11
jawabkan imannya. Inilah beberapa alasan mengapa tradisi ini masih dianggap penting dan tetap dipertahankan dilingkup GPM.
2.5 Fungsi Saksi Baptis
Terdapat peran-peran yang telah dibagi menurut fungsinya dalam baptisan. Seperti saksi baptis. Saksi baptis ialah mereka yang bersedia menjadi saksi dari anak serani
anak yang akan dibaptis dan bersedia memaknai dan menjalankan tugas dan fungsi mereka untuk bertanggung jawab atas pendidikan iman anak yang akan dibaptis. Berkaitan dengan
hal ini, maka saksi baptis bukan hanya simbol atau tradisi yang terus di jalankan di beberapa gereja, tetapi juga menekankan pada peran seorang pendidik yang bertanggung jawab
mendidik anak seraninya dalam pendidikan iman Kristen yang baik dan benar. Pendidikan iman anak serani harus diperhatikan dengan baik sesuai tahap perkembangan
kepercayaannya. Lebih lanjut Fungsi dari saksi baptis adalah Sebagai penanggung jawab atas pendidikan iman anak seraninya.
37
Sebagai pembimbing agar anak serani dapat mengerti tentang baptisannya dan mengenal Tuhan.
38
Oleh karena itu, para saksi baptis atau dalam lingkup Gereja Protestan Maluku disebut Papa Mama Sarani, harusnya menyadari makna dan fungsinya dengan baik dan benar.
Jangan hanya tercatat saja sebagai saksi baptis tetapi tidak melakukan tugasnya. Tugas saksi baptis tidak selesai hanya pada saat sakramen baptisan yang mana terdapat pengakuan
untuk bersedia ketika diberi pertanyaan kesanggupan, tetapi tugas saksi baptis merupakan tugas yang akan diemban sampai anak tersebut dapat bertanggung jawab atas
kepercayaannya dan tingkah lakunya.
37
de Jonge, Apa itu Calvinisme, 199.
38
M. Bons-Storm, Apakah Penggembalaan Itu ?, 109.
12
III. TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PEMAHAMAN GPM JEMAAT LAHAI ROI
LATERI TENTANG MAKNA PAPA DAN MAMA SARANI
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai hasil penelitian yang berkaitan tentang Pemahaman Sinode Gereja Protestan Maluku yang didalamnya juga dibandingkan dengan
pemahaman jemaat dalam lingkup Gereja Protestan Maluku empat jemaat yang mewakili tentang Makna Papa Mama Sarani yang sekaligus dianalisis berdasarkan teori yang ada pada
bagian kedua. Beberapa point yang akan dipaparkan antara lain: 1 Sejarah Singkat Gereja Protestan Maluku. 2 Pemahaman GPM jemaat Lahai Roi Lateri tentang Papa Mama Sarani
Saksi Baptis. 3Praktek Papa Mama Sarani Saksi Baptis dalam lingkup GPM Gereja Protestan Maluku Jemaat Lahai Roi Lateri
3.1 Sejarah Singkat Gereja Protestan Maluku
Gereja Protestan Maluku merupakan salah satu gereja tertua yang ada di Indonesia. GPM memiliki sejarah yang panjang dan dimulai saat ibadah perdana Gereja Protestan Calvinis
oleh ornag-orang Belanda Para pegawai VOC di kota Ambon pada tanggal 27 Februari 1605. Gereja ini terus berkembang baik secara kuantitas maupun kualitas selama masa VOC
kemudian dimasa pemerintah Hindia Belanda yang dilayani oleh Gereja Protestan di Indonesia GPI dan
Nederlandse Zendeling Genotschaap
NZG. Sampai dengan tahun 1930, daerah pelayananya telah meliputi hampir seluruh Maluku Maluku Tengah, Maluku
Tenggara, Maluku Tenggara barat dan Kepulauan Aru dengan jumlah anggota ±190.000 dan secara kualitatif, gereja ini semakin bersifat missioner. Pada tiga dekade pertama abad
XX, tenaga-tenaganya telah dikirim untuk melayani antara lain: di Papua dan Nusa Tenggara Timur Timor Kupang dan Sumba.
39
Memasuki parohan pertama abad XX, terjadi dua perkembangan yang mencolok, di lingkungan GPM terjadi persiapan untuk memandirikan wilayah-wilayah pelayanan
termasuk “Wilayah Pendeta Ketua Ambon” sesuai penerapan sikap netral pemerintah Hindia Belanda terhadap Gereja. Sedangkan perkembangan lain terjadi di lingkungan masyarakat
Indonesia, dimana tumbuh kesadaran nasionalisme yang intens dan kesadaran ini telah merembes masuk ke dalam Gereja di Maluku. Sebagai wujudnya, pada tahun 1993 di bentuk
Komite Umum dengan tujuan: pembentukan suatu Gereja Protestan Maluku yang mandiri di
39
Dokumen Sejarah Singkat GPM dari Kantor Sinode GPM, Oktober 2015.