92 Daya Ananda. Namun berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
dengan fisioterapis dan orangtua anak, setelah fisioterapis melakukan treatment selama kurang lebih 4 bulan, sudah mulai terlihat perubahan
pada kemampuan ketiga subjek ini. “untuk DA sudah terlihat peningkatannya pada tangannya yang
sekarang sudah mau untuk membuka dan tidak mengenggam terus, kemudian posisi duduk DA yang semula sama sekali tidak bisa
tegak, sekarang sudah mulai tegak sekitar 45
. untuk subjek AL ini sudah menunjukkan peningkatan setelah diberikan fisioterapi, yaitu
sudah bisa jalan dengan pola baik, meskipun terkadang masih kehilangan keseimbangan, karena dulu AL ini belum bisa berjalan
dengan baik berpola sehingga sering sekali terjatuh karena cara jalannya yang salah, kemudian AL juga sudah bisa duduk bersila
meskipun belum maksimal, karena sebelumnya AL sama sekali tidak mampu untuk duduk sila. Sedangkan pada subjek AG
peningkatan yang diperoleh belum begitu signifikan, ini disebabkan karena AG dalam mengikuti fisioterapi masih kurang
optimal. AG sering malas untuk mengikuti fisioterapi, dan ketika diberikan home program oleh terapis, tidak dilaksanakan di rumah.
terapis LP, 21 Maret 2016
“DA ini uda lumayan bagus mbak peningkatannya pas dikasih terapi di sekolah, dia udah mulai bisa duduk agak tegak meskipun
belum baik, tapi udah ada peningkatannya mbak” orangtua DA, 14 Maret 2016
4. Rekomendasi Layanan Fisioterapi
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa rekomendasi layanan fisioterapi sudah dilakukan oleh
fisioterapis. Bentuk rekomendasinya yaitu antara lain, menurut diagnosa dari fisioterapis subjek AG tidak dapat berjalan jika tidak
dilakukan tindakan operasi ortopedi pada bagian kakinya yaitu dengan cara pemanjangan otot pada bagian muscular hamstring di paha dan
bagian abduktor kaki. Berdasarkan diagnosa tersebut, fisioterapis
93 merekomendasikan kepada orangtua AG agar AG diberikan tindakan
operasi ortopedi, agar AG dapat diberikan latihan berjalan. “Saya juga selalu membuat rekomendasi yang saya sampaikan
kepada orangtua, tetapi terkadang rekomendasi tersebut tidak langsung disampaikan oleh guru, jadi ketika saya bertemu dengan
orangtua anak, saya sampaikan langsung rekomendasi tersebut
kepada orangtua” terapis SB, 21 Maret 2016 Berdasarkan hasil wawancara dengan fisioterapis, ketika rekomendasi
disampaikan oleh guru kelas, terkadang rekomendasi tersebut tidak langsung disampaikan kepada orangtua. Jadi fisioterapis biasanya
langsung mengkomunikasikan rekomendasinya tersebut kepada orangtua siswa yang berkaitan, agar cepat memperoleh tanggapan.
Berdasarkan hasil
observasi, fisioterapis
juga memberikan
rekomendasi setiap akhir pelaksanaan fisioterapi dalam bentuk home program. Home program tersebut biasanya tidak hanya disampaikan
pada anak cerebral palsy nya saja, tetapi juga langsung disampaikan kepada orangtua agar dilaksanakan di rumah. Namun, berdasarkan
hasil wawancara yang telah dilakukan oleh fisioterapis dan orangtua subjek
“anak jarang melakukan home program dari kami. Karena anak malas ketika diminta untuk melakukan home program yang
diberikan oleh fisioterapis di rumah. Dan motivasi dari orangtua kepada anak cerebral palsy
juga kurang” Terapis SB, 24 Maret 2016
“Memang kalo dirumah tu susah mbak anaknya disuruh latihan, jadi saya juga tidak memaksa, wong nek dipaksapun dia tetep
tidakmau kecuali dia mau melakukan tugas itu atas dasar kemauan sendiri, kalau mood nya sedang baik gitu mbak.
” orangtua Subjek, 21 Maret 2016
94 Berdasarkan hasil wawancara tersebut, terlihat bahwa sebenarnya
fisioterapis sudah memberikan rekomendasi layanan terhadap orangtua, tetapi karena koordinasi antara orangtua dan terapis yang
masih minim, menyebabkan orangtua kurang memperhatikan rekomendasi dari terapis. Fisioterapis juga belum memberikan
rekomendasi terkait dengan tindakan guru kepada anak cerebral palsy yang memperoleh fisioterapi, ketika proses pembelajaran di kelas.
“Fisioterapis kurang berkoordinasi terkait dengan fisioterapi yang diberikan kepada anak cerebral palsy dengan saya sebagai guru
kelas yang mengampu anak tersebut. Sehingga saya tidak mengetahui apa yang harus dilakukan ketika pembelajaran di kelas
terkait dengan fisioter
api yang diberikan kepada siswa” Guru Kelas subjek, 17 Maret 2016
Berdasarkan hasil wawancara tersebut diketahui bahwa, antara
fisioterapis, guru kelas dan orangtua anak masih belum melakukan koordinasi secara maksimal berkaitan dengan pemberian layanan
fisioterapi pada anak cerebral palsy di SLB G Daya Ananda.
5. Sikap Dan Minat Siswa Dalam Layanan Fisioterapi