67
6. Agama dan Budaya Kabupaten Aceh Selatan
Kabupaten Aceh Selatan yang sebagian besar penduduknya menganut agama Islam. Di Aceh Selatan terdapat beberapa sarana peribadatan seperti
mesjid, mushalla dan meunasah. Dalam bidang agama, Provinsi Aceh dikenal dengan sebutan Serambi Mekkah sehingga perkembangan agama Islam cukup
menonjol di beberapa daerah Kabupaten Aceh Selatan. Hal ini terlihat dari ketaatan masyarakat dalam melakukan ibadah dan pekerjaan-pekerjaan sosial
lainnya.
124
Agama merupakan pedoman hidup bagi umat manusia, dan agama juga merupakan pendorong bagi pembangunan bangsa dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di segala bidang. Islam dan adat istiadat di daerah ini sudah dianggap sebagai satu kesatuan. Dalam hal pendidikan, seorang anak mulai
diberikan pendidikan agama Islam sejak anak usia 4-6 tahun para orang tua mulai mengajarkan anak tentang pengenalan agama Islam dengan harapan setelah anak
dewasa nanti akan menjadi anak yang taat dalam menjalankan Syari‟at Islam. Apabila orang tua selalu sibuk bekerja, maka para orang tua akan menyerahkan
pendidikan agama tersebut kepada seorang Teungku Meunasah atau beberapa pesantren untuk mengajar agama kepada anaknya.
125
Untuk lebih jelas dapat dilihat jumlah sarana ibadah di Aceh Selatan sebagai berikut:
Tabel l .3: Jumlah Rumah Ibadah Di Kabupaten Aceh Selatan
No. Kecmatan Mesjid
Mushalla Meunasah
Pesantren dayah
1 2
3 4
5 6
7 8
9 Trumon
Trumon Timur Trumon Tengah
Bakongan Bakongan Timur
Kota Bahagia Kluet Selatan
Kluet Timur Kluet Utara
16 18
15 7
16 14
26 1
1 1
1 1
8 16
1 3
29 1
38 1
5 2
124
BPS, Kabupaten Aceh Selatan Dalam Angka..., h. 13.
125
Hasil wawancara dengan Kamaruzaman, Imam Mesjid, pada Tanggal 18 Februari 2016.
68 10
11 12
13 14
15 16
17 18
Pasie Raja Kluet Tengah
Tapaktuan Samadua
Sawang Meukek
Labuhan Haji Labuhan Haji Timur
Labuhan Haji Barat 20
13 15
14 17
25 12
15 22
10 8
2 20
14 3
47 38
44 37
33 1
1 2
1 4
1 1
JUMLAH 265
21 330
18 Sumber: Kantor Kementrian Agama Kabupaten Aceh Selatan 2015.
Sarana ibadah begitu banyak tersebar dalam wilayah Kabupaten Aceh Selatan baik itu mesjid sebanyak 265, meunasah sebanyak 330, mushalla
sebanyak 21, dan juga tempat pengajian seperti dayah-dayah maupun pesantren sebanyak 18. Masyarakat melakukan shalat berjamaah di mesjid siang dan malam,
sementara di mushalla ataupun meunasah TPA melakukan shalat berjamaah hanya pada malam hari.
126
Masyarakat Aceh Selatan mempunyai perbedaan paham yang muncul dalam organisasi besar yaitu NU, Muhammadiyah dan Perti Persatuan Tarbiyah
Islamiyah. Kedua kelompok ini tetap berpegang pada prinsipnya karena berkeyakinan bahwa apa yang dipahami dan dipraktekkan adalah suatu kebenaran.
Keduanya mempertahankan paham dan ide-idenya masing-masing. Akhirnya perdebatan tentang persoalan-persoalan khilafiyah pun tidak dapat dihindari. Isu
tentang persoalan khilafiyah perbedaan pendapat ini masih terus berlangsung sampai sekarang. Masalah kenduri pada orang mati, pengkeramatan kuburan,
masalah qunut subuh, yang berbeda hari lebaran Idul fitri maupun Idul adha belum ada penyelesaiannya, atau dengan kata lain belum menemukan jalan damai.
Persoalan khilafiyah telah menyebabkan konflik, yang terjadi adalah lebih merupakan konflik ide dari pada konflik fisik.
127
Di wilayah Kabupaten Aceh Selatan terdapat beberapa adat yang dilakukan masyarakat yaitu: adat perkawinan, kenduri sawah, dan melakukan
acara keagamaan seperti maulid, pesijuk dan lain-lain. Bahasa yang digunakan
126
BPS Kabupaten Aceh Selatan dalam Angka...,h. 185.
127
Hasil wawancara dengan Kaswan, Toko Masyarakat, pada Tanggal 13 Februari 2016.
69 yaitu bahasa Aneuk Jameu, Aceh, dan Kluet. Suku Aneuk Jamee adalah sebuah
suku yang tersebar di sepanjang Pesisir Barat Nanggroe Aceh Darussalam. Dari segi bahasa, Aneuk Jamee diperkirakan masih merupakan dialek dari bahasa
Minangkabau, mirip tapi tidak persis sama. Menurut cerita aneuk anak jame memang berasal dari Ranah Minang, orang Aceh menyebutnya sebagai Aneuk
Jamee yang berarti tamu atau pendatang. Konon ceritanya ketika perang paderi berlangsung, para pejuang paderi mulai terjepit oleh serangan kolonial Belanda.
Pesisir Minangkabau pada saat itu adalah bagian kerajaan Aceh mengirim bantuan balantera, pada saat itu mulailah rakyat Minangkabau bertebaran di Pantai Barat
Selatan. Aceh Selatan dulunya merupakan tempat persinggahan kapal-kapal dari Sumatera Barat yang menuju Mekkah membawa Jamaah Haji.
Hal ini akibat pengaruh proses asimilasi kebudayaan yang cukup lama, kebanyakan dari Suku Aneuk Jamee yaitu dari Minangkabau yang datang
mengungsi dari tanah leluhurnya yang ketika itu berada di bawah cengkraman penjajah Belanda.
Suku Kluet merupakan salah satu suku yang berada di Aceh Selatan. Menurut sejarah suku ini sangat erat kaitannya dengan kerajaan laut Bangko. Laut
Bangko yang berlokasi di tengah hutan Taman Nasional Gunung Leuser, bagian barat yang berbatasan dengan Bakongan. Dikisahkan bahwa kerajaan laut Bangko
ini dahulunya pernah megah, dan setelah rajanya meninggal, daerah ini tenggelam kala banjir besar melanda. Penduduknya berusaha mencari daratan baru, sebagian
ke tanah Batak, sebagian ke Singkil. Hal ini timbul pendapat terjadinya kemiripan bahasa antara bahasa Kluet dengan bahasa Batak, Bahasa Alas, Bahasa Karo, dan
Bahasa Singkil. Adapun seni yang diperagakan oleh masyarakat Aceh Selatan di
antaranya: Tari Rampo Selatan, Ratoh Bantai, Tari Phoe atau Bineuh, Landok Sampot, Hikayat
Dang Deria, Rapa‟i Dabus,
128
7. Jumlah Ulama di Kabupaten Aceh Selatan