Hubungan ekonomi orang tua dengan prestasi belajar siswa di SMP At-Taqwa Sawah Besar Jakarta Pusat Tahun pelajaran 2013/2014
HUBUNGAN EKONOMI ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI
SMP AT-TAQWA SAWAH BESAR JAKARTA PUSAT
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh
Tarsono
NIM: 18100110000024
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
ABSTRAK
Tarsono (801111000577). Hubungan Ekonomi Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa
Kelas VII SMP At-Taqwa Koa Jakarta Pusat Tabun Pelajaran 2013/2014. Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Fakultas IImu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk : (1) mengetahui Ekonomi Orang Tua dengan Prestasi
Belajar Siswa kelas VII SMP At-Taqwa Kota Jakarta Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014. (2)
mengetahui prestasi belajar Prestasi siswa kelas VII SMP At-Taqwa Tahun Pelajaran 2013/2014.
(3) mengetahui apakah terdapat hubungan antara Ekonomi Orang Tua Siswa dengan Prestasi
Belajar Siswa kelas VII SMP At-Taqwa Kota Jakarta Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014. (4)
mengetahui bagaimanakah hubungan antara Ekonomi Orang Tua dengan Prestasi Belajar dengan
prestasi belajar kelas VII SMP At-Taqwa Kota Jakarta Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014. Adapun
penelitian ini menggunakan metode "survai" dengan tehnik korelasional.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah, r hitung yang didapat pada rentang 0,70-0,90. Hal
ini, menunjukkan bahwa variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi. Oleh
karena itu, simpulan yang diperoleh yaitu, terhadapat hubungan yang signifikan antara keadaan
ekonomi orang tua dengan prestasi belajar siswa kelas VII SMP At-Taqwa, tahun pelajaran
2013/2014.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ..........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ........................................................................................
ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................
1
B. Identifikasi Masalah .....................................................................
3
C. Pembatasan Masalah ....................................................................
4
D. Perumusan Masalah ......................................................................
4
E. Tujuan Penelitian ..........................................................................
4
F. Kegunaan Penelitian .....................................................................
4
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori .................................................................................
5
1. Pengertian Ekonomi ..............................................................
5
2. Pengertian Pendapatan dan Penerimaan ................................
7
3. Cara-cara Menentukan Golongan Sosial ...............................
8
4. Kelas Sosial ...........................................................................
9
5. Pengertian Prestasi Belajar ....................................................
11
6. Prestasi Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya ..
11
7. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar..............
12
B. Hasil Penelitian Yang Relevan .....................................................
20
C. Perumusan Hipotesis .....................................................................
21
iv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................
25
B. Metode Penelitian .........................................................................
25
C. Populasi dan Sampel .....................................................................
25
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................
27
1. Definisi Konsep .....................................................................
27
2. Definisi Operasional ................................................................
28
E. Teknis Analisis Data .....................................................................
30
F. Hipotesis .......................................................................................
32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Yayasan SMP At-Taqw ...................................
1.
33
Sejarah Singkat SMP AT-TAQWA ......................................
33
2. Visi, Misi dan Tujuan SMP At-TAqwa ..................................
34
3. Tujuan ......................................................................................
35
4. Profil Sumber Daya Manusia (SDM) .....................................
36
5. Tenaga Mengajar dan Administrasi ........................................
36
B. Deskripsi Data ..............................................................................
41
C. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis ............
57
D. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................
57
E. Keterbatasn Penelitian .................................................................
59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................
60
B. Implikasi Penelitian .......................................................................
60
C. Saran-Saran .....................................................................................
61
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
62
LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar seseorang dalam mewujudkan berbagai potensi
yang ada.Dengan adanya pendidikan manusia menjadi mulia di muka bumi ini.
Sebelumnya tidak tahu menjadi mengerti tata cara hidup yang baik. Karena
pendidikan merupakan proses untuk mewujudkan berbagai prilaku yang baik.
Sebagaimana dalam Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang system
pendidikan nasional pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa: Pendidikan adalah
“Usaha sadar dan rencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara”.1
Masalah pendidikan diatur undang-undang di atas.Dimana dengan pendidikan
seseorang melakukan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi
yang ada pada dirinya.Membentuk manusia berakhlak mulia dan bermanfaat untuk
kehidupan masyarakat.
Sebagai bangsa yang ingin maju, kita juga tentu menginginkan agar kualitas
pendidikan kita dapat meningkat tetapi persoalannya adalah bahwa masalah
pendidikan ini adalah masalah yang sangat kompleks yang terkait dengan berbagai
hal, dari masalah kebijakan pemerintah secara nasional sampai dengan masalah
yang menyangkut masing-masing peserta didik.
Di antara kriteria keberhasilan pendidikan seperti yang diinginkan itu adalah
relevansinya terhadap kebutuhan masyarakat dan pembangunan nasional, itu
diterjemahkan dan dijabarkan dalam bentuk tujuan dan sasaran pendidikan agar
1
Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, (Jakarta; Raja Grafindo
Persada,2006
1
dapat dijadikan standar atau tolak ukur untuk mengukur seberapa jauh usaha
pendidikan itu berhasil.Tingginya kualitas sumber daya manusia (SDM) berakibat
lebih lanjut terhadap semakin majunya bangsa yang bersangkutan, setidaknya
dalam hal pengelolaan pembangunan yang membutuhkan tenaga ahli, tidak lagi
memakai tenaga luar negeriyang mahal.
Akan tetapi sebagai bangsa Indonesia, kita tidak perlu malu membuka mata
terhadap ketertinggalan kita dalam hal kualitas sumber daya manusia (SDM), yang
berarti juga ketertinggalan kita dalam bidang pendidikan pada umumnya.
Mengingat pentingnya mutu pendidikan, maka perlulah kiranya untuk menyelidiki
variabel-variabel yang berhubungan dan sejauh mana hubungan tersebut dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa tersebut. Karena kebanyakan orang percaya
kegagalan anaknya disebabkan oleh kemampuan otaknya yang kurang, mereka
belum menyadari bahwa masih banyak faktor lain yang ikut menentukan
keberhasilan studi anak. Meskipun kita tidak dapat menyangkal bahwa otak yang
merupakan faktor yang dominan dalam menentukan studi seseorang.
Di daerah pedesaan atau di daerah pelosok, ekonomi orang tua ini relatif
dianggap homogen, tetapi akan menjadi lain bila kita mengamati hal yang sama
pada SMP At-Taqwa Kecamatan Sawah Besar Jakarta Pusat mengingat bahwa
SMP ini adalah sekolah yang berlokasi cukup Baik lingkungannya namun siswa
tersebut berasal dari wilayah Pademangan Barat Jakarta Utara yang penduknya
sangat padat dan tingkat penghasilannya masih dibawah standar minimum
Sebagaimana yang dimaksudkan dari penelitian ini penulis melihat ekonomi dari
orang tua siswa.
Keadaan ekonomi orang tua yang bervariasi dan heterogen seperti ini,
menciptakan karakteristik tersendiri yang khas, dengan kondisi penghasilan orang
tua seperti di atas menyebabkan prestasi belajar siswa pun beraneka ragam.
Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis pada saat pra penelitian
menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa pada SMP At-Taqwa secara umum
2
masih rendah. Hal tersebut di duga karena banyak faktor, antara lain, perhatian
orang tua terhadap belajar anak yang masih kurang, kurangnya motivasi baik dari
orang tua maupun dari guru dan lingkungan masyarakat yang kurang mendukung,
karena di sekitar lingkungan sekolah orang non muslim, padahal sekolah tersebut
sekolah Islam.
Hal ini mempunyai pengaruh negatif terhadap perkembangan sosial anakanak tersebut. Serta keadaan keluarga yang rendah status sosial-ekonominya malah
mendapat prestasi tinggi.Hal ini dikarenakan anak dari keluarga status sosialnya
rendah sudah terbiasa menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan cepat.
Dari permasalahan yang muncul di dunia pendidikan yaitu orang tua dari sosial
ekonomi rendah maka prestasi belajar anak rendah.Dan orang tua berpenghasilan
tinggi maka prestasi anak tinggi.Tetapi hal tersebut tidak mutlak terjadi karena
penelitian terdahulu mengatakan bahwa anak dari keluarga ekonomi rendah
prestasinya tinggi dari pada anak yang status ekonomi keluarganya tinggi.Hal
tersebut muncul masalah sehingga harus diselesaikan dengan penelitian.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian
dengan judul ”Hubungan Ekonomi Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa di
SMP At-Taqwa Jakarta Pusat”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan beberapa
masalah :
a. Perhatian orang tua terhadap belajar siswa masih rendah
b. Keadaan sosial ekonomi keluarga pada umumnya berkurang
c. Motivasi orang tua terhadap belajar masih rendah
d. Motivasi guru terhadap siswa kurang
e. Lingkungan sekolah kurang mendukung
f. Prestasi belajar siswa pada pada pelajaran PAI pada umumnya rendah
3
C. Pembatasan Masalah
Dari Identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi penelitian ini
pada masalah: Hubungan ekonomi orang tua dan prestasi belajar siswa di SMP
At-Taqwa.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka permasalahan yang
akan dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut: Adakah hubungan antara
ekonomi keluarga dengan prestasi belajar di SMP At-Taqwa.
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
a. Untuk
memperkaya
khazanah
kepustakaan,
ilmu
pengetahuan,
khususnya bagi penulis.
b. Untuk mengetahui kondisi ekonomi orang tua siswa di SMP At-Taqwa
Kelas VII serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa
c. Untuk mengembangkan data tentang ekonomi orang tua, sehingga di
pertimbangkan
dalam
menentukan
segala
kebijakan
mengenai
pembiayaan pendidikan di sekolah tesebut.
2.
Keguanaan Penelitian
a. Sebagai bahan informasi bagi para peneliti yang akan mengembangkan
ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan serta yang berkaitan dengan
itu.
b. Sebagai masukan bagi orang tua agar memberikan dukungan kepada
siswa untuk meningkatkan prestasinya.
4
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A.
Kajian Pustaka
1.
Pengertian Ekonomi
Ekonomi adalah “Ilmu mengenai asas-asas produksi distribusi dan
pemakaian
barang-barang
serta
kekayaan
(seperti
hal
keuangan,
perindustrian dan perdagangan), pemanfaatan uang, tenaga, waktu, dan
sebagaimnya yang berharga tata kehidupan perekonomian suatu Negara”2
Jadi Ekonomi adalah ilmu yang membahas tetang kebutuhan manusia baik
berupa produksi, distribusi, barang, jasa, dengan maksud memberikan
kemudahan dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya.
Dibawah
ini
adalah
dalil
yang
berkaitan
dengan
masalah
perekonomian. Dalam Al-Qur‟an Surat Al-Baqarah Ayat 275 berbunyi :
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan
riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
2
Kamus Besar Bahasa Indonesia, “DEKDIKBUD”, Balai Pustaka, 1988, cet.1. h.220
5
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu
terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya (QS. AlBaqarah:275).
Dalam kehidupan manusia, banyak dari masyarakat melihat tingkat
ekonomi dan penghasilan tinggilah yang dapat memberi kebahagiaan bagi
anggota keluarga. Seperti pernyataan dari Made Pidarta di bawah ini:
Menurut Made Pidarta bahwa, pada umumnya orang mengatakan
kehidupan seseorang meningkat atau menurun selalu dikaitkan dengan
perekonomian orang tersebut. Meningkat atau menurunnya kehidupan
dimulai dari rumah yang dimiliki, jenis kendaraan yang dipakai, perhiasan
atau macam pakaian yang biasa dipakai, menu makan sehari-hari dan gaya
hidup. Jarang sekali orang mengkaitkan naik turunnya kehidupan dengan
tingkat kedamaian hati.Kebahagiaan keluarga, kejujuran, atau kesucian
hidup seseorang, padahal kondisi batin manusia yang merupakan suatu
kehidupan.3
Jadi dapat disimpulkan bahwa, kalau kehidupan manusia itu meningkat
atau menurun selalu dikaitkan dengan perekonomian.Di mana hanya dilihat
dari segi harta kekayaan yang dipunya bukan dilihat dari kedamaian hati.
Menurut penulis kehidupan seseorang menurun meningkat tidak hanya
dilihat dari harta kekayaan yang dimilki .Akan tetapi faktor utamanya dari
kedamaian atau ketentraman dalam kehidupan keluarga khususnya dan
kehidupan masyarakat pada umumnya.
Oleh karena itu kehidupan seseorang bukan hanya dilihat dari pendapatan
dan penerimaan. Akan tetapi harus dilihat dari faktor lain. Dengan
3
Made Pidarta, Landasan Kependidikan,(Jakarta; RinekaCipta, 1997), Cet.I,h.232
6
demikian perlu diketahui tentang pendapatan dan penerimaan.Seperti yang
dikemukakan oleh Mulyanto Sumardi dan Hans-Dieter Evers di bawah ini.
2.
Pengertian Pendapatan dan Penerimaan
Menurut biro pusat statistik pendapatan dan penerimaan dibedakan dalam :
a.
Pendapatan faktor yang didistribusikan
b.
Transfer yang bersifat distributif
Pendapatan golongan petama dapat dibagi lagi menurut sumbernya
menjadi “
1) Penghasilan sebagai gaji dan upah
2) Penghasilan dari usaha sendiri dan pekerjaan sehat
3) Penghasilan dan pemikiran harta 4
Golongan kedua transfer redistributif terutama terdiri atas
„transfer pendapatan yang tidak bersifat mengikat dan biasanya
bukan
merupakan imbalan atas penyerahan barang dan jasa atau
harta milik”.5
Oleh karena itu pendapatan seseorang dapat dibagi menjadi dua
yaitu :
Pendapatan berupa gaji atau upah yang diperoleh dari usaha
seseorang, serta pendapatan yang diperoleh dari penjualan barang
atau jasa, seperti perolehan dari warisan, utang piutang, menang
undian dan sebagainya.
Dari berbagai pengeluaran dan pendapatan seseorang maka
banyak masyarakat menentukan dari golongan bawah dan golongan
atas.Hal ini karena berbeda status sosial yang terjadi di masyarakat.
4
Mulyanto Sumardi dan Hand-Diater Evers,(ed) Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok , Jakarta:
Rajawali, 1986), Cet,II,h.92.
5
Mulyanto Sumardi dan Hand-Diater Evers,(ed) Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok , Jakarta:
Rajawali, 1986), Cet,II,h.92.
7
3.
Cara-cara Menentukan Golongan Sosial
Konsep tentang golongan sosial tergantung pada cara seseorang
menentukan golongan sosial itu. Adanya golongan sosial timbul karena
perbedaan status dikalangan golongan masyarakat. Untuk menentukan
stratifikkasi sosial dapat diikuti tiga metode yakni:
a. Metode objektif, yaitu stratifikasi ditentukan berdasarkan kriteria obyektif
antara lain jumlah pendapatan, lama atau tinggi pendidikan, jenis
pekerjaan.
b. Metode Subyektif, dalam metode ini golongan sosial dirumuskan
menurut pandangan masyarakat menilai dirinya dari hirarki kedudukan
dalam masyarakat itu.
c. Metode reputasi, metode ini dikembangkan oleh W. Lioyd Warner cs.
Dalam metode ini golongan sosial dirumuskan menurut bagaimana
anggota masyarakat itu. Kesulitan penggolongan obyektif dan subyektif
ialah bahwa penggolongan itu sering tidak sesuai dengan tanggapan orang
dalam kehidupan sehari-hari yang nyata tentang golongan sosial masingmasing 6
Selain itu metode yang digunakan untuk berbagai kriteria sosial ekonomi
dibedakan dalam beberapa hal.Seperti jabatan, jumlah dan sumber
pendapatan, tingkat pendidikan, agama, jenis dan luas rumah, lokasi rumah,
asal keturunan, partisipasi dalam kegiatan organisasi, dan hal-hal lain yang
berkaitan dengan status sosial seseorang.Tidak ada satu metode yang secara
umum berlaku untuk menentukan golongan sosial dalam berbagai
masyarakat di dunia ini. Mungkin juga tidak ada kriteria sama yang berlaku
bagi masyarakat. Rumah bagus, pendapatan banyak bagi orang desa belum
tentu dianggap rumah bagus atau pendapatan banyak bagi orang kota.
6
S.Nasution, Sosiologi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara 1995) Cet I h 26-27
8
Selain itu dalam menganalisis masyarakat Warner menemukan enam
golongan yakni “golongan upper-upper, lower upper, upper-middle,lowermiddle, uper-lower, lower-lower”. Jadi dapat dibedakan golongan atas,
menengah, dan bawah sehingga terdapat enam golongan. Besar tiap
kelompok tidak sama, biasanya golongan paling atas kecil jumlah
anggotanya, misalnya terdiri atas keturunan feodal kaya raya, yang sangat
dihormati, sedangkan golongan rendah pada umumnya besar jumlahnya dan
lazim disebut orang kebanyakan.
Disekitar kehidupan masyarakat banyak sekali penyebutan golongan
sosial diantaanya golongan masyarakat atas, menengah, dan bawah.Baisanya
yang tergolong masyarakat tingkat atas adalah orang-orang golongan
ningrat, sedangkan dari golongan menegah ditempati oleh orang-orang yang
dari segi ekonominya sangat kekurangan.
Selain dari penyebutan status sosial atau golonganmasyarakat, ada juga yang
menyebutnya dengan kelas sosial yaitu kedudukan seseorang dalam
lingkungan keluarga atau masyarakat.
4.
Kelas Sosial (Sosial Class)
Kelas sosial merupakan kedudukan seseorang atau keluarga dalam suatu
lapisan nasyarakat, dimana kedudukan itu diketahuinya secara sadar serta
diakui oleh masyarakat umum.
Beberapa pakar berpendapat mengenai kelas sosial, yaitu sebagai berikut :
a.
Mayer
mengartikan
“kelas
sosial
sebagai
lapisan
masyarakat
berdasarkan unsur-unsur ekonomi. Jadi kelas sosial mendudukan
individu-individu dan keluarga dalam posisi ekonomi yang sama” 7
7
Ary H.Gunawan, Sosiologi Pendidikan suatu analisis sosiologi tentang berbagai problem
pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), Cet.I,h,42
9
Jadi dapat diartikan kelas ekonomi adalah dimana ditempatkannya
seseorang dalam lapisan masyarakat sesuai ekonomi dan dpendapatan
yang diperolehnya.
b.
Menurut P.A. Sorokin ada tiga kelas yang saling berhubungan yaitu:
1). Kelas berdasarkan ekonomi
2). Kelas berdasarkan politik
3). Kelas berdasarkan pekerjaan8
Dalam kehidupan manusia kelas berdasarkan ekonomi itu ada
hubungannya dengan kelas berdasarkan politik dan kelas berdasarkan
pekerjaan.Hubungannya berasal dari ruang lingkup yang digeluti.
c.
Menurut Max Weber ada tiga tipe kelas, yaitu:
1). Property class, ialah status kelas bagi para anggota yang ditentukan
oleh perbedaan dalam kepemilikan tanah dan barang-barang.
2). Acquistion class, situasi kelas untuk anggota-anggota ditentukan
oleh kesempatan untuk menggunakan kecakapannya.
3) Social class, ialah kelas berdasarkan kedudukannya dalam
masyarakat atau sosial9
Ada juga tipe-tipe kelas dalam lingkungan masyarakat yatiu tipe kelas
berdasarkan perlengkapan barang yang dimiliki, tipe kelas berdasarkan
kesempatan dalam menggunakan kecakapan dan tipe kelas berdasarkan
kedudukan sosial dalam masyarakat.
Dengan demikian, peranan ekonomi keluarga sangat menentukan
perkembangan kepribadian anak,
sehingga
anak
akan
memperoleh
penghidupan layak dan mampu mengembangkan berbagai potensi-potensi
yang sudah ada dalam dirinya. Hal ini juga harus didukung dengan adanya
8
Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan suatu analisis sisologi tentang berbagai problem
pendidkan..., h. 43
9
Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan suatu analisis sisologi tentang berbagai problem
pendidkan..., h. 43
10
perhatian orang tua atau kelompok keluarga lain. Yaitu terdapat komunikasi
yang baik dalam hubungan sosialisasi dengan keluarga lainnya.Karena tanpa
ada dukungan dari keluarga potensi-potensi yang ada dalam pribadi anak bisa
terhambat yaitu tidak dapat mencapai tujuan yang maksimal.Keluarga yang
mempunyai kelebihan dalam faktor ekonomi segala kebutuhan anak
dipenuhi. Akan tetapi sosialisasi atau kombinasi dalam keluarga tidak baik,
maka hal itu juga akan menghambat perkembangan anakdalam meraih citacitanya begitu juga sebaliknya. Setelah mengetahui berbagai teori yang
berkaitan dengan ekonomi, sebagai variabel
X selanjutnya penulis
membahas mengenai prestasi belajar, sebagai variabel Y.
5. Pengertian Prestasi Belajar
Sebelum mengetahui pengertian prestasi maka harus tahu dahulu
pengertian belajar.Belajar adalah “Modifikasi atau memperteguh kelakuan
melalui pengalaman.
Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan banyak faktor.Faktor-faktor
tersebut saling berhubungan sehingga menjadi kompleks.Definisi yang tepat
tentang belajar menjadi semakin rumit, namun demikian dengan sudut
pandang yang beragam para ahli pendidikan telah mencoba memberikan
definisi tentang belajar.
a. Menurut Syaiful Bahri Djamarah
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh
suatu tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
dengan
lingkungannya,
yang
menyangkut
kognitif,
efektif
dan
psikomotorik.110
10
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2011). Hlm. 141
11
b. Menurut Slameto
Belajar adalah suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku
sebagai hasil interaksi dalam lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.11
c. Menurut
Cliffod
T.
Morgan,
sebagaimana
dikutip
Mustaqim
mendefinisikan belajar sebagai berikut:
“Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result
of past experience.”
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative tetap yang
merupakan hasil pengalaman masa lalu.12
d. James O, Whiftaker
Belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui latihan atau pengalaman.13
6. Faktor-faktor Yang mempengaruhi Prestasi Belajar
Dalam proses belajar, kemampuan peserta didik sangat menentukan
keberhasilannya.
Dalam
proses
belajar
tersebut
banyak
yang
mempengaruhinya, antara lain motivasi, sikap, minat, kebiasaan belajar dan
konsep diri. Berikut ini diuraikan kelima faktor tersebut yang mempengaruhi
dalam belajar.
a. Motivasi
Menurut Sumadi Suryabrata14Motivasi adalah keadaan yang terdapat dalam
diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna
pencapaian suatu tujuan. Sementara menurut Gates15dan kawan-kawan
mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu kondisi fisiologis dan
11
Slameto, Belajar dan Faktor yang mempengaruhi, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003),hlm. 2
12
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset, 2001). Hlm 33
13
Syaiful Bahri Djamarah, Op. cit, hlm. 12
14
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rajawali, 1984), hlm 70
15
Arthur J. Gates, et-al., Educational Psychology, (New York: The MacMillan
Company,1954), hlm 301
12
psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mengatur tindakannya
dengan cara tertentu.
Greenberg16motivasi
Menurut
adalah
proses
membangkitkan,
mengarahkan, dan memantapkan perilaku arah suatu tujuan. Sehingga dari
ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah kondisi
fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang
mendorong untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan
(kebutuhan).
Moslow17mengungkapkan bahwa kebutuhan dasar hidup manusia
terbagi atas lima tingkatan, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan
keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan
akan aktualisasi diri. Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan pokok yang
harus dipenuhinya dengan segera seperti keperluan untuk makan, minum,
berpakaian dan bertempat tinggal.
Kebutuhan keamanan adalah kebutuhan seseorang untuk memperoleh
keselamatan, keamanan, jaminan atau perlindungan dari ancaman yang
membahayakan kelangsungan hidup dan kehidupan dengan segala
aspeknya.Kebutuhan sosial adalah kebutuhan seseorang untuk disukai dan
menyukai, dicintai dan mencintai, bergaul, berkelompok, bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Kebutuhan akan harga diri adalah kebutuhan
seseorang
untuk
memperoleh
kehormatan,
penghormatan,
pujian,
penghargaan dan pengakuan.
Kebutuhan akan aktualisasi diri adalah kebutuhan seseorang untuk
memperoleh kebanggaan, kekaguman dan kemasyuran sebagai pribadi
yang mampu dan berhasil mewujudkan potensi bakatnya dengan hasil
16
Greenberg, Jerald, Managing Behaviors in Organizations, (New York : Prentice Hall,
1996), hlm. 62-63
17
Abraham H. Maslow, Motivation and Personality, (New York : Harpen & Row
Publishers, 1970) hlm 35-47
13
prestasi
yang
luar
biasa.
Sementara
McClelland18yang
menurut
mengemukakan bahwa diantara kebutuhan hidup manusia terdapat tiga
macam kebutuhan, yaitu kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan akan
berafiliasi, dan kebutuhan untuk memperoleh makanan.
Karena uraian ini berkaitan dengan motivasi yang berprestasi, maka
McCelland dalam The Encyclopedia Dictionary of Psychology yang
disusun
oleh
Hare
berprestasimerupakan
beberapa
and
Lamb19mengemukakan
motivasi
standarkepandaian
yang
atau
berkaitan
tandar
bahwa
motivasi
dengan
pencapaian
keahlian.
Sedangkan
Heckhausen20mengemukakan bahwa motivasi berprestasi adalah suatu
dorongan yang terdapat dalam diri siswa yang selalu berusahaatau berjuang
untuk meningkatkan atau memelihara kemampuan setinggimungkin dalam
semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan.
Menurut
Ausubel
yang
dikutip
oleh
Howe21mengemukakan
bahwamotivasi berprestasi terdiri atas tiga komponen, yaitu dorongan
kognitif,An ego – enhancing one, dan komponen afiliasi.
Dorongan Kognitif adalah keinginan siswa untuk mempunyai
kompetensi dalam subjek yang ditekuninya serta keinginan untuk
menyelesaikan tugas yang dihadapinya dengan hasil yang sebaikbaiknya.An
ego-enhancing
one
adalah
keinginan
siswa
untuk
meningkatkan status dan harga dirinya (self-esteen), misalnya dengan jalan
berprestasi dalam segala bidang, sedangkan komponenafiliasi adalah
keinginan siswa untuk selalu berafilasi dengan siswa lain. Buchari Zaiun
18
David C. McClellan,et.al, The Achievement Motive, (New York: Irvington Publisher,
1976), hlm. 75
19
Rom Hare and Roger Lamb,Ed., The Encyclopedia Dictionary of Psychology, (London
: Brasil Blackwell Publisher Ltd, 1983), hlm. 3
20
H, Heckhausen, The Anatomy of Achievement Motivation, (New York : Academic Press,
1967) hlm 4-5.
21
Michael J.A Howe, A Teacher’s Guide to The Psychology of Learning (New York : Brasil
Blackwell, Inc, 1984) hlm 143
14
menyebutkan,
motivasi
adalah
bagian
fundamentaldari
kegiatan
manajemen, sehingga dapat ditujukan untuk pengerahanpotensi dan daya
manusia dengan jalan menimbulkan dan menumbuhkankeinginan yang
tinggi, kebersamaan dalam menjalankan tugas.22Dengan demikian Motivasi
berprestasi dapat diartikan doronganuntuk mengerjakan suatu tugas dengan
sebaik-baiknya
berdasarkan
standarkeunggulan.Motivasi
berprestasi
mengacu kepada suatu ukurankeberhasilan berdasarkan penilaian terhadap
tugas yang dikerjakanseseorang.
b. Sikap
Sikap dapat
didefinisikan dengan berbagai
cara dan setiap
definisiberbeda satu dengan yang lainnya. Trow23mendefinisikan sikap
sebagaisuatu kesiapan mental atau emosional dalam beberapa jenis
tindakan apasituasi yang tepat. Trow lebih menekankan pada kesiapan
mental atauemosional seseorang terhadap suatu objek.Sementara itu
Allport seperti dikutip oleh Gamble24mengemukakan bahwa sikap adalah
suatu kesiapan mental dan syaraf yangtersusun melalui pengalaman dan
memberikan pengaruh langsung kepadarespon individu terhadap semua
objek atau situasi berhubungan denganobjek itu.
Definisi sikap menurut Allport ini menunjukkan bahwa sikap itu tidak
muncul ketika atau dibawa lahir, tetapi melalui pengalaman yang
memberi pengaruh langsung kepada respon seseorang.
Harlen25mengemukakan bahwa sikap merupakan kesiapan seseorang
untuk bertindak dalam menghadapi suatu objek atau situasi tertentu.
22
Buchari Zaitun, Manajemen dan Motivasi, (Jakarta : Balai Aksara, 1979) hlm 10
Throw, op.cit, hlm 109
24
Robert K. Gamble, Instrumen Development in Affeetive Domain, Boston : Kluwer)
23
25
Wyne Harlen, Teaching and Learning Primary Silence, (London : Row Publisher,
1985), hlm 44-45
15
Jadi disini makna sikap yang terpenting apabila diikuti oleh
objeknya.Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak berkenaan dengan
objek tertentu.Sikap bukan tindakan nyata (overt behavior) melainkan
masih bersikap tertutup (covert behavior). Sikap belajar penting karena
didasarkan atas peranan guru sebagai leader dalam proses belajar
mengajar. Gaya mengajar yang diterapkan guru dalam kelas berpengaruh
dalam proses dan hasil belajar mengajar siswa.26
Sehubungan dengan ini, Nasution menyatakan bahwa hubungan tidak
baik dengan guru dapat menghalangi prestasi belajar yang tinggi. 27Sikap
belajar bukan saja ditujukan kepada guru, melainkan juga kepada tujuan
yang akan dicapai, materi pelajaran, tugas dan lain-lain.
Sikapbelajar akan terwujud dalam bentuk perasaan senang atau tidak
senang, setuju atau tidak setuju, suka atau tidak suka terhadap hal-hal
tersebut, sikap tersebut akan berpengaruh terhadap proses belajar dan
hasil yang akan dicapainya. Suatu yang menimbulkan rasa senang,
cenderung akandiulang, demikian menurut hukum belajar (Law of effect)
yangdikemukakan Thorndike. Pengulangan ini (Law of exercise) penting
untukmengukuhkan hal-hal yang telah dipelajari.28
Segi afektif dalam sikap merupakan sumber motif.29Sikap belajar
yang positif dapat disamakan dengan minat,30sedangkan minat akan
memperlancar jalannya pelajaran siswa yang malas, tidak mau belajar dan
gagal dalam belajar, disebabkan oleh tidak adanya minat.31
26
Bennet Nevile, et.al, Teaching Styles and Pupil Progres.(London : Open Books
Publishing,Ltd,197) hlm 45
27
Nasution,S. Azas-Azas Kurikulum, (Bandung : Terate, 1978), hlm 58
28
Staton, Thomas F., Cara Mengajar dengan Hasil yang Baik, terjemahan oleh Tahalele
(Bandung: Diponegoro,1978), hlm 27
29
Sri Mulyani Martinah, Motif Sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,1984),
hlm 51
30
Ibid, hlm 34-37
Nasution, S., Didaktif Azas-Azas Mengajar, (Bandung:Jemmares,1982),hlm 85
31
16
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sikap belajar ikut
berperan dalam menentukan aktivitas belajar siswa.Sikap belajar yang
positif berkaitan erat dengan minat dan motivasi. Oleh karena itu siswa
yang sikap belajarnya positif akan belajar lebih aktif dan akan
memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan siswa yang sikap
belajarnya negatif.
Cara mengembangkan sikap belajar yang positif:32
1) Bangkitkan
kebutuhan
untuk
menghargai
keindahan,
untuk
mendapatpenghargaan,dan sebagainya.
2) Hubungkan dengan pengalaman yang lampau.
3) Beri kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.
4) Gunakan berbagai metode mengajar seperti diskusi, kerja kelompok,
membaca, demonstrasi, dan sebagainya.
c. Minat
Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu halatau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.33Crow and Grow menyatakanbahwa
minta berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseoranguntuk
menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan,pengalaman yang
dirangsang oleh kegiatan itu sendiri34
Jadi minat dinyatakan melalui pertanyaan yang menunjukkan siswalebih
menyukai pada suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula melaluipartisipasi
dalam suatu aktivitas.Minat tidak dibawa semenjak lahir, melainkan
diperoleh kemudian.
32
28 Ibid,
hlm 85-88
Slamet, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta:Rineka
Cipta,1991)hlm 182
34
Crow D.Leater & Crow,Alice, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta:Nur
Cahaya,1989),hlm 302-303
33
17
d. Kebiasaan Belajar
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa hasil belajar mempunyai
korelasi positif dengan kebiasaan belajar atau study habit. Whiterington
dalam Andi Mappiere 1983 mengartikan kebiasaan (habit) sebagai :An
Acquired way of acting which is persistent, uniform and fairly
automatic.35
Kebiasaan merupakan cara bertindak yang diperoleh melaluibelajar secara
berulang-ulang,
yang pada
otomatis.Kebiasaan
tidak
akhirnya
memerlukan
menjadi menetap
konsentrasi
danbersifat
perhatian
dan
pikirandalam melakukannya.Kebiasaan dapat berjalan terus, sedangkan
individumemikirkan atau tidak memperhatikannya.Kebiasaan belajar dapat
diartikan sebagai cara atau teknik yangmenetap pada diri siswa pada waktu
mau menerima pelajaran, membacabuku, mengerjakan tugas dan pengaturan
waktu untuk menyelesaikan kegiatan. Kegiatan belajar dibagi menjadi dua
bagian, yaitu DelayAvodian (DA) dan Work Methods (WM). DA menunjuk
pada
ketetapanwaktu
dalam
menyelesaikan
tugas-tugas
akademis,
sedangkan WMmenunjuk pada cara (prosedur) belajar yang efektif.
e. Konsep Diri
Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiriyang
menyangkut apa yang ia ketahui dan rasakan tentang perilakunya, isipikiran
dan perasaannya, serta bagaimana perilakunya tersebutberpengaruh terhadap
orang lain.36Konsep diri yang dimaksud adalahbayangan tentang dirinya
pada saat ini dan bukan bayangan ideal daridirinya sebagaimana yang
diharapkan atau disukai individu yang bersangkutan.Konsep diri mulanya
dari perasaan dihargai atau tidak dihargai, yang kemudian menjadi landasan
35
Andi Mappiare, Psikologi Orang Dewasa, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hlm 43
Anant Pai, How to Develop Sel-Confidence, (SIngapura:S.S. Mubarak and Brother
Ltd,1996( hlm. 23-25
36
18
dari pandangan dan bayangan seseorang mengenai dirinya sendiri secara
keseluruhan.
Lebih lanjut dikatakan, konsep diri terbentuk karena empat factor yaitu
Kemampuan (Competence), perasaan mempunyai arti bagi orang lain
(Significance to others), Kebajikan (virtues) dan kekuatan (power).
Sedangkan menurut Muhibbin Syah, faktor-faktor yang
mempengaruhi
prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam37
1) Faktor Internal (Faktor dari dalam siswa) Yakni keadaan / kondisi
jasmani dan rohani siswa
2) Faktor Eksternal (Faktor dari luar siswa) Yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa.
3) Faktor Pendekatan Belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pembelajaran
Faktor-faktor diatas saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama
lain. Seorang siswa yang bersikap conversing terhadap ilmu pengetahuan atau
bermotif ekstrinsik, biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang
sederhana dan tidak mendalam. Sedangkan seorang siswa yang berinteligensi
tinggi dan mendapat dorongan positif dari orang tuanya akan memilih
pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil pembelajaran.
Jadi, karena pengaruh faktorfaktor tersebut diatas muncul siswa-siswa yang
berprestasi tinggi, berprestasi rendah atau gagal sama sekali. Dengan demikian,
seorang
guru
mengantisipasi
yang
kompeten
dan
professional
kemungkinan-kemungkinan
yangmenunjukkan
gejala
kegagalan
diharapkan
munculnya
dengan
mampu
kelompok
mengetahui
factor
siswa
yang
menghambat proses belajar mereka.
37
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandungan : PT.Remaja
Rosdakarya, 2008), hlm. 132
19
1. Faktor Internal Siswa
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi dua aspek, yaitu Aspek
Fisiologis (yang bersifat jasmaniyah) dan aspek psikologis (yang bersifat
rohaniyah)
a. Aspek Fisiologis
Kondisi jasmani yang menandai tingkat kebugaran organorgan tubuh
dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa
dalam mengikuti pelajaran.Untuk mempertahankan terus jasmani agar
tetap bugar, peserta didik sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan
dan minuman yang bergizi.Selain itu, siswa juga dianjurkan memilih
pola istirahat dan olah raga ringan yang sedapat mungkin terjadwal
secara tetap dan berkesinambungan. Hal ini sangat penting sebab
perubahan pola makan-minum dan istirahat akan menimbulkan reaksi
tomus yang negative dan merugikan semangat mental siswa itu sendiri.
Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera
pendengar dan penglihat juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa
dalam menyerah informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan
di
kelas.Sebagai
seorang
guru
yang
professional
seyogyanya
bekerjasama dengan dinas-dinas kesehatan untuk memperoleh bantuan
pemeriksaan secara rutin. Upaya lain yang bias ditempuh yaitu
menempatkan mereka di deretan bangku terdepan secara bijaksana.
Dengan demikian peserta didik dapat belajar secara optimal.
b. Aspek Psikologis
Banyak
faktor
mempengaruhi
yang
termasuk
kuantitas
dan
aspek
psikologis
yang
dapat
kualitas
perolehan
pembelajaran
siswa.Namun, diantara faktor-faktor rohaniyah peserta didik yangpada
umumnya dipandang lebih esensial adalah tingkatkecerdasan/intelegensi
siswa,
sikap
siswa,
bakat
siswa,
minat
siswadan
motivasi
20
siswa.Intelegensi siswaIntelegensi dapat diartikan sebagai kemampuan
psiko-fisik untukmereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungandengan cara yang tepat (Reber, 1988)
1). Sikap Siswa
Sikap
adalah
gejala
berupakecenderungan
internal
yang
untukmereaksi
berdimensi
atau
afektif
merespons
(responsetendency) dengan cara yang relative tetap terhadap objek
orang,barang dan sebagainya, baik secara positif atau negative.
2). Bakat Siswa
Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial
yangdimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa
yangakan datang (Chaplin, 1972; Reber, 1988)
3). Minat Siswa
Minat (Interest) adalah kecenderungan dan kegairahan yang
tinggiatau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
4) Motivasi Siswa
Motivasi adalah keadaan internal organism baik manusia atauhewan
yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.
2. Faktor Eksternal Siswa
Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri atasdua
macam, yakni faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
a. Lingkungan Sosial
Di
antara
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
prestasi
belajar
pesertadidik adalah lingkungan sosial.Lingkungan sosial sekolah
seperti paraguru, para staf administrasi dan teman-teman sekelas
dapatmempengaruhi semangat belajar seorang peserta didik.Para guru
yangselalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan
suritauladan yang baik, khususnya dalam hal belajar, dapat menjadi
21
dayadorong peserta didik dalam hal belajar.Sedangkan yang termasuk
lingkungan sosial siswa adalah masyarakat,tetangga, dan teman-teman
sepermainan
di
sekitar
perkampungansiswa
tersebut.Kondisi
masyarakat sangat berpengaruh terhadapkegiatan belajar siswa.
b. Lingkungan Non Sosial
Faktor-faktor
yang
termasuk
lingkungan
non
sosial
adalah
gedungsekolah dan letaknya, alat-alat belajar, rumah tempat tinggal
siswa danletaknya, keadaan cuaca dan waktu yang digunakan untuk
belajarsiswa.Sehingga dari pemaparan di atas dapat disimpulkan
bahwa hubunganantara pembelajaran dan hasil prestasi siswa bukan
hanya bersifatgaris lurus, tetapi bisa bercabang dari faktor-faktor lain.
Misalnyafaktor internal (faktor dari dalam siswa), faktor eksternal
(faktor dariluar siswa), dan faktor pendekatan dalam belajar dapat
berpengaruhterhadap prestasi belajar siswa.
Dari banyaknya faktor-faktor pendidikan, yaitu dari mulai
ekonomi keluarga, tujuan belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar sampai pada evaluasi hasil belajar.Semuanya merupakan satu
kesatuan dalam masalah pendidikan.Supaya belajar mempunyai tujuan
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka dalam dunia pendidikan
harus adanya keadilan bagi setiap orang kaya dan miskin harus
mempunyai kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan.
Bagaimana caranya merupakan tugas bagi pemerintah dalam masalah
ini.
C. Hasil Penelitian Yang Relevan
Secara teoritis, prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa unsur
danbanyak faktor.Faktor dan unsur ini dapat berupa faktor yang berasal dari
daridalam maupun dari luar individu. Dalam penelitian ini penulis
22
mengkorelasikanantara status sosial ekonomi orang tua dan pemanfaatan media
pembelajarandengan prestasi belajar siswa . Berikut ini adalah penelitianpenelitian yangrelevan dengan penelitian ini:
Penelitian yang dilakukan oleh Farkhan Hamidi tahun 2007 dengan
judul”Hubungan antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua dan Motivasi Belajar
denganPrestasi Belajar Mata Pelajaran Sosiologi Siswa Kelas XI SMA MTA
Surakarta
Tahun Ajaran 2007/2008”. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa ada
hubunganpositif yang ignifikan antara status sosial ekonomi orang tua dengan
prestasibelajar sosiologi yakni, rx1y = 0,392 dan p = 0,030 dengan peluang
galat(P
SMP AT-TAQWA SAWAH BESAR JAKARTA PUSAT
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh
Tarsono
NIM: 18100110000024
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
ABSTRAK
Tarsono (801111000577). Hubungan Ekonomi Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa
Kelas VII SMP At-Taqwa Koa Jakarta Pusat Tabun Pelajaran 2013/2014. Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Fakultas IImu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk : (1) mengetahui Ekonomi Orang Tua dengan Prestasi
Belajar Siswa kelas VII SMP At-Taqwa Kota Jakarta Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014. (2)
mengetahui prestasi belajar Prestasi siswa kelas VII SMP At-Taqwa Tahun Pelajaran 2013/2014.
(3) mengetahui apakah terdapat hubungan antara Ekonomi Orang Tua Siswa dengan Prestasi
Belajar Siswa kelas VII SMP At-Taqwa Kota Jakarta Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014. (4)
mengetahui bagaimanakah hubungan antara Ekonomi Orang Tua dengan Prestasi Belajar dengan
prestasi belajar kelas VII SMP At-Taqwa Kota Jakarta Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014. Adapun
penelitian ini menggunakan metode "survai" dengan tehnik korelasional.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah, r hitung yang didapat pada rentang 0,70-0,90. Hal
ini, menunjukkan bahwa variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi. Oleh
karena itu, simpulan yang diperoleh yaitu, terhadapat hubungan yang signifikan antara keadaan
ekonomi orang tua dengan prestasi belajar siswa kelas VII SMP At-Taqwa, tahun pelajaran
2013/2014.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ..........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ........................................................................................
ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................
1
B. Identifikasi Masalah .....................................................................
3
C. Pembatasan Masalah ....................................................................
4
D. Perumusan Masalah ......................................................................
4
E. Tujuan Penelitian ..........................................................................
4
F. Kegunaan Penelitian .....................................................................
4
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori .................................................................................
5
1. Pengertian Ekonomi ..............................................................
5
2. Pengertian Pendapatan dan Penerimaan ................................
7
3. Cara-cara Menentukan Golongan Sosial ...............................
8
4. Kelas Sosial ...........................................................................
9
5. Pengertian Prestasi Belajar ....................................................
11
6. Prestasi Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya ..
11
7. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar..............
12
B. Hasil Penelitian Yang Relevan .....................................................
20
C. Perumusan Hipotesis .....................................................................
21
iv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................
25
B. Metode Penelitian .........................................................................
25
C. Populasi dan Sampel .....................................................................
25
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................
27
1. Definisi Konsep .....................................................................
27
2. Definisi Operasional ................................................................
28
E. Teknis Analisis Data .....................................................................
30
F. Hipotesis .......................................................................................
32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Yayasan SMP At-Taqw ...................................
1.
33
Sejarah Singkat SMP AT-TAQWA ......................................
33
2. Visi, Misi dan Tujuan SMP At-TAqwa ..................................
34
3. Tujuan ......................................................................................
35
4. Profil Sumber Daya Manusia (SDM) .....................................
36
5. Tenaga Mengajar dan Administrasi ........................................
36
B. Deskripsi Data ..............................................................................
41
C. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis ............
57
D. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................
57
E. Keterbatasn Penelitian .................................................................
59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................
60
B. Implikasi Penelitian .......................................................................
60
C. Saran-Saran .....................................................................................
61
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
62
LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar seseorang dalam mewujudkan berbagai potensi
yang ada.Dengan adanya pendidikan manusia menjadi mulia di muka bumi ini.
Sebelumnya tidak tahu menjadi mengerti tata cara hidup yang baik. Karena
pendidikan merupakan proses untuk mewujudkan berbagai prilaku yang baik.
Sebagaimana dalam Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang system
pendidikan nasional pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa: Pendidikan adalah
“Usaha sadar dan rencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara”.1
Masalah pendidikan diatur undang-undang di atas.Dimana dengan pendidikan
seseorang melakukan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi
yang ada pada dirinya.Membentuk manusia berakhlak mulia dan bermanfaat untuk
kehidupan masyarakat.
Sebagai bangsa yang ingin maju, kita juga tentu menginginkan agar kualitas
pendidikan kita dapat meningkat tetapi persoalannya adalah bahwa masalah
pendidikan ini adalah masalah yang sangat kompleks yang terkait dengan berbagai
hal, dari masalah kebijakan pemerintah secara nasional sampai dengan masalah
yang menyangkut masing-masing peserta didik.
Di antara kriteria keberhasilan pendidikan seperti yang diinginkan itu adalah
relevansinya terhadap kebutuhan masyarakat dan pembangunan nasional, itu
diterjemahkan dan dijabarkan dalam bentuk tujuan dan sasaran pendidikan agar
1
Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, (Jakarta; Raja Grafindo
Persada,2006
1
dapat dijadikan standar atau tolak ukur untuk mengukur seberapa jauh usaha
pendidikan itu berhasil.Tingginya kualitas sumber daya manusia (SDM) berakibat
lebih lanjut terhadap semakin majunya bangsa yang bersangkutan, setidaknya
dalam hal pengelolaan pembangunan yang membutuhkan tenaga ahli, tidak lagi
memakai tenaga luar negeriyang mahal.
Akan tetapi sebagai bangsa Indonesia, kita tidak perlu malu membuka mata
terhadap ketertinggalan kita dalam hal kualitas sumber daya manusia (SDM), yang
berarti juga ketertinggalan kita dalam bidang pendidikan pada umumnya.
Mengingat pentingnya mutu pendidikan, maka perlulah kiranya untuk menyelidiki
variabel-variabel yang berhubungan dan sejauh mana hubungan tersebut dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa tersebut. Karena kebanyakan orang percaya
kegagalan anaknya disebabkan oleh kemampuan otaknya yang kurang, mereka
belum menyadari bahwa masih banyak faktor lain yang ikut menentukan
keberhasilan studi anak. Meskipun kita tidak dapat menyangkal bahwa otak yang
merupakan faktor yang dominan dalam menentukan studi seseorang.
Di daerah pedesaan atau di daerah pelosok, ekonomi orang tua ini relatif
dianggap homogen, tetapi akan menjadi lain bila kita mengamati hal yang sama
pada SMP At-Taqwa Kecamatan Sawah Besar Jakarta Pusat mengingat bahwa
SMP ini adalah sekolah yang berlokasi cukup Baik lingkungannya namun siswa
tersebut berasal dari wilayah Pademangan Barat Jakarta Utara yang penduknya
sangat padat dan tingkat penghasilannya masih dibawah standar minimum
Sebagaimana yang dimaksudkan dari penelitian ini penulis melihat ekonomi dari
orang tua siswa.
Keadaan ekonomi orang tua yang bervariasi dan heterogen seperti ini,
menciptakan karakteristik tersendiri yang khas, dengan kondisi penghasilan orang
tua seperti di atas menyebabkan prestasi belajar siswa pun beraneka ragam.
Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis pada saat pra penelitian
menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa pada SMP At-Taqwa secara umum
2
masih rendah. Hal tersebut di duga karena banyak faktor, antara lain, perhatian
orang tua terhadap belajar anak yang masih kurang, kurangnya motivasi baik dari
orang tua maupun dari guru dan lingkungan masyarakat yang kurang mendukung,
karena di sekitar lingkungan sekolah orang non muslim, padahal sekolah tersebut
sekolah Islam.
Hal ini mempunyai pengaruh negatif terhadap perkembangan sosial anakanak tersebut. Serta keadaan keluarga yang rendah status sosial-ekonominya malah
mendapat prestasi tinggi.Hal ini dikarenakan anak dari keluarga status sosialnya
rendah sudah terbiasa menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan cepat.
Dari permasalahan yang muncul di dunia pendidikan yaitu orang tua dari sosial
ekonomi rendah maka prestasi belajar anak rendah.Dan orang tua berpenghasilan
tinggi maka prestasi anak tinggi.Tetapi hal tersebut tidak mutlak terjadi karena
penelitian terdahulu mengatakan bahwa anak dari keluarga ekonomi rendah
prestasinya tinggi dari pada anak yang status ekonomi keluarganya tinggi.Hal
tersebut muncul masalah sehingga harus diselesaikan dengan penelitian.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian
dengan judul ”Hubungan Ekonomi Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa di
SMP At-Taqwa Jakarta Pusat”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan beberapa
masalah :
a. Perhatian orang tua terhadap belajar siswa masih rendah
b. Keadaan sosial ekonomi keluarga pada umumnya berkurang
c. Motivasi orang tua terhadap belajar masih rendah
d. Motivasi guru terhadap siswa kurang
e. Lingkungan sekolah kurang mendukung
f. Prestasi belajar siswa pada pada pelajaran PAI pada umumnya rendah
3
C. Pembatasan Masalah
Dari Identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi penelitian ini
pada masalah: Hubungan ekonomi orang tua dan prestasi belajar siswa di SMP
At-Taqwa.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka permasalahan yang
akan dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut: Adakah hubungan antara
ekonomi keluarga dengan prestasi belajar di SMP At-Taqwa.
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
a. Untuk
memperkaya
khazanah
kepustakaan,
ilmu
pengetahuan,
khususnya bagi penulis.
b. Untuk mengetahui kondisi ekonomi orang tua siswa di SMP At-Taqwa
Kelas VII serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa
c. Untuk mengembangkan data tentang ekonomi orang tua, sehingga di
pertimbangkan
dalam
menentukan
segala
kebijakan
mengenai
pembiayaan pendidikan di sekolah tesebut.
2.
Keguanaan Penelitian
a. Sebagai bahan informasi bagi para peneliti yang akan mengembangkan
ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan serta yang berkaitan dengan
itu.
b. Sebagai masukan bagi orang tua agar memberikan dukungan kepada
siswa untuk meningkatkan prestasinya.
4
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A.
Kajian Pustaka
1.
Pengertian Ekonomi
Ekonomi adalah “Ilmu mengenai asas-asas produksi distribusi dan
pemakaian
barang-barang
serta
kekayaan
(seperti
hal
keuangan,
perindustrian dan perdagangan), pemanfaatan uang, tenaga, waktu, dan
sebagaimnya yang berharga tata kehidupan perekonomian suatu Negara”2
Jadi Ekonomi adalah ilmu yang membahas tetang kebutuhan manusia baik
berupa produksi, distribusi, barang, jasa, dengan maksud memberikan
kemudahan dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya.
Dibawah
ini
adalah
dalil
yang
berkaitan
dengan
masalah
perekonomian. Dalam Al-Qur‟an Surat Al-Baqarah Ayat 275 berbunyi :
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan
riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
2
Kamus Besar Bahasa Indonesia, “DEKDIKBUD”, Balai Pustaka, 1988, cet.1. h.220
5
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu
terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya (QS. AlBaqarah:275).
Dalam kehidupan manusia, banyak dari masyarakat melihat tingkat
ekonomi dan penghasilan tinggilah yang dapat memberi kebahagiaan bagi
anggota keluarga. Seperti pernyataan dari Made Pidarta di bawah ini:
Menurut Made Pidarta bahwa, pada umumnya orang mengatakan
kehidupan seseorang meningkat atau menurun selalu dikaitkan dengan
perekonomian orang tersebut. Meningkat atau menurunnya kehidupan
dimulai dari rumah yang dimiliki, jenis kendaraan yang dipakai, perhiasan
atau macam pakaian yang biasa dipakai, menu makan sehari-hari dan gaya
hidup. Jarang sekali orang mengkaitkan naik turunnya kehidupan dengan
tingkat kedamaian hati.Kebahagiaan keluarga, kejujuran, atau kesucian
hidup seseorang, padahal kondisi batin manusia yang merupakan suatu
kehidupan.3
Jadi dapat disimpulkan bahwa, kalau kehidupan manusia itu meningkat
atau menurun selalu dikaitkan dengan perekonomian.Di mana hanya dilihat
dari segi harta kekayaan yang dipunya bukan dilihat dari kedamaian hati.
Menurut penulis kehidupan seseorang menurun meningkat tidak hanya
dilihat dari harta kekayaan yang dimilki .Akan tetapi faktor utamanya dari
kedamaian atau ketentraman dalam kehidupan keluarga khususnya dan
kehidupan masyarakat pada umumnya.
Oleh karena itu kehidupan seseorang bukan hanya dilihat dari pendapatan
dan penerimaan. Akan tetapi harus dilihat dari faktor lain. Dengan
3
Made Pidarta, Landasan Kependidikan,(Jakarta; RinekaCipta, 1997), Cet.I,h.232
6
demikian perlu diketahui tentang pendapatan dan penerimaan.Seperti yang
dikemukakan oleh Mulyanto Sumardi dan Hans-Dieter Evers di bawah ini.
2.
Pengertian Pendapatan dan Penerimaan
Menurut biro pusat statistik pendapatan dan penerimaan dibedakan dalam :
a.
Pendapatan faktor yang didistribusikan
b.
Transfer yang bersifat distributif
Pendapatan golongan petama dapat dibagi lagi menurut sumbernya
menjadi “
1) Penghasilan sebagai gaji dan upah
2) Penghasilan dari usaha sendiri dan pekerjaan sehat
3) Penghasilan dan pemikiran harta 4
Golongan kedua transfer redistributif terutama terdiri atas
„transfer pendapatan yang tidak bersifat mengikat dan biasanya
bukan
merupakan imbalan atas penyerahan barang dan jasa atau
harta milik”.5
Oleh karena itu pendapatan seseorang dapat dibagi menjadi dua
yaitu :
Pendapatan berupa gaji atau upah yang diperoleh dari usaha
seseorang, serta pendapatan yang diperoleh dari penjualan barang
atau jasa, seperti perolehan dari warisan, utang piutang, menang
undian dan sebagainya.
Dari berbagai pengeluaran dan pendapatan seseorang maka
banyak masyarakat menentukan dari golongan bawah dan golongan
atas.Hal ini karena berbeda status sosial yang terjadi di masyarakat.
4
Mulyanto Sumardi dan Hand-Diater Evers,(ed) Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok , Jakarta:
Rajawali, 1986), Cet,II,h.92.
5
Mulyanto Sumardi dan Hand-Diater Evers,(ed) Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok , Jakarta:
Rajawali, 1986), Cet,II,h.92.
7
3.
Cara-cara Menentukan Golongan Sosial
Konsep tentang golongan sosial tergantung pada cara seseorang
menentukan golongan sosial itu. Adanya golongan sosial timbul karena
perbedaan status dikalangan golongan masyarakat. Untuk menentukan
stratifikkasi sosial dapat diikuti tiga metode yakni:
a. Metode objektif, yaitu stratifikasi ditentukan berdasarkan kriteria obyektif
antara lain jumlah pendapatan, lama atau tinggi pendidikan, jenis
pekerjaan.
b. Metode Subyektif, dalam metode ini golongan sosial dirumuskan
menurut pandangan masyarakat menilai dirinya dari hirarki kedudukan
dalam masyarakat itu.
c. Metode reputasi, metode ini dikembangkan oleh W. Lioyd Warner cs.
Dalam metode ini golongan sosial dirumuskan menurut bagaimana
anggota masyarakat itu. Kesulitan penggolongan obyektif dan subyektif
ialah bahwa penggolongan itu sering tidak sesuai dengan tanggapan orang
dalam kehidupan sehari-hari yang nyata tentang golongan sosial masingmasing 6
Selain itu metode yang digunakan untuk berbagai kriteria sosial ekonomi
dibedakan dalam beberapa hal.Seperti jabatan, jumlah dan sumber
pendapatan, tingkat pendidikan, agama, jenis dan luas rumah, lokasi rumah,
asal keturunan, partisipasi dalam kegiatan organisasi, dan hal-hal lain yang
berkaitan dengan status sosial seseorang.Tidak ada satu metode yang secara
umum berlaku untuk menentukan golongan sosial dalam berbagai
masyarakat di dunia ini. Mungkin juga tidak ada kriteria sama yang berlaku
bagi masyarakat. Rumah bagus, pendapatan banyak bagi orang desa belum
tentu dianggap rumah bagus atau pendapatan banyak bagi orang kota.
6
S.Nasution, Sosiologi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara 1995) Cet I h 26-27
8
Selain itu dalam menganalisis masyarakat Warner menemukan enam
golongan yakni “golongan upper-upper, lower upper, upper-middle,lowermiddle, uper-lower, lower-lower”. Jadi dapat dibedakan golongan atas,
menengah, dan bawah sehingga terdapat enam golongan. Besar tiap
kelompok tidak sama, biasanya golongan paling atas kecil jumlah
anggotanya, misalnya terdiri atas keturunan feodal kaya raya, yang sangat
dihormati, sedangkan golongan rendah pada umumnya besar jumlahnya dan
lazim disebut orang kebanyakan.
Disekitar kehidupan masyarakat banyak sekali penyebutan golongan
sosial diantaanya golongan masyarakat atas, menengah, dan bawah.Baisanya
yang tergolong masyarakat tingkat atas adalah orang-orang golongan
ningrat, sedangkan dari golongan menegah ditempati oleh orang-orang yang
dari segi ekonominya sangat kekurangan.
Selain dari penyebutan status sosial atau golonganmasyarakat, ada juga yang
menyebutnya dengan kelas sosial yaitu kedudukan seseorang dalam
lingkungan keluarga atau masyarakat.
4.
Kelas Sosial (Sosial Class)
Kelas sosial merupakan kedudukan seseorang atau keluarga dalam suatu
lapisan nasyarakat, dimana kedudukan itu diketahuinya secara sadar serta
diakui oleh masyarakat umum.
Beberapa pakar berpendapat mengenai kelas sosial, yaitu sebagai berikut :
a.
Mayer
mengartikan
“kelas
sosial
sebagai
lapisan
masyarakat
berdasarkan unsur-unsur ekonomi. Jadi kelas sosial mendudukan
individu-individu dan keluarga dalam posisi ekonomi yang sama” 7
7
Ary H.Gunawan, Sosiologi Pendidikan suatu analisis sosiologi tentang berbagai problem
pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), Cet.I,h,42
9
Jadi dapat diartikan kelas ekonomi adalah dimana ditempatkannya
seseorang dalam lapisan masyarakat sesuai ekonomi dan dpendapatan
yang diperolehnya.
b.
Menurut P.A. Sorokin ada tiga kelas yang saling berhubungan yaitu:
1). Kelas berdasarkan ekonomi
2). Kelas berdasarkan politik
3). Kelas berdasarkan pekerjaan8
Dalam kehidupan manusia kelas berdasarkan ekonomi itu ada
hubungannya dengan kelas berdasarkan politik dan kelas berdasarkan
pekerjaan.Hubungannya berasal dari ruang lingkup yang digeluti.
c.
Menurut Max Weber ada tiga tipe kelas, yaitu:
1). Property class, ialah status kelas bagi para anggota yang ditentukan
oleh perbedaan dalam kepemilikan tanah dan barang-barang.
2). Acquistion class, situasi kelas untuk anggota-anggota ditentukan
oleh kesempatan untuk menggunakan kecakapannya.
3) Social class, ialah kelas berdasarkan kedudukannya dalam
masyarakat atau sosial9
Ada juga tipe-tipe kelas dalam lingkungan masyarakat yatiu tipe kelas
berdasarkan perlengkapan barang yang dimiliki, tipe kelas berdasarkan
kesempatan dalam menggunakan kecakapan dan tipe kelas berdasarkan
kedudukan sosial dalam masyarakat.
Dengan demikian, peranan ekonomi keluarga sangat menentukan
perkembangan kepribadian anak,
sehingga
anak
akan
memperoleh
penghidupan layak dan mampu mengembangkan berbagai potensi-potensi
yang sudah ada dalam dirinya. Hal ini juga harus didukung dengan adanya
8
Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan suatu analisis sisologi tentang berbagai problem
pendidkan..., h. 43
9
Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan suatu analisis sisologi tentang berbagai problem
pendidkan..., h. 43
10
perhatian orang tua atau kelompok keluarga lain. Yaitu terdapat komunikasi
yang baik dalam hubungan sosialisasi dengan keluarga lainnya.Karena tanpa
ada dukungan dari keluarga potensi-potensi yang ada dalam pribadi anak bisa
terhambat yaitu tidak dapat mencapai tujuan yang maksimal.Keluarga yang
mempunyai kelebihan dalam faktor ekonomi segala kebutuhan anak
dipenuhi. Akan tetapi sosialisasi atau kombinasi dalam keluarga tidak baik,
maka hal itu juga akan menghambat perkembangan anakdalam meraih citacitanya begitu juga sebaliknya. Setelah mengetahui berbagai teori yang
berkaitan dengan ekonomi, sebagai variabel
X selanjutnya penulis
membahas mengenai prestasi belajar, sebagai variabel Y.
5. Pengertian Prestasi Belajar
Sebelum mengetahui pengertian prestasi maka harus tahu dahulu
pengertian belajar.Belajar adalah “Modifikasi atau memperteguh kelakuan
melalui pengalaman.
Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan banyak faktor.Faktor-faktor
tersebut saling berhubungan sehingga menjadi kompleks.Definisi yang tepat
tentang belajar menjadi semakin rumit, namun demikian dengan sudut
pandang yang beragam para ahli pendidikan telah mencoba memberikan
definisi tentang belajar.
a. Menurut Syaiful Bahri Djamarah
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh
suatu tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
dengan
lingkungannya,
yang
menyangkut
kognitif,
efektif
dan
psikomotorik.110
10
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2011). Hlm. 141
11
b. Menurut Slameto
Belajar adalah suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku
sebagai hasil interaksi dalam lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.11
c. Menurut
Cliffod
T.
Morgan,
sebagaimana
dikutip
Mustaqim
mendefinisikan belajar sebagai berikut:
“Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result
of past experience.”
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative tetap yang
merupakan hasil pengalaman masa lalu.12
d. James O, Whiftaker
Belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui latihan atau pengalaman.13
6. Faktor-faktor Yang mempengaruhi Prestasi Belajar
Dalam proses belajar, kemampuan peserta didik sangat menentukan
keberhasilannya.
Dalam
proses
belajar
tersebut
banyak
yang
mempengaruhinya, antara lain motivasi, sikap, minat, kebiasaan belajar dan
konsep diri. Berikut ini diuraikan kelima faktor tersebut yang mempengaruhi
dalam belajar.
a. Motivasi
Menurut Sumadi Suryabrata14Motivasi adalah keadaan yang terdapat dalam
diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna
pencapaian suatu tujuan. Sementara menurut Gates15dan kawan-kawan
mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu kondisi fisiologis dan
11
Slameto, Belajar dan Faktor yang mempengaruhi, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003),hlm. 2
12
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset, 2001). Hlm 33
13
Syaiful Bahri Djamarah, Op. cit, hlm. 12
14
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rajawali, 1984), hlm 70
15
Arthur J. Gates, et-al., Educational Psychology, (New York: The MacMillan
Company,1954), hlm 301
12
psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mengatur tindakannya
dengan cara tertentu.
Greenberg16motivasi
Menurut
adalah
proses
membangkitkan,
mengarahkan, dan memantapkan perilaku arah suatu tujuan. Sehingga dari
ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah kondisi
fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang
mendorong untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan
(kebutuhan).
Moslow17mengungkapkan bahwa kebutuhan dasar hidup manusia
terbagi atas lima tingkatan, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan
keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan
akan aktualisasi diri. Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan pokok yang
harus dipenuhinya dengan segera seperti keperluan untuk makan, minum,
berpakaian dan bertempat tinggal.
Kebutuhan keamanan adalah kebutuhan seseorang untuk memperoleh
keselamatan, keamanan, jaminan atau perlindungan dari ancaman yang
membahayakan kelangsungan hidup dan kehidupan dengan segala
aspeknya.Kebutuhan sosial adalah kebutuhan seseorang untuk disukai dan
menyukai, dicintai dan mencintai, bergaul, berkelompok, bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Kebutuhan akan harga diri adalah kebutuhan
seseorang
untuk
memperoleh
kehormatan,
penghormatan,
pujian,
penghargaan dan pengakuan.
Kebutuhan akan aktualisasi diri adalah kebutuhan seseorang untuk
memperoleh kebanggaan, kekaguman dan kemasyuran sebagai pribadi
yang mampu dan berhasil mewujudkan potensi bakatnya dengan hasil
16
Greenberg, Jerald, Managing Behaviors in Organizations, (New York : Prentice Hall,
1996), hlm. 62-63
17
Abraham H. Maslow, Motivation and Personality, (New York : Harpen & Row
Publishers, 1970) hlm 35-47
13
prestasi
yang
luar
biasa.
Sementara
McClelland18yang
menurut
mengemukakan bahwa diantara kebutuhan hidup manusia terdapat tiga
macam kebutuhan, yaitu kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan akan
berafiliasi, dan kebutuhan untuk memperoleh makanan.
Karena uraian ini berkaitan dengan motivasi yang berprestasi, maka
McCelland dalam The Encyclopedia Dictionary of Psychology yang
disusun
oleh
Hare
berprestasimerupakan
beberapa
and
Lamb19mengemukakan
motivasi
standarkepandaian
yang
atau
berkaitan
tandar
bahwa
motivasi
dengan
pencapaian
keahlian.
Sedangkan
Heckhausen20mengemukakan bahwa motivasi berprestasi adalah suatu
dorongan yang terdapat dalam diri siswa yang selalu berusahaatau berjuang
untuk meningkatkan atau memelihara kemampuan setinggimungkin dalam
semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan.
Menurut
Ausubel
yang
dikutip
oleh
Howe21mengemukakan
bahwamotivasi berprestasi terdiri atas tiga komponen, yaitu dorongan
kognitif,An ego – enhancing one, dan komponen afiliasi.
Dorongan Kognitif adalah keinginan siswa untuk mempunyai
kompetensi dalam subjek yang ditekuninya serta keinginan untuk
menyelesaikan tugas yang dihadapinya dengan hasil yang sebaikbaiknya.An
ego-enhancing
one
adalah
keinginan
siswa
untuk
meningkatkan status dan harga dirinya (self-esteen), misalnya dengan jalan
berprestasi dalam segala bidang, sedangkan komponenafiliasi adalah
keinginan siswa untuk selalu berafilasi dengan siswa lain. Buchari Zaiun
18
David C. McClellan,et.al, The Achievement Motive, (New York: Irvington Publisher,
1976), hlm. 75
19
Rom Hare and Roger Lamb,Ed., The Encyclopedia Dictionary of Psychology, (London
: Brasil Blackwell Publisher Ltd, 1983), hlm. 3
20
H, Heckhausen, The Anatomy of Achievement Motivation, (New York : Academic Press,
1967) hlm 4-5.
21
Michael J.A Howe, A Teacher’s Guide to The Psychology of Learning (New York : Brasil
Blackwell, Inc, 1984) hlm 143
14
menyebutkan,
motivasi
adalah
bagian
fundamentaldari
kegiatan
manajemen, sehingga dapat ditujukan untuk pengerahanpotensi dan daya
manusia dengan jalan menimbulkan dan menumbuhkankeinginan yang
tinggi, kebersamaan dalam menjalankan tugas.22Dengan demikian Motivasi
berprestasi dapat diartikan doronganuntuk mengerjakan suatu tugas dengan
sebaik-baiknya
berdasarkan
standarkeunggulan.Motivasi
berprestasi
mengacu kepada suatu ukurankeberhasilan berdasarkan penilaian terhadap
tugas yang dikerjakanseseorang.
b. Sikap
Sikap dapat
didefinisikan dengan berbagai
cara dan setiap
definisiberbeda satu dengan yang lainnya. Trow23mendefinisikan sikap
sebagaisuatu kesiapan mental atau emosional dalam beberapa jenis
tindakan apasituasi yang tepat. Trow lebih menekankan pada kesiapan
mental atauemosional seseorang terhadap suatu objek.Sementara itu
Allport seperti dikutip oleh Gamble24mengemukakan bahwa sikap adalah
suatu kesiapan mental dan syaraf yangtersusun melalui pengalaman dan
memberikan pengaruh langsung kepadarespon individu terhadap semua
objek atau situasi berhubungan denganobjek itu.
Definisi sikap menurut Allport ini menunjukkan bahwa sikap itu tidak
muncul ketika atau dibawa lahir, tetapi melalui pengalaman yang
memberi pengaruh langsung kepada respon seseorang.
Harlen25mengemukakan bahwa sikap merupakan kesiapan seseorang
untuk bertindak dalam menghadapi suatu objek atau situasi tertentu.
22
Buchari Zaitun, Manajemen dan Motivasi, (Jakarta : Balai Aksara, 1979) hlm 10
Throw, op.cit, hlm 109
24
Robert K. Gamble, Instrumen Development in Affeetive Domain, Boston : Kluwer)
23
25
Wyne Harlen, Teaching and Learning Primary Silence, (London : Row Publisher,
1985), hlm 44-45
15
Jadi disini makna sikap yang terpenting apabila diikuti oleh
objeknya.Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak berkenaan dengan
objek tertentu.Sikap bukan tindakan nyata (overt behavior) melainkan
masih bersikap tertutup (covert behavior). Sikap belajar penting karena
didasarkan atas peranan guru sebagai leader dalam proses belajar
mengajar. Gaya mengajar yang diterapkan guru dalam kelas berpengaruh
dalam proses dan hasil belajar mengajar siswa.26
Sehubungan dengan ini, Nasution menyatakan bahwa hubungan tidak
baik dengan guru dapat menghalangi prestasi belajar yang tinggi. 27Sikap
belajar bukan saja ditujukan kepada guru, melainkan juga kepada tujuan
yang akan dicapai, materi pelajaran, tugas dan lain-lain.
Sikapbelajar akan terwujud dalam bentuk perasaan senang atau tidak
senang, setuju atau tidak setuju, suka atau tidak suka terhadap hal-hal
tersebut, sikap tersebut akan berpengaruh terhadap proses belajar dan
hasil yang akan dicapainya. Suatu yang menimbulkan rasa senang,
cenderung akandiulang, demikian menurut hukum belajar (Law of effect)
yangdikemukakan Thorndike. Pengulangan ini (Law of exercise) penting
untukmengukuhkan hal-hal yang telah dipelajari.28
Segi afektif dalam sikap merupakan sumber motif.29Sikap belajar
yang positif dapat disamakan dengan minat,30sedangkan minat akan
memperlancar jalannya pelajaran siswa yang malas, tidak mau belajar dan
gagal dalam belajar, disebabkan oleh tidak adanya minat.31
26
Bennet Nevile, et.al, Teaching Styles and Pupil Progres.(London : Open Books
Publishing,Ltd,197) hlm 45
27
Nasution,S. Azas-Azas Kurikulum, (Bandung : Terate, 1978), hlm 58
28
Staton, Thomas F., Cara Mengajar dengan Hasil yang Baik, terjemahan oleh Tahalele
(Bandung: Diponegoro,1978), hlm 27
29
Sri Mulyani Martinah, Motif Sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,1984),
hlm 51
30
Ibid, hlm 34-37
Nasution, S., Didaktif Azas-Azas Mengajar, (Bandung:Jemmares,1982),hlm 85
31
16
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sikap belajar ikut
berperan dalam menentukan aktivitas belajar siswa.Sikap belajar yang
positif berkaitan erat dengan minat dan motivasi. Oleh karena itu siswa
yang sikap belajarnya positif akan belajar lebih aktif dan akan
memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan siswa yang sikap
belajarnya negatif.
Cara mengembangkan sikap belajar yang positif:32
1) Bangkitkan
kebutuhan
untuk
menghargai
keindahan,
untuk
mendapatpenghargaan,dan sebagainya.
2) Hubungkan dengan pengalaman yang lampau.
3) Beri kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.
4) Gunakan berbagai metode mengajar seperti diskusi, kerja kelompok,
membaca, demonstrasi, dan sebagainya.
c. Minat
Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu halatau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.33Crow and Grow menyatakanbahwa
minta berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseoranguntuk
menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan,pengalaman yang
dirangsang oleh kegiatan itu sendiri34
Jadi minat dinyatakan melalui pertanyaan yang menunjukkan siswalebih
menyukai pada suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula melaluipartisipasi
dalam suatu aktivitas.Minat tidak dibawa semenjak lahir, melainkan
diperoleh kemudian.
32
28 Ibid,
hlm 85-88
Slamet, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta:Rineka
Cipta,1991)hlm 182
34
Crow D.Leater & Crow,Alice, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta:Nur
Cahaya,1989),hlm 302-303
33
17
d. Kebiasaan Belajar
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa hasil belajar mempunyai
korelasi positif dengan kebiasaan belajar atau study habit. Whiterington
dalam Andi Mappiere 1983 mengartikan kebiasaan (habit) sebagai :An
Acquired way of acting which is persistent, uniform and fairly
automatic.35
Kebiasaan merupakan cara bertindak yang diperoleh melaluibelajar secara
berulang-ulang,
yang pada
otomatis.Kebiasaan
tidak
akhirnya
memerlukan
menjadi menetap
konsentrasi
danbersifat
perhatian
dan
pikirandalam melakukannya.Kebiasaan dapat berjalan terus, sedangkan
individumemikirkan atau tidak memperhatikannya.Kebiasaan belajar dapat
diartikan sebagai cara atau teknik yangmenetap pada diri siswa pada waktu
mau menerima pelajaran, membacabuku, mengerjakan tugas dan pengaturan
waktu untuk menyelesaikan kegiatan. Kegiatan belajar dibagi menjadi dua
bagian, yaitu DelayAvodian (DA) dan Work Methods (WM). DA menunjuk
pada
ketetapanwaktu
dalam
menyelesaikan
tugas-tugas
akademis,
sedangkan WMmenunjuk pada cara (prosedur) belajar yang efektif.
e. Konsep Diri
Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiriyang
menyangkut apa yang ia ketahui dan rasakan tentang perilakunya, isipikiran
dan perasaannya, serta bagaimana perilakunya tersebutberpengaruh terhadap
orang lain.36Konsep diri yang dimaksud adalahbayangan tentang dirinya
pada saat ini dan bukan bayangan ideal daridirinya sebagaimana yang
diharapkan atau disukai individu yang bersangkutan.Konsep diri mulanya
dari perasaan dihargai atau tidak dihargai, yang kemudian menjadi landasan
35
Andi Mappiare, Psikologi Orang Dewasa, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hlm 43
Anant Pai, How to Develop Sel-Confidence, (SIngapura:S.S. Mubarak and Brother
Ltd,1996( hlm. 23-25
36
18
dari pandangan dan bayangan seseorang mengenai dirinya sendiri secara
keseluruhan.
Lebih lanjut dikatakan, konsep diri terbentuk karena empat factor yaitu
Kemampuan (Competence), perasaan mempunyai arti bagi orang lain
(Significance to others), Kebajikan (virtues) dan kekuatan (power).
Sedangkan menurut Muhibbin Syah, faktor-faktor yang
mempengaruhi
prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam37
1) Faktor Internal (Faktor dari dalam siswa) Yakni keadaan / kondisi
jasmani dan rohani siswa
2) Faktor Eksternal (Faktor dari luar siswa) Yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa.
3) Faktor Pendekatan Belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pembelajaran
Faktor-faktor diatas saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama
lain. Seorang siswa yang bersikap conversing terhadap ilmu pengetahuan atau
bermotif ekstrinsik, biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang
sederhana dan tidak mendalam. Sedangkan seorang siswa yang berinteligensi
tinggi dan mendapat dorongan positif dari orang tuanya akan memilih
pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil pembelajaran.
Jadi, karena pengaruh faktorfaktor tersebut diatas muncul siswa-siswa yang
berprestasi tinggi, berprestasi rendah atau gagal sama sekali. Dengan demikian,
seorang
guru
mengantisipasi
yang
kompeten
dan
professional
kemungkinan-kemungkinan
yangmenunjukkan
gejala
kegagalan
diharapkan
munculnya
dengan
mampu
kelompok
mengetahui
factor
siswa
yang
menghambat proses belajar mereka.
37
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandungan : PT.Remaja
Rosdakarya, 2008), hlm. 132
19
1. Faktor Internal Siswa
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi dua aspek, yaitu Aspek
Fisiologis (yang bersifat jasmaniyah) dan aspek psikologis (yang bersifat
rohaniyah)
a. Aspek Fisiologis
Kondisi jasmani yang menandai tingkat kebugaran organorgan tubuh
dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa
dalam mengikuti pelajaran.Untuk mempertahankan terus jasmani agar
tetap bugar, peserta didik sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan
dan minuman yang bergizi.Selain itu, siswa juga dianjurkan memilih
pola istirahat dan olah raga ringan yang sedapat mungkin terjadwal
secara tetap dan berkesinambungan. Hal ini sangat penting sebab
perubahan pola makan-minum dan istirahat akan menimbulkan reaksi
tomus yang negative dan merugikan semangat mental siswa itu sendiri.
Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera
pendengar dan penglihat juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa
dalam menyerah informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan
di
kelas.Sebagai
seorang
guru
yang
professional
seyogyanya
bekerjasama dengan dinas-dinas kesehatan untuk memperoleh bantuan
pemeriksaan secara rutin. Upaya lain yang bias ditempuh yaitu
menempatkan mereka di deretan bangku terdepan secara bijaksana.
Dengan demikian peserta didik dapat belajar secara optimal.
b. Aspek Psikologis
Banyak
faktor
mempengaruhi
yang
termasuk
kuantitas
dan
aspek
psikologis
yang
dapat
kualitas
perolehan
pembelajaran
siswa.Namun, diantara faktor-faktor rohaniyah peserta didik yangpada
umumnya dipandang lebih esensial adalah tingkatkecerdasan/intelegensi
siswa,
sikap
siswa,
bakat
siswa,
minat
siswadan
motivasi
20
siswa.Intelegensi siswaIntelegensi dapat diartikan sebagai kemampuan
psiko-fisik untukmereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungandengan cara yang tepat (Reber, 1988)
1). Sikap Siswa
Sikap
adalah
gejala
berupakecenderungan
internal
yang
untukmereaksi
berdimensi
atau
afektif
merespons
(responsetendency) dengan cara yang relative tetap terhadap objek
orang,barang dan sebagainya, baik secara positif atau negative.
2). Bakat Siswa
Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial
yangdimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa
yangakan datang (Chaplin, 1972; Reber, 1988)
3). Minat Siswa
Minat (Interest) adalah kecenderungan dan kegairahan yang
tinggiatau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
4) Motivasi Siswa
Motivasi adalah keadaan internal organism baik manusia atauhewan
yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.
2. Faktor Eksternal Siswa
Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri atasdua
macam, yakni faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
a. Lingkungan Sosial
Di
antara
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
prestasi
belajar
pesertadidik adalah lingkungan sosial.Lingkungan sosial sekolah
seperti paraguru, para staf administrasi dan teman-teman sekelas
dapatmempengaruhi semangat belajar seorang peserta didik.Para guru
yangselalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan
suritauladan yang baik, khususnya dalam hal belajar, dapat menjadi
21
dayadorong peserta didik dalam hal belajar.Sedangkan yang termasuk
lingkungan sosial siswa adalah masyarakat,tetangga, dan teman-teman
sepermainan
di
sekitar
perkampungansiswa
tersebut.Kondisi
masyarakat sangat berpengaruh terhadapkegiatan belajar siswa.
b. Lingkungan Non Sosial
Faktor-faktor
yang
termasuk
lingkungan
non
sosial
adalah
gedungsekolah dan letaknya, alat-alat belajar, rumah tempat tinggal
siswa danletaknya, keadaan cuaca dan waktu yang digunakan untuk
belajarsiswa.Sehingga dari pemaparan di atas dapat disimpulkan
bahwa hubunganantara pembelajaran dan hasil prestasi siswa bukan
hanya bersifatgaris lurus, tetapi bisa bercabang dari faktor-faktor lain.
Misalnyafaktor internal (faktor dari dalam siswa), faktor eksternal
(faktor dariluar siswa), dan faktor pendekatan dalam belajar dapat
berpengaruhterhadap prestasi belajar siswa.
Dari banyaknya faktor-faktor pendidikan, yaitu dari mulai
ekonomi keluarga, tujuan belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar sampai pada evaluasi hasil belajar.Semuanya merupakan satu
kesatuan dalam masalah pendidikan.Supaya belajar mempunyai tujuan
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka dalam dunia pendidikan
harus adanya keadilan bagi setiap orang kaya dan miskin harus
mempunyai kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan.
Bagaimana caranya merupakan tugas bagi pemerintah dalam masalah
ini.
C. Hasil Penelitian Yang Relevan
Secara teoritis, prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa unsur
danbanyak faktor.Faktor dan unsur ini dapat berupa faktor yang berasal dari
daridalam maupun dari luar individu. Dalam penelitian ini penulis
22
mengkorelasikanantara status sosial ekonomi orang tua dan pemanfaatan media
pembelajarandengan prestasi belajar siswa . Berikut ini adalah penelitianpenelitian yangrelevan dengan penelitian ini:
Penelitian yang dilakukan oleh Farkhan Hamidi tahun 2007 dengan
judul”Hubungan antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua dan Motivasi Belajar
denganPrestasi Belajar Mata Pelajaran Sosiologi Siswa Kelas XI SMA MTA
Surakarta
Tahun Ajaran 2007/2008”. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa ada
hubunganpositif yang ignifikan antara status sosial ekonomi orang tua dengan
prestasibelajar sosiologi yakni, rx1y = 0,392 dan p = 0,030 dengan peluang
galat(P