana terjadi peningkatan nilai derajat kejenuhan sebesar 35,40% dari 0,13 (tanpa angkutan barang) menjadi 0,20 (dengan angkutan barang). Sedangkan pengaruh angkutan barang terkecil terdapat pada ruas jalan Gunung Sanghyang dengan pengaruh angkutan barang sebesar 11,45%.


(33)

30 4.6Analisis Kecepatan

Pada analisis kecepatan kendaraan, diperlukan data pilot survai, maka terlebih dahulu dilakukan survai pendahuluan untuk menentukan besar jumlah sampel yang diperlukan dengan spesifikasi ketelitian 95%.

Perhitungan banyaknya sampel:

Ruas Jalan : HOS. Cokroaminoto Banyak sampel data pilot survai : 40

Rata-rata : 41,78 km/jam Standart deviasi : 10,64

Acceptable sampling error : 0.05 x mean

: 0.05 x 41,78 = 2,09 km/jam Acceptable standart error : 2,09 / 1.96 = 1,07

Besarnya jumlah sampel adalah : 10,642 / 1,072 = 100 sampel

Jadi sampel yang diperlukan minimal 100 sampel. Untuk menghitung kecepatan kendaraan dengan segmen pengamatan 100 meter. Sebagai contoh dilakukan perhitungan kecepatan kendaraan ringan pada interval waktu 07.00-07.15 dengan segmen pengamatan 100 meter pada ruas Jalan HOS. Cokroaminoto adalah sebagai berikut :

- Dari 3 data waktu tempuh (TT), dicari rata-ratanya dan didapatkan : 12,99 detik - Segmen pengamatan (L) : 100 meter

- Kecepatan rata-rata kendaraan ringan (V) :

km ja m

ja m km ik

m TT

L

V 27,71

3600 99 , 12

1000 100 det

99 , 12

100

 

 

Perhitungan selanjutnya dihitung dengan cara yang sama dan hasilnya ditampilkan pada Tabel 4.20, 4.21, 4.22 dan 4.23.


(34)

31 Tabel 4.20 Kecepatan Kendaraan Pada Jam Puncak Pagi

Hasil analisis, 2015

Tabel 4.21 Kecepatan Kendaraan Pada Jam Puncak Siang

Hasil analisis, 2015

Tabel 4.22 Kecepatan Kendaraan Pada Jam Puncak Sore

Hasil analisis, 2015

No. Ruas Jalan Jam Puncak

Kend. Ringan Motor Kend. Berat Kend. Ringan Motor Kend. Berat

1 Ahmad Yani 07.00-08.00 47.74 48.98 41.30 48.85 49.30 42.29

2 Imam Bonjol 09.15-10.15 39.05 38.67 35.49 39.49 40.10 33.23

3 HOS. Cokroaminoto 07.15-08.15 27.37 27.86 30.97 29.40 29.48 29.93

4 Ida Bagus Mantra 09.00-10.00 77.31 74.94 76.40 78.77 73.50 73.97

5 Teuku Umar Barat 07.45-08.45 40.92 41.25 39.80 41.76 43.33 40.25

6 Gatsu Barat 07.15-08.15 40.78 41.45 39.30 41.53 42.99 40.36

7 Gunung Sanghyang 09.45-10.45 49.30 50.89 47.04 48.97 50.12 40.35

8 By Pass Ngurah Rai 09.15-10.15 44.87 45.09 41.51 44.81 43.51 40.33

9 Pelabuhan Benoa 07.45-08.45 46.70 49.22 47.61 55.16 53.85 50.35

10 Gatot Subroto Timur 07.15-08.15 39.97 39.37 39.79 38.46 38.8 39.52

Kecepatan Rata-rata (km/jam)

Masuk Keluar

Kecepatan Rata-rata (km/jam)

No. Ruas Jalan Jam Puncak

Kend. Ringan Motor Kend. Berat Kend. Ringan Motor Kend. Berat

1 Ahmad Yani 11.30-12.30 46.62 51.00 44.49 49.61 49.35 40.91

2 Imam Bonjol 14.00-15.00 38.23 37.34 33.78 35.81 38.78 32.78

3 HOS. Cokroaminoto 14.00-15.00 38.29 37.40 38.59 38.69 36.27 38.87

4 Ida Bagus Mantra 13.30-14.30 78.31 75.09 74.40 83.23 74.50 74.94

5 Teuku Umar Barat 11.45-12.45 49.40 48.17 43.35 46.69 46.78 43.83

6 Gatsu Barat 11.15-12.15 47.84 46.18 41.08 49.09 43.33 42.29

7 Gunung Sanghyang 10.15-11.15 50.18 51.26 45.38 50.15 51.12 44.28

8 By Pass Ngurah Rai 11.00-12.00 45.99 41.56 45.51 43.68 47.03 41.76

9 Pelabuhan Benoa 12.00-13.00 52.47 54.74 50.44 60.42 55.61 48.47

10 Gatot Subroto Timur 11.30-12.30 47.37 50.84 44.38 50.24 50.69 40.07

Masuk Keluar

Kecepatan Rata-rata (km/jam) Kecepatan Rata-rata (km/jam)

No. Ruas Jalan Jam Puncak

Kend. Ringan Motor Kend. Berat Kend. Ringan Motor Kend. Berat

1 Ahmad Yani 15.15-16.15 45.75 48.91 38.74 47.86 48.91 39.31

2 Imam Bonjol 15.30-16.30 37.04 36.38 35..39 36.29 39.00 33.84

3 HOS. Cokroaminoto 15.45-16.45 37.17 35.23 39.90 39.70 38.74 40.71

4 Ida Bagus Mantra 16.45-17.45 75.68 74.03 73.75 76.22 73.61 71.50

5 Teuku Umar Barat 17.45-18.45 37.16 40.10 39.90 39.18 37.65 38.99

6 Gatsu Barat 17.00-18.00 48.09 42.56 42.09 50.15 45.69 40.28

7 Gunung Sanghyang 17.00-18.00 51.42 51.03 42.98 50.42 53.19 41.53

8 By Pass Ngurah Rai 15.00-16.00 44.50 43.53 41.08 45.26 41.90 40.06

9 Pelabuhan Benoa 15.45-16.45 56.05 54.23 46.64 54.86 53.84 48.19

10 Gatot Subroto Timur 17.00-18.00 48.89 50.18 40.41 52.38 50.33 40.26

Kecepatan Rata-rata (km/jam)

Masuk Keluar


(35)

32 Tabel 4.23 Kecepatan Kendaraan Pada Jam Puncak Malam

Hasil analisis, 2015

4.7Analisis Tingkat Pelayanan

Berdasarkan derajat kejenuhan dan kecepatan operasional kendaraan, maka dapat ditentukan level tingkat pelayanan (LOS) jalan tersebut. Tingkat pelayanan pada masing-masing ruas jalan yang ditinjau ditampilkan dalam tabel berikut :

Tabel 4.24 Tingkat Pelayanan Jalan Pada Jam Puncak Pagi

Derajat

No. Nama Ruas Jam Kapasitas Volume Kejenuhan Tingkat Jalan Puncak (C) (Q) Ds Pelayanan

smp/jam smp/jam (Q/C)

1 Ahmad Yani 07.00-08.00 2485,77 1367.10 0.55 C 2 Imam Bonjol 09.15-10.15 2589,70 2547.00 0.98 E 3 HOS. Cokroaminoto 07.15-08.15 3446,21 3822.90 1.11 F 4 Ida Bagus Mantra 09.00-10.00 6328,08 1255.60 0.22 B 5 Teuku Umar Barat 07.45-08.45 2671,48 2038.70 0.76 D 6 Gatot Subroto Barat 07.15-08.15 4978,43 2101.00 0.42 B 7 Gunung Sanghyang 09.45-10.45 3129,72 2038.00 0.65 C 8 By Pass Ngurah Rai 09.15-10.15 6204,00 2703.00 0.44 B 9 Pelabuhan Benoa 07.45-08.45 6017,88 1127.00 0.19 A 10 Gatot Subroto Timur 07.15-08.15 4978,43 2256.00 0.45 C Sumber: Hasil Analisis, 2014

Dari Tabel 4.24 dapat dilihat tingkat pelayanan jalan pada jam puncak pagi. Nilai Q/C terbesar adalah 1,11 pada ruas jalan HOS. Cokroaminoto dengan tingkat pelayanan F. Sementara untuk nilai Q/C terkecil adalah 0,19 pada ruas jalan Pelabuhan Benoa dengan tingkat pelayanan A. Pada tingkat pelayanan F, kecepatan rendah, volume ada diatas kapasitas dan membentuk rentetan kendaraan, sering terjadi kemacetan dalam waktu yang cukup lama. Dalam keadaan paling tinggi, kecepatan dan volume dapat turun mencapai nol. Pada tingkat pelayanan A, arus bebas dengan kecepatan tinggi, pengemudi dapat memilih kecepatan yang diinginkan.

No. Ruas Jalan Jam Puncak

Kend. Ringan Motor Kend. Berat Kend. Ringan Motor Kend. Berat

1 Ahmad Yani 17.15-18.15 47.17 51.11 45.36 50.22 51.79 40.27

2 Imam Bonjol 20.00-21.00 40.34 41.23 35.53 29.74 40.36 34.29

3 HOS. Cokroaminoto 17.15-18.15 43.76 43.28 41.00 44.15 42.07 41.05

4 Ida Bagus Mantra 17.15-18.15 75.06 72.71 72.29 72.07 72.59 72.03

5 Teuku Umar Barat 18.00-19.00 79.81 41.73 42.99 41.69 40.58 40.36

6 Gatsu Barat 18.15-19.15 49.45 45.60 40.41 52.24 45.36 40.72

7 Gunung Sanghyang 19.15-20.15 51.19 51.58 42.23 51.33 51.46 40.25

8 By Pass Ngurah Rai 17.30-18.30 42.06 41.47 39.35 41.77 41.89 39.96

9 Pelabuhan Benoa 17.15-18.15 62.61 57.19 47.92 62.42 58.01 49.56

10 Gatot Subroto Timur 18.15-19.15 50.58 51.55 44.71 53.29 52.14 40.11

Masuk Keluar


(36)

33 Tabel 4.25 Tingkat Pelayanan Jalan Pada Jam Puncak Siang

Derajat

No. Nama Ruas Jam Kapasitas Volume Kejenuhan Tingkat Jalan Puncak (C) (Q) Ds Pelayanan

smp/jam smp/jam (Q/C)

1 Ahmad Yani 11.30-12.30 2485,77 1316.00 0.53 C 2 Imam Bonjol 14.00-15.00 2589,70 2601.00 1.00 E 3 HOS. Cokroaminoto 14.00-15.00 3446,21 3179.40 0.92 E 4 Ida Bagus Mantra 13.30-14.30 6328,08 1122.00 0.18 A 5 Teuku Umar Barat 11.45-12.45 2671,48 1756.30 0.66 C 6 Gatot Subroto Barat 11.15-12.15 4978,43 1551.00 0.31 B 7 Gunung Sanghyang 10.15-11.15 3129,72 1809.00 0.58 C 8 By Pass Ngurah Rai 11.00-12.00 6204,00 2969.00 0.48 C 9 Pelabuhan Benoa 12.00-13.00 6017,88 518.00 0.09 A 10 Gatot Subroto Timur 11.30-12.30 4978,43 1530.00 0.31 B Sumber: Hasil Analisis, 2015

Dari Tabel 4.25 dapat dilihat tingkat pelayanan jalan pada jam puncak Siang. Nilai Q/C terbesar adalah 1 pada ruas jalan Imam Bonjol dengan tingkat pelayanan E. Sementara untuk nilai Q/C terkecil adalah 0,09 pada ruas jalan Pelabuhan Benoa dengan tingkat pelayanan A. Pada tingkat pelayanan E, volume lalu lintas mendekati kapasitas, arus tidak stabil, dan kecepatan terkadang terhenti. Sementara pada tingkat pelayanan A, arus bebas dengan kecepatan tinggi, pengemudi dapat memilih kecepatan yang diinginkan tanpa tundaan.

Tabel 4.26 Tingkat Pelayanan Jalan Pada Jam Puncak Sore

Derajat

No. Nama Ruas Jam Kapasitas Volume Kejenuhan Tingkat Jalan Puncak (C) (Q) Ds Pelayanan

smp/jam smp/jam (Q/C)

1 Ahmad Yani 15.15-16.15 2485,77 1466.30 0.59 C 2 Imam Bonjol 15.30-16.30 2589,70 2558.00 0.99 E 3 HOS. Cokroaminoto 15.45-16.45 3446,21 3397.40 0.99 E 4 Ida Bagus Mantra 16.45-17.45 6328,08 1290.60 0.20 B 5 Teuku Umar Barat 17.45-18.45 2671,48 2326.70 0.87 E 6 Gatot Subroto Barat 17.00-18.00 4978,43 1746.00 0.35 B 7 Gunung Sanghyang 17.00-18.00 3129,72 1752.00 0.56 C 8 By Pass Ngurah Rai 15.00-16.00 6204,00 3311.00 0.53 C 9 Pelabuhan Benoa 15.45-16.45 6017,88 1046.00 0.17 A 10 Gatot Subroto Timur 17.00-18.00 4978,43 1715.00 0.34 B Sumber: Hasil Analisis, 2015

Dari Tabel 4.26 dapat dilihat tingkat pelayanan jalan pada jam puncak sore. Nilai Q/C terbesar adalah 0,99 pada ruas jalan HOS. Cokroaminoto dan Imam Bonjol dengan tingkat pelayanan E. Sementara untuk nilai Q/C terkecil adalah 0,17 pada ruas jalan Pelabuhan Benoa dengan tingkat


(1)

61

701 Truk 14030 6500 16550 254.62 Semen kering 8 320 40

702 Truk 14030 6500 16680 256.62 Semen kering 8 320 40

703 Truk 7500 4030 5750 142.68 Bata kering 1.5 60 30

704 Truk 7500 4030 6100 151.36 Bata kering 1.5 60 40

705 Truk 14030 6500 3700 56.92 Keramik kering 8 320 40

706 Truk 23000 11200 25100 224.11 Semen kering 8 320 40

707 Truk 14030 6500 9560 147.08 Semen kering 8 320 40

708 Truk 23000 11200 25640 228.93 Besi kering 4.89 220 45

709 Truk 14030 6500 11950 183.85 Asbes kering 4.89 220 45

710 Truk 7500 4030 8100 200.99 Kayu kering 3.66666667 110 30

711 Truk 25200 15670 34150 217.93 Semen kering 10.6666667 320 30

712 Truk 8000 4900 3470 70.82 Kayu kering 2.75 110 40

713 Truk 7000 4030 7370 182.88 Pasir kering 0.25 12 48

714 Truk 21000 13080 28070 214.60 Semen kering 7.33 220 30

715 Truk 14030 6500 17100 263.08 Besi kering 5 150 30

716 Truk 18000 10080 16610 164.78 Kayu kering 3.75 150 40

717 Truk 9000 5310 21240 400.00 Semen kering 8 320 40

718 Truk 9000 5310 13700 258.00 Bambu kering 2.83 85 30

719 Truk 14030 6500 14425 221.92 Besi kering 3.75 150 40

720 Truk 16800 6900 12890 186.81 Closet kering 8 320 40

721 Truk 14030 6500 19760 304.00 Semen kering 8 320 40

722 Truk 14000 6500 7450 114.62 Keramik kering 10.6666667 320 30 723 Truk 14200 6700 18070 269.70 Bahan Bangunan kering 4.89 220 45

724 Truk 25200 13820 9030 65.34 Semen kering 8 320 40

725 Truk 7500 4030 7150 177.42 Besi kering 3.75 150 40

726 Truk 7000 4030 5510 136.72 Keramik kering 0.25 12 30

727 Truk 21000 13080 25490 194.88 Keramik kering 10.6666667 320 30

728 Truk 7500 4030 1560 38.71 Kayu kering 1.5 60 40

729 Truk 15000 6700 31920 476.42 Semen kering 8 320 40

730 Truk 7000 3900 1960 50.26 Kayu kering 0.25 12 48

731 Truk 7800 4080 4350 106.62 Tanah kering 1.5 60 40

732 Truk 14030 6500 6580 101.23 Kaca kering 8 320 40

733 Truk 21000 13080 28150 215.21 Keramik kering 10.6666667 320 30

734 Truk 14030 6500 10980 168.92 Besi kering 5 150 30

735 Truk 23000 11200 19650 175.45 Besi kering 8 320 40

736 Truk 14030 6500 17000 261.54 Semen kering 8 320 40

737 Truk 7500 4030 8160 202.48 Bahan Bangunan kering 3.75 150 40

738 Truk 14000 7150 18200 254.55 Pipa kering 4.89 220 45

739 Truk 14000 7150 8060 112.73 Semen kering 8 320 40

740 Truk 7500 4030 9120 226.30 Besi kering 3.75 150 40

741 Truk 15100 6700 19890 296.87 Semen kering 8 320 40

742 Truk 14030 6500 19150 294.62 Besi kering 5 150 30

743 Truk 7500 4030 6820 169.23 Besi kering 5 150 30

744 Truk 14030 6500 17800 273.85 Semen kering 8 320 40

745 Truk 14030 6500 26250 403.85 Besi kering 3.75 150 40

746 Truk 14030 6500 17300 266.15 Pipa kering 14 560 40

747 Truk 14000 6500 5300 81.54 Besi kering 3.75 150 40

748 Truk 14030 6500 17040 262.15 Semen kering 10.6666667 320 30

749 Truk 14030 6500 9260 142.46 Besi kering 5 150 30


(2)

62

751 Truk 14030 6500 10020 154.15 Keramik kering 8 320 40

752 Truk 14000 7150 8810 123.22 Keramik kering 10.6666667 320 30 753 Truk 14030 6500 30330 466.62 Keramik kering 10.6666667 320 30

754 Truk 21000 13080 27810 212.61 Keramik kering 7.33 220 30

755 Truk 14030 6500 19190 295.23 Kayu kering 4.89 220 45

756 Truk 7500 4030 3830 95.04 Pasir kering 1.5 60 40

757 Truk 7500 4030 6640 164.76 Besi kering 3.75 150 40

758 Truk 14200 6500 7710 118.62 Pipa kering 4.89 220 45

759 Truk 7800 4080 8600 210.78 Semen kering 8 320 40

760 Truk 14030 6500 14020 215.69 Semen kering 8 320 40

761 Truk 14030 6500 4070 62.62 Besi kering 5 150 30

762 Truk 23900 12400 25000 201.61 Semen kering 10.6666667 320 30

763 Truk 6000 3100 8880 286.45 Tanah kering 2.75 110 40

764 Truk 14030 6500 16300 250.77 Kayu kering 8 320 40

765 Truk 14030 6500 17080 262.77 Kayu kering 8 320 40

766 Truk 23000 11200 8710 77.77 Keramik kering 22.5 900 40

767 Truk 23000 11200 8610 76.88 Keramik kering 30 900 30

768 Truk 7500 4030 6160 152.85 Batu kering 12 540 30

769 Truk 14030 6500 16680 256.62 Semen kering 3.5 140 40

770 Truk 12000 5540 13210 238.45 Triplek kering 8 320 40

771 Truk 14030 6500 17490 269.08 Semen kering 3.5 140 40

772 Truk 14030 6500 18200 280.00 Semen kering 5 150 30

773 Truk 14030 6500 14850 228.46 Kayu kering 10.6666667 320 30

774 Truk 23500 11200 26950 240.63 Keramik kering 8 320 40

775 Truk 14030 6500 15590 239.85 Kaca kering 8 320 40

776 Truk 14030 6500 18350 282.31 Semen kering 3.75 150 40

777 Truk 14020 6500 19240 296.00 Semen kering 3.75 150 40

778 Truk 14030 6500 20250 311.54 Besi kering 8 320 40

779 Truk 25000 15670 24000 153.16 Keramik kering 10.6666667 320 30

780 Truk 7500 4030 6950 172.46 Pasir kering 2.75 110 40

781 Truk 7500 4030 6630 164.52 Pasir kering 0.75 30 40

782 Truk 8150 5110 8520 166.73 Tanah kering 1.5 60 40

783 Truk 14030 6500 15950 245.38 Semen kering 12.5 500 40

784 Truk 7500 4030 13850 343.67 Tanah kering 0.75 30 40

785 Truk 14030 6500 9420 144.92 Besi kering 10.6666667 320 30

786 Truk 12000 5540 16050 289.71 Semen kering 3.5 105 30

787 Truk 14030 6500 9930 152.77 Batu Apung kering 10.6666667 320 30

788 Truk 7500 4030 9500 235.73 Bata kering 2.75 110 40

789 Truk 14200 7150 17170 240.14 Semen kering 9 360 40

790 Truk 25500 15670 15200 97.00 Semen kering 20 600 30

791 Truk 25200 15670 31900 203.57 Semen kering 15 450 30

792 Truk 7000 4030 7150 177.42 Batu kering 22.5 900 40

793 Truk 7500 4030 8490 210.67 Tanah kering 1.5 60 40

794 Truk 33000 24000 35200 146.67 Semen kering 10.6666667 320 30

795 Truk 7500 4030 8320 206.45 Tanah kering 1 30 30

796 Truk 14000 7150 18400 257.34 Semen kering 3.5 140 40

797 Truk 5800 2750 8760 318.55 Batu kering 2.25 90 40

798 Truk 7000 4110 7640 185.89 Kayu kering 8 320 40

799 Truk 7000 4110 8060 196.11 Pasir kering 0.83333333 25 30


(3)

63

801 Truk 7500 4030 6920 171.71 Batu kering 8 320 40

802 Truk 14030 6500 17740 272.92 Semen kering 3.75 150 40

803 Truk 7500 4030 9500 235.73 Bata kering 2.75 110 40

804 Truk 14030 6500 18240 280.62 Semen kering 3.5 140 40

805 Truk 14030 6500 17670 271.85 Semen kering 3.5 105 30

806 Truk 7500 4030 8710 216.13 Batu kering 8 320 40

807 Truk 5000 2330 3570 153.22 Pasir kering 1.5 60 40

808 Truk 14030 6500 17500 269.23 Besi kering 22.22 1000 45

809 Truk 21000 13080 26446 202.19 Besi kering 11.2 560 50

810 Truk 7500 4130 5870 142.13 Besi kering 10.6666667 320 30

811 Truk 7500 4130 5910 143.10 Besi kering 10.67 320 30

812 Truk 7500 4130 6520 157.87 Besi kering 7.11 320 45

813 Truk 14030 6500 17850 274.62 Besi kering 7.62 320 42

814 Truk 15500 6700 14020 209.25 Bahan Bangunan kering 20 800 40

815 Truk 5100 2330 980 42.06 Besi kering 20 800 40

816 Truk 14030 6500 1510 23.23 Besi kering 16.67 500 30

817 Truk 7500 4130 8180 198.06 Besi kering 10.6666667 320 30

818 Truk 7500 4130 7560 183.05 Besi kering 6.4 320 50

819 Truk 16800 6500 20730 318.92 Kayu kering 6.98 300 43

820 Truk 14000 6500 17910 275.54 Semen kering 1.11 50 45

821 Truk 14000 6500 3550 54.62 Semen kering 11.90 500 42

822 Truk 14030 6500 5720 88.00 M il kering 12.5 500 40

823 Truk 15500 6700 10700 159.70 Batu Alam kering 12.5 500 40

824 Truk 7500 4130 13960 338.01 Besi kering 12.82 500 39

825 Truk 14030 6500 18000 276.92 Semen kering 1.8 90 50

826 Truk 7500 4130 4610 111.62 Batu kering 1.5 75 50

827 Truk 26000 13280 30090 226.58 Asbes kering 11.63 500 43

828 Truk 15500 6700 11570 172.69 Semen kering 11.11 500 45

829 Truk 14000 6500 2090 32.15 Besi Tua kering 2.62 110 42

830 Truk 15000 6700 16700 249.25 Keramik kering 16.6666667 500 30

831 Truk 14030 5610 2280 40.64 Semen kering 16.6666667 500 30

832 Truk 14030 6500 15650 240.77 Besi kering 16.67 500 30

833 Truk 16800 9000 17640 196.00 Batu kering 16.6666667 500 30

834 Truk 15100 6700 15490 231.19 Batu kering 10 500 50

835 Truk 7500 4130 6240 151.09 Bak kering 16.67 500 30

836 Truk 15500 6700 6060 90.45 Pipa kering 16.67 500 30

837 Truk 25200 15670 14650 93.49 Semen kering 26.67 800 30

838 Truk 14030 6500 13230 203.54 Besi kering 12.5 500 40

839 Truk 23900 11200 33230 296.70 Keramik kering 12.5 500 40

840 Truk 23000 11310 32260 285.23 Semen kering 20.51 800 39

841 Truk 7500 4130 6180 149.64 Cat kering 26.6666667 800 30

842 Truk 14030 6500 13410 206.31 Besi kering 16 800 50

843 Truk 15000 6700 18970 283.13 Besi kering 18.60 800 43

844 Truk 7500 4130 7250 175.54 Besi kering 11.11 500 45

845 Truk 7500 4130 5950 144.07 Besi kering 16.67 500 30

846 Truk 4500 2330 420 18.03 Batako kering 2 80 40

847 Truk 14030 6500 14510 223.23 Kayu kering 7.5 300 40

848 Truk 15000 6700 11080 165.37 Semen kering 12.82 500 39

849 Truk 14030 6500 17830 274.31 Semen kering 16.6666667 500 30


(4)

64

851 Truk 18000 11030 10740 97.37 Besi kering 18.60 800 43

852 Truk 7500 4130 4450 107.75 Besi kering 17.78 800 45

853 Truk 7790 3970 5150 129.72 Besi kering 11.90 500 42

854 Truk 14000 6500 15750 242.31 Bahan Bangunan kering 16.6666667 500 30

855 Truk 12500 5640 5090 90.25 Kaca kering 23.3333333 700 30

856 Truk 23000 11200 29000 258.93 Semen kering 12.82 500 39

857 Truk 25200 15680 27400 174.74 Beton kering 14 700 50

858 Truk 14030 6500 4560 70.15 Kayu kering 11.63 500 43

859 Truk 14030 6500 13400 206.15 Bahan Bangunan kering 11.11 500 45 860 Truk 14030 6500 18050 277.69 Bahan Bangunan kering 16.67 500 30

861 Truk 14030 6500 16150 248.46 Keramik kering 12.5 500 40

862 Truk 8000 4900 7880 160.82 Kaca kering 12.5 500 40

863 Truk 7500 4130 7080 171.43 Kaca kering 12.82 500 39

864 Truk 5200 2430 9590 394.65 Semen kering 2.6 130 50

865 Truk 14030 6500 16848 259.20 Asbes kering 16.6666667 500 30

866 Truk 14030 6500 17160 264.00 Asbes kering 2.67 80 30

867 Truk 14030 6500 17450 268.46 Semen kering 11.11 500 45

868 Truk 14030 6500 11820 181.85 Tiang PLN kering 11.90 500 42

869 Truk 7500 4130 7700 186.44 Besi kering 23.3333333 700 30

870 Truk 7500 4130 7780 188.38 Besi kering 16.6666667 500 30

871 Truk 14000 6500 18520 284.92 Besi kering 12.82 500 39

872 Truk 14030 6500 2310 35.54 Kayu kering 10 500 50

873 Truk 7500 4130 8440 204.36 Besi kering 16.6666667 500 30

874 Truk 7500 4130 7300 176.76 Besi kering 16.67 500 30

875 Truk 14030 6500 3170 48.77 Semen kering 11.11 500 45

876 Truk 15000 6700 19230 287.01 Semen kering 11.90 500 42

877 Truk 14030 6500 12580 193.54 Beton kering 12.5 500 40

878 Truk 14030 6500 10930 168.15 Besi kering 12.5 500 40

879 Truk 14030 6500 9080 139.69 Besi kering 26.67 800 30

880 Truk 12000 5540 13510 243.86 Besi kering 10 500 50

881 Truk 14000 6500 10460 160.92 Closet kering 10 500 50

882 Truk 14030 6500 15900 244.62 Keramik kering 11.63 500 43

883 Truk 14030 6500 11320 174.15 Bahan Bangunan kering 11.11 500 45

884 Truk 7500 4130 7220 174.82 Besi kering 26.67 800 30

885 Truk 12000 5540 5220 94.22 Pipa kering 16.6666667 500 30

886 Truk 14030 6500 5470 84.15 Semen kering 12.5 500 40

887 Truk 14030 6500 12130 186.62 Beton kering 12.82 500 39

888 Truk 14030 6500 12120 186.46 Besi kering 10 500 50

889 Truk 14000 6500 1800 27.69 Bahan Bangunan kering 10 500 50

890 Truk 7500 4130 7990 193.46 M ill kering 1.40 60 43

891 Truk 7500 4130 9900 239.71 M ill kering 2.00 60 30

892 Truk 7500 4130 10110 244.79 Semen kering 2.67 80 30

893 Truk 23000 11200 31500 281.25 Semen kering 12.5 500 40

894 Truk 7000 4130 10350 250.61 Semen kering 12.5 500 40

895 Truk 7000 4130 10150 245.76 Semen kering 12.82 500 39

896 Truk 14030 6500 16500 253.85 Semen kering 10 500 50

897 Truk 23000 11200 21770 194.38 Semen kering 16.6666667 500 30

898 Truk 14030 6500 17290 266.00 Semen kering 16.67 500 30

899 Truk 26500 14230 31560 221.78 Semen kering 11.11 500 45


(5)

65

901 Truk 7500 4130 6780 164.16 Semen kering 12.5 500 40

902 Truk 14030 6500 17460 268.62 Pipa kering 2 80 40

903 Truk 14030 6500 4400 67.69 Besi kering 12.82 500 39

904 Truk 14030 6500 18250 280.77 Semen kering 10 500 50

905 Truk 7500 4130 7580 183.54 Semen kering 16.28 700 43

906 Truk 7500 4130 8130 196.85 Batu kering 11.11 500 45

907 Truk 14030 6500 18400 283.08 Semen kering 16.67 500 30

908 Truk 14030 6500 17580 270.46 Semen kering 16.6666667 500 30

909 Truk 7000 4130 10050 243.34 Besi kering 12.5 500 40

910 Truk 7500 4130 12950 313.56 Besi kering 12.82 500 39

911 Truk 5150 2330 2740 117.60 Batu Kapur kering 10 500 50

912 Truk 8000 4900 8800 179.59 Batu kering 16.6666667 500 30

913 Truk 14050 6500 17920 275.69 Kayu kering 11.63 500 43

914 Truk 14030 6500 4750 73.08 Kayu kering 11.11 500 45

915 Truk 14030 6500 18030 277.38 Kayu kering 11.90 500 42

916 Truk 16000 7210 18730 259.78 Batu kering 12.5 500 40

917 Truk 14400 6000 12480 208.00 Semen kering 12.5 500 40

918 Truk 7500 4130 6950 168.28 Kayu kering 16.67 500 30

919 Truk 14000 7960 20350 255.65 Semen kering 10 500 50

920 Truk 12000 5540 17100 308.66 Semen kering 14 700 50

921 Truk 7500 4130 11400 276.03 Kayu kering 11.63 500 43

922 Truk 14200 7150 19130 267.55 Semen kering 16.67 500 30

923 Truk 14030 6500 5700 87.69 Semen kering 16.67 500 30

924 Truk 14000 6500 8170 125.69 Semen kering 12.5 500 40

925 Truk 14000 6500 16150 248.46 Semen kering 12.5 500 40

926 Truk 14000 6500 16050 246.92 Semen kering 16.67 500 30

927 Truk 14030 6500 16310 250.92 Semen kering 16.6666667 500 30 928 Truk 14200 7150 19790 276.78 Besi kering 16.6666667 500 30

929 Truk 14020 6500 14800 227.69 Pasir kering 2.79 120 43

930 Truk 14000 6500 17300 266.15 Semen kering 11.11 500 45

931 Truk 14030 6500 18180 279.69 Semen kering 11.90 500 42

932 Truk 14030 6500 17760 273.23 Semen kering 12.5 500 40

933 Truk 7500 4130 7100 171.91 Kayu kering 16.6666667 500 30

934 Truk 7500 4130 6970 168.77 Kayu kering 12.82 500 39

935 Truk 14030 6500 900 13.85 Kayu kering 10 500 50

936 Truk 14030 6500 18950 291.54 Semen kering 10 500 50

937 Truk 14000 6500 16050 246.92 Semen kering 11.63 500 43

938 Truk 14030 6500 16310 250.92 Semen kering 11.11 500 45

939 Truk 14200 7150 19790 276.78 Besi kering 11.90 500 42

940 Truk 14020 6500 14800 227.69 Pasir kering 12.5 500 40

941 Truk 14000 6500 17300 266.15 Semen kering 12.5 500 40

942 Truk 14030 6500 18180 279.69 Semen kering 12.82 500 39

943 Truk 14030 6500 17760 273.23 Semen kering 16.6666667 500 30

944 Truk 7500 4130 7100 171.91 Kayu kering 16.6666667 500 30

945 Truk 7500 4130 6970 168.77 Kayu kering 11.63 500 43

946 Truk 14030 6500 900 13.85 Kayu kering 1.78 80 45

947 Truk 14030 6500 18950 291.54 Semen kering 11.90 500 42

948 Truk 14000 6500 16150 248.46 Semen kering 16.6666667 500 30

949 Truk 14000 6500 11500 176.92 Kayu kering 12.5 500 40


(6)

66

Sumber : Dinas Perhubungan Kota Denpasar, 2012

951 Truk 14030 6500 19470 299.54 Batu Apung kering 2.38 100 42

952 Truk 14400 7960 16130 202.64 Batu kering 12.5 500 40

953 Truk 7500 4030 7020 174.19 Besi kering 12.5 500 40

954 Truk 14030 6500 17500 269.23 Besi kering 17.95 700 39

955 Truk 7500 4030 6350 157.57 Sayur Umum 2.66666667 80 30

956 Truk 7500 4030 2790 69.23 Kerupuk Umum 7.33 220 30

957 Truk 7500 4030 4690 116.38 Sosis Umum 8 320 40

958 Truk 7500 4030 5820 144.42 Ikan Umum 3.75 150 40

959 Truk 15000 6700 22010 328.51 Pisang Umum 17.5 700 40

960 Truk 14030 6500 27700 426.15 Gula Umum 5.33333333 160 30

961 Truk 21000 13080 22400 171.25 Gula Umum 5.33333333 160 30

962 Truk 14030 6300 15350 243.65 Gula Umum 5 150 30

963 Truk 7800 4080 5060 124.02 Kerupuk Umum 3.75 150 40

964 Truk 12000 5540 2944 53.14 Chiki Umum 13.5 540 40

965 Truk 7500 4030 8190 203.23 Kelapa Umum 1.75 70 40

966 Truk 7500 4030 6650 165.01 Pisang Umum 5 150 30

967 Truk 5750 2830 2430 85.87 Bawang Umum 3.75 150 40

968 Truk 2540 910 1810 198.90 Sayur Umum 3.75 150 40

969 Truk 14000 6300 14050 223.02 Chiki Umum 13.5 540 40

970 Truk 7500 4030 3980 98.76 Beras Umum 3.75 150 40

971 Truk 7500 4030 8030 199.26 Beras Umum 5 150 30

972 Truk 7500 4030 30 0.74 Buah Umum 3.75 150 40

973 Truk 14030 6500 8380 128.92 M ie Umum 8 320 40

974 Truk 7500 4030 7280 180.65 Ikan Umum 5 150 30

975 Truk 8000 4900 7110 145.10 Beras Umum 3.75 150 40

976 Truk 3500 1690 5450 322.49 Buah Umum 10 400 40

977 Truk 3500 1690 400 23.67 Sayur Umum 3.75 150 40

978 Truk 8000 4900 7590 154.90 Beras Umum 5 150 30

979 Truk 7500 4030 5350 132.75 Beras Umum 5 150 30

980 Truk 14030 6500 6120 94.15 Es Krim Umum 22.5 900 40

981 Truk 25500 15670 10700 68.28 Ikan Umum 3.75 150 40

982 Truk 7500 4030 6650 165.01 Buah Umum 3.75 150 40

983 Truk 7500 4030 2490 61.79 Beras Umum 3.75 150 40

984 Truk 7500 4030 7550 187.34 Beras Umum 5 150 30

985 Truk 7500 4030 11500 285.36 Beras Umum 3.75 150 40

986 Truk 7500 4030 7500 186.10 Beras Umum 3.75 150 40

987 Truk 14000 6300 17630 279.84 Tepung Umum 4 160 40

988 Truk 7500 4030 4900 121.59 Kerupuk Umum 8 320 40

989 Truk 7500 4030 8500 210.92 Sembako Umum 10.6666667 320 30

990 Truk 14030 6500 11600 178.46 Bakmie Umum 10.6666667 320 30

991 Truk 7500 4030 8450 209.68 Sembako Umum 8 320 40

992 Truk 7500 4030 4380 108.68 Sembako Umum 8 320 40

993 Truk 7500 4030 20300 503.72 Buah Umum 22.5 900 40

994 Truk 23000 11200 27200 242.86 Beras Umum 22.5 900 40

995 Truk 7500 4030 20300 503.72 Beras Umum 8 320 40

996 Truk 14030 6500 16900 260.00 Beras Umum 3.75 150 40

997 Truk 7500 4030 6780 168.24 Buah Umum 12 540 45

998 Truk 7500 4030 17100 424.32 Buah Umum 12 540 30

999 Truk 7500 4030 6780 168.24 Buah Umum 12 540 45