5. Anak WNI yang lahir diluar perkawinan yang sah, belum berusia 18 delapan
belas tahun dan belum kawin diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing tetap diakui sebagai WNI;
6. Anak WNI yang belum berusia 5 lima tahun diangkat secara sah sebagai
anak oleh WNA berdasarkan penetapan pengadilan tetap diakui sebagai WNI. Perkawinan campuran ialah antara dua orang yang tunduk dalam hukum
kelainan yang dalam satu pihak berkewarganegaraan Indonesia. Anak dari hasil perkawinan campuran dapat digolongkan dalam subyek kewarganegaraan terbatas.
87
B. Status Kewarganegaraan Anak Yang Lahir Sebelum dan Sesudah
Berlakunya Undang Undang Nomor 12 Tahun 2006
Yang membedakan Undang Undang Kewarganegaraan yang baru ini dengan sebelumnya yaitu adanya azas kewarganegaraan ganda terbatas. Yang diberikan
kepada anak yang pada saat diundangkannya Undang Undang nomor 12 Tahun 2006 masih berumur di bawah 18 tahun atau belum menikah. Setelah melewati umur
tersebut maka ia harus memilih tentang status kewarganegaraannya. Dalam hal ini anak tersebut diberi tenggang waktu selama 3tiga tahun. Penerapan
kewarganegaraan ganda terbatas dilakukan dengan melalui persyaratan dan prosedur tertentu. Tidak serta merta orang yang dalam keadaan tersebut berstatus
kewarganegaraan ganda terbatas. Persyaratan dan prosedur yang ditentukan Undang Undang sedemikian rupa sehingga tampak adanya pembatasan untuk dijadikan suatu
87
Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI No.M.01-HL.03.01 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pendaftaran Untuk Memperoleh Kewarganegaraan RI, Pasal 2
Universitas Sumatera Utara
acuan pembenaran. Untuk memperoleh status kewarganegaraan ganda terbatas telah diatur
dalam peraturan hukum Indonesia. Dimana anak hasil perkawinan campur yang menjadi subyek dari kewarganegaraan ganda terbatas diharuskan untuk mendaftarkan
keberadaan mereka baik secara aktif maupun pasif . Pada pendaftaran kewarganegaraan secara aktif diharuskan mengajukan permohonan untuk
memperoleh status kewarganegaraan ganda terbatas pada divisi pelayanan hukum yang terdapat di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Ham yang wilayah
kerjanya meliputi tempat anak tersebut berdomisili. Setelah permohonan tersebut dikabulkan dengan surat keputusan Menteri baru dilakukan pendaftaran. Pendaftaran
secara pasif tidak diperlukan karena status kewarganegaraan ganda terbatasnya sudah langsung diberikan oleh Undang Undang nomor 12 Tahun 2006 tentang
kewarganegaraan RI..
88
Perbedaan antara pendaftaran secara aktif dan pasif yaitu adanya batasan waktu untuk memperoleh status kewarganegaraan ganda tersebut. Secara aktif diberi batas
waktu untuk mengajukan permohonan status kewarganegaraan ganda tersebut selama 4empat tahun setelah Undang Undang tersebut diundangkan berarti maksimal
pendaftaran pada tahun 2010. Secara pasif dapat langsung mendapatkan status kewarganegaraan gandanya hanya dengan melakukan pendaftaran dikantor Imigrasi
yang diwilayah kerjanya meliputi tempat anak tersebut berdomisili untuk memperoleh surat keterangan yang diberikan secara affidavit.
88
Ibid,
Universitas Sumatera Utara
Pendaftaran secara aktif apabila telah melewati batas waktu tahun 2010 anak hasil perkawinan campur tersebut belum juga mendaftarkan. Hal tersebut belum ada
tindak lanjut dari ketentuan yang me ngaturnya. Kalau dilihat dari peraturan perundangan yang ada saat ini, anak tersebut menjadi asing setelah memilih.
Seharusnya anak tersebut diperlakukan bukan sebagai Asing, apabila kita berpedoman pada peraturan perundangan yang ada misalnya dengan tetap memiliki
Kartu Izin Tinggal Terbatas apabila ingin tinggal menetap di Indonesia sedangkan anak tersebut pernah sebagai subyek ganda terbatas. Hal ini menurut penulis harus
ada peraturan yang dapat mengakomodir permasalahan ini dengan memberikan kemudahan yang diberikan pemerintah di bidang imigrasi kususnya, demi
melindungi kepentingan anak yang pernah menjadi subyek ganda terbatas, lebih memberikan perlindungan hukum bagi anak tersebut nantinya.
Undang Undang Kewarganegaraan yang baru ini melenyapkan adannya diskriminasi etnik yang mana sebelum adanya Undang Undang nomor 12
tahun 2006 ini mengenal perbedaan etnik khususnya yang menimpa warga keturunan Tionghoa. Sekalipun lahir di Indonesia orang tuannya juga lahir di Indonesia bahkan
kakeknya pun lahir di Indonesia dan sudah menjadi warga negara Indonesia tetap diperlakukan sebagai warga negara keturunan asing, pangkalnya karena dianggap
bukan Indonesia asli. Tetapi dengan adanya perundangan ini dengan sendirinya mereka merupakan Indonesia asli, sebab dalam Undang Undang ini yang dimaksud
dengan orang Indonesia asli adalah orang Indonesia yang menjadi warga negara sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain atas kehendak
sendiri sesuai dengan Pasal 2 Undang Undang nomor 12 tahun 2006 bahwa yang
Universitas Sumatera Utara
menjadi Warga Negara Indonesia adalah orang orang bangsa Indonesia asli dan orang orang bangsa lain yang disahkan dengan Undang Undang sebagai warga negara.
89
Seseorang yang berkewarganegaraan ganda bisa dikatakan sebagai orang Indonesia asli. Hal ini bila dikaitkan dengan anak hasil perkawinan campuran apabila
dikemudian hari anak tersebut akan ikut pemilihan presiden misalnya salah satu syaratnya orang Indonesia asli maka yang bersangkutan berhak mengikutinya.
Undang Undang Kewarganegaraan nomor 12 tahun 2006 masih mempunyai kelemahan atau dampak negatifnya. Bagi negara negara yang tidak mengakui adanya
azas kewarganegaraan ganda subyek kewarganegaraan ganda tersebut terancam kehilangan warga negaranya pada negara tersebut dan tidak akan diperlakukan lagi
sebagai warga negara di negara tersebut. Kewarganegaraan ganda hanya diberikan dengan azas timbal baik artinya diberikan bagi kepada warga negara asing yang
negara asalnya memperbolehkan kewarganegaraan ganda. Salah satu hal yang sangat disorot pada UU No. 62 Tahun 1958 adalah karena
UU ini menempatkan perempuan sebagai subordinasi laki-laki dan hanya sebagai subyek hukum. UU ini tidak memberi hak kepada perempuan WNI untuk
memberikan kewarganegaraannya kepada anak yang dilahirkannya. Prinsip yang dipakai oleh undang-undang ini adalah ius sanguinis yang mengakui kewarganegaraan
hanya dari garis keturunan ayah. Artinya bila ada perempuan WNI yang menikah dengan laki-laki WNA, maka sang anak tidak mendapatkan kewarganegaraan
89
Penjelasan UU No. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan ...Op. cit
Universitas Sumatera Utara
Indonesia. Padahal bila seorang laki-laki WNI menikah dengan perempuan WNA, anak mereka secara otomatis mendapat kewarganegaraan Indonesia.
Sebenarnya ketentuan yang menentukan hanya laki-laki yang dapat memberikan kewarganegaraan bagi anak-anak yang dilahirkan bertentangan dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Pasal 31 ayat 1 Undang- Undang
No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyatakan “ hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga
dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat”. Disamping itu bangsa Indonesia telah meratifikasi Konvensi PBB tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi
terhadap perempuan Convention on The Elimination of All Forms of Discrimination against Women dengan Undang-Undang No. 7 Tahun 1984 Pasal 9 paragraf 2
menyebutkan “negara-negara peserta wajib memberi kepada perempuan hak yang sama dengan laki-laki berkenaan dengan kewarganegaraan anak-anak
mereka”.
90
Dengan terbitnya
Undang-Undang No.
12 Tahun
2006 tentang
Kewarganegaraan RI telah melahirkan inovasi yang cukup revolusioner karena Undang-Undang
ini mengedepankan prinsip perlakuan HAM yang sama bagi setiap warganegara di depan hukum, kesetaraan, dan keadilan gender yang sejalan dengan
Konvensi PBB tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan Convention on The Elimination of All Forms of Discrimination against Women.
90
UU No. 7 Tahun 1984 Tentang Pengesahan Konvensi mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita Convention on The Elimination of All Forms of Discrimination
against Women Lembaran Negara RI Tahun 1984 No. 29, Tambahan Lembaran Negara No. 3277.
Universitas Sumatera Utara
Status anak hasil perkawinan campuran sebagaimana disebutkan pada Pasal 4 huruc c, huruf d, huruf h, huruf l Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 bahwa
penggunaan asas kewarganegaraan ius sanguinis tidak mutlak lagi hanya dari pihak ayah atau laki-laki saja, namun juga dari pihak ibu atau perempuan menjadi diakui.
Namun demikian, Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 secara umum tidak menganut kewarganegaraan ganda bipatridie ataupun tanpa kewarganegaraan apatridie.
Sehingga penentuan kewarganegaraan anak hasil perkawinan campuran tidak lagi mengikuti kewarganegaraan ayah seperti pada Undang-Undang No. 62 Tahun
1958 melainkan menjadi kedua belah pihak atau parentalorang tua anak hasil perkawinan campuran. Ibu atau perempuan juga memiliki hak yang sama dalam
menentukan hak kewarganegaraan anaknya, baik anak dalam perkawinan yang sah ataupun anak yang laihr di luar perkawinan yang sah.
Berkaitan dengan status kewarganegaraan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam perkawinan campuran diatur dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 yaitu
pada: 1. Pasal 19 Bab III Syarat-Syarat dan Tata Cara memperoleh Kewarganegaraan
RI a
WNA yang kawin secara sah dengan WNI dapat memperoleh kewarganegaraan RI dengan menyampaikan pernyataan menjadi
warganegara dihadapan Pejabat; b
Pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan apabila yang bersangkutan sudah bertempat tinggal di wilayah negara RI paling singkat
5 lima tahun berturur-turut atau paling lama 10 sepuluh tahun tidak
Universitas Sumatera Utara
berturut-turut kecuali dengan perolehan kewarganegaraan tersebut mengakibatkan kewarganegaraan ganda;
c. Dalam hal yang bersangkutan tidak memperoleh kewarganegaraan RI
yang diakibatkan oleh kewarganegaraan ganda sebagaimana dimaksud pada ayat 2, yang bersangkutan dapat diberi ijin tinggal tetap sesuai
dengan peraturan perundang-undangan; d.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara menyampaikan pernyataan untuk menjadi WNI sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 diatur
dengan peraturan menteri. 2. Pasal 26 Bab IV tentang Kehilangan Kewarganegaraan RI
a. Perempuan WNI yang kawin dengan laki-laki WNA kehilangan
kewarganegaraan RI jika menurut hukum negara asal suaminya kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami sebagai akibat
perkawinan tersebut; b.
Laki-laki WNI yang kawin dengan perempuan WNI kehilangan kewarganegaraan RI jika menurut hukum negara asal istrinya
kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri sebagai akibat perkawinan tersebut;
c. Perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 atau laki-laki sebagaimana
dimaksud pada ayat 2 jika ingin tetap menjadi WNI dapat mengajukan surat pernyataan mengenai keinginannya kepada pejabat atau perwakilan
RI yang wilayahnya meliputi tempat tinggal perempuan atau laki-laki
Universitas Sumatera Utara
tersebut, kecuali pengajuan tersebut mengakibatkan kewarganegaraan ganda;
d. Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dapat diajukan oleh
perempuan. Dalam Pasal-Pasal Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan RI tersebut berulangkali dinyatakan bahwa pernyataan untuk memiliki kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat 2 dan 3 maupun
ketentuan Pasal 19 yang menyebutkan WNA yang kawin secara sah dengan WNI dapat memperoleh kewarganegaraan RI dengan menyampaikan pernyataan menjadi
warga negara dihadapan pejabat, dapat diasumsikan bahwa keinginan untuk memperoleh kewarganegaraan Indonesia dalam tata cara pelaksanaanya dapat
dilakukan dengan penyampaian keinginan melalui sebuah surat pernyataan yang disampaikan pada instansi yang berwenang.
Perolehan kewarganegaraan ini secara teoritis menurut Jimli Asshidiqie disebut citizenship by registration menthods
yaitu metode memperoleh kewarganegaraan melalui suatu proses registrasi yang lebih sederhana. Proses ini
tidak sama dengan citizenship by naturalization methods yaitu metode memperoleh kewarganegaraan dengan proses naturalisasi biasa, ataupun citizenship by birth
methods yaitu metode memperoleh kewarganegaraan disebabkan oleh kelahiran.
91
Mekanisme pendaftaran sederhana ini sebetulnya dapat pula diperkenalkan kembali
91
Jimly Asshiddiqie, Konsolidasi Naskah UUD 1945 setelah perubahan ke-4, Cetakan ke-2, Jakarta: Yarsif Watampone, 2003, hlm.26.
Universitas Sumatera Utara
sebagai alat yang efektif untuk menyelesaikan masalah kewarganegaraan ganda terbatas ataupun tanpa kewarganegaraan.
Kewarganegaraan ganda terjadi apabila seseorang memiliki dua atau lebih kewarganegaraan. Hal ini bisa terjadi apabila ayah dan ibu berasal dari negara yang
berbeda atau bila sesorang lahir di negara yang melaksanakan prinsip ius soli sementara orang tuanya memiliki kewarganegaraan yang berbeda atau seseorang
memperoleh kewarganegaraan dari suatu negara melalui proses pewarganegaraan tapi sekaligus tetap memegang kewarganegaraan asalnya. Kebanyakan negara di dunia
memperbolehkan dwi kewarganegaraan atau
tidak melarang
sepenuhnya kewarganegaraan ganda. Contoh beberapa negara yang memperbolehkan dwi
kewarganegaraan ganda adalah Amerika Serikat, Australia, Canada, Inggris, Italia, Perancis dan Selandia Baru.
92
Pemberlakuan kewarganegaraan terbatas pada UU No. 12 Tahun 2006 dalam perkembangannya banyak menimbulkan pro dan kontra. Beberapa argumentasi yang
pro terhadap kewarganegaraan ganda antara lain : Benturan asas kewarganegaraan antar negara merupakan suatu hal yang tidak
dapat dihindari dalam pergaulan dunia yang semakin global. Adanya ketentuan hukum negara lain yang memberlakukan asas ius soli seperti Australia, Amerika
Serikat dan negara yang menganut asas kewarganegaraan ius sanguinis seperti Indonesia, RRC sudah ada sejak lama ada. Hal ini salah satunya berdampak jika
92
Saleh Wiramiharja, Matriks Tabulasi Komparasi UUHukum Kewarganegaraan di 22 Negara, APAB, 2005. APAB adalah beberapa individu atau kelompok, organisasi, institusi yang
menggabungkan diri dalam suatu wadah, koalisi atau forum yang mempunyai minat atau misi antara lain memperjuangkan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan dalam hak kewarganegaraan,
keimigrasian, hak waris dan hak wali.
Universitas Sumatera Utara
seorang anak yang terlahir di luar negeri pada negara yang menganut ius soli dari pasangan orang tua yang menganut ius sanguinis misalnya Indonesia merupakan
suatu hal yang biasa kita jumpai sehingga perlindungan negara terhadap anak yang demikian karena memperoleh kewarganegaraan pasif dari negara penganut ius soli
perlu diberikan. Hak kewarganegaraan adalah hak setiap manusia untuk memperolehnya,
karena hal ini juga merupakan perwujudan dari penegakan hak asasi manusia dimuka hukum. Pemberlakuan hak kewarganegaraan yang tidak berimbang bagi setiap
manusia tanpa memandang status sebagai anak atau orang dewasa bahkan dari jenis laki-laki atau perempuan merupakan suatu pelanggaran.
Kewarganegaraan ganda terbatas akan menguntungkan Indonesia dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusianya, khususnya pada generasi
muda yang merupakan anak-anak hasil perkawinan campuran. Karena mereka terlahir dari dua latar belakang negara yang berbeda yang tentu saja memiliki
keanekaragaman bahasa, budaya, lingkungan yang beragam pula sehingga memperkaya pengalaman tersendiri bagi mereka. Apabila keanekaragaman tersebut
dibina, dikelola dengan baik oleh negara, maka akan memberikan hasil yang positif bagi kemajuan bangsa.
Terlepas dari pro dan kontra mengenai wacana kewarganegaraan terbatas, hal ini harus disikapi dengan bijaksana sebab dengan kewarganegaraan ganda terbatas
artinya bagi anak-anak yang masih di bawah umur 18 tahun atau sudah kawin diberi kesempatan atau memperoleh kewarganegaraan dari ayah atau ibunya. Anak akan
menetapkan pilihan yang definitif pada saat mencapai usia tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Dalam tataran teoritis wacana kewarganegaraan ganda terbatas adalah suatu ketentuan yang memperkenankan seseorang memiliki kewarganegaraan lain karena
keadaan tertentu, tetapi pemilikan kewarganegaraan asing tersebut tidak mengakibatkan hilangnya kewarganegaraan RI. Kewarganegaraan ganda terbatas
tidak dimaksudkan untuk menampung setiap orang asing menjadi warga negara RI dengan tidak melepaskan kewarganegaraan asalnya, melainkan dimaksudkan untuk
menampung hak-hak WNI yang karena keadaan atau alasan tertentu harus memiliki kewarganegaraan lain misalnya :
a. karena kelahiran;
b. karena perkawinan;
c. menuntut ilmu di negara yang mengharuskan menjadi warga negara dari
negara tersebut.
93
Penerapan kewarganegaraan ganda terbatas dilakukan dengan melalui syarat dan prosedur tertentu, tidak serta merta orang yang dalam keadaan tertentu tersebut
berstatus kewarganegaraan ganda terbatas. Persyaratan dan prosedur yang ditentukan UU sedemikian rupa sehingga tampak adanya pembatasan untuk dijadikan suatu
acuan pembenaran berkewarganegaraan ganda terbatas. Kewarganegaraan ganda hanya bisa diberikan dengan dasar asas timbal balik
resiprositas, artinya hal ini hanya bisa diberikan bagi WNA yang negara asalnya memperbolehkan
kewarganegaraan ganda
atau di
negara-negara yang
memperbolehkan kewarganegaraan ganda karena perkawinan.
93
Asyhari Syihabudin, Dwi Kewarganegaraan Terbatas, Tulisan Lepas Sebagai Kasubdit Tata Negara pada Direktorat Tata Negara, Jakarta: Ditjen Administrasi Hukum Umum Departemen
Hukum dan HAM,, April 2006, hlm.4.
Universitas Sumatera Utara
Dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 juga diadakan pengaturan untuk mencegah terjadinya kewarganegaraan ganda yaitu pada: Pasal 23 adalah Warga
Negara Indonesia kehilangan kewarganegaraannya jika yang bersangkutan. a.
Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri, b.
Tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu;
c. Dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas permohonannya
sendiri, yang bersangkutan sudah berusia 18 delapan belas tahun, bertempat tinggal di luar negeri, dan dengan dinyatakan hilang Kewarganegaraan RI
tidak menjadi tanpa kewarganegaraan; Pasal 23 huruf b di atas menerangkan hal ini dimaksudkan untuk mencegah
kewarganegaraan ganda. Ketentuan ini tidak berlaku bagi anak yang belum berusia 18 delapan belas tahun atau belum kawin dari hasil perkawinan campur, anak yang
lahir di wilayah negara RI dari ibu WNI, anak yang ayahnya WNI, atau anak yang lahir di wilayah negara RI yang orang tuanya tidak mempunyai warga negara.
Sedangkan Pasal 23 huruf c menerangkan bahwa hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan bagi orang yang lebih dari satu kewarganegaraan selain
Indonesia untuk segera melepaskan kewarganegaraan RI. Namun kehendak untuk melepaskan kewarganegaraan RI tersebut tidak mengakibatkan menjadi tanpa
kewarganegaraan. Terdapat negara-negara yang menganut prinsip kewarganegaraan ganda, beberapa negara mengakuinya secara terbuka,tapi ada juga yang tidak terang-
terangan mengakuinya tetapi menerapkan asas tersebut dalam perundang-
Universitas Sumatera Utara
undangannya. Penyebab terjadinya kewarganegaraan ganda pada dasarnya disebabkan oleh :
a. Pengaruh besar asas kewarganegaraan ius soli yang dianut suatu negara;
b. Benturan asas kewarganegaraan ius soli dan ius sanguinis yang dianut oleh
negara-negara di dunia berbeda satu sama lain; c.
Suatu negara menganut asas kewarganegaraan yang sejenis; d. Dampak dari perkawinan campuran antar bangsa.
Indonesia pernah memiliki Undang-Undang No. 2 Tahun 1958 tentang Persetujuan Perjanjian antara RI dan RRC mengenai Dwi Kewarganegaraan. Hal ini
dilatarbelakangi karena
baik Indonesia
maupun RRC
menganut asas
kewarganegaraan yang sama yaitu ius sanguinis pada masing-masing undang-undang kewarganegaraannya.
94
Keadaan demikian menyebabkan terdapatnya orang-orang yang bersamaan memiliki dua kewarganegaraan yaitu RI dan RRC. Undang-undang ini berusaha
menghilangkan status dwi kewarganegaraan para warga dari RI dan RRC dengan mengadakan kewajiban kepada orang-orang yang bersangkutan untuk mengadakan
pilihan secara tegas untuk salah satu kewarganegaraan. Dengan melihat sejarah perkembangan hukum kewarganegaran Indonesia
tersebut merupakan suatu hal yang wajar apabila ada sekelompok masyarakat Indonesia yang kontra terhadap penerapan prinsip kewarganegaraan terbatas dalam
94
Berdasarkan UU Kewarganegaraan RRC di negara manapun seseorang dilahirkan, orang itu dengan sendirinya berkewarganegaraan RRC apabila orang tuanya berkewarganegaraan RRC, begitu
pula sebaliknya sehingga bagi WNI yang pada tanggal 20 Januari 1960 telah dewasa dan memiliki serempak kewarganegaraan RI dan RRC dalam tempo 2 tahun yaitu 20 Januari 1960 sampai dengan 21
Januari 1962 harus menetapkan keinginan berkewarganegaraan tetap RI atau RRC.
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI karena akibat dari
Undang-Undang No. 2 Tahun 1958 tentang Persetujuan perjanjian antara RI dan RRC
mengenai Dwi Kewarganegaraan. Di kalangan yang sangat fokus terhadap masalah status kewarganegaraan anak
hasil perkawinan campuran sendiri, masih terjadi ketidaksepakatan mengenai kewarganegaraan ganda terbatas, khususnya tentang batasan usia bagi anak yang
memiliki kewarganegaraan ganda terbatas untuk melakukan pilihan terhadap salah satu kewarganegaraan yang dimiliki.
Satya Arinanto
menawarkan beberapa
pilihan dalam
pemberian kewarganegaraan ganda yaitu kewarganegaraan penuh seumur hidup atau
kewarganegaraan ganda karena perkawinan atau kewarganegaraan ganda terbatas sampai usia tertentu atau tidak menganut kewarganegaraan ganda sama sekali.
Beliau menyarankan apabila kalaupun diberikan kewarganegaraan ganda maka kesempatan itu hanya diberikan sampai seseorang anak mencapai usia dewasa,
seperti usia 17 tujuh belas tahun saat memiliki KTP. Setelah melewati usia tersebut, anak tetap harus tetap memilih salah satu kewarganegaraan yang dimilikinya.
95
Beberapa pertimbangan yang sangat diperlukan bila dikaitkan dengan permasalahan kewarganegaraan ganda, antar lain:
Mengenai kesetiaan seseorang yang memiliki kewarganegaraan anda bukanlah hal yang mudah dijelaskan. Karena kesetiaan merupakan konsep yang rumit
dan secara emosional jauh lebih rumit. Secara kejiwaan. Pada dasarnya merupakan
95
Satya Arinanto, Makalah pada Lokakarya “Perlindungan Hak Perempuan dan Hak Anak dalam RUU Kewarganegaraan RI”, Jakarta: diselenggarakan oleh Alida Centre, 30 Nopember 2005,
hlm. 4.
Universitas Sumatera Utara
keterikatan terhadap rasa memiliki identitas dengan, dan rasa ‘terhadap orang lain, tempat atau benda’.
96
Bagaimana seseorang yang memiliki kewarganegaraan ganda memenuhi hak dan kewajibannya sebagai warganegara dari dua negara juga merupakan suatu
mekanisme yang harus diatur lebih lanjut dalam dua negara tersebut. Pada intinya, kewajiban sipil secara kongkrit yang mungkin dialami oleh seorang pemegang
kewarganegaraan ganda terdiri dari tiga kategori: wajib pajak, wajib memilih atau berpartisipasi dalam pemilihan umum lebih merupakan hak daripada kewajiban.
Bagaimana negara memperlakukan orang yang memiliki kewarganegaraan ganda apabila negara RI khususnya memiliki konflik dengan negara lain yang
disandang kewarganegaraannya oleh orang tersebut.
97
Dalam kaitannya dengan perlindungan diplomatik dari dua negara bagi penyandang kewarganegaraan ganda sebenarnya secara umum, walaupun tidak diatur
secara eksplisit dalam hukum, seseorang pemegang kewarganegaraan ganda yang berada di salah satu negaranya, diperlakukan sebagai warga negara tersebut. Contoh,
seorang berkebangsaan Turki-Amerika diakui sebagai warga negara Turki pada waktu berada di Turki dan sebagai warga negara Amerika pada waktu berada di
Amerika. Keadaan ini akan menyulitkan bagi suatu negara memberikan perlindungan diplomatik di negara ketiga di mana pemegang kewarganegaraan ganda tersebut
berada, pada saat timbul kebutuhan tersebut. Bagaimana pun juga pada kenyataannya
96
Renshon A. Stanley, Dual Citizenship and American Nationality Identity, Washington DC: Center for Immigration Studies, 2001, hlm. 2.
97
Iwan Sukresno P, Tulisan lepas mengenai “Pertimbangan-pertimbangan dalam Permasalahan Dwikewarganegaraan”, Kasubdit Naturalisasi, Direktorat Tata Negara Ditjen AHU,
Departemen Hukum dan HAM RI, Jakarta, 15 Februari 2006, hm. 7.
Universitas Sumatera Utara
semakin banyak negara yang terikat dengan hukum internasional dan konvensi tentang HAM, sehingga hal itu bukan lagi menjadi alasan yang tepat untuk melarang
kewarganegaraan ganda. Pengaturan orang yang berkewarganegaraan ganda dalam persoalan
kependudukan, penggunaan paspor apakah tercatat sebagai WNI atau WNA atau sekaligus tercatat kedua-duannya juga merupakan sebuah persoalan yang harus
diantisipasi sejak dini.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV KEBIJAKAN YANG DIAMBIL OLEH DIREKTORAT JENDERAL