Grafik beban vs sudut twisting,Balok I beam 150.50.4.1600
Beban di f lens atas , 423, 0.037
Beban di f lens atas Pcr=343 kg
Beban di pusat geser, Pcr=433 kg
Beban di pusat geser, 549, 0.087
Beban di f lens baw ah, Pcr=581.2 kg
Beban di f lens baw ah, 712.6, 0.136
0.000 0.020
0.040 0.060
0.080 0.100
0.120 0.140
0.160
100 200
300 400
500 600
700 800
Beban kg
S udut
tw is
ting
Beban di flens atas Beban di pusat geser
Beban di flens bawah
Besar Pcr tersebut juga dapat terlihat pada grafik hubungan antara beban dan sudut puntir yang terjadi, Gambar 4.6 dibawah ini.
Gambar 4.6. Hubungan antara beban dan sudut puntir β, I beam 150.50.4.1600
Sama seperti pada I beam150.40.4.1600 dapat diamati bahwa besar sudut puntir yang terjadi juga lebih besar ketika beban di bawah dibanding kedua yang lainnya.
Dari grafik terlihat bahwa, pada saat pembebanan dilakukan kondisi balok tersebut relatif belum stabil, kemungkinan lebar flens masih belum cukup menstabilkan lendutan kearah
lateral dan sudut puntir yang terjadi sampai beban Pcr untuk masing masing posisi beban adalah .0.037
o
,0.087
o
dan 0.136
o
4.4. Perbedaan perolehan
hasil pengujian Pcr pada struktur balok kantilever akibat letak posisi sentuh beban yang berbeda
.
Hasil penelitian ini terlihat pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.7, dengan bertambahnya lebar flens akan memberikan kontribusi kekuatanstabilitas yang signifikan sehingga Pcr
meningkat, walaupun beban berada di bagian bawah pusat geser, ternyata profil struktur uji ini masih tergolong dalam kategori bermasalah terhadap stabilitas untuk mengatasi
keruntuhan yang diakibatkan oleh terjadinya lateral buckling. 76
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Hasil nilai pengujian Pcr,eksperimen dan Pruntuh, eksperimen
Profil lbr.flens
Pcr.Exp kg Pcr.Teoritis kg
Pruntuh .Exp kg Beban di
Beban di Beban di
cm
flens atas pusat
flens bwh flens atas
pusat flens bwh
flens atas pusat
flens bwh
I.150.4 23.8
25.8 27.8
30.8 32.8
35.0 24.8
26.8 28.8
I.150.40.4 4
303 353
393 222.3
315.5 447.9
323 423
463 I.150.50.4
5 343
433 581.2
309.0 481.1
746.9 443
565 729
Beban dipusat geser
Beban diflens bawah
Beban diflens atas
Balok I.150.50.4
Balok I.150.40.4
Balok I.150..4
Gambar 4.7. Beban Pcr secara teoritis eksperimen dan Pruntuh eksperimen
Universitas Sumatera Utara
P P
center P
P Balok kantilever
Karena nilai konstanta warping Iw akan mengalami peningkatan jika lebar sayap ditambah, sehingga perbedaan tahanan lateral juga makin tinggi perbedaannya dengan
beban di pusat geser dan beban di atas sayap balok tersebut. Dan hasil eksperimental dengan penambahan lebar sayap 4cm menjadi 5 cm telah terlihat memperbesar perbedaan
tersebut. Perihal ini dapat diamati, selisih Pcr ketika beban pada posisi masing masing untuk I strip beam 150.4.1600, I beam150.40.4.1600 dan pada I beam150.50.4.1600
Gambar 4.8 dan Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Persentase naik turunnya Pcr secara teoritis dan eksperimen
Profil lbr.flens
Pcr.Exp kg Pcr.Teoritis kg
Beban Beban
cm flens atas
dipusat flens bwh
flens atas dipusat
flens bwh I.150.4
92 100
108 94
100 107
I.150.40.4 4
86 100
111 70
100 142
I.150.50.4 5
79 100
134 64
100 155
Gambar 4.8. Hubungan antara Lebar flens b vs Beban Pcr secara teoritis eksperimen
Universitas Sumatera Utara
Jika beban ada di flens bawah maka kemampuan memikul beban naik menjadi sebesar 134 untuk I beam 150.50.4.1600 dengan lebar sayap 5 cm dan 111 untuk I beam
150.50.4.1600 dengan lebar sayap 4 cm dan 108 untuk I strip beam 150.4.1600, dibandingkan dengan jika beban berada di pusat geser. Namun sebaliknya terjadi
penurunan kemampuan memikul beban ketika beban ada di flens atas yang hanya 79 untuk I beam 150.50.4.1600 dengan lebar sayap 5 cm dan 86 untukI beam
150.40.4.1600 dengan lebar sayap 4 cm. Penambahan lebar sayap juga akan meningkatkan perbedaan tersebut, dimana dengan semakin besar nilai b akan
menyebabkan perbedaan daya tahan yang makin besar antara beban di flens atas dan di flens bawah.
4.5 Perbedaan tegangan pada saat Pcr terjadi pada eksperimen dan teoritis