Persepsi Ulama tentang Perempuan dalam Poiltik

55 dalam sejarah perjuangan bangsa, ulama dapat dipahami sebagai pusat kekuatan sosial politik yang perannya tidak bisa diabaikan dalam sejarah republik ini sebagai pahlawan nasional. c. Posisi ulama sebagai elite agama yang memiliki pengikut jamaah dan pengaruh yang kadangkala begitu luas di tengah-tengah masyarakat, menjadikannya terlibat dalam persoalan pengambilan keputusan bersama, kepemimpian, penyelesaian problem-problem sosial, pengembangan pendidikan, dan kemasyarakatan. 105 Menurut Usman 1990, dalam perkembangan peran strategis ulama di bidang politik, khususnya di pusat kekuasaan, semakin terpinggirkan. Para cendikiawan muslim sekarang dipandang lebih tangguh mengakomodasikan dan memformulasikan Islam dalam dunia kepolitikan. Sebagaimana dikatakan oleh Slamet Efendi Yusuf 1983 bahwa kemerosotan peran ulama NU yang dianggap sebagai gerbong organisasi para ulama, dalam politik terjadi waktu peralihan jabatan mentri agama K.H Moch Dahlan kepada A. Mukti Ali awal orde baru. Perbincangan tentang peran elite agama dalam politik praktis ini tidak hanya menjadi polemik di kalangan ulama. Kalangan cendikiawan juga memperdebatkan perlu tidaknya gerakan Islam diberi wadah dalam organisasi politik sendiri. Nurcholish Madjid yang dikenal cendikiawan muslim kritis, yang pertama menolak politik Islam harus diformulasikan ke dalam politik praktis. Dengan jargonnya yang cukup melegenda “Islam yes partai no”, mendapat banyak dukungan dan memberi warna tersendiri dalam dunia pergerakan pemikiran Islam di Indonesia. 106

4. Persepsi Ulama tentang Perempuan dalam Poiltik

Persepsi adalah sebagai suatu proses di mana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera agar memberi makna. Dengan demikian, persepsi adalah kesan atau pandangan seseorang terhadap objek tertentu. Suatu proses dengan memilih, mengorganisisr dan 105 Ibid..., h.2-3. 106 H. Imam Suprayogo, Kyai dan Politik: Membaca Citra Politik Kyai, h. 8. 56 menginterpretasi informasi yang dikumpulkan oleh pengertian dengan maksud untuk memahami dunia. Sebagai interpretasi dari informasi pancaindera, artinya suatu yang dikuat pada informasi yang diterima melalui pancaindera. Adanya pandangan yang kontradiktif terhadap pemikiran dan konsepsi Muhammad „Abduh dalam masalah hukum. Muhammad Abduh mengartikan al- qawwamah adalah ar-riyasah kepemimpinan, di mana laki-laki memimpin perempuan, dengan demikian suami adalah sebagai memimpin atas perempuan, suami adalah sebagai pemimpin keluarga dari anggota keluarganya terdiri dari istri dan anak-anaknya. Akan tetapi dalam konsep al-qawwamah yang diartikan sebagai kepemimpinan ini, Muhammad Abduh menempatkan kedudukan isteri sebagai mitra kerja, atau patner yang setara dengan pemimpin dan bukan bawahannya, lebih dari itu dalam pandangannya, Muhammad Abduh menyatakan persamaan musawah antar perempuan dan laki-laki. Menurut Quraisy Shihab dalam tafsirnya al-Misbah, menjelaskan kepemimpinan sejalan dengan makna kata ar-rijal yang bearti banyak lelaki, karena kepemimpinan tercakup pemenuhan kebutuhan, perhatian, pemeliharaan, pembelaan, dan pembinaan. Sehingga kedudukan laki-laki menunjang tugas kepemimpinan dari pada keistimewaan yang dimiliki perempuan. 107 Hak jihad juga diberikan oleh Islam kepada perempuan sebagaimana diberikan juga kepada laki-laki. Menurut Sayid Quthub, Allah Swt memang tidak menjadikan jihad sebagai suatu kewajiban bagi kaum perempuan. Pada saat yang sama Allah Swt tidak melarang untuk ikut serta dalam jihad dan terjun dalam beberapa pertempuran pada masa Nabi. Jihad tidak diwajibkan bagi kaum perempuan karena perempuan yang melahirkan tentara-tentara yang berperang dalam jihad. Secara fisik dan psikis seorang perempuan lebih siap untuk tugas seperti itu. Perempuan memiliki kecenderungan alami yang membantu dirinya untuk mempersiapkan anak laki-lakinya untuk berjuang sepanjang hidupnya dan 107 M. Quraisy Shihab, Tafsir al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2009, h. 511-512. 57 juga dalam jihad. Dengan melaksanakan tugas itu berarti memberikan pelayanan yang lebih baik. 108 Menurut Ar-Razi dalam tafsir al Kabir yang mempercayai superioritas laki-laki atas perempuan dengan sejumlah alasan: ilmu pengetahuan dan kemampuan. Katanya, akal dan pengetahuan laki-laki untuk melakukan kerja keras lebih prima dan sempurna dari pada perempuan. Ini semua merupakan sifat- sifat yang hakiki. Menurut Az- Zamakhasyar‟i pemikir muslim liberal dengan sejumlah keahlian, menyatakan bahwa laki-laki memang lebih unggul dari pada perempuan. Keunggulan itu meliputi akal, ketegasan, semangat, keperkasaan, dan keberanian atau ketangsaan. Oleh karena itu, kenabian, keulamaan, kepemimpinan besar yang bersifat publik dan jihad hanya diberikan kepada laki-laki, sedangkan Ibn Katsir pemikir Islam terkemuka mengatakan bahwa laki-laki memimpin perempuan, pemimpinnya, pembesarnya, hakimnya, dan pendidikannya, karena laki-laki memang lebih utama dan lebih baik. 109 Menurut pemikir Islam kontemporer terkemuka, yaitu Muhammad Abduh dan muridnya Rasyid Ridha, bahwa Allah Swt telah memberikan kepada laki-laki kekuatan yang tidak diberikan kepada perempuan. Jadi, ini merupakan fitrah. Kelebihan lain adalah karena diberi beban mencari nafkah kepada laki-laki. Sedangkan pemikir kontemporer sy i‟ah moderat dan Syaikh ath Thabathaba‟i juga meyakini adanya superioritas laki-laki atas perempuan. Hal ini adalah suatu alamiah, katanya keunggulan itu menyangkut potensi. Kelebihan ini, memunculkan sifat-sifat keberanian, kekuatan, dan kemampuan mengatasi berbagai kesulitan hidup. Sementara perempuan lebih sensitif dan emosional karena perempuan lemah lembut dan halus. 110

C. Profil KabupatenAceh Selatan