ANALISA KEMITRAAN STRATEGIS RUSIA DENGAN CINA DI KAWASAN ASIA TENGAH DALAM SHANGHAI COOPERATION ORGANIZATION (SCO)

(1)

i ANALISA KEMITRAAN STRATEGIS RUSIA DENGAN CINA DI KAWASAN ASIA TENGAH DALAM SHANGHAI COOPERATION

ORGANIZATION (SCO)

SKRIPSI

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memeroleh gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) Strata-1

Oleh:

SITI MUKARRAMAH NIM: 09260123

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

ii LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Siti Mukarramah NIM : 09260123

Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : ANALISA KEMITRAAN STRATEGIS RUSIA DENGAN CINA DI KAWASAN ASIA TENGAH DALAM SHANGHAI COOPERATION ORGANIZATION (SCO)

Disetujui, Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Ruli Inayah Ramadhoan, S.Sos., M.Si Gonda Yumitro, S.IP., M.A

Mengetahui,

Dekan FISIP UMM Ketua Jurusan Ilmu Hubungan Internasional


(3)

iii LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Siti Mukarramah NIM : 09260123

Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : ANALISA KEMITRAAN STRATEGIS RUSIA DENGAN CINA DI KAWASAN ASIA TENGAH DALAM SHANGHAI COOPERATION ORGANIZATION (SCO)

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Dan dinyatakan LULUS Pada hari: Selasa 20 Januari 2015 Tempat: Ruang Dosen FISIP UMM

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

Dr. Asep Nurjaman, M.Si.

Dewan Penguji:

1. Hafid Adim Pradana, S.IP., M.A ( )

2. Hafidz Ageng Prakoso, S.IP., M.A ( )

3. Ruli Inayah Ramadhoan, S.Sos., M.Si ( )


(4)

iv BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Siti Mukarramah NIM : 09260123

Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : ANALISA KEMITRAAN STRATEGIS RUSIA DENGAN CINA DI KAWASAN ASIA TENGAH DALAM SHANGHAI COOPERATION ORGANIZATION (SCO)

Pembimbing : 1. Ruli Inayah Ramadhoan, S.Sos., M.Si 2. Gonda Yumitro, S.IP., M.A.

Kronologi Bimbingan:

Tanggal Paraf Pembimbing Keterangan

Pembimbing I Pembimbing II

Oktober 2012 Mengajukan Judul

Desember-Agustus Bimbingan

05 September 2014 ACC Seminar

30 September 2014 Seminar Proposal

Oktober Revisi Seminar

November ACC BAB II

Desember ACC BAB III & IV

30 Desember 2014 ACC Ujian

Malang, 30 Desember 2014 Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II


(5)

v PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Siti Mukarramah

NIM : 09260123

Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul:

ANALISA KEMITRAAN STRATEGIS RUSIA DENGAN CINA DI ASIA TENGAH DALAM SHANGHAI COOPERATION ORGANIZATION (SCO) adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 20 Januari 2015 Yang menyatakan,


(6)

vi KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Meramu satu fenomena besar dalam sebuah penelitian berbasis pendidikan merupakan suatu proyek keilmuan yang sangat menantang. Berangkat dari ketertarikan penulis terhadap negara yang pernah jatuh dan terlahir kembali bernama Rusia inilah yang menjadi salah satu faktor penulis memilih meneliti topik ini. Rusia sebagai negara yang pernah menjadi negara terkuat dunia pada masa kejayaan Uni Soviet kini telah terlahir kembali. Dalam politik luar negeri Rusia negara-negara pecahan Uni Soviet menjadi prioritas utama dalam menjaga keamanannya karena pada dasarnya negara-negara pecahan Uni Soviet tersebut bagi Rusia adalah zona penyangga (buffer-zone). Kawasan Asia Tengah

merupakan sebuah kawasan yang terdiri dari lima negara pecahan Uni Soviet. Kawasan ini merupakan kawasan yang sangat strategis baik secara geografis yang menjadi jembatan antar Barat dan Timur maupun sumber daya alam.

Berangkat dari karakter Rusia yang ingin terus menjaga stabilitas di kawasan Asia Tengah ini ia membuat sebuah kemitraan strategis bersama Cina negara di luar kawasan yang berbatasan langsung secara geografis dengan Rusia dan kawasan Asia Tengah. Kemitraan strategis tersebut adalah Shanghai Cooperation Organization (SCO). Lahirnya SCO dianggap sebagai babak baru lahirnya sebuah

kekuatan besar yang beranggotakan dua negara pemegang veto PBB Rusia dan Cina. Selanjutnya kemitraan strategis inilah yang berusaha penulis teliti dalam kaitannya menjaga stabilitas keamanan di kawasan Asia Tengah.

Penelitian ini memiliki begitu banyak ketaksempurnaan yang diharapkan dapat dikoreksi oleh siapapun yang membacanya. Kiranya penelitian ini dapat menambahkan khazanah keilmuan Kita dan dapat menambah bahan diskusi Kita dalam bidang akademik.

Billaahitaufiq Walhidayah.


(7)

vii Sujud Syukurku pada Sang pemilih Cinta Kasih Allah SWT. Shalawat & Salam kuhaturkan pada Sang Penerang Kejahilan di dunia Mohammad Ibni Abdillah..

Noktah Sederhana ini Kuterimakasihkan Kepada:

Dosen Pembimbing saya Bapak Ruly Inayah Ramadhoan, M. Si dan Bapak Gonda Yumithro,

M. A.. Pak diskusi dan perdebatan Kita akhirnya mencapai puncak, meski capaian itu masih menyisakan tanya bagi saya yang masih bodoh ini tapi saya berterimakasih dan sangat bersyukur mendapatkan dua dosen pembimbing yang seluarbiasa Bapak berdua..

Para dosen HI..Pak Tonny, Pak Viktor, Pak Syaprin, Pak Syam’ani, Pak Qobith, Bu dyah,

Bu Qori, Bu Tuti, Bu Ayus, Bu Mia, Pak Dion, Pak Erry.. Pak, Bu, terimakasih atas setiap pengetahuan baru yang selalu kalian alirkan pada otak kosong ini..

My Family..

- My energic Abah Syukur Nawawi, Tak banyak kata yang terucap darimu untukku Bah, yang kutau Kau sangat bangga padaku, dan dari cerita Mamaa’ Kau begitu sangat

menyayangiku. Santun laku dan ucap yang selalu berusaha Kau ajarkan pada anak”mu serta

peringatan untuk tak pernah meninggalkan shalat menjadi alarm di kala kujauh darimu Bah. Kau Abah nomor wahid bagiku. Kau energiku Bah.

- My Great Mamaa’ Syamsuarti Helianti, Ketangguhanmu dalam mendidik anak-anakmu dari berbagai tingkah nakal mereka membuatku sadar, Kau perempuan pejuang yang perkasa, tak hanya mendidik dengan ketegasan tapi Kau juga menyayangi anak-anakmu dengan ketulusan. Bagiku Kau lebih dari sekedar Mamaa’. Kau semangatku Maa’.

- My beloved brothers Ahmad Syafiudin dan Azka Anshari Hidayatullah kalian dua harapan

Abah dan Mamaa’ yang lain, buatlah yang berbeda dari Kakakmu ini De’. Kalian berdua adalah prisai Kakak De’.

- Lifah, Bang Bukhori, Bang Ruddin, Bang Dus, Bang Harun, Bang Ihsan, Bang Hosen,

De’ Sunarti, De’ May, De’ Mila, bersama di kehangatan kasih dalam keluarga Kita lalui masa kanak-kanak Kita dengan penuh warna di desa Kita tercinta.

My Aliyah Close Friends.. Icha, Neng Ann, Neng Rani, Ba’ Anna, Faiz, Ijoenk, Shelvie, dan

Sahabat SYAKA; Ien Zeet, Geny, Neng Vier, dan Luluk, bersama kalianlah Aku berani bermimpi besar, Kalian mengajarkanku banyak hal tentang kehidupan ini.. Love You all guys.

My Campus Close friends.. Dila, Vian, Ummul, Ayiep, Gigih, Idan, Shanah, Adit, Amien,

Najha, Lisvy, Widya, Epoo, Tari, Trisna, Thea, Sonya, May, Umi, Puji, Epri, Mba’ Sonia,

Raida, Uyun, Mila, dan semua yang tak bisa kusebut. Bersama Kita lalui warna-warni kehidupan. Mari Kita ukir sejarah Kita di medah tempur yang sesungguhnya.

My HMI Brothers & Sisters..Ketum Adam, Didi, Salim, Dian, Faruk, Sari.. Mas Awang,

Mas Anhar, Mas Vian, Mas Kid, Mas Hasyim, Mas Mukrom.. Yus, Faishol, Yadi, Nawaf, Alwi, Achung, Taufik F., Taufik Sang Pemimpi, Zainuddin.. Fathimah, Iim, Reny, Retty, Wedy, Nisa, Dewi MJ, Desta, Fhify, Galuh, Wardah, Chyqy, Irma dll.. Karena kalian aku memiliki cerita yang berbeda dengan semua yang pernah Kita lalui di ‘RumahKita’.


(8)

viii # ..

Dan Kamu, terimakasih atas segalanya di tiga tahun pertamaku di Malang, terimakasih pernah menempatkanku di singgasana Bingkisan Tuhanmu. Malam, dingin, dini hari, fajar, pagi, segar, hangat, siang, panas, sore, senja, petang; saling bergantian kalian menemani proses pengerjaan tugas akhirku ini, meski aku mengambil jatah waktu lebih banyak dari teman-temanku yang lain, kusampaikan terimakasih. Mimpi, cita, tawa, tangis, rindu, cinta, gundah, lelah, senang, bahagia, dan segala rasa yang pernah mengahampiri, ada rasa yang kalian bubuhkan di setiap jeda penggarapan noktah sederhana ini.


(9)

ix DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Persetujuan Skripsi ... ii

Lembar Pengesahan Skripsi ... iii

Berita Acara Bimbingan Skripsi ... iv

Pernyataan Orisinalitas ... v

Kata Pengantar ... vi

Lembar Persembahan ... vii

Abstract ... ix

Abstrak ... x

Daftar Isi ... xi

Daftar Tabel dan Gambar ... xiii

Daftar Singkatan ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 7

1.4.2 Manfaat Praktis ... 7

1.5 Kajian Pustaka ... 7

1.5.1 Literatur Terdahulu ... 7

1.6 Kerangka Pemikiran/Kajian Teoritis ... 16

1.6.1 Regional Security Complex Theory ... 16

1.6.2 Teori Neo-Eurasianism ... 23

1.7 Metodologi Penelitian ... 26

1.7.1 Level Analisa ... 26

1.7.2 Tipe Penelitian ... 27

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data ... 27

1.7.4 Teknik Analisa Data ... 27

1.8 Ruang Lingkup Penelitian ... 28

1.8.1 Batasan Materi ... 28

1.8.2 Batasan Waktu ... 28

1.9 Hipotesa ... 29


(10)

x BAB II PEMBENTUKAN SHANGHAI COOPERATION ORGANIZATION

(SCO), HUBUNGAN RUSIA DENGAN CINA DAN NEGARA-NEGARA ASIA TENGAH

2.1 Pembentukan Shanghai Cooperation Organization (SCO) ... 31

2.2 Fluktuasi Hubungan Rusia dengan Cina ... 37

2.2.1 Kemitraan Strategis Rusia dengan Cina ... 40

2.3 Kondisi Internal Asia Tengah ... 43

2.4 Hubungan Rusia dengan Negara-Negara Asia Tengah ... 49

2.4.1 Rusia – Kazakhstan ... 51

2.4.2 Rusia – Kyrgistan ... 52

2.4.3 Rusia – Tajikistan ... 53

2.4.4 Rusia – Uzbekistan ... 54

BAB III SCO SEBAGAI STRATEGI RUSIA DALAM MEMBENDUNG ANCAMAN DI KAWASAN 3.1 Ancaman di Kawasan ... 57

3.1.1 Separatis, Teroris, Ekstrimis ... 57

3.1.2 Perluasan Hegemoni AS Bersama Aliansinya (NATO dan UE) ... 63

3.2 SCO Sebagai preventive action Rusia di Kawasan ... 72

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan ... 78

4.2 Diskusi Lanjutan ... 80

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA


(11)

xi DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

TABEL

Tabel 1.1 Posisi Penelitian ... 14 Tabel 1.2 Sistetika Penulisan ... 29 Tabel 3.1 Potensi Energi di Negara-Negara Asia Tengah ... 80

GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Anggota Shanghai Cooperation Organization (SCO) ... 31

Gambar 3.1 Ekspansi NATO di Kawasan Post Soviet State ... 63


(12)

xii DAFTAR SINGKATAN

AS Amerika Serikat BTC Baku-Tbilisi-Ceyhan CEE Central and Eastern Europe

CIS Commonwealth of Independent States

ETIM East Turkestan Islamic Movement

GDP Gross Domestic Product

HAM Hak Asasi Manusia

IEA International Energy Agency

IJG Islamic Jihad Group

IMU Islamic Movement Uzbekistan

IMCA Islamic Movement of Central Asia

NATO North Atlantic Treaty Organization

OEF Operation Enduring Freedom

PfP Partnership for Peace

RATS Regional Anti-Terrorist Structure

RFE Russian Far East

RSCT Regional Security Complex Theory

RSC Regional Security Complex

SCO Shanghai Cooperation Organization

UE Uni Eropa

USAID United States Agency for International Agency

UTO United Tajik Opposition


(13)

xiii Daftar Pustaka

Buku

Mochtar Mas’oed, 1990, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi,

P.T. Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta.

Uber Silalahi, 2009, Metode Penelitian Sosial, Bandung: Refika Adhitama.

Buzan, Barry, & Ole Waever, 2003, Regions and Powers: The Structure of International Security, United Kingdom: Cambridge University Press.

A. Fahrurodji, 2005, Rusia Baru Menuju Demokrasi; Pengantar Sejarah dan Latar Belakang Budayanya, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, hal. 227

Ebook

Lo, Bobo. 2008. Axis of Convenience: Moscow, Beijing and the New Geopolitics Royal Institute of International Affairs, London,.

Light, M., 2004. In Search of an Identity: Russian Foreign Policy and the End of Ideology. dalam R. Fawn ed., 2004. Ideology and National Identity in Post-Communist Foreign Policies. London: Frank Cass Publishers.

Olga Oliker, dkk, 2009, Russian Foreign Policy: Source and Implication,

California: Rand Corporation.

Geoffrey Sloan, 1999, Sir Halford Mackinder: The Heartland Theory Then and Now, Geopolitics, Geography and Strategy, Oxon, Frank Cass Publisher.

Dimitri K. Simes. 1999. After The Collapse: Rusia seeks its place for a Great Power.

New York: Rockefeller Center. Hal 97

Jacob Hedenskog, 2005 Russia as a Great Power; Dimensions of Security Under Putin, New York: Routledge

Barry Buzan dkk., 1990, The European Security Order Recast: Scenarios for the Post-Cold War Era, London:Pinter.

David Callahan, 1994, Between Two Worlds: Realism, Idealism, and American Foreign Policy After the Cold War, New York: HarperCollins. Hal. 128

Sir Halford J. Mackinder, 1947, Democratic Ideals and Reality: A Study in the Politics of Reconstruction, NDU Press defense classic. dalam


(14)

xiv http://mercury.ethz.ch/serviceengine/Files/ISN/139619/ipublicationdocume

nt_singledocument/eda9e313-7e1b-41f3-a9d7-44b84da4ae5f/en/1942_Democratic_Ideals_Reality.pdf (diakses tanggal 29 Desember 2014)

Jurnal & Artikel

Bailes, Alyson J. K., dkk., 2007, The Shanghai Cooperation Organization. SIPRI

Policy Paper No. 17. Stockholm International Peace Research Institute.. Bohr, Annette, Regionalism in Central Asia: New Geopolitics, Old Regional

Order, International Affairs Vol. 80, No. 3, hal.1 dalam Regionalism and the Changing International Order in Central Eurasia (May, 2004).

Bailes, A. dan P. Dunay, 2007. The Shanghai Cooperation Organization as a Regional Security Institution. dalam A.J.K. Bailes et al. eds., 2007. The Shanghai Cooperation Organization. SIPRI Policy Paper, 17

Matveeva, Anna, & Antonio Diustozzi, 2008, The SCO: A Regional Organisation in The Making, Working Paper 39, Crisis States Research Center LSE.

Roger E. Kanet, 2007, Russia; Re-Emerging Great Power, New York: Palgrave

Macmillan,. hal 16

Christensen, Thomas, 2002, Russian Security Policy According to a Hegelianised Copenhagen School, Copenhagen: MA thesis, Institute of Political Science,

University of Copenhagen, http://thomas.dossier.dk/thesis/thesis.html.

Socor, V., 2006, Uzbekistan Accedes To Collective Security Treaty Organization,

Eurasia Daily Monitor.

Turner, Jefferson E., 2005, Shanghai Cooperation Organization: Paper Tiger or Regional Power House. Naval Post Graduate School. Monterey, California.

Paul J. Bolt & Sharyl N. Cross

http://www.usafa.edu/df/inss/Research%20Papers/2009/09%20Bolt%20BO LTCROSS(FINAL).pdf (diakses tanggal 5 Desember 2014).

Edited by Marcel de Haas, The Shanghai Cooperation Organisation; Towards a full-grown security Alliance?, The Hague, Netherlands Institute of

International Relations Clingendael. Dalam

http://www.clingendael.nl/sites/default/files/20071100_cscp_security_paper _3.pdf


(15)

xv JohnT. Payne, 2004. Geopolitics, Globalization, and the Age of Terrorism. dalam

http://www.raleightavern.org/geopolitics.htm diakses 10 Mei 2009.

Ištok, Robert, & Zuzana Jakabová. 2011, Geopolitical Conception of Globalization in the Interpretation of Alexander Dugin, In The Scale of

Globalization; Think Globally, Act Locally, Change Individually in the 21st Century, 112-117. Ostrava: University of Ostrava. Dalam

http://conference.osu.eu/globalization/publ2011/112-117_Istok-Jakabova.pdf (diakses tanggal 29 Desember 2014)

Ariel Cohen, The Russia-China Friendship and Cooperation Treaty: A Strategic Shift in Eurasia?Dalam

http://www.heritage.org/research/reports/2001/07/the-russia-china-friendship-and-cooperation-treaty (Diakses tanggal 17 Desember 2014)

The North Atlantic Treaty Organization; NATO Facts and Figures. Oktober 1971.

Brussel

Elizabeth Van Wie Davis, January 2008, Uyghur Muslim Ethnic Separatism in Xinjiang, China, Asia-Pacific Center for Security Studies,. Dalam

http://www.apcss.org/college/publications/uyghur-muslim-ethnic-separatism-in-xinjiang-china/ (diakses tanggal 12 Desember 2014)

A Short History of Russia (to about 1970) dalam

http://aero-comlab.stanford.edu/jameson/world_history/A_Short_History_of_Russia.pd f (diakses pada tanggal 12 Desember 2014)

Shara Abraham, 2001, Chechnya: Between War and Peace, Human Rights Brief

vol. 8, no. 2, University Washington College of Law,.Dalam

http://digitalcommons.wcl.american.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1484& context=hrbrief (diakses tanggal 12 Desember 2014)

Nato Expansion and Russia: You’re not Paranoid If They Really are our to Get You, http://stratrisks.com/geostrat/12661 diakses tanggal 29 Desember

2014.

Tyler J. Pack, 2011, Chechnya, Georgia, and Theories for Foreign Policy, All

graduate Reports and Creative Projects, Paper 10, diambil dari at http://digitalcommons.usu.edu/gradreports/10 diakses tanggal 29 Sepetember 2014.

Ray Silvius, 2014, The Russian State, Eurasianism, and Civilisations in the Contemporary Global Political Economy, Journal of Global Faultlines, vol.

2. Dalam

http://www.keele.ac.uk/media/keeleuniversity/fachumsocsci/spire/docs/glob alfaultlines/volume2/The%20Russian%20State%20Eurasianism%20and%2


(16)

xvi 0Civilisations%20in%20the%20%20Contempoary%20Global%20Economy .pdf diakses tanggal 29 Desember 2014

Blank, Stephen, 1995, Energy, Economics, and Security in Central Asia: Russia and Its Rivals, Startegic Studies Institute U.S. Army War College, Carlisle

Barracks, Pa. 17013

Scheineson, A., 2009. The Shanghai Cooperation Organization. dalam

http://www.cfr.org/publication/10883/shanghai_cooperation_organization. html?breadcrumb=%2Fregion%2F334%2Frussian_fed (diakses tanggal 8 Juli 2013)

Akiner, Shirin, Dr, The Shanghai Cooperation Organization: A Networking Organisation for A Networking World, Global Strategy Forum. Dalam

http://www.globalstrategyforum.org/wp-content/uploads/The-Shanghai-Cooperation-Organisation.pdf (diakses tanggal 10 Juli 2013)

Sorkina, Marina, Shanghai Cooperation Organisation (Geopolitics at the

Crossroads of Eurasia), Universiteit Gent. Dalam

http://lib.ugent.be/fulltxt/RUG01/001/458/385/RUG01-001458385_2011_0001_AC.pdf (diakses tanggal 2 Nov 2013)

Rita Taureck, 2006, Securitization Theory and Securitization Studies, Journal of

International Relations and Development, The University of Warwick,. Dalam

http://wrap.warwick.ac.uk/1082/1/WRAP_Floyd_Securitization_theory_and _securitization_studies_WRAP.pdf diakses tanggal 10 September 2014

Björn Hettne, Beyond the ‘New’ Regionalism,

http://www.iei.liu.se/content/1/c4/36/46/autumn%202005/ h05%20-%20NPE_Hettne_3.pdf, diakses pada 18 Mei 2014

Klein, Margarete, Oktober 2009, Russia’s Millitary Capabilities “Great Power”

Ambitions and Reality, Berlin: Stiftung Wissenschaft udn Politik, Germany

Institute for Internasional and Security Affairs. Hal. 7.

Stephen Blank, 1995, Energy, Economics, and Security in Central Asia: Russia and Its Rivals, Startegic Studies Institute U.S. Army War College, Carlisle

Barracks, Pa. 17013

Trenin, Dmitri, 2001, The End of Eurasia: Russia on the Border between Geopolitics and Globalization, Carnegie Moscow Center: Moscow. Hal.

218 dalam Bobo Lo, 2004, The Long Sunset of Strategic Patnership:

Russia’s Evolving China Policy, International Affairs 80, 2,. Hal 299 dalam http://www.chathamhouse.org/sites/files/chathamhouse/public/International


(17)

xvii %20Affairs/Blanket%20File%20Import/inta_384.pdf (diakses tanggal 4 Desember 2013)

Kuchins, Andrew, Oktober 2007, Rusia and China: The Ambivalent

Embrace,Current History, Rouledge, dalam

http://csis.org/images/stories/Russia%20and%20Eurasia/071002_ruseura_k uchins.pdf (diakses tanggal 7 Januari 2014)

Odd, Westad, Arne ed., 1998, Brothers in Arms: The Rise and Fall of The Sino-Soviet Alliance, 1945 1963. Washington, DC: Wodrow Wilson Center Press.

Yana Leksyutina, Russian-Chinese Relations: Rapprochement tor Rivalry, Chair

in Bev-Baillet Latour Working Papers, No.37. (July, 2010). Dalam http://soc.kuleuven.be/web/files/11/74/WP37-Leksyutina.pdf (diakses tanggal, 2 september 2013)

Petersen Alexsandros & Barysch Katinka, 2011, Russia, China, and The Geopolitical of Energy in Central Asia, Published by the Centre for

European (CER), London. Dalam

http://www.cer.org.uk/sites/default/files/publications/attachments/pdf/2011/r p_010-4118.pdf (diakses tanggal 2 Nopember 2014)

Miguel Á. Pérez Martín. WP 59/2009 (Translated from Spanish), Geo-Economics

in Central Asia and the ‘Great Game’ of Natural Resources: Water, Oil,

Gas, Uranium and Transportation Corridors (WP), Real Instituto elcano

Royal Instituto. Dalam

http://www.realinstitutoelcano.org/wps/portal/web/rielcano_en/contenido?

WCM_GLOBAL_CONTEXT=/elcano/elcano_in/zonas_in/dt59-2009#.VJcaXsjI (diakses tanggal 22 Desember 2014)

Charles William Maynes, America Discoves Central Asia, Jurnal Foreign Affairs,

Vol. 82/No.2, March-April 2003. Hal. 122

Anna Matveeva & Antonio Diustozzi, 2008, The SCO: A Regional Organisation in The Making, Working Paper 39, Crisis States Research Center LSE.

Dalam http://eprints.lse.ac.uk/22937/1/wp39.2.pdf (diakses tanggal 17 Juli 2013)

Wang Haiyun, The Security Situation In Central Asia, International Strategic

Studies, No.1, January, 2001. Hal. 17

Paolo, Pacicolan. 2001, US and Asia Statistic Handbook 2001-2002.Washington


(18)

xviii

The Foreign Policy Concept of The Russian Federations: A Comparative Study

http://www.ieee.es/en/Galerias/fichero/docs_marco/2013/DIEEEM06-2013_Rusia_ConceptoPoliticaExterior_FRuizGlez_ENGLISH.pdf (diakses tanggal 25 Nopember 2014)

Craig Oliphant, 2013, Russia’s Role and Interests in Central Asia, Saferworld. Dalam

http://www.saferworld.org.uk/downloads/pubdocs/russias-role-and-interests-in-central-asia.pdf (diakses tanggal 22 Nopember 2014)

Yelena Nikolayevna Zabortseva, Transformation of Russia-Kazakhstan Post-Soviet Political Relations: from Chaos toIntegration?, University of Sydney.

Dalam

http://cais.anu.edu.au/sites/default/files/Zabortseva_Transformation%20of% 20Russia.pdf (diakses tanggal 22 Nopember 2014)

Kubangazy Bugubaev Kyrgyzstan-Russia Relations

http://strategicoutlook.org/publications/Kyrgyzstan_Russia_Relations.pdf (diakses tanggal 11 Desember 2014)

Asian Development Bank, Central Asia Atlas of Natural Resource, dalam

http://libgen.org/get?nametype=orig&md5=9E37A437FF415517A4C5D7C F4A21C7AD (diakses tanggal 11 Desember 2014)

Jos Boonstra, Russia and Central Asia From Disinterest to Eager Leadership,

Senior Researcher, FRIDE, Madrid and Co-chair, EU-Central Asia

Monitoring (EUCAM) Project. Dalam

http://fride.org/download/COM_Rusia_CentralAsia_ENG_oct08.pdf (diakses tanggal 12 Desember 2014)

Timur Abdullaev, Uzbekistan Manuvers, Perspective, volume 14, no. 4 (June-July

2004). Dalam

https://open.bu.edu/bitstream/handle/2144/3618/perspective_14_4_abdullae v.pdf?sequence=1

Gregory Gleason, The Uzbek Expulsion of U.S Forces and Realiagnment in Central Asia,

Problems of Post-Communism, vol. 53, no. 2, March/April 2006, hal.57-58.

Review buku dari Odd Arne Westad, ed., 1998, Brothers in Arms: The Rise and Fall of the Sino-Soviet Alliance, 1945-1963. Washington, DC: Woodrow

Wilson Center Press. Dalam

http://www.fas.harvard.edu/~hpcws/Vol2.BrothersinArms.doc (Diakses tanggal 17 Desember 2014)


(19)

xix Yang Kuisong, The Sino-Soviet Border Clash of 1969: From Zhenbao Island to Sino-American Rapprochement, Cold War History 1, no. 1, August 2000.

Hal. 21-52

S.C.M. Paine, 1996, Imperial Rivals: China, Russia, and their Disputed Frontier

(Armonk, NY: M.E. Sharpe), 28-29. Dalam Paul J. Bolt and Sharyl N. Cross,

Contemporary Sino-Russian Security Partnership: Challengs and

Opportunities for the United States,

http://www.usafa.edu/df/inss/Research%20Papers/2009/09%20Bolt%20BO LTCROSS(FINAL).pdf (diakses tanggal 5 Desember 2014).

Central Intelligence Agency, The World Factbook China,

https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/ch.html (diakses tanggal 5 Desember 2014).

Lee Nam-ju From, Partnership to Alliance? The Development of Sino-Russian Relations, East Asian Review, Vol.13, No.1, Spring 2001, hal. 56. Dalam

http://www.ieas.or.kr/vol13_1/13_1_3.pdf diakses tanggal 5 Desember 2014.

Albert Chang, Revisiting the Tiananmen Square Incident: A Distorted Image

from Both Sides of the Lens. Baca

http://web.stanford.edu/group/sjeaa/journal51/china1.pdf (Diakses tanggal 17 Desember 2014)

Fengjun Chen (ed.), 1999, International Relationship of Asian-Pacific in the Post-Cold WarEra, Beijing: Xinhua Chubanshe, Chinese, hal. 187-188. Dalam

Lee Nam-ju, From Partnership to Alliance? The Development of Sino-Russian Relations, East Asian Review, Vol.13, No.1, Spring 2001, hal. 56.

Dalam http://www.ieas.or.kr/vol13_1/13_1_3.pdf diakses tanggal 5 Desember 2014.

Lee Nam-ju, From Partnership to Alliance? The Development of Sino-Russian Relations, East Asian Review, Vol.13, No.1, Spring 2001, hal. 56. Dalam

http://www.ieas.or.kr/vol13_1/13_1_3.pdf diakses tanggal 5 Desember 2014

James Coady, The Emergence of Anti-Western Alliance: Implications and Prescriptions for Western Security Strategy, The Henry Jackson Society, A

Strategic Briefing. Hal. 5.

http://www.henryjacksonsociety.org/cms/harriercollectionitems/HJS%20Str ategic%20Briefing%20-%20The%20Emergence%20of%20an%20Anti-Western%20Alliance.pdf (Diakses tanggal 17 Desember 2014)


(20)

xx

Charter of Shanghai Cooperation Organisation

http://www.sectsco.org/EN123/show.asp?id=69 (diakses tanggal 17 Juli 2013)

A Short History of Russia (to about 1970) dalam

http://aero-comlab.stanford.edu/jameson/world_history/A_Short_History_of_Russia.pd f (diakses pada tanggal 12 Desember 2014)

Chechnya: Between War and Peace dalam

http://digitalcommons.wcl.american.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1484& context=hrbrief (diakses tanggal 12 Desember 2014)

Elizabeth Van Wie Davis, , January 2008, Uyghur Muslim Ethnic Separatism in Xinjiang, China, Asia-Pacific Center for Security Studies.

http://www.apcss.org/college/publications/uyghur-muslim-ethnic-separatism-in-xinjiang-china/ (diakses tanggal 12 Desember 2014)

E. Winshnick, Growing U.S. Security Interest in Central Asia. Dalam

http://www.strategicstudiesinstitute.army.mil/pubs/display.cfm?pubID=110. Dalam Marina Sorkina, Shanghai Cooperation Organisation (Geopolitics at

the Crossroads of Eurasia), Universiteit Gent.

http://lib.ugent.be/fulltxt/RUG01/001/458/385/RUG01-001458385_2011_0001_AC.pdf (diakses tanggal 2 Nov 2013)

Jim Nichol, 2001, Central Asia’s New States: Political Developments and

Implications for U.S. Interests, CRS Issue Brief for Congress, May 18, , hal.

3. http://cnie.org/NLE/CRSreports/international. Dalam Elizabeth Wishnick, 2002, Growing U.S. Security Interest In Central Asia,. Hal. 3. Dalam

http://www.strategicstudiesinstitute.army.mil/pdffiles/pub110.pdf (Diakses tanggal 12 Desember 2014)

In Defense of the Individual, Society, and the State: Defense Aspects of the National Security Concept of the Russian Federation,” Military News

Bulletin 7, no. 1 (January 1998). Hal. 3. Dalam Andrew C. Kuchins & Alexei V. Zagorsky, When Realism and Liberalism Coincide: Russian Views of U.S. Alliances in Asia. Hal. 11. Dalam

http://iis-db.stanford.edu/pubs/10141/kuchins1.pdf (diakses tanggal 17 Desember 2014).

H.J. Mackinder, Democratic Ideals and Reality (Washington, DC: National

Defence University Press, 1996), copyright 1942, Constable Publishers, London.

Weinstein, Michael A. Intelligence Brief: Shanghai Cooperation Organization,


(21)

xxi pinr.com/report.php?ac=view_report&report_id=325&language_id=1 . Dalam Ibid, hal. 3.

Jeanne L. Wilson, 2004, Strategic Parteners : Russian-Chinese Relations in the Post Soviet Era Armonk, New York ; M.E Sharpe,. hal 11-12

Light, M., 2004. In Search of an Identity: Russian Foreign Policy and the End of Ideology. dalam R. Fawn ed., 2004. Ideology and National Identity in Post-Communist Foreign Policies. London: Frank Cass Publishers, hal. 43

Scheineson, A., 2009, The Shanghai Cooperation Organization. dalam

http://www.cfr.org/china/shanghai-cooperation-organization/p10883?breadcrumb=%2Fregion%2F334%2Frussian_fed (diakses tanggal 8 Juli 2013)

Jefferson E. Turner, 2005, Shanghai Cooperation Organization: Paper Tiger or Regional Power House, Naval Post Graduate School. Monterey, California,.

Hal . 23.

Ren Donfeng, 2003, The Central Asia policies of China, Russia and the USA, and the Shanghai Cooperation Organization process: a view from China,

Stockholm: International Peace Research Institute. hal.11

Wilson, Jeanne L. Strategic Partners : Russian-Chinese Relations in the Post Soviet Era, Armonk, New York ; M.E Sharpe, 2004

The Foreign Policy Concept of The Russian Federations: A Comparative Study

http://www.ieee.es/en/Galerias/fichero/docs_marco/2013/DIEEEM06-2013_Rusia_ConceptoPoliticaExterior_FRuizGlez_ENGLISH.pdf (diakses tanggal 25 Nopember 2014)

Andrei Y. Urnov, “Russian and Caspian Energy Export Prospects”, address given at the Central Asia-Caucasus Institute of the Johns Hopkins University School of Advanced International Studies (SAIS), Washington, D.C., May 17, 2000, diakses dari http://www.cacianalyst.org pada 31 Oktober 2012

Christensen, Thomas, 2002, Russian Security Policy According to a Hegelianised Copenhagen School, Copenhagen: MA thesis, Institute of Political Science,

University of Copenhagen, http://thomas.dossier.dk/thesis/thesis.html . Ibid,

Barry Buzan & Ole Waever ,. Hal. 408.

Isakova, I., 2005. Russian Governance in the Twenty-First Century: Geo-strategy, Geopolitics, and Governance. New York: Frank Cass Publishers. Hal. 108


(22)

xxii Katz, M. 2008. Russia and the Shanghai Cooperation Organization: Moscow’s

Lonely Road from Bishkek to Dushanbe. Asian Perspective. Hal. 185.

Steven Lee Myers, Threats And Responses: Central Asia; Russia To Deploy Air Squadron In Kyrgyzstan, Where U.S. Has Base , diakses dari

http://www.nytimes.com/2002/12/04/world/threats-responses-central-asia-russia-deploy-air-squadron-kyrgyzstan-where-us.html pada 31 Oktober 2012

Asian Development Bank, Central Asia Atlas of Natural Resource. dalam

http://libgen.org/get?nametype=orig&md5=9E37A437FF415517A4C5D7C F4A21C7AD (Diakses tanggal 12 Desember 2014)

Petersen Alexsandros & Barysch Katinka, 2011, Russia, China, and The Geopolitical of Energy in Central Asia, Published by the Centre for

European (CER), London. Dalm

http://www.cer.org.uk/sites/default/files/publications/attachments/pdf/201 1/rp_010-4118.pdf (Diakses tanggal 12 Desember 2014)

http://www.globalsecurity.org/org/news/2002/us-deploy010214.gif (diakses tanggal 18 Desember 2014)

Skripsi

Laillatur Riva, 2012, Dampak Perluasan Keanggotaan Uni Eropa ke Negara-Negara Baltik Terhadap Soft Security Rusia, skripsi, UMM: Unpublished.


(23)

1 BAB I

Pendahuluan

1.1Latar Belakang

Shanghai Cooperation Organization (SCO)1 merupakan sebuah organisasi

regional yang didirikan pada tanggal 15 Juni 2001 yang beranggotakan Rusia, Cina dan empat negara Asia Tengah; Kazakhstan, Kyrgistan, Tajikistan dan Uzbekistan.2 SCO merupakan kelanjutan dari kerjasama Shanghai Five3 yang

dibentuk pada tahun 1996.4 Lahirnya SCO yang menggabungkan dua kekuatan besar antara Rusia dan Cina kerap kali disebut sebagai momentum lahirnya sebuah poros kekuatan regional baru di dalam konstalasi politik dunia.

Terbentuknya sebuah strategic partnership (kemitraan strategis) Rusia

dengan Cina sebagai kekuatan besar dalam organisasi SCO akan meningkatkan nilai strategis kawasan Eurasia dalam mendukung pola interaksi di kawasan, termasuk dengan menempatkan kawasan Asia Tengah secara geopolitik sebagai

1

Shanghai Cooperation Organisation, selanjutnya akan disebut SCO.

2 Marina Sorkina, 2009-2010,

Shanghai Cooperation Organisation (Geopolitics at the Crossroads of Eurasia), Universiteit Gent. Hal 13. Dalam

http://lib.ugent.be/fulltxt/RUG01/001/458/385/RUG01-001458385_2011_0001_AC.pdf (diakses tanggal 2 Nov 2013).

3

ShanghaiFive merupakan sebuah kesepakatan yang dibentuk oleh Rusia dan China serta tiga

Negara Asia tengah lainnya, yaitu Kazhakhstan, Kyrgistan, dan Tajikistan pada tahun 1996 dengan tujuan Treaty on Deepening Military Trust in Border Regions. Pada saat Shanghai Five,

Uzbekistan belum bergabung, hanya pada saat SCO terbentuklah Uzbekistan turut ambil bagian dalam organisasi ini. Dirangkum dari artikel Dr. Shirin Akiner, The Shanghai Cooperation Organization: A Networking Organisation for A Networking World, Global Strategy Forum.

Dalam http://www.globalstrategyforum.org/wp-content/uploads/The-Shanghai-Cooperation-Organisation.pdf (diakses tanggal 10 Juli 2013).

4 Alyson J. K. Bailes, Pál Duncay, Pan Guang & Mikhail Troitskiy, 2007,

The Shanghai Cooperation Organization, SIPRI Policy Paper No. 17. Stockholm International Peace Research

Institute,. Hal. 1. Dalam http://books.sipri.org/files/PP/SIPRIPP17.pdf (diakses tanggal 10 Juli 2013).


(24)

2 jantung Eurasia (eurasian heartland) yang sangat strategis. 5 Kawasan ini

dianggap strategis dengan sumber daya alam minyak dan gas bumi yang sangat potensial disamping masih terdapatnya aset-aset militer, fasilitas peluncuran pesawat ruang angkasa serta sisa persenjataan nuklir peninggalan perang dingin.6

Asia Tengah merupakan salah satu kawasan yang sangat strategis di dunia. Asia tengah merupakan negara bekas Uni Soviet yang kaya akan hasil alam dan energi, karena itu Asia Tengah merupakan jalur minyak potensial bagi negara-negara di luar kawasan. Kawasan Asia Tengah terdiri dari lima negara-negara, yaitu Kazakhstan, Kyrgistan, Uzbekistan, Tajikistan, dan Turkmenistan. 7 Dalam kawasan ini sering kali timbul konflik-konflik etnis, gerakan separatis, maupun teroris. Dengan kondisi seperti itu, Rusia sebagai negara yang sangat dekat dengan Asia Tengah ingin selalu memantau keadaan negara bekas Uni Soviet tersebut. Rusia sangat ingin jika negara-negara Asia Tengah bergantung terhadap Rusia dalam bidang militer maupun secara ekonomi, bukan negara lain yang ingin juga mempunyai pengaruh yang besar seperti Amerika Serikat (AS).8

5

Eurasian Heartland merupakan strategi klasik yang lahir pada saat perang Dunia I oleh Sir

Harlford Mackinder (1861-1947). Strategi ini menggambarkan skema strategi global yang identik dengan konsep memenangkan perang, ekspansi territorial, penyebaran pengaruh yang mengarah pada usaha pencapaian penguasaan dunia. Geoffrey Sloan, 1999, Sir Halford Mackinder: The Heartland Theory Then and Now, Geopolitics, Geography and Strategy, Oxon, Frank

Cass Publisher,. Hal.16-18. 6 Lo Bobo. 2008.

Axis of Convenience: Moscow, Beijing and the New Geopolitics, Royal Institute

of International Affairs, Chantam House, London, Brookings Institute Prees, Washington D.C,. Hal 35.

7 Dmitri Trenin, 2001,

The End of Eurasia: Russia on the Border between Geopolitics and Globalization, Carnegie Moscow Center: Moscow. Hal. 218 dalam Bobo Lo, 2004, The Long

Sunset of Strategic Patnership: Russia’s Evolving China Policy, International Affairs 80, 2,. Hal

299 dalam

http://www.chathamhouse.org/sites/files/chathamhouse/public/International%20Affairs/Blanket% 20File%20Import/inta_384.pdf (diakses tanggal 4 Desember 2013).

8


(25)

3 Politik luar negeri Rusia yang mengacu pada penjagaan pengaruhnya di kawasan mengindikasikan bahwa Rusia ingin menunjukkan power yang

dimilikinya terutama pada negara-negara pecahan Uni Soviet guna mempertahankan, memperluas dan memperbesar pengaruhnya di kawasan akan terbatasi ketika mulai masuknya great power baru di kawasan Asia Tengah. 9

Rusia sebagai great power merupakan inti dari karakteristik yang telah dibangun

kembali10 dan dilekatkan serta selalu dipelihara oleh Rusia baru pasca runtuhnya Uni Soviet pada 31 Desember 1991.11 Karakter ini mendorong Rusia untuk selalu bertindak sebagai rezim dalam kawasan yang paling berhak untuk menjamin dan menjaga terciptanya stabilitas keamanan negara-negara di kawasannya.

Kawasan Asia Tengah juga berdekatan dengan Cina. Cina merupakan negara sedang berkembang pesat dalam bidang ekonomi, dan seiring dengan itu pula Cina juga mulai memodernisasi pertahanan militernya. Secara geografis Cina berbatasan langsung dengan Rusia dan negara-negara di Asia Tengah yang merupakan negara pecahan Uni Soviet. Keinginan Cina untuk turut andil dalam menciptakan keamanan di Asia Tengah adalah demi mengatasi permasalahan separatis di Xinjiang dan juga untuk menjaga aliran impor energi dari negara Asia Tengah. Energi yang berlimpah di Asia Tengah juga merupakan salah satu daya

9Olga Oliker, dkk, 2009,

Russian Foreign Policy: Source and Implication, Rand, Corporation

California. Hal. 67

10 Margarete Klein, Oktober 2009, Russia’s Millitary Capabilities “Great Power” Ambitions and

Reality, Berlin: Stiftung Wissenschaft udn Politik, Germany Institute for Internasional and Security

Affairs. Hal. 7.

11 Jacob Hedenskog, 2005

Russia as a Great Power; Dimensions of Security Under Putin, New


(26)

4 tarik tersendiri bagi negara besar seperti Amerika Serikat dan sekutunya dalam menguasai Asia Tengah.12

Hingga akhirnya munculah gagasan dari dua negara besar Rusia dan Cina dalam mengamankan kawasan Asia Tengah. Kerjasama diantara keduanya diawali dengan kunjungan Presiden Borist Yeltsin pada tahun 1995 ke Beijing, di mana pada saat itu pemimpin kedua negara tersebut memiliki kesepahaman mengenai kerjasama strategis yang akan dilaksanakan dengan memperkuat poros hubungan Moskow-Beijing menggantikan perjanjian serupa pada tahun 1950 yang sempat tidak berlaku dikarenakan adanya perang perbatasan pada tahun 1969. Hal ini ditunjang adanya persamaan persepsi mengenai keyakinan mereka untuk membendung dominasi Amerika Serikat terutama setelah berakhirnya Perang Dingin dan kesepakatan untuk ikut menjadi bagian secara intensif dalam pembentukan tatanan dunia baru yang bersifat multipolar.13

Hubungan yang terjalin antara Rusia dan Cina, terus mengalami fluktuasi dan mengalami berbagai perubahan yang cukup mencolok sejak pertengahan abad ke 20 hingga awal abad ke 21. Sejak Federasi Rusia masih berbentuk Uni Soviet hingga pada akhirnya runtuh pada tahun 1991, kedua negara memiliki hubungan yang cukup menarik untuk diamati, yang kerap kali diwarnai dengan kerjasama, dan ketegangan yang fluktuatif dan penuh dengan ambiguitas. Dari menjadi sekutu strategis pada tahun 1950an dengan sebutan brothers in arms, hingga

12 Stephen Blank, 1995,

Energy, Economics, and Security in Central Asia: Russia and Its Rivals,

Startegic Studies Institute U.S. Army War College, Carlisle Barracks, Pa. 17013 13


(27)

5 berubah menjadi saingan dan mengalami hubungan yang panas di tahun 1960an.14 Hubungan Rusia dan Cina tetap tegang sepanjang dekade akibat Perang Dingin, namun sejak runtuhnya Uni Soviet pada 1991, hubungan bilateral kedua negara terlihat mulai mengalami perbaikan besar. Hubungan Rusia dan Cina mulai dinormalisasi kembali sejak Mikhail Gorbachev mengunjungi Cina pada tahun 1989, mengakhiri konfrontasi terbuka selama 30 tahun antara kedua negara.15 Sejak saat itu, hubungan kedua negara terus mengalami penyesuaian dan perbaikan yang intensif dimana pada 1996 melalui pertemuan Boris Yeltsin dan Jiang Zemin, kedua negara secara resmi membentuk kemitraan strategis dalam

Shanghai Five bersama tiga negara Asia Tengah Kazakhstan, Kyrgistan,

Tajikistan.16

Munculnya SCO membuat babak baru di wilayah ini. Sebagai organisasi regional di Asia Tengah yang mempunyai peran penting dalam integrasi regional Asia Tengah, SCO mempunyai peran cukup penting. Kerjasama SCO berpusat pada kekhawatiran yang berhubungan dengan keamanan negara-negara anggotanya, seringkali menggambarkan ancaman utama yang dihadapi seperti hadirnya outsider power di kawasan (AS dan aliansinya), separatis, teroris,

ekstremis. Selain itu, SCO yang dilandasi tujuan yang sama di kawasan tersebut merupakan bentuk dari usaha Rusia bersama Cina guna mengurangi pengaruh ancaman baik dari dalam maupun dari luar kawasan. Hal ini menjadi menarik

14 Westad Odd, Arne ed., 1998,

Brothers in Arms: The Rise and Fall of The Sino-Soviet Alliance, 1945 1963. Washington, DC: Wodrow Wilson Center Press. Hal 5

15 Yana Leksyutina,

Russian – Chinese Relations: Raprochement or Rivalry, Chair in Bev – Baillet

Latour Working Papers, No.37. (July, 2010), hal 4. Dalam

https://soc.kuleuven.be/web/files/11/74/WP37-Leksyutina.pdf (diakses tanggal, 2 september 2013) 16


(28)

6 ketika Rusia sebagai negara besar yang baru saja bangkit dari kehancurannya dan berusaha tetap menjaga menjaga keutuhan pengaruhnya di negara-negara buffer zone-nya. Selanjutnya yang menjadi menarik adalah bersatunya Rusia dan Cina

dalam sebuah strategic patnership (kemitraan strategis) yang mana sebelumnya

kedua negara ini memiliki sejarah ketegangan di masa lalu mengenai sengketa perbatasan di kawasan Rusia Timur Jauh (Russian Far East; RFE).

1.2Rumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang permasalahan di atas penulis mencoba merumuskan sebuah rumusan permasalahan sebagai berikut: Mengapa Rusia membuat kemitraan strategis dengan Cina di Asia Tengah dalam Shanghai Cooperation Organisation (SCO)?

1.3Tujuan Penelitian

Dalam pembuatan penelitian ini penulis memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:

1. Guna menelisik lebih mendalam mengenai peta politik internasional Rusia dalam kaitannya dengan terjalinnya aliasi antara Rusia dan Cina dalam SCO.

2. Guna memahami kerjasama yang dilakukan oleh Rusia bersama dengan Cina sebagai strategic patnership antara keduanya dalam menjaga


(29)

7 3. Guna memahami Rusia sebagai great power di kawasan yang terus

berupaya menjaga kawasan post soviet state untuk tetap berada dalam

pengaruhnya.

1.4Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis:

1. Dapat menambah khasanah kajian teoritis tentang regional security complex theory (RSCT)

2. Dapat memberi gambaran baru mengenai kajian kawasan Asia Tengah pada khususnya dan kawasan Eurasia pada umumnya

1.4.2 Manfaat praktis:

1. Dapat dijadikan acuan bagi penelitian-penelitian setelah ini terutama yang menyangkut Rusia, Cina, dan SCO juga menggenai fenomena serupa. 2. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan

keilmuan khusus bagi kajian kawasan Eurasia (Eropa dan Asia).

3. Dapat memberi kotribusi bagi kajian Ilmu Hubungan Internasional khususnya mengenai hubungan Rusia dan Cina dalam lingkup SCO.

1.5Kajian Pustaka

1.5.1 Literatur Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian yang telah terlebih dahulu meneliti mengenai respon Rusia terhadap ancaman yang mulai merambah pada negara-negara buffer-zonenya yaitu negara bekas Uni Soviet. Penelitian yang pertama dari Dr. Shirin


(30)

8 Akiner,17 yang kedua penelitian yang ditulis oleh Anna Matveeva dan Antonio Giustozzi,18 yang ketiga penelitian dari Stephen Blank,19 dan yang terakhir skripsi dari Laillatur Riva.20

Penelitian yang pertama berjudul The Shanghai Cooperation Organization: A Networking Organisation for A Networking World, dari Dr. Shirin Akiner.

Dalam tulisan ini menjelaskan mengenai SCO sebagai organisasi yang memang dibentuk menjaga stabilitas keamanan di kawasan Asia Tengah. Dakam tulisan ini Akiner mencoba memaparkan bentuk organisasi SCO, kiprahnya dalam dunia internasional serta hubungannya dengan Negara-negara lain. Akiner juga menjelaskan bahwa pada awal mua SCO yang dibentuk atas dasar menjaga stabilitas di Negara tengga kemudia dengan Shanghai Spirit kemudian mulai

merambah kearah kerjasama yang lebih komplit antar anggotanya. Dengan demikian diharapkan oraganisasi ini dapat menjaga kemanana bersama para anggotanya.

Akiner juga menjelaskan tujuan awal dari SCO ini adanya memerangi tiga hal yaitu melawan teroris, separatis, dan ekstrimis. Selain itu poin penting yang tertera dalam SCO charter adalah membangun kepercayaan antar negara tengga.

Penelitian ini hanya fokus pada SCO secara umum, mulai dari bagaimana awal

17 Akiner, Shirin, Dr, 2010,

The Shanghai Cooperation Organization: A Networking Organisation for A Networking World, Global Strategy Forum. Dalam

http://www.globalstrategyforum.org/wp-content/uploads/The-Shanghai-Cooperation-Organisation.pdf (diakses tanggal 10 Juli 2013) 18 Anna Matveeva & Antonio Diustozzi, 2008,

The SCO: A Regional Organisation in The Making, Working Paper 39, Crisis States Research Center LSE. Dalam

http://eprints.lse.ac.uk/22937/1/wp39.2.pdf (diakses tanggal 17 Juli 2013) 19 Stephen Blank, 1995,

Energy, Economics, and Security in Central Asia: Russia and Its Rivals,

Startegic Studies Institute U.S. Army War College, Carlisle Barracks, Pa. 17013. Dalam

http://www.strategicstudiesinstitute.army.mil/pdffiles/PUB119.pdf (diakses tanggal 17 Juli 2013) 20 Laillatur Riva, 2012,

Dampak Perluasan Keanggotaan Uni Eropa ke Negara-Negara Baltik Terhadap Soft Security Rusia, skripsi, UMM: Unpublished.


(31)

9 mula pembentukannya yang semula bernama Shanghai Five lalu bertransformasi

menjadi SCO.

Penelitian ini banyak mengulas aktifitas SCO dari semenjak awal berdirinya. Sebagaimana SCO yang cakupan kerjasamanya tidak hanya dalam bidang militer saja melainkan dalam bidang perdagangan, serta suplai energi. Selain itu SCO yang pada awal mula berdirinya diarhkan guna mengatasi ancaman di kawasan berkenaan dengan three evil; separatis, teroris, dan

ekstremis, dalam hal ini SCO membentuk suatu badan yang secara khusus menangani persoalan ini, yaitu Regional Anti-Terrorist Structure (RATS).

Dan lagi, Akiner juga menuliskan, reaksi Barat terhadap SCO bahwa sebagai sebagai organisasi regional pertama yang mana AS tidak termasuk di dalamnya disebut banyak kalangan akademisi sebagai block tandingan AS.

Kalangan western menyebut SCO sebagai ‘beast of the east’, ‘OPEC with the

bombs’, dan ‘NATO’s evil twin’. SCO seyogyanya secara formal tidak diciptakan

untuk menjadi tandingan siapapun. SCO diciptakan untuk mencitakan kepercayaan antar anggota serta untuk menjaga territorial anggota.

Penelitian ini meski tidak memiliki kesamaan secara alur pembahasan namun pada dasarnya penelitian yang fokus membahas SCO secara mendalam sangat membantu penulis dikarenakan SCO merupakan salah satu unit penting dalam penelitian ini. Penelitian ini pun mengupas bagaimana hubungan SCO bersama organisasi regional lainnya, serta bagaimana garis koordinasi antar anggota dan negara-negara observer seperti Iran, Turkmenistan, Pakistan, India, dan Mongolia.


(32)

10 Penelitian kedua merupakan sebuah jurnal dari Anna Matveeva dan Antonio Giustozzi yang berjudul The SCO: A Regional Organisation In The Making.

Penelitian ini memaparkan mengenai SCO sebagai organisasi regional yang bertujuan untuk memperkuat rasa saling percaya, bertetangga yang baik, dan persahabatan di antara negara anggota; mengembangkan kerja sama yang efektif di bidang politik urusan, ekonomi, perdagangan, ilmu pengetahuan dan teknologi, budaya, pendidikan, energi, transportasi dan perlindungan terhadap lingkungan; dan bekerjasama untuk memelihara perdamaian, keamanan dan stabilitas regional. Matveeva dan Giustozzi juga memaparkan dinamika organisasi baik dalam internal SCO maupun kondisi eksternal yang terjadi. Yang dalam kondisi inetrnal dalam SCO, Rusia dan Cina sebagai dua negara dengan kekuatan yang lebih besar dari pada keempat anggota lainnya kedua memiliki beberapa kesepahaman yang berbeda. Intervensi dari luar anggota juga turur mewarnai dinamika dalam oraganisasi yang terbentuk pada pada tahun 2001 ini.

Penelitian ini penulis gunakan sebagai penelitian terdahulu karena penelitian ini memaparkan begitu banyak perkembangan aliansi Rusia dalam SCO dan juga bagaimana kondisi internal di kawasan Asia Tengah. Selain itu penelitian ini juga membantu penulis dalam mengetahui perkembangan separatis, teroris, dan ekstremis yang menjadi salah satu permasalahan nasional yang sangat krusial di masing-masing negara anggota SCO yang berusaha mereka atasi bersama melalui SCO. Selain itu, penelitian ini juga mengulas perkembangan internal dalam konteks hubungan negara-negara anggota SCO serta perkembangan eksternal mengenai hubungan negara anggota SCO dengan negara lain seperti AS dan


(33)

11 negara aliansinya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sedang penulis teliti adalah cakupannya yang sangat luas mengenai perkembangan organisasi SCO, sedangkan penulis hanya meneliti mengenai bagaimana Rusia mencoba menggunakan SCO dalam mengatasi ancaman di kawasan Asia Tengah.

Penelitian ketiga dari Stephen Blank yang berjudul Energy, Economics, and Security in Central Asia: Russia and Its Rivals. Penelitian ini mengulas

bagaimana kiprah Rusia di Asia Tengah serta bagaimana Rusia menghadapi negara-negara di luar kawasan yang mulai mengancam posisinya sebagai satu-satunya hegemon di kawasan.

Menurut Blank ada banyak negara di luar kawasan yang mulai masuk di Asia Tengah dengan berbagai kepentingan nasional mereka, seperti Turki, Iran, India, Pakistan, AS, dan tak terkecuali Cina. Mayoritas kepentingan mereka di kawasan adalah perihal ekonomi, dan keamanan. Rusia yang menobatkan dirinya sebagai great power di kawasan merasa perlu mewaspadai kehadiran para rivalnya itu di wilayah buffer zone-nya.

Cina yang mulai meningkat kebutuhan akan energi karena tingkat produksi yang semakin pesat sangat berkepentingan di Asia Tengah, mengingat negara-negara di Asia Tengah memiliki banyak cadangan kekayaan alam tersebut. Selain itu perihal perbatasan di Xinjiang serta kelompok ektrimis di sana. Rusia memandang pertumbuhan yang dialami Cina di berbagai aspek seperti ekonomi, dan keamanan merupakan ancaman sekaligus peluang bagi Rusia.

Penelitian ini digunakan sebagai literatur terdahulu karena penelitian ini mengulas hubungan Rusia dengan negara-negara yang menjadi rivalnya di


(34)

12 kawasan yang salah satunya adalaha Cina. Penelitian ini dapat membantu penulis dalam melihat pola prilaku Rusia dalam hubungannya dengan Cina di kawasan Asia Tengah.

Penelitian yang keempat adalah dari skripsi milik Lailatur Riva yang berjudul Dampak Perluasan Uni Eropa ke Negara-Negara Baltik Terhadap Soft Security Rusia. Penelitian tersebut menguaraikan mengenai dampak perluasan Uni

Eropa, terutama tahap kelima ke (Central and Eastern Europe/CEE) khususnya

ke 3 negara Baltik yaitu Estonia, Latvia dan Lithuania yang merupakan negara-negara pembentuk kesatuan Uni Soviet era Perang Dingin, adalah ancaman menurut Rusia (berdasarkan karakteristik Rusia). Memang bukan ancaman secara militer yang timbul, karena UE bukanlah suatu kerjasama/pakta/aliansi pertahanan, melaikan organisasi regional. Jadi soft security Rusia lah yang

terancam.

Penelitian ini menggunakan Regional Security Complex Theory (RSCT).

Berdasarkan RSC tipe Great Power-concerned, Rusia sebagai rezim Great Power

di kawasannya, mengikrarkan dirinya sebagai yang paling berhak menjaga keamanan negara-negara di kawasannya. Oleh karena itu Rusia pun bersikap responsif karena dampak-dampak dari perluasan tersebut telah mengguncang stabilitas kawasannya dan domestiknya. Dampak-dampak tersebut timbul sebagai akibat dari adanya transformasi sistem di lingkungannya sebagai imbas dari adopsi aturan-aturan dan standar-standar UE oleh negara-negara anggota baru dan negara-negara tetangga baru (yang juga merupakan near abroad-nya Rusia).


(35)

13 Rusia, sebuah negara besar yang merupakan ex-Soviet paling powerful dan Great Power di kawasannya, mempunyai karaktertik khas yang unik dan berbeda

dengan nilai-nilai UE dalam memterjemahkan aspek-aspek keamanan. Dengan ini maka, Rusia memandang perluasan UE ke negara-negara Baltik sebagai ancaman yang menjadi faktor utama Rusia dalam menyikapi hal ini dengan memberikan respon-respon terkait dengan perluasan tersebut. Respon-respon ini marupakan tindakan yang dikeluarkan Rusia sebagai reaksi atas dampak-dampak perluasan UE yang mengakibatkan terganggunya keamanan kawasan dan internal Rusia, terutama pada aspek-aspek keamanan non-militer (politik, ekonomi dan sosial, yang diistilahkan sebagai soft security).

Dampak-dampak perluasan ini menerjang internal Rusia diakibatkan karena adanya benturan kekuasaan dan pengaruh antara Rusia dengan UE (sebagai Great Power dalam kawasannya masing-masing) yang terjadi di dalam satu kawasan

yang sama, dalam Regional Security Complex (RSC) Rusia. Dengan tipe RSC

Rusia yang merupakan Great Power-concerned, maka Rusia merupakan

satu-satunya power dalam kawasan tersebut yang berhak dan harus mewujudkan

pencapaian keamanan, keamanan kawasan yang nantinya bermuara pada keamanan nasional masing-masing negara-negara di dalamnya, termasuk keamanan domestik Rusia sendiri. Pola persamaan penelitian dengan peneliti adalah tetap pada sosok Rusia yang merasa terancam atas hadirnya external power

di negara-negara bekas Uni Soiet yang mana negara tersebut merupakan bentuk pertahanan Rusia di kawasan.


(36)

14 Penelitian ini digunakan sebagai literatur terdahulu mengingat penelitian ini memiliki kesamaan dalam poin Rusia sebagai great power di kawasan yang

merasa berhak menjaga kawasannya dari adanya ancaman yang datang di kawasan post soviet state. Jika dalam penelitian ini Lailatur Riva mengambil

fokus pada kawasan Baltik yang terdiri dari Latvia, Estonia dan Lithuania, maka penulis meneliti usaha Rusia dalam melindungi kawasan Asia Tengah dan mencegah ancaman yang datang di kawasan.

Tabel 1.1 Posisi Penelitian

No. Nama/Judul Metodologi Hasil

1 Dr. Shirin Akiner/

The Shanghai

Cooperation Organization: A Networking

Organisation for A Networking World

- Deskriptif - Fokus pada

pembentukan organisasi Shanghai Cooperation Organization (SCO)

Bahwa SCO merupkan organisasi regional di kawasan Eurasia (Eropa-Asia) yang awal mulanya bertujuan untuk

strethening of regional peace, security and stability. SCO

mencakup berbagai bidang kerjasama antara lain security, economi, budaya, pendidikan sertan lingkungan. SCO sering dianggap sebagai counter baance terhadap Barat, namun

secara formal organisasi ini diciptakan untuk menciptakan dan memperkuat kepercayaan antar anggota.

2 Anna Matveeva dan Antonio Giustozzi/ The SCO: A Regional Organisation in The Making

(Jurnal)

- Deskriptif - Fokus pada SCO

sebagai organisasi regional

Bahwa terdapat berbagai dinamika dalam SCO baik di luar oragnisasi maupun di dalam organisasi. Mulai dari awal pembentukan SCO

hingga bagaimana

hubungannya dengan

organisasi lain di kawasan. Selain itu SCO sebagai organisasi regional di kawasan yang terus berusaha untuk menjaga kawasan dari ancaman separatis, teroris, dan


(37)

15 ekstremis yang telah berdiaspora dan menjadi permasalahan di masing-masing anggota SCO.

3 Stephen Blank/

Energy,

Economics, and Security in Central Asia: Russia and Its Rivals (Jurnal)

- Deskriptif

- Fokus pada Rusia dalam menghadapi para rivalnya di kawasan Asia Tengah

Rusia memiliki banyak rival di kawasan Asia Tegah yang dapat mengancam posisinya di sana. Ada banyak negara

outsider power yang masuk di

kawasan mulai dari AS, Turki, Iran, India, Pakistan, serta Cina. Para rival Rusia di kawasan tersebut hadir dengan berbagai kepentingan, mulai dari kepentingan energy, ekonomi dan keamanan di Asia Tengah, mengingat kawasan ini merupakan kawasan yang sangat strategis secara geografis yang menjadi jembatan antara western dan eastern dan juga kawasan ini

kaya akan energi yang dibutuhkan banyak negara besar di dunia.

4 Lailatur Riva/ Dampak Perluasan Uni Eropa ke negara-negara Baltik terhadap

soft security Rusia

(Skripsi)

- Eksplanatif - Memakai

Regional Security Complex Theory

- Fokus pada

karakteristik Rusia

Bahwa perluasan UE, terutama tahap kelima ke CEE khususnya ke 3 negara Baltik yaitu Estonia, Latvia dan Lithuania yang merupakan negara-negara post soviet state, adalah ancaman

menurut Rusia (berdasarkan karakteristik Rusia) bagi soft security nasionalnya. Rusia

pun bersikap responsif karena

dampak-dampak dari

perluasan tersebut telah mengguncang stabilitas kawasannya dan domestiknya. 5 Siti Mukarramah

(penulis)/ Analisa Kemitraan

Strategis Rusia dengan Cina di Kawasan Asia

- Eksplanatif - Memakai

Regional Security Complex Theory

dan Neo Eurasianism

Rusia sebagai negara besar di kawasan Asia Tengah terus

berusaha menjaga

pengaruhnya dari berbagai ancaman di Asia Tengah. Ancaman tersebut mulai dari


(38)

16 Tengah dalam

Shanghai Cooperation Organisation

(SCO)

- Fokus pada Rusia dalam menjalin kemistraan strategis dengan Cina dalam SCO

masuknya pengaruh AS di kawasan bersama aliansinya NATO dan UE, serta ancaman dari separatis, teroris dan ekstremis di kawasan Asia Tengah. Melihat hal itu membuat Rusia memilih untuk beraliasi dengan Cina dalam SCO yang mana keamanan di Asia Tengah juga menjadi penting bagi Cina dalam mengatasi separatis di Xinjiang dan mengamankan pasokan energi dari kawasan tersebut. Selain itu Cina juga berbatasan langsung dengan Rusia dan negara-negara di Asia Tengah.

1.6Kerangka Pemikiran/Kajian Teoritis

1.6.1 Regional Security Complex Theory (RSCT)

Guna menjelaskan fenomena di kawasan Rusia dan negara post soviet

Rusia dalam menciptakan keamanan bersama di kawasan dengan membuat ketmitraan strategis dengan Cina dalam bentuk SCO, peneliti menggunakan

regional security complex theory (RSCT) sebagai alat analisa. Barry Buzan dan

Ole Waever dalam buku Regions and Powers the Structure of International Security. Membahas mengenai Regional Security Complex (RSC) yang meliputi

berbagai macam unsur-unsur seperti geografi, etnisitas serta budaya masyarakat sekitar wilayah tersebut. Faktor-faktor ini akan mempengaruhi adanya saling


(39)

17 ketergantungan antar negara satu dengan negara lainnya yang kemudian akan menimbulkan munculnnya satu kompleksitas keamanan regional.21

RSCT adalah teori yang menekankan perhatiannya pada signifikansi unsur kawasan (region) dalam memahami dinamika keamanan internasional. Sebuah

kawasan bisa dikualifikasikan sebagai RSC jika memenuhi poin sebagai sekelompok negara atau entitas lain yang harus memiliki kadar kesaling-ketergantungan security yang cukup bagi keduanya untuk menetapkan dirinya

sebagai satu kesatuan dan untuk membedakan mereka dari kawasan-kawasan

security yang mengelilinginya.22 Definisi kawasan (region) dalam RSCT lebih

dilihat dari kacamata keamanan sehingga suatu wilayah didefinisikan berdasarkan jangkauan pengaruhnya terhadap suatu isu keamanan. RSCT secara definitif menurut Barry Buzan dan Ole Waever adalah:

“A set of units whose major processes of securitisation,

desecuritisation, or both are so interlinked that their security problems cannot reasonably be analysed or resolved apart from one

another”23

Bahwa RSCT lebih mengacu kepada sekumpulan unit yang memiliki proses sekuritisasi,24 desekuritisasi,25 atau keduanya saling terhubung atau mengikat, dan

21 Barry Buzan and Ole Waever, 2003,

Regions and Powers: The Structure of International Security, United Kingdom: Cambridge University Press,. Hal. 43

22

Ibid,.

23

Ibid,. Barry Buzan and Ole Waever,. Hal. 44

24 Dalam Sekuritisasi keamanan lebih kepada

speech act dari aktor negara, seperti yang dikatakan

Waever, “something is a security problem when the elites declare it to be so..”. Aktor melakukan perlusasan cakupan keamanan nasional ke dalam berbagai bidang sehinggasemua masalah bisa dilihat sebagai keamanan nasional melalui proses politik. Sebagaimana yang ditekankan penganut konstruktivisme, kemanan juga dilihat sebagai suatu hal yang dikonstruksikan, bukan merupakan suatu hal yang mutlak adanya. Politisasi isu yang dilakukan aktor menyebabkan isu yang tadinya bukan merupakan isu keamanan berubah menjadi isu yang mengancam dan membutuhkan agenda nasional untuk mengatasinya. Melalui sekuritisasi, terjadi pergeseran isu dari yang mulanya hanya isu politik biasa, menjadi isu yang diasumsikan urgent dan butuh penangan cepat bahkan tanpa


(40)

18 dapat menyebabkan masalah keamanan negara-negara tersebut, dan ini tidak dapat dianalisa secara terpisah satu sama lain.26 Maksudnya di sini adalah RSCT adalah proses sekuritisasi dan desekuritisasi yang dilakukan oleh aktor dalam regional yang tidak bisa terlepas dari persinggungan permasalahan keamanan negara-negara di kawasan tersebut.

Dalam RSCT, sekuritisasi dan desekuritisasi menempati gagasan paling utama mengenai unsur pembentukan kompleksitas keamanan, termasuk aktor yang berperan di dalamnya. Sebab sekuritisasi adalah gagasan politik yang dilegitimasi oleh negara yang nantinya akan berkembang mejadi kebijakan politis. Hal itulah mengapa Buzan dan Waever mengatakan sekuritasi dan desekuritisasi domestik juga ikut mempengaruhi sekuritisasi dan desekuritisasi eksternal (regional).27

Level analisa yang digunakan dalam RSCT adalah regional dengan konsentrasi pembahasan kemanan.28 Level regional merujuk pada kondisi negara, aktor, atau unit di dalamnya berinteraksi bersama, yang mana keamanan mereka

peraturan normal dan aturan-aturan pembuatan keputusan lainnya. Inilah esensi dari sekuritisasi. Dirangkum dari Rita Taureck, 2006, Securitization Theory and Securitization Studies, Journal of

International Relations and Development, The University of Warwick,. Dalam

http://wrap.warwick.ac.uk/1082/1/WRAP_Floyd_Securitization_theory_and_securitization_studie s_WRAP.pdf diakses tanggal 10 September 2014

25 Desekuritisasi adalah proses normalisasi suatu isu. Jika sekuritsasi membutuhkan

speech act, maka desekuritisasi pengurangan speech act, bahkan tidak perlu ada sama sekali. Desekuritsasi juga merupakan produk politik yang dilakukan oleh elit suau negara di mana melihat suatu isu keamanan sebagai isu politik biasa dan tidak perlu penyikapan khusus. Dengan kata lain desekuritisasi merupakan kebalikan dari sekuritisasi. Ibid, Rita Taureck.

26

Ibid, Barry Buzan and Ole Waever,. Hal. 44

27

Ibid,

28


(41)

19 tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Regional merupakan kawasan tempat bertemunya kepentingan nasional dan global secara bersamaan.29

Selain itu, region juga dipahami sebagai subsistem supranasional dari

sistem internasional.30 Analisa mengenai RSC ini meliputi unsur-unsur seperti geografi, etnisitas, dan budaya masyarakat di suatu regional tertentu. Ketiga faktor ini nantinya dapat mempengaruhi perkembangan ekonomi dan sistem politik, yang pada akhirnya akan menimbulkan adanya saling ketergantungan antar negara satu dengan negara lain. Dan akan bermuara pada munculnya sistem pertahanan keamanan regional. Unsur yang terpenting dalam pembentukan RSC ini, menurut Barry Buzan, adalah adanya saling interdependesi dan interaksi dalam kerjasama keamanan antar negara-negara di dalam kawasan tersebut.31 Walaupun sudah terbentuk hubungan saling interdependensi dan interaksi kerjasama keamanan antar negara-negara RSC, Buzan tidak menyangkal akan tetap adanya sebuah interaksi yang selalu terdapat suatu persaingan, perimbangan kekuasaan, berbagai bentuk aliansi dan juga masuknya kekuatan eksternal ke dalamnya.32

Buzzan & Wæver, mengemukakan bahwa:

The central idea in RSCT is that, since most threats travel more easily over short distances than long ones, security interdependence is normally patterned into regionally based clusters: security complexes.

[…] Processes of securitization and thus the degree of security interdependence are more intense between actors inside such

29

Ibid, Barry Buzan and Ole Waever,. Hal. 37

30 Björn Hettne

, Beyond the ‘New’ Regionalism,

http://www.iei.liu.se/content/1/c4/36/46/autumn%202005/ h05%20-%20NPE_Hettne_3.pdf, diakses pada 18 Mei 2014

31 Barry Buzan dkk.,

The European Security Order Recast: Scenarios for the Post-Cold War Era,

London:Pinter, 1990, hal.77 32


(42)

20

complexes than they are between actors inside the complex and outside of it.”33

Teori yang dikemukakan oleh Buzzan tersebut menggambarkan sebuah situasi bahwa ancaman yang ada dapat semakin mudah menyebar, baik pada jarak dekat maupun pada jarak yang jauh. Oleh karena itu, terjadilah suatu interdependesi keamanan dalam suatu kawasan, sehingga menjadikan keamanan tersebut menjadi semakin kompleks. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya hubungan antar aktor yang terlibat, baik secara langsung di dalam kompleksitas tersebut ataupun aktor yang terlibat di luar kompleksitas keamanan yang sudah ada.

Barry buzan dan Ole Waever juga merumuskan empat struktur penting dalam RSCT untuk mengidentifikasi dan menilai perubahan di tingkat regional.

Pertama, batas wilayah, yang menjadi pembeda antara RSC dengan negara-negara

di sekitarnya. Kedua, struktur anarkis, RSC harus terdiri dari minimal dua unit

otonom. Ketiga, polaritas, distribusi kekuasaan antar unit dalam kawasan. Keempat, konstruksi sosial, meliputi pola amity dan emity antar unit.34

Dalam sebuah sistem internasional anarkis, RSC akan menjadi substruktur yang diharapkan, yang memiliki efek mediasi penting dalam dinamika global, bagaimana polaritas great power sebenarnya beroperasi di sistem internasional.

Hal ini membuat teori dengan kebanyakan aliran realis, dan banyak basis liberal, berpikir tentang sistem internasional. Di lain pemikiran, teori ini memiliki akar konstruktivis, karena pembentukan dan pengoperasian RSC pada pola persahabatan (amity) dan permusuhan (enmity) di antara unit dalam sistem, yang

33

Ibid,.hal. 4

34


(43)

21 membuat sistem regional tergantung pada tindakan dan interpretasi pelaku, bukan hanya refleksi mekanis distribusi kekuasaan.

Pola relasi antara amity dan enmity antar negara di kawasan menjadi hal

yang sangat penting dalam RSCT. Amity dimaksudkan sebagai hubungan yang

dekat antar negara, yang melahirkan adanya ekspektasi perlindungan dan dukungan, sedangkan enmity dimengerti sebagai hubungan yang berlandaskan

ketakutan dan kecurigaan. Pola amity dan enmity tersebut dibangun berdasarkan

faktor sejarah dan budaya umum secara sosial. Pembentukan konflik hasil akhir yang negatif, dan yang pertengahan menghasilkan rezim keamanan (security rezim), serta yang positif menghasilkan komunitas keamanan (security community).35

Keamanan nasional suatu negara tidak bisa hanya berdasarkan keamanan negara itu sendiri, melainkan juga dipengaruhi oleh keamanan kawasannya. Oleh karena itu, keamanan suatu negara tidak bisa dipisahkan dari negara-negara yang lain di sekitarnya.36 Kedekatan geografis suatu negara dengan negara lain mempunyai andil yang besar dalam menentukan keamanan nasional negara tersebut. Hal ini sangat wajar karena aksi/tindakan negara tetangga menjadi hal yang diperhitungkan dalam pengambilan kebijakan di negara tersebut.

Seperti halnya situasi RSC di kawasan Rusia, Rusia sebuah negara besar yang dikelilingi perbatasan langsung terbanyak di dunia dengan negara-negara yang menyebar dari barat hingga selatan wilayahnya. Namun yang menjadi fokus Rusia tentu saja adalah negara-negara terdekat yang pada sejarahnya pernah

35

Ibid, Barry Buzan dan Ole Waever,. Hal. 47-49

36 Barry Buzan and Ole Waever,


(44)

22 menjadi satu kesatuan dalam Uni Soviet. Oleh karena itu, region dalam meneliti

Rusia mengarah pada kawasan Rusia dan negara-negara pecahan Uni Soviet, baik yang tergabung dalam CIS maupun tidak (yang disebut Rusia dengan term near abroad). Kawasan Rusia dapat disebut sebagai RSC karena sudah memenuhi

kualifikasi.

Penting untuk menekankan perhatian pada menemukan definisi dari apa itu wujud keamanan dalam kawasan menurut Rusia. Dalam the theories of Russian Foreign Policy: the imposed insecurity theory37 dikatakan bahwa;

“This theory closely concerns about nations in close proximity to

Russia. This theory holds that Russian security depends directly on the insecurity of its neighbours. By keeping neighbouring nations in a near-constant state uncertainty and dependence, this will ideally keep that nation dependent on Russia for economic or social stability. A theory of imposed insecurity foresees an aggressive Russia constantly pushing and prodding at the borders of neighbouring states to exploit their weakness and keep them from

fully embracing the West”.

Dari sini definisi RSC berdasarkan sudut pandang Rusia yaitu, bagi Rusia wujud keamanan dalam kawasannya adalah ketika near abroad-nya berada pada

suatu kondisi tidak aman sehingga akan terus bergantung pada Rusia. Maka keamanan regional di kawasannya akan terwujud jika hanya ada Rusia saja yang berperan sebagai Great Power di kawasan tersebut. Namun, keamanan kawasan

Rusia menjadi terancam karena selain hadirnya AS dan aliansinya NATO dan UE di kawasannya.

Pola relasi yang terjadi di kawasan Asia Tengah dalam mengatasi persoalan yang di hadapi di kawasan, kemitraan Rusia engan Cina berikut negara-negara

37 Tyler J. Pack, 2011,

Chechnya, Georgia, and Theories for Foreign Policy, All graduate Reports

and Creative Projects, Paper 10, diambil dari at http://digitalcommons.usu.edu/gradreports/10 diakses tanggal 29 Sepetember 2014.


(45)

23 Asia Tengah dalam SCO terwujud dalam pola relasi amity yang mana dari aliansi

ini tercipta sebuah security community demi menjaga keamanan para anggota di

kawasan yang salah satunya tercipta dalam bentuk latihan militer bersama dalam

Peace Mission 2005, 2006, dan 2007.

1.6.2 Teori Neo-Eurasianisme

Guna menjelaskan prilaku Rusia sebagai great power di kawasan yang

berusaha menjaga kawasan Eurasia penulis menggunakan teori neo-eurasianisme yang digagas oleh Aleksandr Dugin. Teori ini diawali oleh teori eurasianisme klasik yang berkembang sejak abad dua puluh. Teori ini berkembang berdasarkan dua dimensi waktu yakni teori eurasianisme klasik yang muncul awal abad dua puluh oleh para intelektual Rusia antara lain Trubeckoy, Savickiy, Alekseev, Suvchinckiy, Iljin, Bromberg, Hara-Davan, dan lain-lain.38 Teori Eurasianisme klasik ini berkembang menjadi neo-eurasianisme atau disebut Eurasia pada tahun 1980an hingga saat ini.39

Teori neo-eurasianisme menjelaskan keterfokusan pada konsep great power

dan kemakmuran melalui pendekatan geopolitik kawasan Eurasia –Eropa dan Asia– sebagai kawasan sentral dunia. Jika dikaitkan dengan konsep geopolitik, terdapat dua teori geopolitik yang digunakan untuk menjelaskan keterkaitan

38 Ray Silvius, 2014,

The Russian State, Eurasianism, and Civilisations in the Contemporary Global Political Economy, Journal of Global Faultlines, vol. 2. Dalam

http://www.keele.ac.uk/media/keeleuniversity/fachumsocsci/spire/docs/globalfaultlines/volume2/T he%20Russian%20State%20Eurasianism%20and%20Civilisations%20in%20the%20%20Contem poary%20Global%20Economy.pdf diakses tanggal 29 Desember 2014

39Anton Shekhovtsov & Andreas Umland

, Is Aleksandr Dugin a Traditionalist?“Neo -Eurasianism” and Perennial Philosophy. Dalam

http://www.researchgate.net/profile/Andreas_Umland/publication/229445632_Is_Aleksandr_Dugi

n_a_Traditionalist_Neo-Eurasianism_and_Perennial_Philosophy/links/00b7d5152e08a728ca000000.pdf diakses tanggal 29 Desember 2014.


(1)

25 “Who controls the Rimland rules Eurasia; Who rules Eurasia

controls the destinies of the world.”42

Penyataan di atas dapat disimpulkan bahwa penguasaan di wilayah rimland

berarti mengontrol dunia karena wilayah tersebut memiliki letak strategis untuk dikuasai. Secara tersirat, dua teori ini menyatakan bahwa wilayah Eurasia memiliki letak yang strategis untuk dikuasai dan didominasi. Dominasi wilayah, sumber daya dan penduduk (masyarakat) di Eurasia menjadikan suatu negara mendominasi dunia. Upaya dominasi di wilayah Eurasia tersebut akan menjadikan suatu negara menjadi great power dunia karena ketika suatu negara mendominasi

wilayah Eurasia maka negara tersebut mengontrol dunia. Rusia menggunakan konsep geopolitik ini sebagai justifikasi dari tindakan eksternalnya berdasarkan teori eurasianisme.

Neo-eurasianisme, terutama di era pasca-Perang Dingin, memiliki premis dasar yang menginginkan kembalinya Rusia sebagai kekuatan besar di dunia. Demi tujuan tersebut Rusia harus bisa mengontrol kawasan heartland karena

kawasan itu adalah jalan utama menuju penguasaan dunia.43

Teori heartland dan rimland menyatakan wilayah Rusia strategis sebagai

jembatan antara Eropa dan Asia yang menguntungkan Rusia secara tidak langsung. Hal tersebut dijadikan Rusia sebagai upaya mendominasi wilayah Eurasia yang diperkuat dengan teori eurasianisme yang berkembang pada tahun 1980-an. Teori tersebut menggunakan konsep geopolitik yang membagi wilayah dunia berdasarkan empat wilayah yakni wilayah pertama Eropa dan Afrika yang terdiri

42 Ibid,

43 JohnT. Payne, 2004.

Geopolitics, Globalization, and the Age of Terrorism. dalam


(2)

26 dari Uni Eropa, Islam-Arab Afrika dan wilayah sub-tropis Afrika; kedua wilayah

Asia Pasifik yang terdiri dari Jepang, negara-negara Asia Timur dan Indochina, Australia dan Selandia Baru; yang ketiga wilayah Eurasia yakni Rusia dan

negara-negara Commonwealth of Independent States (CIS)44, 45 India, dan Cina; dan keempat wilayah Amerika yakni Amerika Utara, Amerika Tengah dan Amerika

Selatan.46

Teori neo-eurasianisme ini menjelaskan terdapat kepentingan politik dan keamanan yang digunakan oleh Rusia melalui kawasan Eurasia sebagai poin strategis kebijakan luar negeri. Rusia menggunakan kawasan Asia Tengah sebagai alat strategisnya secara geografis, politik, dan keamanan wilayah untuk mengamankan wilayahnya dan membantu upaya Rusia memainkan peran sebagai negara great power di dunia internasional melalui upaya dominasi Rusia di

kawasan post soviet state.

1.7Metodologi Penelitian 1.7.1 Level Analisa

Dalam penelitian ini Rusia yang masuk dalam level negara sebagai variabel dependen atau unit analisa, sedangkan variabel independen atau unit eksplanasinya adalah SCO yang masuk dalam level sistem karena SCO

44

Commonwealth of Independent States, selanjutnya akan disebut CIS 45 CIS atau Persemakmuran Negara-Negara Merdeka atau SNG

(Sodruzhestvo Nezavisimikh Gosudarstv) terbentuk seiring dengan proses kehancuran Uni Soviet (USSR) di penghujung abad 20. Dalam A. Fahrurodji, 2005, Rusia Baru Menuju Demokrasi; Pengantar Sejarah dan Latar Belakang Budayanya, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, hal. 227

46Ištok, Robert, & Zuzana Jakabová. 2011, Geopolitical Conception of Globalization in the Interpretation of Alexander Dugin, In The Scale of Globalization; Think Globally, Act Locally,

Change Individually in the 21st Century, 112-117. Ostrava: University of Ostrava. Dalam http://conference.osu.eu/globalization/publ2011/112-117_Istok-Jakabova.pdf (diakses tanggal 29 Desember 2014)


(3)

27 merupakan suatu bentuk regionalisasi pengelompokan negara-negara di kawasan yang melibatkan lebih dari dua negara yang dalam kebijakannya mampu berpengaruh terhadap kostalasi politik di kawasan. Maka dari itu bentuk penelitian ini adalah induksionis karena unit eksplanasinya lebih tinggi tingkatannya yakni sistem internasional, dibandingkan unit analisanya yakni Rusia sebagai negara.47

1.7.2 Tipe Penelitian

Tipe penelitian dalam penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksplanatif.48 Jenis penelitian eksplanatiaf ialah penelitian yang melibatkan hubungan dua ariabel atau lebih melalui penggunaan teori dan konsep-konsep dalam menjelaskan suatu fenomena. Penelitian eksplanatif juga mengharuskan penulis menentukan hipotesis dalam penelitiannya.

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan studi literatur. Data didapat dari berbagai sumber baik itu dalam bentuk tulisan seperti buku, aktikel, jurnal, referensi internet, majalah maupun dalam bentuk diskusi lepas yang kemudian diolah dengan menggunakan analisa secara mendalam terhadap data tersebut.

1.7.4 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, yaitu data-data serta informasi yang diperoleh disampaikan dengan eksplanasi yang berorientasi pada penelaahan fenomena yang sedang diteliti, yang pada

47Mochtar Mas’oed, 1990, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, PT. Pustaka

LP3ES Indonesia, Jakarta, hal. 39

48 Uber Silalahi, 2009,


(4)

28 akhirnya menghasilkan pemahaman tentang fenomena yang menjadi topik penelitian.

1.8Ruang Lingkup Penelitian 1.8.1 Batasan Materi

Agar penelitian ini fokus maka penulis perlu memberi batasan penelitian guna, tujuannya adalah agar pembahasan masalah dapat terarah pada pokok bahasan yang ingin diteliti. Adapun batasan materi dari penelitian ini adalah penulis akan membahas mengenai kepentingan Rusia membuat kemitraan strategis dengan Cina SCO, dalam krangka regional security complex. Hanya

pada bagaimana Rusia sebagai great power di kawasan mencoba melakukan preventive action terhadap ancaman yang datang dari luar kawasan dengan

menjalin sebuah kemitraan strategis dengan Cina berikut negara-negara Asia Tengah dalam menjaga keamanan regional kawasan Eurasia melalui SCO.

1.8.2 Batasan Waktu

Batasan waktu yang digunakan oleh penulis adalah pada saat dibentuknya SCO pada tahun 2001 hingga berakhirnya pemerintahan Presiden Vladimir Putin yang kedua yaitu pada tahun 2008. Namun tidak menutup kemungkinan untuk data tambahan, penulis mengambil data sebelum tahun 2001 yaitu pada saat terbentuknya Shanghai Five pada tahun 1996 pada masa pemerintahan Presiden

Boris Yeltsin yang merupakan cikal bakal dari terbentuknya SCO, dan sesudah tahun 2008 demi menjaga keakuratan penelitian.


(5)

29

1.9Hipotesa

SCO merupakan suatu bentuk langkah yang dilakukan Rusia dalam mengahadapi persoalan (hadirnya AS dan aliansinya, separatis, teroris, dan ekstremis) di kawasan. Rusia sebagai great power di kawasan berusaha untuk

menciptakan sebuah keamanan bersama di kawasan dalam menghadapi kompleksitas keamanan yang dapat mengganggu stabilitas nasional anggota dan kawasan. SCO sebagai wujud dari kemitraan strategis (strategic partnership)

Rusia dengan Cina dan negara-negara Asia Tengah diupayakan Rusia sebagai

preventive action akan terjadinya konflik di antar negara di kawasan yang juga

akan berdampak pada kawasan lain di sekitarnya, selain itu terganggunya pengaruh Rusia di kawasan Asia Tengah dengan hadirnya outsider power juga


(6)

30

1.10 Sistematika Penelitian

Tabel 1.2 Sistematika Penelitian

Bab Bahasan Pokok

Bab I: Pendahuluan 1.1Latar Belakang 1.2Rumusan Masalah 1.3Tujuan Penelitian 1.4Manfaat Penelitian 1.5Kajian Pustaka 1.6Kerangka Pemikiran 1.7Metodologi Penelitian 1.8Ruang Lingkup Penelitian 1.9Hipotesa

1.10 Sistematika Penelitian Bab II: Pembentukan

Shanghai Cooperation

Organization (SCO),

Hubungan Rusia dengan Cina dan Negara-Negara Asia Tengah

2.1Pembentukan Shanghai Cooperation Organization (SCO

2.2Fluktuasi Hubungan Rusia-Cina 2.3Stabilitas Internal di Asia Tengah

2.4Hubungan Rusia dengan negara-negara Asia Tengah

Bab III: SCO sebagai Strategi Rusia dalam Membendung Ancaman di Kawasan Asia Tengah

3.1Ancaman di Kawasan

3.2SCO sebagai Preventive Action Rusia di

kawasan

3.3Kepentingan Rusia dalam SCO Bab IV: Penutup 4.1 Kesimpulan

4.2 Diskusi lanjutan