Perkawinan Campuran Dalam Hukum Indonesia.

BAB III STATUS KEWARGANEGARAAN ANAK HASIL PERKAWINAN

CAMPURAN YANG LAHIR SEBELUM DAN SESUDAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

A. Perkawinan Campuran Dalam Hukum Indonesia.

Sebelum berlakunya UU No.11974 tentang Perkawinan, Perkawinan Campuran diatur di dalam GHR Regelinga op de Gemengde Huwajliken S.1898. Yang diatur dalam GHR adalah perkawinan antar orang-orang di Indonesia yang tunduk pada hukum atau asal yang berlainan Pasal 1 GHR. Dengan demikian pengaertian perkawinan campuran tersebut adalah dalam arti luas, dimana termasuk perkawinan campuran tersebut adalah perkawinan yang terjadi antara pasangan mempelai yang tunduk pada hukum yang berbeda separti dalam perkawian antar bangsa, perkawinan antar golongan, dan perkawinan antar agama, antar adat. Setelah berlakunya UU No. 11974 maka dalm hukum perkawinan Indonesia yang dimaksud dengan perkawinan campuran adalah seperti yang diatur dalam Pasal 57. Apabila perkawinan campuran ini dilaksanakan di Indonesia dengan sendirinya harus berlaku persyaratan yang berlaku dalam hukum perkawinan Indonesia Pasal 59 2 UU No. 11974. Hal ini sesuai dengan Pasal 18 AB, dimana bentuk formal suatu hukum harus dilakukan berdasarkan hukum dimana perbuatan hukum tersebut dilakukan. 83 Dengan demikian perkawinan campuran yang dilakukan 83 TirtaSari, ,”Dampak Perkawinan Campuran Terhadap Status Kewarganegaraani”, Jakarta: karya tulis AIM, 2006, hlm. 37. Universitas Sumatera Utara di Indonesia harus berdasarkan persyaratan-persyaratan yang berlaku di Indonesia, terutama tentang keabsahan perkawinan yang didalam hukum Indonesia harus berlandaskan hukum agama Pasal 2 ayat 1 UU No 11974. Sedangkan perkawinan campuran yang dilaksanakan diluar negeri harus dilakukaan berdasarkan ketentuan hukum dimana perbuatan hukum itu dilakukan. Ketentuan ini jelas disebutkan di dalam Pasal 56 UU No. 11974 , hal mana sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 18 AB yang mengandung asas locus regit actum; bahwa setiap perbuatan hukum adalah sah apabila dilaksanakan berdasarakan hukum negara dimana perbuatan hukum tersebut dilakukan. Ketentuan-ketentuan tersebut mungkin akan menjadi masalah apabila terdapat perbedaan persyaratan antara ketentuan hukum perkawinan Indonesia dengan ketentuan di negara dimana perkawinan tersebut dilangsungkan. Undang-Undang No. 11974, tidak mengatur secara rinci tentang perkawinan campuran ini, sehingga untuk hukum material kita harus menggunakan ketentuan peralihan, Pasal 66 UU No. 11974, yaitu mengenal masalah ketentuan yang belum diatur dalam UU No. 11974, dimana dengan menggunakan ketentuan Pasal 66 ini kita dapat kembali kepada ketentuan-ketentuan yang berlaku sebelumnya, yaitu di dalam GHRS.1898 No.158. Yang dimaksud dengan perkawinan campuran dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 57 adalah perkawinan antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan, karena perbedaan kewarganegaraan asing dan salah satu pihak berkewarganegaraan Indonesia. Universitas Sumatera Utara Sebagaimana telah disebutkan diatas bahwa yang dimaksud dengan perkawinan campuran ialah perkawinan antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan, karena perbedaan kewarganegaraan dan salah satu pihak adalah berkewarganegaraan Indonesia. Selanjutnya disebutkan pula jika perkawinan campuran tersebut dilangsungkan di Indonesia maka dilakukan menurut Undang-Undang Perkawinan Indonesia Pasal 59 ayat 2 UU No. I1974 . Berdasarakan pasal tersebut berarti setiap perkawinan campuran yang dilangsungkan di Indonesia harus mengikuti ketentuan yang ditetapkan dalam UU No.I1974 tentang Perkawinan dan bukan ketentuan yang lain. Dengan demikian maka sahnya perkawinan campuran yang dilakukan di Indonesia harus berdasarkan pada Pasal 2 ayat 1 UU No. I1974 yang menyatakan bahwa perkawinan sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaan itu. Artinya tidak ada perkawinan diluar ketentuan hukum masing- masing agamanya dan kepercayaannya itu. 84 Definisi yang dikemukakan oleh Prof. R. Subekti adalah : perkawinan adalah pertalian yang sah antara seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk waktu yang lama. 85 Dalam Blacks Law Dictionary, 86 manyebutkan istilah perkawinan campuran 84 Junita Sitorus, Perkawinan Campuran Dalam Hukum di Indonesia,Pintu Gerbang No.49.th XV.2004:15-16. 85 R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta Intermassa, 1992, hlm.23. 86 Bryan A.Garner, Blacks Law Dictionary,Op Cit., hlm. 1019 Universitas Sumatera Utara dengan istilah miscegenation, a marriage between persons of different races, formerly considered illegal in some jurisdictions”. Sedangkan berdasarkan Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang berlaku sebagai hukum positif perkawinan di Indonesia dalam Pasal 1, memberikan definisi sebagai berikut : Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.” Dalam Pasal 2 UU No. 12 Tahun 2006 disebutkan bahwa yang menjadi WNI adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan UU sebagai warga negara. Yang dimaksud dengan orang-orang bangsa Indonesia asli adalah orang Indonesia yang menjadi WNI sejak kelahirannya dan tidak menerima kewarganegaraan lain atas kehendak sendiri. WNI Menurut Pasal 4 UU No. 12 Tahun 2006 adalah : a. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan danatau berdasarkan perjanjian pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum UU ini berlaku sudah menjadi WNI; b. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu WNI; c. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu WNA; d. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNA dan ibu WNI; Universitas Sumatera Utara e. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya tidak memberi kewarganegaraan kepada anak tersebut; f. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya WNI; g. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI; h. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu WNA yang diakui oleh seorang ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 tahun danatau belum kawin; i. Anak yang lahir diwilayah negara RI yang pada waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya; j. Anak yang baru lahir yang ditemukan diwilayah negara RI selama ayah dan ibunya tidak diketahui; k. Anak yang lahir di wilayah negara RI apabila ayah dan ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya; l. Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara RI dari seorang ayah dan ibu WNI yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan; m. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia. Menurut Pasal 5 UU No. 12 Tahun 2006, Universitas Sumatera Utara 1. Anak WNI yang lahir diluar perkawinan yang sah belum berusia 18 tahun atau belum kawin diakui secara sah oleh ayahnya yang WNA tetap diakui sebagai WNI; 2. Anak WNI yang belum berusia 5 tahun diangkat secara sah sebagai anak oleh WNA berdasarkan penetapan pengadilan tetap diakui sebagai WNI. Sebelum melakukan analisa terhadap permasalahan yang terdapat pada tesis ini, perlu kiranya kita pahami bersama mengenai kategori anak yang tergolong dalam subyek kewarganegaraan ganda terbatas sesuai UU No.12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI terlebih dahulu. Adapun pasal-pasal yang mengatur mengenai subyek kewarganegaraan ganda terbatas terdapat dalam Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf 1, serta Pasal 5 UU kewarganegaraan ini. Dalam pasal-pasal tersebut dinyatakan bahwa subyek dari kewarganegaraan ganda terbatas berturut-turut adalah sebagai berikut: 1. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu WNA; 2. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNA dan ibu WNI; 3. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu WNA yang diakui oleh seorang ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 delapan belas tahun atau belum kawin; 4. Anak yang dilahirkan diluar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang ayah dan ibu WNI yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan; Universitas Sumatera Utara 5. Anak WNI yang lahir diluar perkawinan yang sah, belum berusia 18 delapan belas tahun dan belum kawin diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing tetap diakui sebagai WNI; 6. Anak WNI yang belum berusia 5 lima tahun diangkat secara sah sebagai anak oleh WNA berdasarkan penetapan pengadilan tetap diakui sebagai WNI. Perkawinan campuran ialah antara dua orang yang tunduk dalam hukum kelainan yang dalam satu pihak berkewarganegaraan Indonesia. Anak dari hasil perkawinan campuran dapat digolongkan dalam subyek kewarganegaraan terbatas. 87

B. Status Kewarganegaraan Anak Yang Lahir Sebelum dan Sesudah

Dokumen yang terkait

AKIBAT HUKUM STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA ANAK YANG LAHIR DARI PERKAWINAN CAMPURAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN

2 213 16

PPELAKSAN PELAKSANAAN PENDAFTARAN UNTUK MEMPEROLEH KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA ANAK HASIL PERKAWINAN CAMPURAN YANG LAHIR SEBELUM DAN SESUDAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA.

0 2 11

PENDAHULUAN PELAKSANAAN PENDAFTARAN UNTUK MEMPEROLEH KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA ANAK HASIL PERKAWINAN CAMPURAN YANG LAHIR SEBELUM DAN SESUDAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA.

0 14 29

PENUTUP PELAKSANAAN PENDAFTARAN UNTUK MEMPEROLEH KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA ANAK HASIL PERKAWINAN CAMPURAN YANG LAHIR SEBELUM DAN SESUDAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA.

0 2 5

PENULISAN HUKUM/SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERMOHONAN PENDAFTARAN MEMPEROLEH KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 BAGI ANAK HASIL PERKAWINAN CAMPURAN YANG LAHIR SEBELUM TANGGAL 1 AGUSTUS 2006.

0 3 13

PENDAHULUAN PROSES PENYELESAIAN PERMOHONAN PENDAFTARAN MEMPEROLEH KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 BAGI ANAK HASIL PERKAWINAN CAMPURAN YANG LAHIR SEBELUM TANGGAL 1 AGUSTUS 2006.

0 2 15

PENUTUP PROSES PENYELESAIAN PERMOHONAN PENDAFTARAN MEMPEROLEH KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 BAGI ANAK HASIL PERKAWINAN CAMPURAN YANG LAHIR SEBELUM TANGGAL 1 AGUSTUS 2006.

0 4 5

STATUS DAN KEDUDUKAN ANAK HASIL PERKAWINAN CAMPURAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN RI.

0 0 76

STATUS DAN KEDUDUKAN ANAK HASIL PERKAWINAN CAMPURAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN RI SKRIPSI

0 0 44

STATUS DAN KEDUDUKAN ANAK HASIL PERKAWINAN CAMPURAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN RI SKRIPSI

0 0 44