Definisi Baptisan Makna Papa Mama Sarani dan Kajian Teologisnya

5 baptisan menjadi tanda perjanjian Tuhan Allah, bahwa Tuhan Allah bersedia mengampuni dosa manusia. 12 Ebenhaizer I. Nuban Timo menyatakan bahwa Baptisan disebut sakramen karena gereja dan orang Kristen percaya bahwa oleh anugerah Allah, air dan ritus baptisan berfungsi sebagai media dimana anugerah Allah yang menyelamatkan bekerja dalam diri manusia, pada saat baptisan dilayankan secara benar kepada seseorang dalam persekutuan ibadah jemaat. 13 J. Verkuyl menyatakan bahwa Baptisan juga menjadi suatu panggilan dan tanggung jawab bagi orang percaya. Baptisan bukan hanya sebagai tanda selar, yang menyelar kita sebagai orang berdosa, orang cemar; baptisan bukan pula hanya sebagai tanda belas kasihan Allah, akan tetapi sebagai suatu “tanda masuk”, tanda “penabhisan”, yang menunjukkan bahwa kita telah dimasukkan ke dalam persekutuan umat Tuhan. 14 R. Soedarma menyatakan bahwa Baptisan itu TANDA dan METERAI. Faktor yang terpenting adalah kepercayaan. Maka orang menerima anugerah Allah atau tidak, tergantung pada kepercayaannya, bukan pada baptisan. Baptisan itu memang penting, tetapi bagi orang yang telah percaya. 15 Berdasarkan pemahaman para ahli diatas dapat dikatakan bahwa melalui baptisan, kita sebagai umat manusia yang berdosa mendapatkan anugerah keselamatan dari Allah dengan tanda meterai yang mengikat umat manusia dalam persekutuan bersama orang percaya yang adalah bagian dari tubuh Kristus. Yohanes Calvin menyatakan bahwa Baptisan adalah tanda bahwa kita diterima masuk ke dalam persekutuan Gereja, supaya setelah kita ditanamkan di dalam Kristus, kita terhisab anak-anak Allah. Baptisan itu diberikan kepada kita dengan tujuan yang, seperti telah saya ajarkan, sama untuk semua sakramen: yaitu pertama untuk membantu iman kita dalam hubungan dengan Dia, selanjutnya untuk membantu pengakuan iman itu dalam hubungan dengan manusia. 16 Pemikiran Calvin tentang baptisan, dan tradisi baptisan hingga saat ini masih di pakai oleh Gereja-gereja Belanda dan juga oleh gereja-gereja beraliran Calvinis di 12 H, Hadiwijono. Iman Kristen , 439. 13 Nuban Timo. AKu Memahami Yang Aku Imani, 122. 14 J. Verkuyl, Aku Percaya Jakarta; BPK Gunung Mulia, 2001, 226. 15 R, Soedarma, Ikhtisar Dogmatika Jakarta: BPK Gunung Mulia,2006, 240. 16 Th, Van den End ed, Institutio Pengajaran Agama Kristen Jakarta: BPK Gunung Mulia,2008, 281. 6 Indonesia. Baptisan menjadi tanda bahwa sebagai orang percaya, kita juga mengambil bagian dalam kematian dan kebangkitan Kristus dan bahwa Kristus menjadi satu dengan Bapa. Baptisan adalah tanda dan meterai pengampunan dosa yang diperoleh Kristus pada kayu salib. 17 Pengampunan diberikan Allah kepada manusia sebelum ia lahir, sehingga tidak dapat diikat pada pelayanan baptisan, apalagi tidak pada air baptisan. 18 Ikatan yang telah diikat dalam diri baptisan menimbulkan konsekuensi ketika pelayanan baptisan akan dilaksanakan. Pelaksanaan pelayanan baptisan harus dilakukan pada kebaktian jemaat, agar baptisan dipersatukan dan diikat dengan iman kepada Kristus dan juga diikat dalam kehidupan beriman bersama jemaat yang percaya. Jadi pada dasarnya, baptisan bukan hanya tentang pengakuan iman kepada Allah tetapi pengakuan iman untuk hidup bersama persekutuan umat percaya. Pemahaman Calvin tentang Baptisan memberikan ciri khas tersendiri dari Calvin, seperti salah satunya Baptisan Bayi atau Anak-anak yang diperdebatkan oleh beberapa pihak seperti Kaum Anabaptis dan juga Zwingli. Kaum Anabaptis mempertanyakan mengenai iman anak-anak. Menurut Kaum Anabaptis, bagaimana hal ini mungkin, jika memperhatikan bahwa iman datang dari pendengaran, sebagaimana yang dikatakan oleh Rasul Paulus, dan bayi tidak bisa membedakan baik dan jahat? menurut Kaum Anabaptis hanya orang dewasa yang mampu mengungkapkan iman mereka dan yang bersedia untuk mengambil tanggung jawab atas iman mereka, yang boleh dibaptis. 19 Berbeda dengan apa yang dipertanyakan Kaum Anabaptis, Zwingli yang memahami sakramen sebagai tindakan simbolis yang menunjuk kepada keselamatan dalam Kristus dan yang dipakai oleh orang- orang percaya untuk memperingati apa peristiwa kematian Kristus dan untuk menyatakan iman. Menjadi titik tolak pernyataan dari kalangan Zwingli terhadap baptisan bayi yang belum bisa menyatakan imannya. 20 Zwingli sendiri mempertanyakan baptisan bayi dan cenderung untuk membaptis anak-anak yang lebih tua, yang telah mendapatkan pengajaran iman yang baik. Menurut Zwingli baptisan kepada anak yang lebih tua lebih cocok dibandingkan kebiasaan untuk membaptis bayi dengan jaminan bapak-bapak dan ibu-ibu serani bahwa 17 C. de Jonge, Apa itu Calvinisme Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000, 195. 18 C. de Jonge, Apa itu Calvinisme, 195. 19 F. Wendel, CALVIN Asal Usul dan Perkembangan Pemikiran Religiusnya Surabaya: Momentum Christian Literature, 2010, 373. 20 de Jonge, Apa itu Calvinisme, 192. 7 bayi tersebut akan dididik dalam iman. 21 Lebih lanjut, berbeda dengan pendapat yang sangat radikal yang dikemukakan oleh Kaum Anabaptis, Zwingli memahami baptisan dengan menekankan bahwa baptisan bukan sesuatu antara manusia secara pribadi dan Allah, melainkan sesuatu yang terjadi dalam lingkungan jemaat. 22 Menurut Zwingli, baptisan bukan tentang individu saja tetapi tentang persekutuan bersama umat percaya sehingga dalam baptisan seseorang dinyatakan masuk dalam persekutuan dan orang yang ada dalam persekutuan bertanggung jawab membimbing anggotanya. Perdebatan pendapat tentang baptisan bayi atau baptisan anak-anak yang menjadi diskusi Kaum Anabaptis, mengharuskan Calvin untuk tetap memberikan jawaban-jawaban untuk menjawab serangan dari Kaum Anabaptis yang tidak menyetujui bahkan menolak baptisan bayi atau baptisan anak-anak. Karena menurut mereka baptisan bayi atau baptisan anak-anak ditolak karena alasan bahwa bayi atau anak-anak belum bisa mempertanggung jawabkan iman mereka. Menurut Calvin, dalam baptisan anak-anak, kita menaati kehendak Allah, yang menghendaki agar mereka dibiarkan datang kepadanya Mat. 19:14. 23 Baptisan selayaknya diberikan kepada anak-anak kecil, bahkan wajib diberikan kepada mereka. 24 Dalam baptisan anak-anak, orang tua juga memperkuat imannya, karena terlihat bahwa Allah masih menunjukkan cinta dan kesetiaan Allah yang diberikan juga untuk keturunan mereka. Maka dari itu, penting untuk para orang tua mengantar anak- anaknya sedini mungkin untuk dimasukkan dalam persekutuan gereja, karena dengan demikian mereka dapat dibina sejak awal. 25 Sebab baptisan bukan hanya tentang iman calon baptisan dengan Allah tetapi juga untuk membantu pengakuan iman itu dalam hubungan dengan manusia, sehingga baptisan berarti juga membawa anak-anak untuk diterima dalam persekutuan iman bersama umat Allah.

2.2 Definisi Saksi Baptis

Perdebatan tentang Baptisan Bayi atau Baptisan anak-anak tidak membuat gereja- gereja beraliran Calvinis kemudian merubah kebiasaan mereka. Gereja-gereja ini tetap 21 de Jonge, Apa itu Calvinisme, 192. 22 de Jonge, Apa itu Calvinisme, 193. 23 Wendel. CALVIN, Asal Usul dan Perkembangan Pemikiran Religiusnya, 370. 24 Th, Van den End ed, INSTITUTIO Pengajaran Agama Kristen Jakarta: BPK Gunung Mulia:2005, 295. 25 Th, Van den End ed, INSTITUTIO Pengajaran Agama Kristen,198. 8 mempertahankan baptis bayi atau baptis anak-anak sekaligus mempertahankan tradisi saksi-saksi baptis atau bapak ibu serani yang sebelumnya dipertanyakan Zwingli apakah dapat berpengaruh terhadap pendidikan iman anak. 26 Calvin menyatakan bahwa semua bayi atau anak-anak dapat dibaptis asalkan ada saksi-saksi baptis yang bertanggung jawab atas pendidikan iman. 27 Karena itu sangat ditekankan, saksi-saksi baptis atau dalam Gereja Protestan Maluku disebut Papa Mama Sarani seharusnya anggota sidi gereja Protestan. Papa dan Mama Sarani Saksi Baptis tidak boleh mereka yang bukan beragama Kristen Protestan dan bukan mereka yang belum menjadi anggota sidi gereja Protestan. Tata Gereja Belanda 1691tentang Baptisan pada point 57 disebutkan: “Para Pelayan harus mengusahakan sedapat mungkin supaya seorang anak dibawa ayahnya untuk dibaptis. Selain itu, bila dalam jemaat tertentu orang percaya jua biasa mengundang wali atau saksi pada baptisan selain ayahnya sendiri, yang layak diundang ialah orang-orang yang menganut ajaran yang murni dan yang menempuh hidup yang saleh .” Tata Gereja Jenewa 1561 tentang hal Sakramen-sakramen pada point 70 disebutkan Jika orang luar hendak dijadikan saksi baptisan, yang boleh diterima hanya orang percaya yang termasuk persekutuan kita, sebab yang lain-lain tidak dapat berjanji kepada gereja akan mengajar anak-anak itu sebagaimana perlu. 28 Christian de Jonge, membahas pemikiran Calvin bahwa semua bayi atau anak-anak dapat dibaptis sebagai anggota perjanjian anugerah, asal ada saksi-saksi yang bersedia bertanggung jawab atas pendidikan iman. 29 Secara lebih mendalam M Bons-Storm menyatakan bahwa : Saksi-saksi baptis hendaknya berjanji, bahwa mereka turut bertanggung jawab atas pendidikan anak yang akan dibaptis. Saksi-saksi baptis dan orang tua diwajibkan untuk berusaha, supaya anak itu mengerti baptisannya dan mengenal Tuhan. 30 Hal ini karena Peran saksi baptis atau Papa Mama Sarani sangat berpengaruh. Alasannya, mereka mengemban tugas dan tanggung jawab untuk membimbing anak saraninya dalam pendidikan iman yang benar. Jangan sampai tanggung jawab yang diberikan kepada saksi baptis tidak dilakukan sesuai dengan tujuan dari adanya saksi-saksi 26 de Jonge, Apa itu Calvinisme, 192. 27 de Jonge, Apa itu Calvinisme, 199. 28 Van den End, Enam Belas Dokumen Dasar Calvinisme, 352. 29 de Jonge, Apa itu Calvinisme, 199. 30 M. Bons-Storm, Apakah Penggembalaan Itu? Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011, 109.