Alasan Shanghai Cooperation Organization (SCO) Menginginkan Aksesi Iran (2015)

(1)

Skripsi

Alasan Shanghai Cooperation Organization (SCO)

Menginginkan Aksesi Iran (2015)

(The Reasons of Shanghai Cooperation Organization (SCO) Wishes for Iran Accession 2015)

Disusun Oleh:

Novella Saputri Ryani Wenur 20120510264

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

Alasan Shanghai Cooperation Organization (SCO)

Menginginkan Aksesi Iran (2015)

(The Reasons of Shanghai Cooperation Organization (SCO) Wishes for Iran Accession 2015)

SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:

Novella Saputri Ryani Wenur 20120510264

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul:

ALASAN SHANGHAI COOPERATION ORGANIZATION (SCO) MENGINGINKAN AKSESI IRAN (2015)

(The Reasons of Shanghai Cooperation Organization (SCO) Wishes for Iran Accession 2015) Disusun Oleh :

Novella Saputri Ryani Wenur 20120510264

Telah dipertahankan dalam Ujian Pendadaran, dinyatakan LULUS dan DISAHKAN di depan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Hari/ Tanggal : Selasa, 20 Desember 2016 Pukul : 16:00 WIB

Ruang : HI A TIM PENGUJI

Ketua Penguji,

Siti Muslikhati S.IP., M.Si. NIK 163 031

Penguji I

Dr. Nur Azizah, M.Si. NIK 163 004

Penguji II

Takdir Ali Mukti, S.Sos., M.Si. NIK 163 035


(4)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang saya tulis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik sarjana baik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ataupun di Perguruan Tinggi lain.

Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Yogyakarta, 26 Desember 2016


(5)

HALAMAN PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga Skripsi yang merupakan salah satu syarat kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana Strata (S1) dengan judul “Alasan Shanghai Cooperation Organization (SCO) Menginginkan Aksesi Iran (2015)” dapat terselesaikan. Dalam proses penyususnan skripsi ini, penulis telah menerima banyak dukungan, bimbingan serta bantuan yang sangat bermakna dari berbagai pihak, sehingga apa yang ditargetkan oleh penulis dapat tercapai.

Selama penyusunan skripsi ini, banyak sekali pihak yang telah membantu memberikan pertolongan, dorongan serta bimbingan hingga terselesaikannya skripsi ini. Oleh karena itu saya selaku penulis dengan penuh ketulusan ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT, Maha Suci Allah yang senantiasa memberikan rahmat, karunia dan hidayah-Nya, yang selalu memberikan kemudahan dan kelancaran dalam berbagai proses, yang tidak pernah berhenti mengajarkan saya untuk menjadi seseorang yang sabar dan ikhlas, serta selalu ada bersama saya dalam situasi apapun.

2. Kedua orang tua saya, yang selalu memberi dukungan berupa do‟a maupun semangat motivasi. Sehingga saya dapat termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.


(6)

3. Ibu Siti Muslikhati, S.IP.,M,Si., selaku Dosen Pembimbing saya yang telah memberikan arahan, bimbingan serta masukan dalam proses penyusunan skripsi ini

4. Ibu Nur Azizah., Dr., M.Si selaku dosen penguji I yang telah memberikan masukan, kritik, dan saran agar skripsi ini lebih baik lagi.

5. Bapak Takdir Ali Murti, S.Sos., M.Si. Selaku dosen penguji II yang telah memberikan masukan, kritik, dan saran agar skripsi ini lebih baik lagi.

6. Dosen-dosen HI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah membimbing dengan baik selama masa perkuliahan.

7. Bapak staff TU HI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah membimbing, melayani dan memberi informasi dengan sebaik-baiknya.

8. Teman – teman mahasiswa HI UMY angkatan 2012 dan 2013 yang telah menjadi rekan saya dalam bertukar ilmu dan pengalaman selama empat tahun terakhir ini.

9. Keluarga Kost Hidayatullah, khususnya Zerlin dan Shinto yang sering membantu saya dalam berbagai hal, berbagi tawa dan sedih bersama – sama, terima kasih.

10.Ibu Indira dan Bapak Tony, beserta rekan-rekan saya dalam menjalani magang di Biro Kerjasama UMY, Kak Idham, Mbak Olyn, Mbak Atina, Mbak Febril, Kak Bian, Kak Reza dan Kak Fahri. Terima Kasih

11.Teman-teman komunitas Jogja Menyala dan Kelas Insipirasi yang telah menjadi rekan saya dalam berbagi pengalaman.


(7)

MOTTO

If you can dream it, believe you can do it

- Walt Disney

Kamu pergi dengan keadaan yang baik, pulang juga

harus dengan keadaan yang baik bahkan lebih baik


(8)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan mengucap rasa syukur yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT, terimakasih atas segala nikmat yang berupa kemudahan dan kelancaran dalam

penulisan skripsi ini yang telah diberikan. Untuk :

Mama (Rohani) dan Papa (Maurice)

Yang telah merawat dengan penuh kasih sayang dari kecil sampai sekarang, terimakasih atas segala doa, dukungan dan pengorbanannya sampai akhirnya Vella bisa menyelesaikan perkuliahan Strata 1 (S1). Selalu bersyukur memiliki

kedua orang tua yang luar biasa.


(9)

ALASAN SHANGHAI COOPERATION ORGANIZATION

MENGINGINKAN AKSESI IRAN (2015)

Oleh :

Novella Saputri Ryani Wenur

Abstract

The emergence of Shanghai Cooperation Organization (SCO) has attracted worldwide attention, because this organization was built by two of most powerful countries which are Russia and China. Since it was built, it has been predicted by the experts to encounter US hegemonism in Eurasia. Russia and China power in SCO, has attracted Eurasian Countries to become a member of SCO, including Iran. Iran has been wanted to join SCO from 2005 until now. Iran’s desire to become a member of SCO has proven by the application of Iran to become a full

member of SCO by 2008 and Iran is actively involved in SCO’s programs as well, but Iran’s application was rejected by SCO. As time goes, by 2015 SCO re -discussed about Iran accession into SCO in the Council of Heads of State Summit in Ufa, Russia, and the members of SCO support Iran’s accession to SCO, including the most powerful country of SCO –Russia and China – give their supports on Iran accession to be processed soon.

Keywords: Shanghai Cooperation Organization, Iran accession, Russia, China

Abstrak

Kemunculan Shanghai Cooperation Organization (SCO) telah menarik perhatian dunia, karena organisasi ini dibentuk atas dua kekuatan dunia yaitu Rusia dan Tiongkok. Sejak terbentuknya SCO, organisasi ini telah diprediksikan oleh para ahli untuk membendung hegemoni Amerika Serikat di Eurasia. Adanya Rusia dan Tiongkok didalam SCO telah menarik negara-negara Eurasia untuk bergabung kedalam SCO, Iran sebagai salah satunya. Iran ingin bergabung dengan SCO dimulai pada tahun 2005 sampai sekarang. Keinginan Iran untuk menjadi anggota SCO dibuktikan dari mendaftarnya Iran sebagai anggota tetap SCO pada tahun 2008 dan Iran juga berperan aktif dalam program-program SCO, namun pengajuan Iran sebagai anggotat tetap ditolah oleh SCO. Lalu, pada tahun 2015, aksesi Iran kembali dibahas oleh SCO pada KTT SCO di Ufa, Rusia, dan negara-negara anggota SCO, termasuk dua negara-negara dominan di SCO –Rusia dan Tiongkok- mendukung aksesi Iran untuk segera dilakukan.


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

HALAMAN PENGANTAR ... iv

MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Kerangka Teoritik ... 5

1. Teori Realisme ... 5

2. Teori Heartland ... 10

D. Hipotesa... 14


(11)

F. Metode Penelitian... 14

G. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II DESKRIPSI SHANGHAI COOPERATION ORGANIZATION ... 18

A. Sejarah dan Perkembangan Shanghai Cooperation Organization... 18

1. Tahap Pembentukan Kepercayaan dan Pembangunan Keamanan (1996 – 2001); ... 19

2. Keamaan Regional Melawan „Three Evils’ (2001 – 2004); ... 21

3. Organisasi Internasional yang Komprehensif (2004 – sekarang) ... 22

B. Tujuan Shanghai Cooperation Organization ... 23

C. Struktur Organisasi SCO ... 25

1. Council of Heads of State ... 25

2. Council of Heads of Government (Prime Minister) ... 25

3. Council of Foreign Ministers ... 26

4. Council of National Coordinators ... 26

5. SCO Secretary – Secretrariat General ... 26

6. SCO Regional Anti-Terrorist Structure (RATS) ... 27

7. Nongovernmental Institutions ... 27

D. Kerjasama SCO ... 28


(12)

2. Kerjasama Ekonomi ... 31

BAB III KEANGGOTAAN IRAN DALAM SHANGHAI COOPERATION ORGANIZATION ... 35 A. Keinginan Iran untuk Bergabung Dengan Shanghai Cooperation Organization ... 35 B. Hambatan Yang Dihadapi Iran Untuk Menjadi Anggota Tetap Shanghai Cooperation Organization ... 40 C. Pembahasan Kembali Aksesi Iran kedalam Shanghai Cooperation Organization pada Tahun 2015 ... 43

BAB IV KEPENTINGAN NEGARA – NEGARA ANGGOTA SCO TERHADAP AKSESI IRAN KEDALAM SCO ... 48 A. Kepentingan Rusia terhadap Aksesi Iran kedalam SCO ... 50 1. Iran Sebagai Partner Rusia dalam Membendung Hegemoni Amerika Serikat di Eurasia ... 52 2. Iran Sebagai Partner Rusia dalam Energy Club ... 54 B. Kepentingan RRT terhadap Aksesi Iran kedalam SCO ... 57 C. Kepentingan Tajikistan, Kazakhstan, Kyrgyzstan dan Uzbekistan terhadap Aksesi Iran kedalam SCO ... 60 1. Tajikistan ... 60


(13)

2. Kyrgyzstan ... 62

3. Kazakhstan ... 63

4. Uzbekistan ... 63

BAB V KESIMPULAN ... 65


(14)

DAFTAR GAMBAR Gambar

1. Struktur Organisasi Shanghai Cooperation Organization. ... 8

2. Peta Heartland Menurut Mackinder. ... 12

3. Peta Iran. ... 53

4. Peta Sumberdaya Minyak dan Gas Iran. ... 56


(15)

HAI,AN,IAh{ PEN GE

SAHAI{

Skripsi dengan iudul.

ALASAN S H.4.t G HA

I

C O O P E R A T I O N O RG.4 N I ZA TI O N (SCO)

*IEI{GINGINKA]!,i AKSESI

lltAl\

(201 5)

(The Reawns al'Shanghai Cooperutktn Orgunization (SC0) lVishes.for lrun Accession 201S)

Disusun Oleh :

Novella Saputri RJani Wenur

2$120s10264

Telah dipertahankan dalam Uiian Pendadaran, dinyatakan LULUS dan DISAHKAN di depan Tirn Penguji Skripsi

Program Studi Hubungan lnternasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Palitik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Harii Tanggal : Selasa- 20 Desember 2016

Pukul

: 16:00 WiB

Ruang

: HI A

TIM PENGUJI

Ketqa Penguji,

W

ti

S.IP M.Si.


(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Organisasi Kerjasama Shanghai atau Shanghai Cooperartion Organization (SCO) pada saat ini menjadi aktor penting yang dalam dunia politik internasional. Organisasi yang beranggotakan negara – negara yang berada di wilayah Eurasia ini mulai menjadi pusat perhatian para pemimpin – pemimpin negara dikarenakan dua kekuatan besar seperti Republik Rakyat Tiongkok dan Federasi Rusia menjadi dua dari negara – negara pendiri SCO.

Pada awalnya organisasi ini berawal dari inisiasi pembentukan forum

Shanghai Five, oleh lima negara yaitu, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Federasi Rusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, dan Tajikistan. Forum pertama yang dilaksanakan oleh Shanghai Five berlangsung pada 26 April 1996 di Shanghai untuk membahas langkah-langkah untuk membangun keamanan di daerah perbatasan antara mereka. Shanghai Five terbentuk berdasarkan alasan historis karena adanya ketegangan perbatasan antara Tiongkok dan Uni Soviet, dan ketegangan perbatasan semakin meningkat dengan munculnya negara – negara baru pecahan Uni Soviet. Shanghai Five diinisiasi karena adanya kekhawatiran akan timbulnya masalah perbatasan tetap dan ketidakpastian perbatasan akan menimbulkan konflik yang lebih besar antara Tiongkok dan beberapa negara-negara baru bekas Uni Soviet yang baru merdeka khususnya yang berbatasan langsung dengan dengan Tiongkok. (Qingguo Jia) Oleh karena itu, tujuan awal didirikannya forum Shanghai Five adalah itikad dari


(17)

Tiongkok dan negara-negara pendiri Shanghai Five untuk meminimalisir konflik perbatasan yang terjadi antar negara, dan juga dengan harapan untuk menempatkan hubungan mereka pada kursus damai. (Qingguo Jia)

Dalam pertemuan yang diadakan oleh Shanghai Five tiap tahunnya, kelima negara membahas tentang peningkatan perdamaian pada perbatasan negara – negara anggota yang pada awalnya berbicara tentang militer masing – masing negara di perbatasan. Perundingan Shanghai Five nampaknya tidak hanya berfokus pada masalah perbatasan negara, namun mulai merambat kepada kerjasama ekonomi, stabilitas regional, hingga pada isu – isu ekonomi dan keamanan internasional. Isu – isu yang diangkat oleh Shanghai Five

antara lain, memerangi terorisme internasional, perdagangan narkoba dan kegiatan kriminal transnasional lainnya. (Qingguo Jia) Mereka menyatakan kesediaannya untuk terus mendorong kerja sama secara bilateral dan sementara itu mencari cara untuk mempromosikan kerjasama multilateral. (Qingguo Jia)Keberhasilan dari Shanghai Five pada akhirnya membuat forum ini berubah menjadi forum kerjasama intenasional dan bertransformasi menjadi Shanghai Cooperation Organization.

Pada tahun 2001, Shanghai Five melakukan transformasi menjadi

Shanghai Cooperation Organization (SCO). SCO merupakan salah satu organisasi bentuk kerjasama multilateral yang dibentuk oleh negara – negara pendiri Shanghai Five yaitu, Republik Rakyat Tiongkok, Federasi Rusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan dan ditambah dengan bergabungnya Uzbekistan pada tahun 2001. Sama seperti Shanghai Five, SCO dibentuk di


(18)

kota Shanghai sesuai dengan namanya. Sejak berdiri SCO mulai menjadi perhatian dunia dikarenakan organisasi ini dibentuk oleh dua kekuatan sosialis-komunis dunia yaitu Republik Rakyat Tiongkok dan Federasi Rusia. Selain dari negara – negara pendiri SCO, organisasi ini juga menggandeng beberapa negara potensial sebagai observer countries yaitu Mongolia, Belarus, Afghanistan dan Iran. Beberapa negara lainnya juga sebagai dialog partner yaitu, Armenia, Azerbaijan, Kamboja, nepal, Sri Lanka dan Turki.

Menurut beberapa akademisi, terbentuknya SCO menjadi tantangan tersendiri bagi Amerika Serikat. Meluasnya perbincangan dari Shanghai Five

menuju SCO, organisasi ini juga dapat dikatakan sebagai organisasi keamanan, forum regional, koalisi anti-teroris dan aliansi Rusia-RRT untuk memebendung hegemoni Amerika Serikat. (Aris, 2013, hal. 1) Dibuktikan dengan ditolaknya keanggotaan Amerika Serikat oleh SCO pada tahun 2005. (Hiro, 2006) Hal ini memperkuat asumsi bahwa SCO merupakan organisasi untuk membendung hegemoni amerika di wilayah Eurasia.

Tidak berbeda jauh dengan forum Shanghai Five, SCO memfasilitasi kerjasama multilateral di bidang keamanan, ekonomi, dan budaya. Namun kerjasama dalam bidang keamanan menjadi hal yang paling utama dalam organisasi ini. Tidak hanya pada lingkup negara – negara pecahan Rusia, SCO juga mulai memperluas pengaruhnya dengan menggandeng beberapa negara yang potensial di asia tengah maupun asia selatan, beberapa negara yang bergabung dalam Shanghai Cooperation Organization adalah Pakistan dan India yang baru saja memulai proses aksesinya kedalam SCO pada tanggal 10


(19)

juli 2015, dan menandatangani bukti keanggotaan pada tanggal 24 Juni 2014. (President leads Pakistan delegation to the Thirteenth OIC Islamic Summit in Istanbul, 2016)Sedangkan Iran dan Mongolia masih menjadi negara pengamat (observer countries).

Iran memperoleh status keanggotaan sebagai observer country di SCO dimulai pada tahun 2005. Iran menyampaikan tentang pentingnya peran SCO dan juga menilai SCO sebagai organisasi regional yang sangat penting dan Iran menggunakan posisinya sebagai anggota pengamat untuk menjelaskan sikap Tehran mengenai isu-isu penting regional dan internasional. (IRIB Indonesa, 2013) Iran menganggap bahwa adanya SCO sangatlah penting bagi stabilitas politik regional Asia Tengah. Hubungan SCO dan Iran terbina sangat baik dengan banyaknya keterlibatan Iran dalam program – program, hingga pada tahun 2008 Iran mendaftarkan diri bersama dengan India dan Pakistan sebagai anggota tetap. Tidak seperti India dan Pakistan, SCO menolak permintaan Iran sebagai anggota tetap sebagai anggota tetap dalam SCO. (Azizi, 2016) Keputusan Shanghai Cooperation Organization pada saai itu menggagalkan Iran masuk sebagai anggota tetap SCO, namun pada pertemuan kepala negara SCO yang diaksanakan pada 9 – 10 juli 2015 di Ufa, Rusia, negara – negara anggota SCO jugamembuka kembali peluang masuknya Iran sebagai anggota tetap SCO, dan mengatakan bahwa aksesi Iran akan segera diproses. (Official Website of Russia's Presidency in The Shanghai Cooperation Organisation 2014 - 2015, 2015)


(20)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka didapat sebuah pokok permasalahan: Mengapa Shanghai Cooperation Organization (SCO) menginginkan aksesi Iran kedalam SCO segera diproses?

C. Kerangka Teoritik

Teori adalah sarana pokok yang digunakan sebagai alat untuk menjadi kerangka pemikiran yang menyatakan hubungan antara fenomena sosial ataupun alami yang akan diteliti dengan landasan pemikiran sebagai pijakan. Untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian ini penulis akan menggunakan teori realisme dan teori heartland.

1. Teori Realisme

Teori Realisme merupakan teori mainstream yang sering digunakan dalam hubungan internasional, terlebih pada masa perang dunia pertama. Pengikut dari teori realisme sering juga disebut dengan realis. Tidak hanya berpendapat tentang sistem internasional, realisme juga sering terlihat dalam institusi internasional atau organisasi internasional.

Dalam melihat sistem internasional, realis memiliki lima asumsi realis yang ditulis oleh John J. Mearsheimer (1995) didalam jurnalnya berjudul

False Promise Of International Institutions, yaitu, Pertama adalah sistem internasional yang anarki, yang mana didalam sistem anarki yang dimaksud oleh realis adalah tidak adanya kekuasaan tunggal atau world governance.


(21)

Dalam hal ini kedaulatan tertinggi dipegang oleh negara, dan aktor utama dalan hubungan internasional adala negara. Oleh karena itu, kedaulatan merupakan hal sangat penting bagi suatu negara. Kedua adalah negara memiliki kapasitas untuk membangun dan menggunakan kekuatan militernya. Hal ini dapat membuka peluang bagi suatu negara untuk menyerang negara lain. Ketiga adalah negara tidak akan pernah dapat mengetahui intensi negara lain dalam berinteraksi, hal ini mengakibatkan kecurigaan masing – masing negara. Keempat adalah tujuan paling dasar dari sebuah negara, yakni

survival. Kelima adalah negara merupakan aktor yang rasional, meski terdapat kemungkinan bagi negara untuk berbuat kesalahan yang dikarenakan keterbatasan informasi. (Mearsheimer, 1995, pp. 10 - 11)

Institusi dipandang sebagai seperangkat peraturan yang menentukan bagaimana negara akan bekerjasama dan bersaing satu sama lain. Peraturan ini dinegosiasikan oleh negara, dan memerlukan kesepakatan bersama terhadap peraturan yang dibuat. Didalam institusi, negarapun ketika membuat suatu institusi harus mematuhi peraturan yang telah dibuatnya sendiri berdasarkan kesepakatan. (Mearsheimer, 1995, pp. 8 - 9)

Dalam pandangan realis tentang adanya institusi atau organisasi internasional tidak terlepas dari lima asumsi dasar realis terhadap sistem internasional. Dapat disimpulkan bahwa, walaupun organisasi internasional dibentuk oleh negara dalam kesepakatan, kekuasaan tertinggi tetaplah berada pada negara itu sendiri, bukan pada sekretaris jendral suatu organisasi. Realis memandang pesimis tentang peran organisasi internasional dalam


(22)

sisteminternasional. Peran organisasi internasional dalam pandangan realis justru malah sangat sedikit, dan tidak mengurangi otoritas negara sebagai kekuasaan tertinggi dalam sistem internasional. Sebaliknya, negara mempertimbangkan bahwa organisasi internasional dapat menguntungkan bagi masing – masing negara, atau bagaimana keuntungan yang didapat terdisdribusi. Karena dalam dunia realisme, konsep yang dipakai adalah konsep balance of power yang dimana negara akan memikirkan tentang keuntungan keuntungan yang didapat didalam institusi tersebut. Mereka memastikan bahwa keuntungan yang didapat lebih banyak atau tidak lebih buruk dibanding organisasi lain. (Mearsheimer, 1995, hal. 13)

Shanghai Cooperation Organization (SCO) merupakan salah satu organisasi yang dilihat menggunakan prinsip realisme. SCO merupakan organisasi internasional bentukan negara – negara yang tujuan awalnya untuk meminimalisir konflik perbatasan masing – masing negara. Dalam hal ini negara, menggunakan asumsi realis yang keempat, yaitu survival. Negara – negara anggota SCO cenderung untuk menyelamatkan wilayah mereka, khususnya diperbatasan sehingga organisasi ini dibentuk. Selain itu, asusmsi utama dalam realisme adalah kedaulatan tertinggi dipegang oleh negara. SCO membuktikan bahwa asumsi realisme benar adanya, karena SCO dibuat oleh negara dan kekuasaan tertinggi dari SCO heads of state. Hal ini menunjukkan bahwa masing – masing negara anggota memiliki otoritas tertinggi didalam keputusan yang putuskan oleh SCO (lihat gambar 1.1). Beberapa akademisi berpendapat bahwa, SCO dibentuk oleh dua kekuatan besar yaitu


(23)

TIONGKOK dan Rusia, yang dimana dapat disimpulkan bahwa kedua negara ini memiliki peran dominan di SCO.

Gambar 1.1.

Struktur Organisasi Shanghai Cooperation Organization

Dalam kasus aksesi Iran, ditunjukkan bahwa hal ini dibahas dalam

Heads of State Summit atau Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) SCO pada tahun 2015 di Ufa, Rusia.Pada KTT ini, dengan selesainya proses aksesi India dan Pakistan ke dalam SCO, kepala negara masing – masing negara anggota juga membahas tentang aksesi Iran. Hal ini dikarenakan akan adanya pertemuan P5 + 1 dalam kesepakatan nuklir yang membahas tentang pencabutan sanksi Iran pada juli, 2015. Hal ini membuat SCO ingin segera aksesi Iran kedalam SCO proses. Dilansir oleh Press TV, Sekjen SCO, Dmitry Mezentsev (Press TV, 2015) menyatakan “Iran's full membership in the


(24)

organization has not been possible so far because of the sanctions”, lalu

menambahkan “However, this obstacle has been removed now,”. Hal ini menyatakan bahwa keanggotaan Iran sebagai anggota tetap SCO terhalang oleh sanksi yang diberikan oleh PBB, namun halangan ini telah dihapuskan. Dilansir pula oleh Press TV, bahwa aksesi Iran akan segera diproses begitu sanksi yang dijalaninya telah dicabut. (PressTV News Video, 2016) Aksesi Iran sebelumnya juga telah diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi pada pertemuan Menteri Luar Negeri di Uzbekistan,

"We fully endorse Iran's interest in this issue [of joining the SCO]. At the moment, we should focus on the issue of the accession of India and Pakistan. At the moment, we need to accumulate a significant experience and create such a base. I think, in this respect, the accession of Iran may be put on the agenda of the SCO in the future," (SCO to consider Iran's accession after India, Pakistan, 2016)

Hal ini menunjukkan bahwa, Tiongkok telah mendukung aksesi Iran kedalam SCO. Negara lainnya yaitu Rusia, juga ikut mendukung aksesi Iran kedalam SCO, hal ini dikemukakan oleh Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Igor Murgulov mengatakan, “Kehadiran Iran dapat secara efektif memperkokoh SCO.” (IRIB Indonesia, 2016) Negara anggota lainnya juga menyutujui aksesi Iran kedalam SCO. Dalam hal ini, menurut teori realisme dibahas bahwa negara memiliki peran yang sangat penting dalam keputusan aksesi Iran ke dalam SCO, oleh karena itu, aksesi Iran juga akan berdampak pada negara – negara anggota SCO. Telah disebutkan bahwa Tiongkok dan Rusia merupakan aktor dominan didalam SCO, oleh karena itu aksesi Iran


(25)

kedalam SCO juga tidak terlepas dari adanya kepentingan – kepentingan yang ada dari negara – negara anggota SCO, khusunya Tiongkok dan Rusia.

2. Teori Heartland

Teori Heartland tidak dapat dipisahkan dari teori geopolitik yang memiliki dua konsiderasi yang tak bisa dipisahkan, yaitu aspek spasial dan dimensi politik. Dengan kata lain, premis dasar geopolitik adalah bahwasanya geografi merupakan discourse dari aspek sosial dan sejarah yang akan selalu berhubungan dengan masalah-masalah politik dan ideologi. (Adi, 2012)Letak geografis suatu negara merupakan suatu kekuatan (power) dan pengetahuan itu sendiri, sebuah fenomena yang tak bisa ditentang yang terpisah dari aspek ideologi dan politik. (Adi, 2012) Dalam tradisi geopolitik, istilah tersebut dipahami berdasarkan aspek historis, sehingga tiap akademisi memiliki sudut pandang yang berbeda dalam mendefinisikan term geopolitik. Pandangan lebih luas mengenai geopolitik datang dari Geoffrey yang menyatakan geopolitik merupakan suatu studi hubungan internasional dari perspektif geografis. Pandangan inipun dipertegas Agnew yang mendefinisikan geopolitik sebagai suatu obyek studi yang mensinergiskan bagaimana asumsi, desain, dan pemahaman geografis menjadi determinan politik dunia. (Cohen S. B., 2003, hal. 11-12)

Dalam geopolitik, terdapat teori yang sangat popular dalam hubungan internasional, yaitu teori heartland yang dipaparkan oleh Sir Halford Mackider (1861-1946), seorang pakar geopolitik Inggris abad ke-19. Teori heartland mengacu pada kondisi geografis suatu wilayah yang dapat diacukan sebagai


(26)

jantung dunia, akibat potensi geografis yang dimilikinya. Kutipan menurut Sir Halford J. Mackinder adalah,

Who rules East Europe, commands the Heartland; Who rules the Heartland, command the World Islands; Who rules the World Islands, commands the World.

(Mackinder S. H., 1942, hal. 106)

“Siapapun yang dapar menguasai Eropa Timur akan menguasai

heartland (dalam artian Eurasia), siapapun yang menguasai heartland akan menguasaiworld islands, siapapun yang menguasai world island maka ia dapat menguasai dunia.” (Pranoto, 2015) Menurut Mackinder, Heartland yang dimaksud merupakan daerah regional yang memiliki kondisi geografis maupun geopolitik yang sangat startegis sehingga timbul anggapan bahwa kawasan Eurasia merupakan jantung (heart) dunia. (Pranoto, 2015)Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki oleh negara – negara yang berada di kawasan Eurasia tidak dapat dielakkan, dimulai dari kekayaan minyak, tambang, dsb. Berikut merupakan gambaran dunia menurut Mackinder, (lihat gambar 1.2.)


(27)

Gambar 1.2.

Peta Heartland Menurut Mackinder

Dari peta diatas, dapat dilihat bahwa Mackinder mengklasifikasikan duniadalam “Empat Kawasan”, antara lain:

a) Heartland atau World Islandatau Pivot Area, atau bisa juga disebut dengan “Jantung Dunia.” Menurut Mackinder kawasan

heartland meliputi wilayah – wilayah Eurasia, yaitu Eropa Timur, Timur Tengah dan Asia Tengah. Dalam sudut pandang dari Mackinder, kawasan Eurasia memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah inilah kawasan paling berlimpah


(28)

sumberdaya alam (SDA), kekayaaan minyak dan gas bumi sehingga ia menyebut sebagai „jantung‟-nya dunia;

b) Inner Marginal Crescent, terdiri atas Eropa Barat, Asia Selatan, sebagian Asia Tenggara dan sebagian daratan Cina; c) Desert (Padang Pasir) dalam hal ini ialah Afrika Utara; dan d) Island atau Outer meliputi Benua Amerika, Afrika Selatan,

Asia Tenggara dan Australia. (Pranoto, 2015)

Iran merupakan negara yang memiliki kondisi geografis dan geopolitik yang strategis, dibuktikan bahwa letak geografis Iran yang berbatasan langsung dengan laut kaspian, Saudi Arabia dan Tajikistan. Iran juga memiliki kedekatan regional dengan negara – negara anggota dari SCO.

Secara geografis, wilayah Iran sangat berdekatan dengan anggota SCO yaitu Uzbekistan dan Kazakhstan, berbatasan langsung dengan Pakistan.Disebelah timur, Iran berbatasan langsung dengan Afghanistan yang dimana Afghanistan merupakan daerah yang sangat diperhatikan oleh SCO dalam isu menangani teroris. Selain Afghanistan Iran juga berbatasan dengan Arab Saudi yang menjadi pintu masuk Amerika Serikat di Timur Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa iran memiliki potensi geostrategis untuk membendung hegemoni Amerika Serikat di Asia Tengah dan Timur Tengah.

Dari segi sumber daya, Iran juga berbatasan dengan Teluk Persia dan Laut Kaspian yang sangat terkenal dengan kekayaan alamnya, selain itu Iran sendiri memiliki cadangan minyak terbesar keempat didunia (National Bank of Abu Dhabi). Hal ini membuktikan bahwa dari segi geopolitik Iran akan


(29)

sangat menguntungkan bagi SCO. Dalam letak geografis Iran terletak pada Timur Tengah yang telah dijelaskan oleh teori heartland, dan hal ini juga diperkuat dengan asumsi bahwa wilayah Asia Tengah dan Timur Tengah sangatlah penting dari segi geopolitik. (Arvanitopoulos)

D. Hipotesa

Shanghai Cooperation Organization (SCO) menginginkan aksesi Iran ke dalam SCO segera diproses karena adanya kepentingan negara – negara anggota (khususnya Tiongkok dan Rusia) terhadap potensi geopolitik dan ekonomi Iran apabila Iran masuk dalam keanggotaan SCO.

E. Batasan Penelitian

Untuk menghindari pelebaran pembahasan dalam penelitian mengenai alasan SCO menginginkan aksesi Iran pada tahun 2015 maka dibutuhkan batasan penelitian. Adapun batasan penelitian ini hanya difokuskan pada tahun 2005 dimana Iran menerima status sebagai negara pengamat di SCO sampai pada tahun 2015 dimana status Iran diperbincangkan kembali untuk menjadi anggota tetap.

F. Metode Penelitian

Dalam melakukan penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data melalui penelusuran guna memperoleh jawaban atas


(30)

pertanyaan yang diajukan dalam pokok permasalahan, penulis mengunakan metode sebagai berikut:

1. Unit Analisa dan Tingkat Analisa

Melihat dari objek penelitian yang di analisa oleh penulis, maka Tingkat Analisa dari penelitian ini berada pada tingkat multi-negara atau kelompok negara atau berada di tingkat tengah seperti negara atau Organisasi Internasional.Unit analisa yang dalam penelitian ini adalah Shanghai Cooperation Organization (SCO) dan unit eksplanasi adalah negara yaitu Iran. Sehingga berdasarkan unit analisa dan unit eksplanasi penulis mengambil pendekatan reduksionis.

2. Metode Pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara pengumpulan data sekunder. Dimana pengumpulan data dengan menggunakan bahan-bahan pustaka seperti dokumen-dokumen, buku, jurnal ilmiah, arsip atau berita di surat kabar. Ditambah mengunakan data yang diunduh dari situs-situs online dari internet seperti media surat kabarmedia ensiklopedi elektronik interaktif yang relevan dengan masalah yang penulis teliti. lainnya yang relevan dengan obyek penelitian yang penulis teliti.


(31)

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terbagi kedalam lima bab dan masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab sesuai dengan bahasan dan materi yang diteliti.

Bab I merupakan Pendahuluan yang membahas tentang alasan pemilihan judul, Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Landasan Teoritik, Hipotesa, Batasan Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

Bab II mendeskripsikan profil lengkap tentang Shanghai Cooperation Organization (SCO). Penulis akan mendeskripsikan tentang sejarah terbentuknya SCO, tujuan, struktur organisasi dan kerjasama dijalankan oleh SCO.

Bab III menjelaskan tentang proses masuknya Iran sebagai negara pengamat (observer country) di dalam SCO sampai kepada penerimaan status Iran menjadi calon anggota tetap SCO. Bab IV menjelaskan tentang faktor – faktor yang mempengaruhi

SCO ingin aksesi Iran segera diproses. Penjelasan tentang faktor – faktor tersebut berisi kepentingan negara anggota terhadap SCO, apabila aksesi Iran dilancarkan dalam sub bab yang lebih detil.

Bab V menjelaskan tentang kesimpulan alasan SCO menginginkan aksesi iran dan faktor – faktor yang


(32)

mempengaruhinya. Bab ini membahas mengenai inti dari bab dan sub bab yang telah dijelaskan sebelumnya sebagai penutup. Bab yang dijelaskan sebelumnya berisi inti dari bab dan sub bab dijelaskan secara singkat dan jelas.


(33)

BAB II

DESKRIPSI SHANGHAI COOPERATION ORGANIZATION Pada tahun 1990an, dunia digemparkan dengan runtuhnya Uni Soviet menjadi 15 negara independen dan meninggalkan Amerika Serikat menjadi kekuatan tunggal dunia. Setelah runtuhnya Uni Soviet, keadaan negara – negara bekas Uni Soviet dihadapkan dengan permasalahan yang cukup rumit, mulai dari krisis ekonomi, konflik perbatasan, sampai pada pembenahan sistem pemerintahan negara – negara baru merdeka. (Hidayatulah, 2009)

Shanghai Five hadir sebagai salah satu solusi untuk mengurangi ketegangan dan permasalahan yang dihadapi oleh beberapa negara – negara bekas Uni Soviet, diinisiasi oleh lima negara pada tahun 1996, forum

Shanghai Five dinilai berhasil untuk mengurangi ketegangan antar perbatasan negara – negara anggota dan pada akhirnya memutuskan untuk mendeklarasikan sebagai organisasi internasional bernama Shanghai Cooperation Organization (SCO).

A. Sejarah dan Perkembangan Shanghai Cooperation Organization Awal mula terbentuknya Shanghai Cooperation Organization (SCO) berawal dari forum bernama Shanghai Five yang beranggotakan Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Federasi Rusia dan beberapa negara bekas pecahan Uni Soviet. Shanghai Five diinisiasi oleh Tiongkok, Rusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, dan Tajikistan guna untuk meminimalisir konflik perbatasan yang terjadi antar negara khususnya konflik diperbatasan Tiongkok. Forum yang dibentuk atas alasan keamanan ini, mulai berkembang dari hanyak forum


(34)

keamanan sementara menjadi organisasi regional yang tidak hanya membahas masalah security (keamanan) pada tahun 2001. (Haas & Putten, 2007, p. 7) Dalam perkembangannya, Shanghai Cooperation Organization (SCO) dibagi menjadi tiga fase menurut Marcel de Haas yaitu (1) fase confidence and security building measure pada saat masih dalam bentuk forum Shanghai Five

pada tahun 1996 – 2001; (2) fase regional security against three evils (2001 – 2004); (3) Comprehensive international organization (2004 – sekarang). (Haas & Putten, 2007)

1. Tahap Pembentukan Kepercayaan dan Pembangunan Keamanan (1996 – 2001);

Pada tahap ini merupakan tahap dimana awal Shanghai Cooperation Organization belum terbentuk dan masih dalam berbentuk forum internasional yang bernama Shanghai Five. Dimulai pada bulan November 1992, Tiongkok, Rusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, dan Tajikistan memulai

security negotiation atu negosiasi keamanan terhadap masing – masing negara khususnya perbatasan negara tersebut. Tujuan utama dari negosiasi ini ada untuk mengurangi ketegangan yang mungkin akan terjadi di negara – negara perbatasan pecahan Uni Soviet dan Tiongkok. Pada tahun 1996, negosiasi keamanan ini berlanjut dan menjadi forum Shanghai Five. Sama seperti namanya, forum ini didirikan di Shanghai pada tahun 1996, dan pada pertemuan pertama kelima negara ini membahas tentang dan pada tahun 1997 pertemuan kedua shanghai five dilaksanakan di Moskow. Pada pertemuan pertama kelima negara ini membahas tentang membangun kerjasama


(35)

keamanan khususnya didaerah perbatasan. Secara spesifik bahwa negara – negara anggota bersedia untuk menanggapi secara serius dan mengambil langkah – langgah konkret untuk meningkatkan keamanan diperbatasan antar negara bahwa mereka akan mengambil langkah-langkah konkret yang serius untuk meningkatkan keamanan di daerah perbatasan antara mereka. (Qingguo Jia)

Pertemuan kedua SCO, tahun 1997 di Moscow kelima negara anggota membahas kelanjutan dari pertemuan pertama. Kedua pertemuan pada tahun 1996 dan pada tahun 1997, kelima negara anggota SCO sepakat untuk

menandatangi „Agreement on deepening military trust in border

regions‟dan„Agreement on reduction of military forces in border regions

(Haas & Putten, 2007) Lebih spesifiknya didalam perjanjian, negara – negara anggota menyetujui bahwa militer masing – masing negara tidak terlibat dalam kegiatan ofensif atau menyerang satu sama lain, mereka akan mengurangi aktifitas militer didaerah perbatasan dan saling memberikan informasi apabila ada kegiatan militer dalam radius beberapa ratus meter dari daerah perbatasan, melakukan latihan militer bersama, dan lain sebagainya memperdalam kepercayaan militer di daerah perbatasan.

Pada pertemuan ketiga, tahun 1998 di Almaty, Kazakhstan, membahas tentang promosi perdamaian dan stabilitas kawasan, dan kerjasama ekonomi antar negara anggota. (Qingguo Jia) pada pertemuan ini negara – negara lebih membahas kepada strategi kelima negara dalam kursus damai, bahwa setiap perbedaan prinsip antar anggota diselesaikan pada jalur damai. Kelima negara


(36)

anggota Shanghai Five menyetujui untuk saling menghormati kedaulatan dan integritas wilayah masing – masing negara anggota, dan kerjasama mutualisme atau kerja. Pada pertemuan keempat, Shanghai Five membahas tentang kinerja dan hasil kerjasama antar negara, dan kelima negara mengungkapkan kepuasan dalam kerjasama yang telah terjalin atas lima negara. Pada pertemuan keempat ini, forum Shanghai Five mulai meluaskan isu pada isu perdamaian dunia, dan kontribusi negara – negara dalam perdamaian dunia. Pada pertemuan kelima, pada tahun 2000 di Tajikistan, kelima negara anggota berharap agar Asia Tengah juga dapat berperan penting dalam menciptakan perdamaian dunia. Kerjasama multilateral ini dianggap berhasil untuk memperoleh kepentingan bersama, dan forum bejalan sesuai dengan norma – norma bersama. Keberhasilan dari kerjasama multilateral yang sudah beberapa tahun telah berjalan cukup meyakinkan negara – negara anggota Shanghai Five untuk meningkatkan mekanisme kerjasama dari forum menjadi organisasi internasional.

2. Keamaan Regional Melawan ‘Three Evils’ (2001 – 2004);

Pada fase kedua, kelima negara memutuskan untuk meningkatkan “Shanghai Five mechanism” kepada level yang lebih tinggi. Dengan tujuan untuk membuat pondasi yang lebih kuat dari kerjasama multilateral antar negara – negara anggota Shanghai Five, pada tanggal 15 Juni 2001 di Shanghai, kelima negara ditambah dengan Uzbekistan menandatangi “Declaration on Establishment of the Shanghai Cooperation Organization


(37)

Tiongkok ini terbentuk dalam kerangka organisasi kerjasama, bukanlah lagi forum kerjasama yang sifatnya ad-hoc. Dalam pertemuan ini, selain membahas tentang pembentukan SCO, tetapi juga membahas tentang isu perdamaian. Oleh karena itu, dalam pertemuan ini negara – negara anggota juga menandatangani Konvensi Shanghai untuk memerangi terorisme, separatism dan ekstrimisme (The Shanghai convention on fight against terrorism, separatism and extremism) (Haas & Putten, 2007)

Keberhasilan Shanghai Five dalam kerjasama multilateral dibidang keamanan dan ekonomi membuat SCO melangkah lebih maju dengan menanggapi isu – isu keamanan internasional, yaitu terorisme, separatism dan ekstrimisme atau sering disebut dengan „three evils‟. Sehingga pada tahun

2004, dua badan permanen SCO terbentuk yaitu secretariat SCO di Beijing dan Struktur Anti-Teroris Regional atau Regional Anti-Terrorist Structure

(RATS) di Tashkent, Uzbekistan.

3. Organisasi Internasional yang Komprehensif (2004 – sekarang) Pada fase ini, dimulai pada tahun 2004 sampai pada SCO yang sekarang, pada tahun 2001 sampai pada tahun 2004 SCO lebih menekankan pada isu – isu keamanan regional dan internasional. Pada tahun 2004, SCO menerima satus sebagai pengamat didalam PBB, lalu pada tahun berikutnya sekretaris jenderal SCO diizinkan unruk membuat pidato di dalam majelis umum PBB. Hal ini membuktikan bahwa, SCO mulai mendapatkan pengakuan internasional sebagai organisasi kerjasama.


(38)

Pada tahap kerjasama dengan pihak – pihak luar, SCO juga menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan ASEAN dan

Commonwealth of Independent States (CIS) pada pertengahan tahun 2005. Selain itu, pada fase ini SCO mulai membuka diri dengan masuknya negara – negara lain seperti Mongolia, Afghanistan, Iran, Belarus, India dan Pakistan sebagai negara pengamat. Pada tahun 2015, India dan Pakistan menjadi anggota tetap SCO dan diresmikan pada KTT SCO di Ufa, Rusia pada bulan juli 2015. Selain negara pengamat, SCO juga memiliki dialogue partner, yaitu Sri Lanka dan Turki.

B. Tujuan Shanghai Cooperation Organization

Tujuan utama dari Shanghai Cooperation Organization adalah memperkuat hubungan baik antara negara – negara anggota; mempromosikan kerjasama dalam politik, perdagangan dan ekonomi, ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan wilayah pendidikan seperti pada pengembangan energi, transportasi, pariwisata, dan lingkungan; menjaga perdamaian, keamanan dan stabilitas regional, dan; menciptakan tatanan politik dan ekonomi internasional yang adil dan demokratis. (Asian Development Bank, 2015)

Atas tujuan dari SCO diatas, negara – negara anggota SCO telah bersepakat untuk menjalin hubungan baik antar anggota dan tidak saling menyerang satu sama lain. Kesepakatan ini telah dibentuk dari pada awal terbentuknya SCO pada tahun 2001. Secara implisit SCO memainkan peran sebagai mekanisme untuk memperbaiki dan mengatur hubungan antar negara


(39)

anggota, berasal dari akarnya yaitu untuk membangun kepercayaan (confidence-buiding) antar negara anggota. (Aris, 2013, hal. 6)

SCO berhasil menggabungkan dua kekuatan besar dunia yaitu Rusia dan Tiongkok, walaupun menurut beberapa akademisi hubungan Rusia-Tiongkok masih banyak dalam tahap kompetisi. Menurut beberapa analisis bahwa, Rusia masih menahan kepentingannya didalam SCO yang dimana program – program SCO dianggap didominasi oleh agenda dari Tiongkok. Sebagai dua kekuatan besar dalam satu organisasi, keduanya Rusia dan Tiongkok saling menekan kepentingan antar kedua negara (Rusia terhadap Tiongkok dan Tiongkok terhadap Rusia) untuk mendominasi dalam SCO. Seperti contohnya, Rusia berusaha untuk tidak meloloskan saran dari Tiongkok untuk membuat daerah regional SCO menjadi area free-trade. (Aris, 2013, hal. 8) Dalam hal ini, dengan adanya kedua negara didalam SCO dapat dikatakan bahwa konsep balance of power dapat berlaku dalam organisasi. Kedua negara akan tetap terlibat aktif dan tetap menjaga kerjasama regional Eurasia dan membuat keseimbangan kekuatan dalam organisasi.

Bagi negara – negara anggota SCO lainnya, kehadiran kedua negara dapat memperlancar tujuan dari SCO dan akan membawa keuntungan bagi negara – negara anggota lainnya. Kehadiran kedua negara besar – Rusia dan Tiongkok – membuat agenda – agenda yang dibuat oleh SCO tidak akan didominasi oleh satu kekuatan saja. SCO dalam hal ini harus berperan banyak dalam merangkul beberapa perbedaan dari negara – negara anggota – Rusia,


(40)

Tiongkok dan Asia Tengah – dalam satu tujuan yang telah dibentuk dari deklarasi SCO pada tahun 2001.

C. Struktur Organisasi SCO

Struktur keorganisasian Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) terdiri dari beberapa dewan yang merupakan penentu utama kebijakan yang ada didalam SCO.(lihat gambar 1.1.) Dewan – dewan yang ada menjadi penentu kebijakan merupakan perwakilan dari setiap negara anggota tetap SCO. Sehingga peran negara didalam tindakan – tindakan dan keputusan yang dibuat oleh SCO sangat dominan. Beberapa badan yang ada didalam SCO adalah sebagai berikut : (Ministry of Foreign Affairs of The Republic of Uzbekistan)

1. Council of Heads of State

Council of Heads of State terdiri oleh perwakilan dari kepala negara atau Presiden tiap negara - negara anggota SCO. The SCO Council of Heads of State merupakan badan tertinggi yang ada di Shanghai Corporation Organization dan sekaligus merupakan badan penentu kebijakan tertinggi. Council of Heads of States mengadakan pertemuan setiap setahun sekali (annual summit)

2. Council of Heads of Government (Prime Minister)

The SCO Council of Heads of Government merupakan dewan yang terdiri dari Perdana Menteri dari masing – masing negara anggota SCO.


(41)

organisasi, mempertimbangkan dan menentukan keputusan bagi isu – isu besar, seperti ekonomi, dan interaksi antar negara anggota SCO. Badan ini biasanya mengadakan pertemuan setahun sekali

3. Council of Foreign Ministers

Bertugas untuk mempertimbangkan isu – isu yang bersangkutan dengan aktifitas keseharian dalan organisasi, mempersiapkan pertemuan dari

Council of Heads of State dan menggelar konsultasi terhadap masalah internasional. Badan ini biasanya menggelar pertemuan sebulan sebelum Konferensi Tingkat Tinggi SCO. Badan ini juga memiliki pertemuan luar biasa dengan syarat atas prakarsa dari minimal dua negara anggota dan atas persetujuan dari kementrian setiap negara anggota.

4. Council of National Coordinators

Bertindak lansung terhadap kegiatan keseharian organisasi dan melakukan pertemuan paling tidak tiga kali dalam setahun. Tugas badan ini mempersiapkan pertemuan bagi ketiga dewan diatasnya yaitu, Council of Heads of States, Council of Heads of Government dan Council of Foreign Ministers.

5. SCO Secretary – Secretrariat General

Sekretariat SCO terletak di ibu kota Tiongkok, Beijing. Sekretaris SCO merupakan badan administrasi SCO, menyediakan bantuan organisasi dan bantua teknis dalam setiap kegiatan yang SCO dan mempersiapakan proposal untuk budget tahunan organisasi. Sekretaris Jendral PBB dipilih oleh


(42)

Foreign Affairs. Pada saat ini Dmitry Mezentsev merupakan Sekretaris Jendral yang sedang menjabat di SCO.

6. SCO Regional Anti-Terrorist Structure (RATS)

Merupakan badan resmi SCO yang dibentuk pada tahun 2004, dengan pusat berasa di Tashkent. RATS dibentuk oleh SCO sebagai respon terhadan isu keamanan internasional yang disebut dengan ”three evils” didaerah regional SCO.

7. Nongovernmental Institutions

Institusi nonpemerintahan SCO terdiri dari, Interbank Association, Business Cuncil dan SCO Forum. (Aris, 2013, hal. 2 - 4)

a) SCO Interbank Association dibentuk sebagai forum partisipasi dan koordinasi antara bank nasional dari setiap negara anggota SCO. Badan ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menyediakan kredit dan dana bagi proyek investasi bersama. b) SCO Business Council merupakan badan non pemerintah dan

dirancang untuk mendukung pelaksanaan dari proyek – proyek SCO, yaitu dengan memfasilitasi kolaborasi dan interaksi antar kelompok pengusaha dan institusi keuangan masing – masing negara anggota SCO.

c) SCO Forum dibentuk sebaga wadah diskusi bagi para akademisi, para ahli non-pemerintah, dan para pemerhari politik. Forum ini menganalisis dan meneliti tentang isu – isu penting regional dan masalah – masalah regional untuk SCO.


(43)

D. Kerjasama SCO

Pada awalnya dibentuk, SCO merupakan keberlanjutan dari Shanghai Five yang berpusat pada kerjasama dalam bidang keamanan, negara – negara anggota pada saat itu hanya bersepakat untuk menjalin hubungan baik antar anggota dan tidak saling menyerang satu sama lain. Dalam perkembangannya SCO tidak hanya melakukan kerjasama dalam bidang keamanan, tetapi juga melakukan kerjasama ekonomi, sampai pada membahas isu – isu internasional seperti terorisme, perdagangan narkotika, dan lain sebagainya. Kerjasama yang dilakukan oleh SCO tidak hanya berpusat pada negara – negara anggota saja, SCO juga mulai memperluas pengaruhnya ke wilayah Asia Tengah, bahkan sampai pada Asia Selatan. Dengan bergabungnya India, Pakistan dan Iran sebagai negara pengamat SCO pada tahun 2005, SCO mulai memperluas pengaruhnya kepada negara – negara lain sebagai dialouge partner SCO. Berikut merupakan beberapa kerjasama dan program – program yang dijalani oleh SCO

1. Kerjasama Keamanan

Kerjasama keamanan merupakan bentuk kerjasama yang mengawali terbentuknya Shanghai Cooperation Organization. Keinginan masing – masing negara anggota untuk menciptakan keamanan regional membuat negara – negara tersebut membentuk kerjasama keamanan. Bermula pada kerjasama keamanan di perbatasan masing – masing. Namun, pada KTT di Bishkek, Presiden Putin membantah bahwa SCO akan berkembang menjadi organisasi keamanan seperti NATO. SCO tidak dapat dikatakan sebagai


(44)

aliansi militer karena, SCO tidak dibentuk sebagai militer aktif dan kerjasama industri pertahanan, maupun menawarkan kepada anggota sebuah keamanan bersama. (Haas & Putten, 2007, hal. 13 - 21)

Isu keamanan yang berkembang dalam Shanghai Cooperation Organization adalah isu tentang konflik perbatasan yang sering dibahas pada tahun 1990an di forum Shanghai Five. Dalam perkembangan dari Shanghai Five menuju SCO isu – isu keamanan yang sering diangkat tidak lagi hanya seputar perbatasan antar negara, namun menuju kepada isu keamanan transnasional yaitu yang dikenal dengan ‟three evils’ yaitu terorisme, separatisme dan ektrimisme. Menanggapi dari isu tentang „three evils‟, SCO

membentuk badan khusus yang bernama Regional Anti-Terrorist Structure

(RATS). Sejak dibentuknya, RATS merupakan salah satu badan yang paling penting dalam SCO, khususnya untuk menjaga stabilitas keamanan regional. (Aris, 2013, hal. 5)

Selain RATS, SCO juga melaksanakan latihan militer bersama dan secara formal latihan militer pertama yang dilaksanakan oleh SCO adalah pada agustus 2003. SCO mensponsori latihan militer anti-teroris antar perbatasan bersama (cross-border anti-terrorist excercises) yang dilakukan di Almaty, Kazakhstan dan Xinjiang, Tiongkok, dan melibatkan setidaknya 1000 pasukan militer dari negara – negara anggota SCO. (Haas & Putten, 2007, hal. 16)Isu tentang „three evils‟ merupakan isu keamanan yang dapat

mengganggu stabilitas keamanan regional SCO, sehingga tujuan utama adanya latihan militer SCO adalah untuk mengimplementasikan ketetapan


(45)

pada konvensi Shanghai tahun 2001 adalah untuk memberantas „three evils

(terorisme, separatisme, dan ekstrimis agama). (Haas & Putten, 2007, hal. 16) Selain pembentukan RATS, untuk melawan „three evils‟, SCO

menghasilkanpersetujuan yang diberi nama misi perdamaian (peace mission). Misi perdamaian yang pertama ditetapkan oleh SCO pada tahun 2005 dan dan yang kedua pada tahun 2007. Pada misi perdamaian 2005, latihan militer SCO meliputi 10.000 personel tentara, kapal angkatan laut dan pesawat tempur. Dalam praktiknya misi perdamaian SCO merupakan kerjasama militer yang meliputi latihan militer bersama yang dilakukan oleh negara – negara SCO. Tujuan adanya „peace mission‟ atau misi perdamaian selain untuk melawan „three evils‟ tetapi juga untuk meningkatkan kemampuan tempur negara –

negara anggota untuk menghadapi ancaman – ancaman lainnya yang akan datang.

Dalam praktiknya, latihan militer bersama SCO didominasi oleh tentara – tentara Rusia dan Tiongkok, tentara Kazakhstan juga memainkan peran penting, namun Kyrgyzstan dan Tajikistan hanya berperan sangat minim dalam latihan militer bersama ini. Sedangkan Uzbekistan memilih untuk tidak mengambil bagian dalam latihan militer bersama SCO.

Walaupun kerjasama keamanan SCO lebih banyak bekerja pada isu tentang „three evils‟, namun isu kriminalitas transnasional lainnya juga diperhatikan sebagai ancaman stabilitas regional SCO, yaitu perdagangan narkoba, kemrosotan ekonomi dan sosial, mengawasi pemilu, respon kepada bencana alam. (Aris, 2013, hal. 5)


(46)

2. Kerjasama Ekonomi

Selain kerjasama keamanan, kerjasama ekonomi merupakan salah satu bidang yang paling krusial dalam kerjasama yang dilaksanakan oleh SCO. SCO merupakan organisasi regional yang terletak didaerah Eurasia, dan wilayah ini memiliki cadangan minyak yang sangat melimpah. Wilayah dari negara – negara anggota SCO meliputi tiga per lima wilayah dari Eurasia, dengan populasi manusia lebih dari 1,5 juta jiwa. Kekayaan alam yang dimiliki oleh negara – negara anggota SCO meliputi 25% dari cadangan minyak dunia, 50% cadangan gas, 35% batu bara dan setengah dari cadangan uranium dunia. (InfoRos News Agency, 2015) Dengan kekayaan yang melimpah dari negara – negara anggota SCO membuka peluang yang sangat besar untuk negara impotir energy minyak dan gan terbesat didunia – Tiongkok – tertarik untuk membuka kerjasama multilateral dalam bidang ekonomi dan perdagangan. Negara – negara anggota SCO seperti Rusia, Kazakhstan, Uzbekistan, dan Iran merupakan ekporter energi (minyak dan gas bumi) terbersar didunia, dan TIONGKOK dan India merupakan impotir minyak terbesar didunia.

Tidak berbeda dengan kerjasama keamanan SCO, dalam kerjasama ekonomi SCO kedua negara besar yaitu Rusia dan Tiongkok merupakan aktor yang berperan paling dominan dalam praktiknya. Rusia menekankan kepada kerjasama energi, sedangkan Tiongkok menginginkan adanya free-trade. Presiden Rusia, Vladimir Putin, berseru kepada negara – negara anggota SCO pada KTT SCO, tentang perlunya memperhatikan kerjasama pertama-tama di


(47)

bidang energi, pembangunan jalan dan infrastruktur, pertanian, penerapan teknologi tinggi (khususnya informasi dan komunikasi). (SCO menuju ke kerjasama menyeluruh, 2012)

Kerjasama dalam bidang energi SCO mulai dibicarakan pada pertemuan SCO pada tahun 2006 dan 20017, dan sampai kepada deklarasi

pembentukan „energy club‟ yang membuktikan bahwa anggota dan pengamat

SCO bersedian untuk menjalin kerjasama dalam bidang energi dan menetapkan dan kebijakan keamanan bersama dalam bidang energi minyak dan gas. (Haas & Putten, 2007, hal. 23-24)

Energy Club dapat bertindak sebagai asosiasi dari negara – negara pemasok energi, negara – negara transit dan konsumen. Badan ini juga juga dapat menjadi badan koordinasi yang akan berkontribusi terhadap perkembangan ekonomi dan energi antar negara dan perusahaan energi. Dengan mengambil pola interaksi dari perdagangan multilateral dan kerjasama ekonomi. Rancangan dari SCO Energy Club adalah untuk mempererat interaksi antar negara produsen dan negara konsumen dan menjadi tahap pertama menuju pembentukan sistem energi bersama dalam tingatan regional maupun internasional. (InfoRos News Agency, 2015)

Pada tahun 2003, SCO mempublikasikan program – program kerjasama ekonomi dan perdagangan multilateral, yang didalamnya terdiri sekitar 100 proyek kolaborasi dalam keuangan, perdagangan, transportasi, infrastruktur, telekomunikasi, agrikultur dan energi. (Aris, 2013, hal. 6) SCO terlihat sangat ambisius dalam menjalankan program – program ekonomi yang


(48)

telak dibentuknya, dibuktikan dari dibentuknya badan khusus untuk menangani kerjasama ekonomi SCO yaitu SCO Interbank Association dan

SCO Business Council. Selain itu, dalam bidang infrastruktur dan transportasi, pembangunan jalan dan pembuatan jalur sebagai penghubung negara – negara anggota SCO telah dijalankan dengan baik oleh SCO berkolaborasi dengan

Asian Development Bank dan UN Economic and Social Commision for Asia and the pacific (UNESCAP). Kerjasama ekonomi yang dibentuk oleh SCO merupakan kerjasama dalam tingkatan ekonomi makro, sangat sedikit sekali menyetuh ekonomi mikro. (Aris, 2013, hal. 6-7)

Sama ambisiusnya dengan Rusia, Tiongkok memainkan peran penting sebagai aktor yang dominan dalam kerjasama ekonomi khususnya dalam investasi di asia tengah dan beberapa agenda ekonomi lainnya yang dibuat oleh SCO. (Laruelle & Peyrouse, 2009). Sebagai contoh, pada krisis global pada tahun 2008, Tiongkok memberikan pinjaman sekitar 10 juta dolar amerika kepada negara – negara anggota SCO untuk memperbaiki keadaan ekonominya dalam krisis global. (Aris, 2013) Hal ini memperlihatkan dominansi ekonomi Tiongkok dibanding negara – negara anggota lainnya. Selain pinjaman, Tongkok mengusulkan untuk membuat SCO Free-Trade yang dimana semakin mempelihatkan bahwa Tiongkok ingin menyebarkan pengaruh ke Asia Tengah melalui Shanghai Cooperation Organization.

Kehadiran Tiongkok menjadi sangat penting dalam program kerjasama dalam bidang transportasi dan infrastruktur negara – negara anggota SCO. Disampaikan oleh Presiden Tiongkok, Hu Jin Tao, transportasi menjadi


(49)

bidang yang perlu dikerjasamakan dan dikembangkan SCO, diantaranya ada satu permufakatan membantu jalan-jalan lintas-negara menjadi lebih kondusif yang sedang dipelajari oleh SCO. (Van, 2012) Beijing menerapkan strategi dua arah yaitu, pertama memperbaiki rute perbatasan untuk meningkatkan atau mempermudah transaksi lintas negara; kedua, membuka wilayah terpencil/terisolasi dalam rangka memfasilitasi komunikasi internal. (Laruelle & Peyrouse, 2009, hal. 51)

Kerjasama ekonomi SCO dapat memberikan perubahan baik dalam bidang kerjasama investasi, maupun pembangunan infrastruktur di negara – negara anggota SCO . Menurut statistik, total nilai perdagangan dari semua negara anggota SCO telah mencapai kira 4,7 triliun USD, naik rata – rata 25% per tahun. Total nilai GDP dari 6 negara anggota SCO pada tahun 2011 mencapai lebih dari 9,3 triliun USD, tanpa mempedulikan pengaruh krisis ekonomi global. Sekarang, pembentukan Bank Pembangunan SCO sedang dipelajari. (Van, 2012)


(50)

BAB III

KEANGGOTAAN IRAN DALAM SHANGHAI COOPERATION ORGANIZATION

Shanghai Cooperation Organization merupakan organisasi regional Eurasia yang dibentuk pada tahun 2001. Organisasi yang dibangun oleh dua kekuatan besar dunia ini dilirik oleh negara – negara sekitarnya, termasuk Iran. Iran yang merupakan negara yang berada dibawah sanksi internasional dari barat mencoba untuk memasuki SCO, dikarenakan SCO merupakan organisasi internasional yang tidak memiliki pengaruh atau intervensi dari barat. Untuk mengurangi dampak yang diterima Iran akibat sanksi yang dijalani, SCO merupakan sasaran yang tepat bagi iran untuk melancarkan kebijakan look to the east dari Iran. Keinginan Iran untuk menjadi anggota tetap SCO telah diajukan semenjak tahun 2008 dan terus berlanjut sampai dengan sekarang.

A. Keinginan Iran untuk Bergabung Dengan Shanghai Cooperation Organization

Adanya Revolusi Islam Iran pada tahun 1979, dengan menggulingkan rezim Reza Pahlevi telah mengubah haluan politik luar negeri Iran. Pada masa pemerintahan Reza Pahlevi, Iran lebih banyak berkiblat pada barat dan Amerika serikat dalam politik luar negerinya. Hingga pada meletusya revolusi Iran tahun 1979 membuat hubungan Iran-Amerika sangat tidak harmonis, dan meletusnya perang Iran-Irak pada tahun 1980-1988 memperburuk hubungan Iran dan Amerika Serikat. Kemudian pada masa pemerintahan Bill Clinton


(51)

tahun 1995, Amerika Serikat melakukan embargo total terhadap Iran. Presiden Clinton memberikan instruksi kepada perusahaan-perusahaan Amerika Serikat yang beroperasi di Iran untuk mencabut saham/investasinya dan pergi dari tanah Persia. (Madjid, 2013, p. 954) Embargo ekonomi yang diberlakukan Barat kepada Iran tidak menyurutkan semangat masyarakat Iran untuk menjadi mandiri. Pasca revolusi Islam dan perang delapan tahun membuat infrastruktur Iran hancur, dan hal ini menjadi pemicu Iran mengembangkan potensi – potensi sumber daya dalam negeri, di bidang pertanian dan industri hingga pada pengayaan nuklir.

Keberhasilan masyarakat Iran mengembangkan nuklir membuat barat geram, dan pada saat itu Presiden Bush yang menganggap pengembangan nuklir Iran berpotensi menjadi pengembangan senjata nuklir. (Madjid, 2013) Iran membantah bahwa teknologi nuklir yang dikembangkan Iran untuk pengembangan senjata nuklir, malah sebaliknya Iran menegaskan bahwa pengembangan nuklir Iran untuk tujuan damai dan Amadinejad tidak akan menghentikan program nuklir Iran. Sikap Iran ini akhirnya membuat negaranya didatangi oleh International Atomic Energy Agency (IAEA) untuk melakukan inspeksi terhadap pengayaan nuklir di Iran. Berdasarkan data yang berhasil dihimpun hingga tahun 2002, IAEA mendapat informasi bahwa adanya kejanggalan dari aktivitas pengayaan yang dilakukan Iran serta adanya sebuah situs pengembangan nuklir, yakni situs Parchin yang belum teridentifikasi statusnya. Hal ini dikarenakan situs tersebut berada dalam penjagaan ketat oleh pihak militer Iran sehingga IAEA tidak mendapatkan izin


(52)

melakukan inspeksi ke dalamnya. (Bhimantra, Fasisaka, & Parameswari, 2016) Sikap Iran yang tidak mau bekerjasama dengan IAEA dalam inspeksinya membuat Amerika Serikat membujuk Dewan Keamanan PBB untuk mengeluarkan resolusi terhadap program nuklir Iran.

Menanggapi dari sanksi – sanksi yang diberikan oleh barat kepadanya, Iran membuat beberapa kebijakan untuk mengantisipasi keruntuhan negaranya. Salah satu kebijakan luar negeri Iran adalah „look to the east‟ yang dimana Shanghai Cooperation Organization merupakan salah satu dari agenda kebijakan „look to the east‟ oleh Iran. Iran masuk kedalam SCO dimulai pada masa pemerintahan presiden Ahmadinejad dan dilanjutkan oleh Presiden Hassan Rouhani.

Pada masa pemerintahan Ahmadinejad, Iran mulai menjalankan kebijakan look to the east yaitu salah satunya dengan bergabung kedalam Organisasi Regional non barat, yaitu Shanghai Cooperation Organization. Organisasi Sino-Rusia ini menjadi tempat yang sangat menjanjikan bagi Iran untuk tetap mempertahankan eksistensinya di dunia internasional. Republik Islam Iran memperoleh status sebagai pengamat pada tahun 2005, diwakili oleh wakil presiden Iran Mohammad Reza Aref mengatakan "The SCO was established to promote regional cooperation, ensure stability and security, while Iran's membership in the organization meets our interests and the organization's interests," hal ini menekankan bahwa Iran memiliki posisi sebagai negara yang bertanggungjawab dalam mempromosikan dan menjaga


(53)

keamanan regional (Sputnik, 2005). Mahmoud Vaezi (2012), Direktur Pusat Penelitian Strategis di Tehran, menyatakan,

“Akan menguntungkan bagi Iran jika menjadi anggota

organisasi SCO, tidak hanya meningkatkan peran Iran di kawasan regional, tetapi juga membuka peluang bagi Iran untuk menjadi mitra dalam kerjasama ekonomi di antara negara anggota SCO.” (Akbarzadeh, 2015)

Mehr Moshfeq (2006), seorang kolumnis untuk surat kabar Siyasat-e Ruz yang berbasis di Teheran menyatakan bahwa “keanggotaan SCO akan bisa mengubah posisi dalam negosiasi nuklir dan hal ini akan bermanfaat untuk Iran.” (Akbarzadeh, 2015)

Antusiasme Iran untuk masuk kedalam keanggotaan SCO terlihat dari pidato Ahmadinejad pada sidang SCO pada tahun 2006, bahwa Iran akan bekerja dengan SCO untuk mengembangkan pengaruh yang kuat di dalam organisasi, dalam politik regional dan internasional, melayani dan membendung ancaman dan pelanggaran hukum dari berbagai negara. (CBC News, 2006)

Presiden Ahmadinejad kemudian mengusulkan kepada para pemimpin dari negara anggota SCO bahwa untuk mencapai tujuan tersebut, "kita perlu menjauhkan diri dari tatanan saat ini dan membuat perjanjian baru." Presiden Iran lebih lanjut mengajukan tawaran berisi empat poin berikut kepada para anggota SCO:

a) Membangun kerjasama regional dan internasional di antara negara anggota dan negara-negara yang mencari tatanan global yang adil dan manusiawi.


(54)

b) Memperluas kerjasama ekonomi, merancang dan mengimplementasikan sistem moneter dan keuangan baru.

c) Membentuk keuangan internasional, lembaga moneter dan ekonomi di luar dominansi kekuasaan hegemonik.

d) Meningkatkan hubungan budaya dan politik untuk memperluas persahabatan dan keharmonisan dalam melawan tekanan pihak lain yang menebar perselisihan dan perpecahan. (IRIB Indonesia, 2012)

Iran menyadari bahwa kekayaan sumber daya alam, khususnya minyak dan gas alam yang dia miliki, sekaligus letak geografisnya yang sangat strategis akan menjadi daya tarik bagi negara – negara lain untuk bekerjasama dengannya. Iran sangat percaya diri bahwa untuk mengundang negara – negara SCO untuk membahas tentang kerjasama dalam bidang energi dan melakukan pembangunan bersama dalam kerangka kerjasama SCO. Bagi Iran, SCO merupakan rekan kerjasama yang tepat baginya karena SCO bukanlah organisasi yang dipengaruhi oleh Barat. Sehingga, membuka kerjasama dengan SCO merupakan solusi yang tepat untuk meringankan dampak atas sanksi yang diterimanya. (Akbarzadeh, 2015)

Dengan diterimanya Iran sebagai pengamat SCO, dan partisipasi Iran mendapat respon positif dari negara – negara anggota SCO Iran mencoba untuk melangkah menjadi anggota tetap SCO. Iran pertama kali berusaha untuk mendapatkan keanggotan penuh kedalam Shanghai Cooperation Organization pada tahun 2008 bersamaan dengan India dan Pakistan. Pada


(55)

saat itu permintaan Iran belum ditanggapi oleh SCO dikarenakan SCO ingin membenahi internal SCO sebelum menambahkan anggotanya.

B. Hambatan Yang Dihadapi Iran Untuk Menjadi Anggota Tetap Shanghai Cooperation Organization

Untuk melancarkan kebijakan look to the east yang dicanangkan oleh Ahmadinejad, Iran mencoba untuk mendaftarkan diri menjadi negara anggota tetap kedalam Shanghai Organization Cooperation pada tahun 2008 bersamaan dengan India dan Pakistan. Mendaftarnya Iran sebagai calon anggota tetap mendapatkan respon dunia akan strategi Iran masuk kedalam SCO untuk melawan Amerika Serikat. Isu tersebut dijawab secara diplomatis oleh SCO pada tahun 2010 bahwa peraturan untuk menjadi anggota tetap berdasarkan kriteria adalah,

1. Negara yang menginginkan bergabung dengan SCO merupakan negara yang berada di wilayan Eurasia dan memiliki hubungan diplomatik dengan semua negara anggota SCO, termasuk juga pengamat atau partner dialog;

2. Secara aktif mendukung kerjasama ekonomi, perdagangan dan budaya dengan negara anggota SCO; dan

3. Sedang tidak berada dibawah sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). (Lukin, 2015)

Pada poin ketiga yang menyatakan bahwa negara yang ingin menjadi anggota tetap SCO adalah negara yang sedang tidak berada dibawah sanksi


(56)

internasional, dan hal ini telah menggagalkan Iran untuk menjadi anggota tetap SCO. Sekaligus sanksi internasional yang sedang dijalani Iran merupakan faktor terhambatnya Iran untuk menjadi anggota tetap SCO. Hal ini dikemukakan oleh Sekretaris Jendral SCO Imanliyev ''Menurut satu dokumen SCO, ada satu pasal yang mengatakan bahwa negara yang berada di bawah sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak dapat menjadi anggota SCO," (Republika, 2012)

Iran mendapatkan sanksi oleh PBB, yaitu dikeluarkannya resolusi DK PBB pada tahun 2006 dan 2007, disahkan dengan suara bulat (termasuk Rusia dan Tiongkok menyetujui). Resolusi pada tahun 2008 disahkan dengan 14 negara anggota DK-PBB mendukung, sementara Indonesia menjadi satu-satunya negara yang tidak mau bergabung dengan suara mayoritas dengan menyatakan abstain pada saat pemungutan suara berlangsung. Resolusi terbaru pada intinya memperluas sanksi yang dikenakan terhadap Iran setelah resolusi sebelumnya dikeluarkan pada 3 Maret 2008, yaitu bahwa Dewan Keamanan antara lain menambah embargo persenjataan dan sanksi di bidang perbankan, serta melarang Iran melakukan kegiatan di luar negeri yang 'sensitif' seperti penambangan, produksi atau penggunaan bahan-bahan serta teknologi uranium. PBB meminta semua negara untuk tidak memasok, menjual, atau mengirim tank-tank perang, kendaraan tempur bersenjata, sistem artileri kaliber tinggi, pesawat tempur, helikopter penyerang, kapal perang, dan sistem peluru kendali kepada Iran. Butir lain resolusi adalah meminta negara-negara untuk melakukan transfer atau bantuan teknologi


(57)

peluru kendali balistik untuk senjata nuklir dan meminta negara-negara untuk memeriksa kapal-kapal laut Iran yang diyakini mengangkut barang-barang terlarang dari Iran. (Kompas, 2010)

Rusia dan Tiongkok berada pada dilema ketika dihadapkan dengan akses Iran kedalam SCO. Resolusi DK PBB yang dijatuhkan kepada Iran berupa sanksi – sanksi dari Dewan Keamanan PBB dan disetujui oleh DK PBB, didalamnya termasuk Rusia dan Tiongkok, namun keduanya tertarik pada potensi geostrategis Iran. Dilema yang dihadapi oleh Rusia dan tiongkok yaitu, pertama kondisi eksternal bahwa Rusia dan Tiongkok merupakan negara yang termasuk sebagi anggota tetap dewan keamanan PBB dan patuh terhadap resolusi DK PBB yang dikeluarkan. Bagi Rusia, masuknya Iran sebagai anggota SCO akan memperkuat argument publik bahwa SCO akan menjadi organisasi tandingan NATO, karena Iran merupakan salah satu negara anti-barat terlebih pada masa pemerintahan Ahmadinejad. Hal ini dinyatakan oleh Presiden Putin pada KTT SCO di Bishkek bahwa SCO tidak akan berkembang menjadi organisasi keamanan seperti NATO. (Haas & Putten, 2007)

Bagi Tiongkok, apabila dibandingkan dengan hubungan Sino-Amerika dan Sino-UE, hubungan Sino-Iran terbilang pada tingkatan low-level, dan Beijing akan memprioritaskan hubungan dengan kekuatan – kekuatan besar seperti yang diwujudkan oleh Xi Jinping, yaitu “New Type of Great Power Relations.” (Hong, 2014, p. 410) Sehingga kekuatan dominan SCO


(58)

memilih untuk memprioritaskan PBB dibanding kepentingan nasionalnya pada Iran.

Dengan dikeluarkannya regulasi SCO dan persyaratan menjadi anggota tetap, SCO dianggap bermain aman dalam mengeluarkan peraturan bahwa negara yang masih dibawah sanksi internasional tidak dapat menjadi anggota tetap. Hal ini masuk ke faktor kedua atas dilema yang dihadapi oleh Rusia dan Tiongkok, yaitu faktor dari dalam negeri Iran pada masa pemerintahan Ahmadinejad yang tidak mau menghentikan pengayaan nuklir di negaranya. Apabila Iran menjadi anggota tetap SCO pada masa Ahmadinejad yang sangat konfrontatif dengan barat akan membawa dilemma bagi Rusia dan Tiongkok. Menurut pengamat, keanggotaan Iran dalam SCO memiliki potensi untuk menyeret SCO masuk dalam konflik antar Iran dengan Barat. (Akbarzadeh, 2015) Oleh karena itu, SCO pada saat itu menunda keanggotaan SCO dengan alasan, Negara yang berada dibawah sanksi PBB tidak dapat menjadi anggota tetap SCO.

C. Pembahasan Kembali Aksesi Iran kedalam Shanghai Cooperation Organization pada Tahun 2015

Iran memiliki keinginan untuk menjadi anggota tetap dalam SCO dari masa pemerintahan Ahmadinejad, dan berlanjut sampai pada masa pemerintahan Hassan Rouhani. Sampai pada saat ini, Shanghai Cooperation Oganization juga masuk dalam agenda politik luar negeri Hassan Rouhani. Ketika pada masa pemerintahan Ahmadinejad, ia menggunakan SCO sebagai


(1)

(bbl/d) , yang kira-kira 3,7 juta bbl / d adalah minyak mentah, 5 persen dari produksi global. Sejauh tahun 2011, diperkirakan bahwa produksi minyak mentah Iran telah sekitar 3,6-3,6 juta barel per hari. Saat ini, bidang memproduksi terbesar Iran adalah bidang Ahvaz darat, diikuti oleh bidang Maroun, keduanya terletak di provinsi Khuzestan. (Eurasia Review, 2011)

Iran telah berusaha untuk menggunakan sumber daya yang sangat besar untuk mempromosikan perdagangan energi regional dan kerjasama dan membangun konektivitas dan saling ketergantungan yang akan mengurangi dampak dari sanksi. Setengah dari ekspor -petroleum non Iran pergi ke tetangganya. (Flanagan, Kissinger, Koenhmesi, & Cipoletti, 2012) Kedaan ini membuat Rusia ingin menggunakan Iran sebagai rekannya dalam mendistribusikan sumberdaya minyak dan gas Rusia kepada pasar Asia, karena letak geografis Iran yang berbatasan langsung dengan teluk Persia yang merupakan pintu masuk dan keluar untuk perdagangan eropa dan asia.

Kepentingan Tiongkok

Hubungan Tiongkok dengan negara – negara di Timur Tengah khususnya Iran, secara historis tidak memiliki hubungan politik yang rumit ataupun memiliki konflik atas kedua pihak. Kepentingan Tiongkok terhadap negara – negara di Timur Tengah lebih kepada kepentingan ekonomi dan perdagangan dibandingkan kepentingan politis. Iran akan membawa keuntungan bagi kebijakan “One Belt One Road” yang diinisiasi oleh Tiongkok.Keinginan Tiongkok untuk membangkitkan kembali jalur sutra bukanlah hanya wacana. Tiongkok merancang jalur yang akan dilewati dalam kebijakan One Belt One Road (lihat gambar 4.3) dalam berbagai aspek untuk mempermudah akses distribrusi perdagangan yang bagi Tiongkok.


(2)

Gambar 3 : Kebijakan One Belt One Road Tiongkok

Letak Geografis Iran yang berada dekat dengan laut kaspian dan teluk Persia menjadi hal yang sangat dilihat oleh Tiongkok. Iran akan membukakan jalan bagi projek pembangunan pipa minyak yang sudah dibangun dari Tiongkok sampai pada Kazakhstan dan Turkmenistan. Dalam kebijakan One Belt One Road, Iran dillewati oleh kedua jalur, yaitu jalur economic belt dan jalur maritime road. Pada jalur economic belt, Iran akan dilalui jalur kereta api dari Tiongkok sampai Turki dan juga akan dilalui jalur pipa minyak yang akan mempermudah distribusi perdagangan dari dan menuju Tiongkok. Pada jalur maritime road, Iran juga dilewati dari perjanjian CPEC (China Pakistan Economic Cooperation), yang akan menghubungkan Tiongkok pada teluk persia yang merupakan jalur sutra Iran. Iran merupakan salah satu link yang paling penting bagi Tiongkok karena Iran merupakan tempat lewatnya jalur dari kebijakan jalur sutra baru dari Tiongkok untuk menghubungkan Tiongkok kepada Timur Tengah dan Eropa

Tajikistan

Tajikistan merupakan negara pertama yang sangat ambisius dalam aksesi Iran kedalam SCO.Tajikistan merupakan negara dari Asia Tengah ini mempunyai


(3)

kedekatan budaya dengan Iran. (Akbarzadeh, 2015) Diantara negara Asia Tengah lainnya, hubungan Tajikistan – Iran merupakan hubungan yang paling erat apabila dibandingkan dengan hubungan Iran dengan negara Asia Tengah lainnya. Iran merupakan negara pertama yang mengakui kemerdekaan Tajikistan pada tahun 1991, sehingga hubungan historis antara Iran dan Tajikistan telah terjalin sebelum Tajikistan merdeka. (IRIB, 2011) Secara historis, Iran dan Tajikistan sudah saling mendukung satu sama lain.

Kerjasama Iran – Tajikistan berlanjut setelah Tajikistan resmi merdeka dari Uni soviet, Iran merupakan investor terbesar kedua di Tajikistan setelah Tiongkok. Investasi Iran di Tajikistan telah membuat Tajikistan berkembang dalam bidang infrastrukturnya.Selain tentang investasi Iran di Tajikiskan, kedua negara juga melakukan kerjasama dalam bidang perdagangan, industri dan pertanian. Hubungan Iran – Tajikistan tidak hanya terbatas pada hubungan bilateral saja, namun hubungan mereka juga meluas kepada keanggotaanya mereka di Organisasi Konferensi Islam (OKI), Organisasi Kerjasama Ekonomi (ECO), Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO). (IRIB, 2011) Keduanya saling mendukung dalam keanggotaannya di beberapa organisasi internasional, bahkan Iran merupakan negara yang memprakarsai keanggotaan Tajikistan dalam ECO. (IRIB, 2011) Sehingga dengan masuknya Iran kedalam SCO, Tajikistan merupakan salah satu negara anggota yang paling diuntungkan, dan SCO akan membawa kerjasama Iran-Tajikistan kearah yang lebih luas lagi.

Kyrgyzstan

Kerjasama antara Kyrgyzstan dan Iran dapat dikatakan sebagai hubungan diplomatik yang baik – baik saja. Hubungan Kyrgyz-Iran tidak lebih erat dari hubungan Tajikistan-Iran, namun juga tidak dalam kursus konflik. Aksesi Iran dalam SCO tidak membawa kerugian apa – apa terhadap Kyrgyzstan, malah sebaliknya hubungan kedua negara akan lebih erat apabila Iran masuk kedalam anggota tetap SCO. Presiden Atambayev, mengunjungi Tehran dan bertemu dengan beberapa petinggi Iran, Ayatollah Seyyed Ali Khamenei, President Rouhani, Ali Larijani,


(4)

Mohammad Javad Zarif dan Akbar Hashemi Rafsanjani untuk membahas tentang kerjasama yang mencakup dalam delapan memoranda terkait, pertanian, ekstradisi terhadap pelaku kriminalitas, media, energi, transportasi udara, dan hubungan antar konselor, serta kerjasama perdagangan antar kedua negara. (PRESSTV, 2015) Hal ini menyatakan bahwa dukungan Kyrgyzstan terhadap aksesi Iran yang disampaikan oleh presiden Kyrgyzstan, bahwa keanggotaan tetap Iran didalam SCO akan membantu untuk meningkatkan kapasitas organisasi dimasa yang akan mendatang, nampaknya juga akan berpengaruh dalam meningkatnya hubungan Iran dan Kyrgyzstan. (PRESSTV, 2015)

Kazakhstan

Hubungan Iran-Kazakhstan, seperti halnya hubungan hubungan Iran – Kygyzstan, berada dalam kursus damai dan melakukan hubungan bilateral pada umumnya. Kesamaan kedua negara berbatasan langsung dengan laut kaspia, Iran memandang Kazakhstan sebagai negara yang potensi industri, pertanian, dan ilmiah yang cukup , dan juga sebagai rekan dalam proyek minyak dan gas alam. (Iran Daily, 2009) Sebaliknya Kazakhstan juga juga tertarik untuk menjadikan Iran sebagai rekan ekonomi, perdagangan dan rekan dialog politik. Iran, merupakan negara yang terletak ditengah – tengah antara asia barat, asia tengah dan asia selatan menjadi pintu bagi Kazakhstan untuk memasuki pasar asia, melalui teluk Persia. Sehingga aksesi Iran kedalam SCO akan mempermudah perjanjian kerjasama antara Kazakhstan dan Iran dalam bidang perdagangan, infrastruktur, transportasi, telekomunikasi, dan lain sebagainya.

Uzbekistan

Uzbekistan merupakan satu – satunya negara yang tidak mengekspresikan dukungannya terhadap aksesi Iran di SCO, dikarenakan hubungan kurang baik Uzbekistan dengan Tajikistan yang merupakan pelopor untuk masuknya Iran kedalam SCO. Namun, hubungan Iran-Uzbekistan sendiri semakin tahun terlihat semakin meningkat, dengan kerjasama di bidang agrikultur, transportasi, produksi minyak dan


(5)

gas, perbankan, dll.Sehingga aksesi Iran, pada dasarnya tidak begitu membawa perubahan yang signifikan bagi Uzbekistan. (Iran Daily, 2009)

Referensi

Akbarzadeh, S. (2015, September 22). [Jurnal] Iran dan SCO: Antara Ideologi dan Realitas Kebijakan Luar Negeri Iran. Retrieved November 22, 2016, from Indonesia Center for Middle East Studies: http://ic-mes.org/politics/iran-dan-sco-antara-ideologi-dan-realitas-kebijakan-luar-negeri-iran/

Arvanitopoulos, C. (n.d.). “The Geopolitics of Oil in Central Asia”. Thesis: A Journal of Foreign Policy Issues. Retrieved Oktober 2016, 2016, from http://www.hri.org/MFA/thesis/winter98/geopolitics.html

Eurasia Review. (2011, November 22). Iran Energy Profile: Still OPEC’s Second -Largest Oil Producer – Analysis. Retrieved Desember 8, 2016, from Eurasia

Review : A journal of Analysis and News:

http://www.eurasiareview.com/22112011-iran-energy-profile-still-opecs-second-largest-oil-producer-analysis/

Finucane, M. (2016, Juli 19). Matt Finucane. Retrieved Desember 2, 2016, from Russia Direct: http://www.russia-direct.org/opinion/beginning-russian-iranian-alliance

Flanagan, S. J., Kissinger, H. A., Koenhmesi, D., & Cipoletti, T. (2012). The Turkey, Russia, Iran Nexus:Economic and Energy Dimensions. International Workshop. Ankara: CSIS & TEPAV.

Geranmayeh, E., & Liik, K. (2016, September). The New Power Couple:Russia and Iran in The Middle East. 186. London, United Kingdom: European Council on Foreign Relations (ECFR).

Hong, Z. (2014). China‟s Dilemma on Iran: Between Energy Security and A Responsible Rising Power. Journal of Contemporary China, Vol. 23, No. 87, 408–424.

Iran Daily. (2009, Agustus 18). Central Asia At Close Range. Retrieved Desember 5, 2016, from https://web.archive.org/web/20090821073927/http://www.iran-daily.com/1388/3475/html/economy.htm

IRIB. (2011, Oktober 2). Menyorot Hubungan Iran dan Tajikistan. Retrieved Desember 4, 2016, from Iran Indonesian Radio:


(6)

IRIB Indonesa. (2013, September 15). Iran dan Organisasi Kerjasama Shanghai. Retrieved Oktober 2016, from Iran Indonesia Radio:

http://indonesian.irib.ir/ranah/equilibrium/item/69457-Iran_dan_Organisasi_Kerjasama_Shanghai

Lim, K. (2016, Juli 25). Iran's Shanghai Dream: The Perks and Pitfalls of Joining China's Security Club. Retrieved November 30, 2016, from Foreign Affairs: https://www.foreignaffairs.com/articles/china/2016-07-25/irans-shanghai-dream

Mackinder, S. H. (1942). Democratic Ideals and Reality. London: Constable Publishers.

Mearsheimer, J. J. (1995). International Security. False Promise of International Institutions, 5-49.

Mearsheimer, J. J. (1995). The False Promise of International Institution. International Security Vol.19 No.3, XIX, 5-49.

National Bank of Abu Dhabi. (n.d.). Iran's Potential Oil Bonanza May Still Be Some Way Away. Retrieved November 2016, 5, from NBAD: www.nbad.com PetroEnergy.id. (2016, Juni 20). Benang Merah Program Tol Laut dan Tiongkok One

Belt One Road. Retrieved Desember 2016, from

http://www.petroenergy.id/article/benang-merah-program-tol-laut-dan-tiongkok-one-belt-one-road

Pranoto, M. A. (2015, Maret 12). Membaca Ulang Kawasan dari Perspektif Geopolitik. Retrieved from http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=17217&type=102#.V7I3QFL09 UN

PRESSTV. (2015, September 7). Kyrgyzstan backs Iran’s permanent membership in SCO. Retrieved Desember 5, 2016, from PressTV: http://www.presstv.com/Detail/2015/09/07/428107/Iran-Kyrgyzstan-Rouhani-Atambayev-Shanghai-Cooperation-Organization

Qingguo Jia. (n.d.). The Success of the Shanghai Five: Interests, Norms, and Pragmatism. Retrieved Agustus 13, 2016

Yegorov, O. (2016, Februari 5). Iran's accession to the SCO would benefit Russia and China. Retrieved November 30, 2016, from Russia Beyond The Headlines: http://rbth.com/international/2016/02/05/irans-accession-to-the-sco-would-benefit-russia-and-china_565153