Tegangan izin elastis untuk perencanaan menurut PPBBI’1983 Penyimpanganbias hasil antara nilai eksperimen dan nilai teoritis

keadaan plastis untuk beban ada pada flens bawah, yaitu jika beban di flens atas σ cr = 1333.52 kgcm 2 , beban di pusat geser σ cr = 1683.43 kgcm 2 dan beban di flens bawah σ cr = 2259.60 kgcm 2 σ y = 1983.94 kgcm 2

4.6. Tegangan izin elastis untuk perencanaan menurut PPBBI’1983

.sudah berada pada zona tekuk lateral inelastis. Kalau kita lihat dari hasil percobaan ini telah dapat dibuktikan bahwa faktor stabilitas sangat dibutuhkan demi mencapai hasil yang maximum dalam penstrukturan terutama khususnya konstruksi baja. Pada fenomena ini telah kita ketahui bahwa penambahan lebarn flens dan memposisikan beban terkontakkan di bawah pusat geser penampang , akan jauh lebih efektif untuk mencapai tegangan plastis bahan atau malah kepada nilai nilai tegangan yang maximum dan stabilitas yang jauh meningkatkan nilai Pcr. Dalam perencanaan Pcr atau σ cr yang dicapai melalui analisis tekuk lateral akan dikontrol kembali kepada aturan PPBBI’1983 apakah boleh menjadi nilai perencanaan. Dengan ketentuan bahwa σ el = σ ijin = σ y 1.5 =1983.941.5 = 1322.63kgcm Sehingga σel = MW = P 2 el .LW = P el .LI x y → P el = σ el . I x Dalam hal ini dapat kita lihat perbedaan antara P yL cr dan P el Tabel 4.5. Tegangan dan beban yang menentukan masing masing balok kantilever. sebagai dasar perencanaan lihat dalam Tabel 4.5 di bawah ini. Profil Pcr.Exp kg Pcr.Teoritis kg Pelijin PPBBI83 kg Ket.penentu Beban Beban Beban Beban Tegangan flens atas Di pusat flens bwh flens atas Di pusat flens bwh flens atas Di pusat flens bwh kg kgcm2 I.150.4 23.8 25.8 27. 8 30.8 32.8 35.0 124.0 124.0 124.0 Pcr.Exp σcr.Exp I.150.40.4 303.0 353.0 393 .0 222.3 315.5 447.9 293.2 293.2 293.2 P.el σel I.150.50.4 343.0 433.0 581 .2 309.0 481.1 746.9 340.2 340.2 340.2 P.el σel Universitas Sumatera Utara Beban yang dapat ditanggulangi sumbu kuat sb-x adalah P el berdasarkan syarat perencanaan elastis, harus diperbandingkan terhadap P cr dan mana yang lebih kecil menjadi kekuatan yang menentukan. Kalau kita lihat pada Tabel 4.5 bahwa untuk profil strip I.150.4 yang menentukan adalah P cr.exp , namun untuk profil I.150.40.4 dan I.150.50.4 yang menentukan adalah P el .

4.7. Penyimpanganbias hasil antara nilai eksperimen dan nilai teoritis

Dari pengolahan data penelitian terlihat adanya bias hasil dari nilai eksperimental terhadap nilai teoritis misalnya, nilai sudut twisting β telah terjadi sebelum beban kritis terjadi, yang seharusnya berdasarkan teoritis terjadi ketika mendekati beban kritis, nilai P kritis Pcr yang tidak sesuai dengan nilai teoritis, dimana nilai eksperimental, hasilnya lebih kecil dan nilai teoritis, lihat Tabel 4.6 di bawah ini. Tabel 4.6. Penyimpanganbias hasil antara nilai eksperimen dan nilai teoritis Profil lbr.f lens Pcr.Exp kg Pcr.Teoritis kg Perbedaan hasil Pcr Teori dan eksperimen Beban Beban Beban cm flinsatas dipusat flens bwh flens atas Dipusat flens bwh flens atas dipusat flens bwh I.150.4 23.8 25.8 27.8 30.8 32.8 35.0 -23 -22 -21 I.150.40.4 4 303 353 393 222.3 315.5 447.9 36 12 -12 I.150.50.4 5 343 433 581.2 309.0 481.1 746.9 11 -10 -22 Perbedaan sebesar 36 percobaan I 150.40.4 ada kemungkinan ketika memprediksi kondisi kestabilan netral yang salah dimana sewaktu pembebanan masih jauh di bawah 303 kg sudah terjadi arah bolak balik data dial horizontal pengamatan yang tak hati hati. 82 Universitas Sumatera Utara Faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan hasil nilai Pcr secara eksperimental dan nilai Pcr secara teoritis sangat mungkin disebabkan oleh hal hal sebagai berikut : a. Ketidak sempurnaan mekanisme pembebanan, misalnya sulit untuk menghindari goyangan pada saat pembebanan dilakukan, sehingga mengalami pergerakan ke arah lateral, dan berkumulasi seiring dengan pertambahan beban, yang berakibat sebelum beban kritis yang sesungguhnya terjadilah displasemen yang melebihi kondisi sebenarnya pada balok uji balok kantilever, b. Keterbatasan ketelitian manusia, dalam membuat benda uji, misalnya konsistensi dalam ukuran, sehjngga ditemui adanya perbedaan ukuran ukuran tinggi dan lebar tertentu, mengakibatkan adanya variasi nilai Inersia sepanjang balok. c. Kemungkinan proses pengelasan yang tidak sempurna, misalnya ketebalan las yang tidak sama, distribusi kalor yang tidak merata saat pengelasan, juga mempunyai kontribusi terhadap variasi nilai EI sepanjang balok. d. Masih ada faktor faktor eksentrisitas pembebanan yang tak dapat di atasi dengan cara manual. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data, maka untuk ketiga dimensi benda uji dan ketiga posisi beban yang di uji dapat disimpulkan bahwa: 1. Beban kritis Pcr dan Pruntuh, dari hasil pengujian balok kantilever semuanya diperoleh bahwa apabila beban terletak di flens atas maka Pcr dan Pruntuh akan lebih kecil dibanding dengan jika beban di pusat geser dan sebaliknya beban di flens bawah menghasilkan Pcr dan Pruntuh semuanya lebih besar dibanding jika beban di pusat geser 2. Penambahan sayap flens profil terbukti meningkatkan kemampuan memikul beban, tetapi setara dengan pertambahan flens tersebut membuat nilai Pcr antara ketiga posisi beban tersebut juga makin besar perbedaannya, artinya makin jauh lebih stabil apabila beban terletak pada sisi bawah flens, dan ternyata dibuktikan secara teoritis dan eksperimen, namun kondisi ini tidak selalu dapat dilakukan dalam pelaksanaan, dimana Pcr yang ada harus dikontrol lagi terhadap tegangan yang terjadi pada setiap kondisi posisi beban tersebut. 3. Secara umum Nilai Pcr eksperimen lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai Pcr ideal teoritis, hal tersebut disebabkan oleh masih terdapatnya kelemahan metode, ketelitian pengujian dan alat-alat bantu. 84 Universitas Sumatera Utara