untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka penderita TB. Pemeriksaan terhadap kontak penderita TB, terutama mereka yang BTA positif dan pada
keluarga anak yang menderita TB yang menunjukkan gejala sama, harus diperiksa dahaknya. Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah, dianggap tidak cost efektif
Depkes,2007.
1.6. Pengobatan TB Paru
Tujuan Pengobatan TB paru yaitu untuk menyembuhkan penderita,
mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan
mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT Obat Anti Tuberkulosis. Jenis OAT terdiri dari Isoniazid H, Rifampisin R, Pirazinamid Z,
Etambutol E dan Streptomisin S. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan, Pada tahap intensif awal penderita mendapat
obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat, bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,
biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu, sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi BTA negatif konversi dalam 2
bulan. Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama, tahap lanjutan penting untuk membunuh
kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
1.6.1. Paduan OAT yang digunakan di Indonesia
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia:
Universitas Sumatera Utara
• Kategori 1 : 2HRZE4HR3.
• Kategori 2 : 2HRZESHRZE5HR3E3.
• Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan HRZE
• Kategori Anak: 2HRZ4HR
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat kombinasi dosis tetap OAT-KDT, sedangkan kategori anak
sementara ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak. Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan
dengan berat badan penderita. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu penderita. Paket kombipak adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid,
Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan program untuk digunakan dalam pengobatan
penderita yang mengalami efek samping OAT KDT. Paduan Obat Anti Tuberkulosis OAT disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk
memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan kontinuitas pengobatan sampai selesai. Satu paket untuk satu penderita dalam satu masa
pengobatan.
Tabel 2.1. Paduan OAT
Katagori Rumus
Indikasi Tahap
intensif Tahap
lanjutan I
2HRZE 4H3R3
• Penderita baru TB
paru BTA positif. •
Penderita TB paru BTA negatif foto
toraks positif
• Penderita TB ekstra
paru Selama 2
bulan, frekuensi 1
kali sehari menelan
obat, jumlah 60 kali
menelan obat Selama 4
bulan, frekuensi 3
kali seminggu,
jumlah 54 kali menelan
obat.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Lanjutan
II 2HRZES
HRZE 5H3R3E3
• Penderita kambuh
relaps •
Penderita gagal •
Penderita dengan pengobatan setelah
putus berobat default
Selama 2 bulan
pertama frekuensi 1
kali sehari, jumlah 60
kali menelan obat.
Satu bulan berikutnya
selama 1 bulan, 1 kali
sehari, jumlah 30
kali menelan obat.
Selama 5 bulan, 3kali
seminggu, jumlah total
66 kali menelan
obat.
Anak 2RHZ
4RH Prinsip dasar
pengobatan TB adalah minimal 3 macam
obat dan diberikan dalam waktu 6 bulan.
Dosis obat harus disesuaikan dengan
berat badan anak.
Selama 2 bulan setiap
hari Selama 4
bulan setiap hari
Paduan OAT Sisipan HRZE, Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif dengan kategori 1 atau penderita BTA positif
pengobatan ulang dengan kategori 2, hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat sisipan HRZE setiap hari selama 1 bulan Depkes, 2007.
1.6.2. Hasil Pengobatan Pasien TB BTA positif