PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (DIY) PERIODE 2000-2014

(1)

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (DIY) PERIODE

2000-2014

THE INFLUENCE OF GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT (PDRB) AND TOTAL POPULATION OF PEOPLE ON REVENUE (PAD) SPECIAL REGION OF YOGYAKARTA (DIY) IN THE PERIOD 2000-2014

Oleh:

Esi Kumalawati 20120430175

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

i

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), JUMLAH PENDUDUK, DAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA (DIY) PERIODE 2000-2014

THE INFLUENCE OF GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT (PDRB) AND TOTAL POPULATION OF PEOPLE ON REVENUE (PAD) IN THE SPECIAL REGION OF YOGYAKARTA (DIY) IN THE PERIOD

2000-2014

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh: Esi Kumalawati

20120430175

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

ii

PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : Esi Kumalawati Nomor Mahasiswa : 20120430175

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul:Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)dan Jumlah Penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Periode 2000-2014” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 5 November 2016 Esi Kumalawati


(4)

iii

Motto

“Pada setiap fajar ada dua malaikat yang berseru “wahai anak Adam aku adalah hari yang baru, dan aku datang untuk menyaksikan amalan kamu.

Oleh sebab itu,manfaatkanlah aku sebaik-baiknya. Karena aku tidak akan kembali sebelum hari pengadilan”

(QS. Al-Mujadalah: 11)

“Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan)

yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”

(QS. Alam Nasyrah: 6-8)

Berfokuslah pada suatu keinginan yang pencapaiannya memampukan Anda mendapatkan keinginan.

(Mario Teguh)

Kemenangan hari ini bukanlah kemenangan esok hari Kegagalan hari ini bukan berati kegagalan esok hari Tak ada yang jatuh secara Cuma-Cuma, semua harus dilalui Dengan Do’a dan usaha Keberanian hari ini bukan berati

kebenaran saat nanti Hidup adalah perjuangan dan tujuan.


(5)

iv

Halaman Persembahan

Karya ini penulis persembahkan untuk :

Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugrahkan penulis ketekunan dan

semangat pantang menyerah dalam menyelesaikan skripsi untuk memenuhi syarat

kelulusan sarjana.

Ayahanda dan Ibunda tercinta, terimakasih atas pengorbanan, kesabaran, usaha

serta kerja keras selama ini untuk membiayai pendidikan penulis serta selalu

memberikan si penulis semangat kedua malaikat ku..you are my heroes my mom and

my father.

Seluruh keluarga besar yang menyayangi dan mengasihiku terimakasih atas

motivasi dan dukungannya selama ini...

Seluruh sahabat dan teman yang telah menemani dan memberi semangat selama

ini..trimakasih semuuaaa…kalian sahabat terbaikku…

Seluruh kakak-kakakku (Andriyani S.kep, Siti Mardiana S.E, Gusma

Arlinda S.Pd, Henti Deliyanti dan adekku Tasya Lira Dela Putri, Zikra

Syahputra yang tiada henti memberikan doa serta dukungan,, terimakasih banyak

saudara-saudaraku,,,

Seseorang yang sangat bermakna dalam hidupku yang senantiasa mensupport dan

menemaniku selama perjuangan dan selalu ada untukku dalam suka maupun duka,

kekasih terhebatku (Arbik Frengky SHI) Thanks for the motivation for this my

dear.

My best friend (Istiyana, Irma Piyanti, Zuryati, Listia Ermawati )

terimakasih atas semangatnya..

Teman-temanku tercinta Indah oktavita purnamasari, Winda veronika, Wina,

Purnamasri, Rahma Labanto, Ika Turyah yang telah menemani dan juga banyak

membantu terimakasih atas waktunya dan juga bantuannya dari kita kenal hingga

sekarang makasih juga buat adekku Gina ferania, Rafika yulianti, Heru refky

yang sering bantu..yang juga selalu memberikan semangat..terimakasih


(6)

v

Dengan segala kerendahan hati, penulis menghaturkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini penulis beri

judul“PENGARUH PDRB DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP

PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (DIY) PERIODE 2000-2014

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dalam penyelesaian skripsi ini penulis mengalami hambatan dan kesulitan, Namun berkat dorongan dan bimbingan serta do’a dari banyak pihak, maka akhirnya skripsi ini dapat penulis selesaikan. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan rasa terimakasih yang terdalam kepada:

1. Teristimewa Orang tua penulis Ayahanda Abdul Muthalib dan Ibunda Ernawati, orang yang amat memberi makna bagi penulis dalam keadaan apapun, orang yang memberi kekuatan untuk menjalankan alur kehidupan ini, orang yang paling penulis sayangi melebihi apapun didunia ini.

2. Dr. Nano Prawoto, S.E., M. Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan pengajaran, bimbingan dan kemudahan selama penulis menyelesaikan studi.


(7)

vi

3. Dr. Imamudin Yuliadi, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakata yang telah banyak memberikan waktu untuk berdiskusi serta memberikan kritik yang membangun bagi penulis.

4. Dr. Masyhudi Muqorobin, S.E., M.Ec., Akt selaku dosen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah banyak memberikan pengajaran, bimbingan serta pengalaman yangrevolusioner dalam membangun program studi Ilmu Ekonomi, sehingga menjadi seperti sekarang ini.

5. Ibu Dr. Endah Saptutyningsih S.E.,M.SI selaku dosen pembimbing yang telah memberikan segenap waktu, tenaga, saran, dukungan, bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Ibu Dr. Lilies Setiartiti., M.Si. selaku dosen Ilmu Ekonomi yang telah memberikan bimbingan baik didalam kelas maupun diluar. Semoga dimudahkan Allah dalam menyelesaikan program Doktoralnya.

7. Bapak Ayif Faturahman S.E.i selaku dosen Ilmu Ekonomi yang telah memberikan bimbingan baik didalam kelas maupun diluar kelas.

8. Bapak Agus Tri Basuki S.E., M.Si. selaku dosen Ilmu Ekonomi yang telah memberikan bimbingan baik didalam kelas maupun diluar. Semoga dimudahkan Allah dalam menyelesaikan program kedoktoralnya.

9. Kakak-kakak ku tercinta (Andriyani S.Kep, Siti Mardiana S.E, Gusma Arlinda S.Pd, Henti Deliyanti) dan kedua adik ku (Tasya Lira Dela Putri, Zikra Syahputra) yang senantiasa memberikan motivasi dan tak


(8)

henti-vii

hentinya memberikan do’a kepada penulis hingga dapat menyelesaikan study dengan baik.

10.Seseorang yang sangat bermakna dalam hidup ku (Arbik Frengky SHI) yang tiada henti menyemangatiku dan serta mendoakan penulis di kala menyelesaikan skripsi ini.

11.Teman-teman Ilmu Ekonomi 2012 yang telah menjadi bagian dari segala perjuangan penulis selama kuliah. Semoga dimudahkan dalam menyelesaikan skripsinya.

12.Teman-teman yang telah memotivasi dan setia membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini (Istiyana, Irma Piyanti, Zuryati, Listia Ermawati, Indah Oktavita Purnamasari, Winda Veronika, Rahma Labanto, Purnamasari, Wina, Ika Turyah).

13.Teman-teman anggota Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah yang telah memberikan ilmu sosial yang sangat bermanfaat bagi penulis.

14.Teman-teman anggota Ikatan Mahasiswa Muko-muko Yogyakarta (IKMMJ) yang telah memberi Wadah untuk menyalurkan ide-ide untuk kemajuan kampung tercinta serta telah menjadi keluarga dan sahabat selama diperantauan.

15.Seluruh staf pengajar, Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.


(9)

viii

16.Semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga segala bantuan yang diberikan oleh semua pihak kepada penulis penyelesaian skripsi ini, akan selalu mendapatkan balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT. 17.Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan oleh karena

itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 31 Oktober 2016


(10)

ix

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN... iii

MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

INTISARI ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Batasan Masalah Penelitian... 7

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Landasan Teori ... 9

1. Definisi Pendapatan ... 9

2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ... 10

3. Pendapatan Asli Daerah ... 11

4. Produk Domestik Regional Bruto ... 13

5. Penduduk ... 20

B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 24

C. Hipotesis... 25

III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian ... 28

B. Jenis Data ... 28


(11)

x

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 29 E. Uji Asumsi Klasik ... 29 F. Teknik Analisis Data ... 30 BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Aspek Geografi dan Demografi ... 39 B. Aspek Kesejahteraan Masyarakat ... 44 BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis data ... 47 B. Pembahasan ... 54 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 58 B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

xi

Halaman

Tabel 1 Realisasi PAD Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2011-2013 ... 2

Tabel 2 Realisasi PAD Kabupaten/Kota di D.I Yogyakarta Tahun 2010-2014 ... 4

Tabel 3 Persentase Kontribusi PAD terhadap Realisasi Total Penerimaan Daerah Kabupaten/Kota di D.I Yogyakarta Tahun 2010-2014 ... 5

Tabel 4 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 37

Tabel 5 Pembagian Wilayah DIY Menurut Kabupaten/Kota ... 39

Tabel 6 Jumlah PendudukMenurut Kabupaten/Kota di DIY tahun 2008-2013 ... 44

Tabel 7 Pertumbuhan PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan (%) ... 45

Tabel 8 Realisasi PAD Kabupaten/Kota di D.I Yogyakarta tahun 2010-2014 (dalam Ribu Rupiah) ... 46

Table 9 Hasil Uji Model Menggunakan Uji Chow ... 47

Tabel 10 Hasil Uji Model Menggunakan Uji Hausman ... 48

Tabel 11 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas dengan Uji White ... 50

Tabel 12 Hasil Pengujian Multikolinieritas ... 50


(13)

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (DIY) PERIODE

2000-2014

THE EFFECT OF REGIONAL GROSSS DEMESTIC PRODUCT (PDRB) AND TOTAL POPULATION OF PEOPLE ON REVENUE (PAD) SPECIAL

REGION OF YOGYAKARTA (DIY) IN THE PERIOD 2000-2014

Diajukan oleh ESI KUMALAWATI

20120430175

Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan

Dewan Penguji Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Tanggal, 21 Desember 2016 Yang terdiri dari

Dr. Endah Saptutyningsih, SE., M.Si. Ketua Tim Penguji

Dr. Lilies Setiartiti, M.Si Dyah Titis Kusuma Wardani, SE.,MIDEc

Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Dr. Nano Prawoto, SE., M.Si NIK. 19660604199202143016


(14)

(15)

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh PDRB dan jumlah penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) kabupaten/kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Objek penelitian ini adalah data PDRB dan jumlah penduduk PAD dari masing-masing kabupaten/kota di D.I Yogyakarta tahun 2000-2014.Teknik pengumpulan data dengan metode dokumentasi. Teknik analisis menggunakan analisis data panel.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) PDRB berpengaruh positif signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah kabupaten/kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. (2) Jumlah penduduk berpengaruh positif signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah kabupaten/kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kata Kunci : Produk Domestik Regional Bruto, Jumlah Penduduk, Pendapatan Asli Daerah


(16)

This research aims to find the influence of Gross Regional Domestic Product (PDRB) and Total Population Locally-generated Revenue (PAD) district/city in the province of Yogyakarta special region.

The research object is the data of Gross Regional Domestic Product (PDRB), and Total Population, the Locally-generated Revenue (PAD) of each Regency/ Municipality in Special Region of Yogyakarta in 2000-2014. The data collection technique uses documentation method. The analysis technique uses panels data analysis with the Eviews Program.

The research result shows that (1) Gross Regional Domestic Product (PDRB) has a positive and significant influence toward the Locally-generated Revenue (PAD) of Regency/ Municipality in Special Region of Yogyakarta. (2) Total Population has a positive and significant influence toward the Locally-generated Revenue (PAD) of Regency/ Municipality in Special Region of Yogyakarta.

Keywords: Gross Regional Domestic Product, (PDRB), Total Population,Locally-generated Revenue (PAD)


(17)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2004, maka pemerintah daerah mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Terbitnya Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, menguatkan peranan otonomi daerah dalam mengembangkan dan membangun daerah secara berkelanjutan. Undang-undang tersebut memberikan hak otonom kepada daerah secara penuh untuk mengatur dan mengurus keperluan daerahnya sendiri sesuai dengan kebijakan dan aspirasi masyarakat. Sebagai konsekuensi dari pemberian otonomi yang luas kepada daerah maka sumber-sumber keuangan telah banyak yang bergeser ke daerah, baik melalui perluasan basis pajak maupun dana perimbangan. Hal ini sesuai dengan arti desentralisasi fiskal yang mengandung pengertian bahwa kepada daerah diberikan kewenangan untuk memanfaatkan sumber keuangan sendiri dalam wadah Pendapatan Asli Daerah dan didukung dengan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah (Haryanto, 2006).

Otonomi daerah yang diberikan pemerintah pusat kepada daerah, diharapkan pemerintah daerah dapat lebih leluasa membangun daerahnya, karena pemerintah daerah lebih mengetahui apa yang menjadi kebutuhan


(18)

daerahnya sehingga dapat ditangani dan dipenuhi dengan cepat. Untuk melaksanakan pembangunan tersebut, pemerintah daerah mengandalkan sumber-sumber penerimaan daerah. Sumber penerimaan daerah yang utama adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Sumber-sumber PAD menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Bab V Pasal 6, meliputi Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah (Halim, 2004). Jadi, PAD menggambarkan besar kecilnya penerimaan yang diperoleh suatu daerah, yang dapat digunakan untuk melaksanakan pembangunan. Semakin tinggi PAD yang dihasilkan suatu daerah, maka semakin mandiri daerah tersebut dalam mengelola keuangan daerahnya. Berikut ini gambaran mengenai Pendapatan Asli Daerah Provinsi di Pulau Jawa tahun 2011 sampai tahun 2013.

Tabel 1

Realisasi PAD Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2011-2013 (Ribu Rupiah)

Provinsi 2011 2012 2013

DKI Jakarta Banten Jawa Barat Jawa Tengah D.I Yogyakarta Jawa Timur 17.825.986.987 2.895.569.551 8.502.643.155 5.564.233.152 867.112.885 8.898.616.683 22.040.801.448 3.395.883.044 9.982.917.415 6.629.308.010 1.004.063.126 9.725.627.569 26.852.192.453 4.118.551.716 12.360.109.870 8.212.800.641 1.216.102.750 11.596.376.615 Sumber: www.bps.go.id Diakses pada tanggal 12 September 2016 jam 04.08 WIB


(19)

Tabel 1 menunjukkan gambaran mengenai kondisi Pendapatan Asli Daerah Provinsi di Pulau Jawa periode 2011 – 2013. Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa provinsi D.I Yogyakarta pada tahun 2013 memiliki PAD dengan realisasi terendah dibanding provinsi lainnya, yaitu Rp 1.216.102.750.000.

Provinsi D.I Yogyakarta merupakan salah satu provinsi di Pulau Jawa yang memiliki luas wilayah terkecil dibandingkan dengan provinsi lainnya, yaitu hanya 3.185,80 km2 atau 0,17% dari luas Indonesia (1.860.359,67 km2). Selain itu, DIY juga merupakan salah satu provinsi yang memiliki keistimewaan dalam urusan penyelenggaraan kepemerintahan. Urusan kepemerintahan di DIY diselenggarakan oleh pihak kerajaan, dimana pihak kerajaan dipimpin oleh seorang Sultan dan Pakualam yang sekaligus menjabat sebagai gubernur dan wakil gubernur. DIY terdiri dari empat kabupaten yaitu kabupaten Sleman, Bantul, Kulon Progo dan Gunung Kidul serta satu kotamadya yaitu Kota Yogyakarta. Dengan luas wilayah dan jumlah kabupaten/kota yang lebih sedikit daripada provinsi lainnya di pulau Jawa, diharapkan DIY dapat lebih mengoptimalkan pembangunan di semua sektor, sehingga dapat meningkatkan penerimaan PAD. Peningkatan PAD yang dianggap modal, secara akumulasi akan lebih banyak menimbulkan eksternalitas yang bersifat positif dan akan mendorong percepatan pembangunan ekonomi (Pujiati, 2008).

Perkembangan PAD kabupaten/kota di D.I Yogyakarta dapat dilihat pada tabel berikut ini.


(20)

Tabel 2

Realisasi PAD Kabupaten/Kota di D.I Yogyakarta Tahun 2010-2014 (dalam Ribu Rupiah)

Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014

Sleman Bantul Kulon Progo Gunung Kidul Yogyakarta 163.056.459 81.637.099 48.280.641 42.542.032 179.423.640 226.686.250 128.896.456 53.752.294 54.462.419 228.870.562 301.069.540 166.597.780 74.028.660 67.050.780 338.839.610 449.270.306 224.197.864 95.991.513 83.427.448 383.052.140 573.337.599 357.411.063 158.800.564 159.304.338 470.634.760

Sumber: BPS D.I Yogyakarta tahun 2015

Tabel 2 menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah setiap kabupaten/kota di D.I Yogyakarta cenderung mengalami peningkatan dalam setiap tahunnya. Pada tahun 2014 realisasi PAD tertinggi di capai oleh kabupaten Sleman dan terendah diperoleh kabupaten Kulon Progo. Nilai realisasi PAD yang tinggi mengindikasikan bahwa daerah tersebut semakin mandiri dan tidak terlalu bergantung pada pemerintah pusat, sehingga mempunyai kemampuan yang baik untuk menjalankan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah.

Suatu daerah dikatakan mempunyai kemampuan menjalankan kebijakan desentralisasi dengan baik, apabila kontribusi PAD terhadap total penerimaan daerah berada di atas angka 30% (Kuncoro, 2004). Berikut ini kontribusi PAD terhadap penerimaan daerah masing-masing kabupaten/kota di D.I Yogyakarta.


(21)

Tabel 3

Persentase Kontribusi PAD terhadap Realisasi Total Penerimaan Daerah Kabupaten/Kota di D.I Yogyakarta Tahun 2010-2014

Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014

Sleman Bantul Kulon Progo Gunung Kidul Yogyakarta 15,78 10,05 6,00 5,40 21,53 14,88 8,27 7,63 5,33 22,00 17,29 10,92 6,79 5,64 24,05 18,94 12,46 8,39 6,23 29,26 23,65 14,75 9,57 6,72 29,25

Sumber: www.bps.go.id Diakses pada tanggal 12 September 2016 jam 04.30 Tabel 3 menunjukkan persentase kontribusi PAD terhadap total penerimaan dari masing-masing kabupaten/kota di D.I Yogyakarta selama periode 2010-2014. Selama periode pengamatan tersebut besarnya kontribusi PAD terhadap total penerimaan daerah cenderung mengalami peningkatan. Namun, peningkatan tersebut masih di bawah kriteria yaitu 30%. Hal ini berarti tingkat desentralisasi fiskal di D.I Yogyakarta masih di bawah cukup. Artinya pemerintah daerah harus memperhatikan faktor-faktor yang mampu meningkatkan PAD. Banyak faktor yang diduga mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah, diantaranya adalah PDRB, jumlah penduduk dan pajak daerah.

PDRB merupakan gambaran perekonomian secara menyeluruh di daerah (Tarigan, 2005). PDRB memberikan dampak langsung pada perolehan pendapatan daerah. PDRB merupakan fungsi dari PAD. Dengan meningkatnya PDRB maka akan menambah penerimaan pemerintah daerah yang dapat digunakan untuk membiayai program-program pemerintah atau pembangunan sarana dan prasarana, sehingga dapat meningkatkan pelayanan


(22)

kepada masyarakat yang diharapkan akan dapat meningkatkan produktivitasnya.

Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis republic Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap, baik yang produktif atau tidak produktif (Anata, 2008). Jumlah penduduk menunjukkan tinggi rendahnya pertumbuhan penduduk dalam suatu daerah. Penambahan jumlah penduduk yang tinggi disertai dengan perubahan teknologi akan mendorong naiknya tabungan masyarakat, sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah.

Penelitian yang meneliti tentang Pendapatan Asli Daerah sudah banyak dilakukan. Diantaranya adalah penelitian Kusuma (2013) yang membuktikan bahwa penerimaan pajak daerah berpengaruh signifikan terhadap peningkatan PAD. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Prabawa (2009) dan Nugraha (2013).

Penelitian Asmuruf, Vikie dan George (2015) menunjukkan bahwa PDRB tidak berpengaruh signifikan terhadap PAD, sedangkan jumlah penduduk berpengaruh signifikan terhadap PAD. Berbeda dengan hasil penelitian Susanto (2014) yang membuktikan bahwa PDRB dan jumlah penduduk berpengaruh signifikan terhadap PAD. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Heruyanto (2016) dan Atmaja (2009).


(23)

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”PENGARUH PDRB DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERIODE 2000-2014”.

B. Batasan Masalah Penelitian

Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada pengaruh PDRB, dan jumlah penduduk terhadap PAD dengan menggunakan periode penelitian tahun 2000-2014. Penelitian ini menggunakan studi kasus di kabupaten/kota di D.I Yogyakarta.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu sumber penerimaan daerah yang utama. Di era otonomi ini peran PAD sangat penting bagi pembangunan di daerah, sehingga masing-masing daerah berusaha untuk mengoptimalkan penerimaan dari PAD. Di sisi lain, PAD setiap daerah tidak sama antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Banyak faktor yang diduga mampu mempengaruhi besar kecilnya PAD, seperti PDRB dan jumlah penduduk.

Berdasarkan masalah di atas, maka pertanyan penelitian ini adalah: 1. Apakah PDRB berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah? 2. Apakah jumlah penduduk berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan


(24)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh PDRB terhadap Pendapatan Asli Daerah.

2. Mengetahui pengaruh jumlah penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah : 1. Manfaat teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan sebagai sumber referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah.

2. Manfaat praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk membuat kebijakan-kebijakan yang terkait dengan peningkatan Pendapatan Asli Daerah agar kesejahteraan masyarakat meningkat.


(25)

9

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Definisi Pendapatan

Pendapatan merupakan jumlah dari seluruh uang yang diterima seorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Pendapatan terdiri atas upah atau penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan seperti sewa, bunga dan deviden serta pembayaran atau penerimaan seperti tunjangan sosial atau asumsi pengangguran (Nordhaus, 1993). Winardi (1991) menyebutkan bahwa pendapatan adalah barang atau jasa yang dapat dikonsumsi selama periode tertentu. Dengan demikian terlihat pendapatan mempunyai pengaruh terhadap konsumsi dan tabungan akan meningkat pula.

Pendapatan daerah dapat diartikan sesuai dengan cara dari segi mana melihatnya, adapaun definisi pendapatan daerah ditinjau dari beberapa segi antara lain:

a. Ditinjau dari segi pendapatan, pendapatan daerah adalah jumlah pendapatan atau balas jasa yang diterima oleh faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk wilayah itu yang ikut serta dalam proses produksi dalam jangka waktu tertentu.

b. Ditinjau dari segi pengeluaran, pengeluaran daerah adalah pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari


(26)

untung. Konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap perubahan stok dan ekspor neto.

Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan daerah adalah pendapatan atau penerimaan yang berasal dari potensi-potensi yang dimiliki daerah yang bertujuan untuk membiayai, mengatur dan mengurus kepentingan rumah tangga daerah itu sendiri. 2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Permendagri No. 27 Tahun 2003 Pasal 1 butir 1 menyebutkan bahwa APBD merupakan suatu rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD terdiri atas tiga komponen yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), Belanja Daerah dan Komponen Pembiayaan. Dalam penelitian ini, yang akan dibahas adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Perekonomian makro menjelaskan bahwa dalam ekonomi makro terdapat tiga komponen yaitu output, pendapatan dan pengeluaran. Output pemerintah adalah pemerintah menyediakan barang atau jasa untuk keperluan publik yang ditentukan oleh besaran pajak dari masyarakat, sedangkan pendapatan nasional terdiri dari beberapa komponen yaitu Y = C + I + G, yang mana Y (pendapatan), C (konsumsi), I (investasi) dan G (pembelian pemerintah), yang merupakan cakupan secara nasional (Mangkoesoebroto, 2010).


(27)

Pendapatan dalam suatu daerah merupakan pendapatan yang mengutamakan pada penerimaan atau penambahan ekuitas dana tambahan dalam periode waktu anggaran tertentu yang menjadi hak pemerintah daerah dan tidak perlu melakukan pembayaran kembali (Khusaini, 2006). 3. Pendapatan Asli Daerah

Menurut Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yang dimaksud Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Sutrisno (1995) menyebutkan bahwa pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang menunjukkan kemampuan suatu daerah dalam menghimpun sumber-sumber dana untuk membiayai kegiatan daerah. Dumairi (1993) menyebutkan pendapatan asli daerah adalah pendapatan sebagai suatu ukuran kesanggupan pajak didefinisikan dengan luas sebagai keuntungan ekonomis yang diterima seseorang selama suatu waktu dengan lebih tepat. Definisi lain menyebutkan bahwa pendapatan asli daerah merupakan suatu pendapatan yang menunjukkan kemampuan suatu daerah dalam menghimpun sumber-sumber dana untuk membiayai kegiatan baik rutin maupun pembangunan.

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan asli daerah adalah pendapatan rutin dari usaha yang dilakukan pemerintah daerah dalam menggunakan potensi-potensi sumber keuangan


(28)

daerahnya untuk membiayai tugas dan tanggung jawabnya. Pendapatan Asli Daerah bersumber dari:

a. Pajak Daerah b. Retribusi daerah

c. Hasil Pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan d. Lain-lain PAD yang sah, meliputi:

1) Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan 2) Jasa giro

3) Pendapatan bunga

4) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing 5) Komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan

dan atau pengadaan barang dan atau jasa oleh daerah.

Menurut Undang-Undang No. 22 tahun 1999, sumber pendapatan asli daerah berasal dari:

a. Pendapatan asli daerah yang terdiri dari : 1) Hasil pajak daerah

2) Hasil retribusi daerah

3) Hasil perusahaan milik daerah

4) Hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang sah 5) Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah


(29)

b. Dana perimbangan:

1) Bagian daerah dari penerimaan pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan dan penerimaan dari sumber daya alam

2) Dana alokasi umum 3) Dana alokasi khusus c. Pinjaman daerah

d. Lain-lain penerimaan yang sah

4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah pendapatan total yang diperoleh secara domestik, termasuk pendapatan yang diperoleh factor-faktor produksi yang dimiliki asing, pengeluaran total atas barang dan jasa yang diproduksi secara domestik atau nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian dalam kurun waktu tertentu (Mankiw, 2003).

Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output perkapita dimana ada dua sisi yang perlu diperhatikan yaitu output totalnya (GDP) dan sisi jumlah penduduknya. Output perkapita adalah output total dibagi dengan jumlah penduduk (Boediono, 2008).

Pengukuran akan kemajuan sebuah perekonomian memerlukan alat ukur pertumbuhan ekonomi:


(30)

a. Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB), atau ditingkat regional disebut Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), merupakan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun dan dinyatakan dalam harga pasar. Baik PDB atau PDRB merupakan ukuran yg global sifatnya dan bukan merupakan alat ukur pertumbuhan ekonomi yang tepat , karena belum dapat mencerminkan kesejahteraan penduduk yang sesungguhnya, padahal sesungguhnya kesejahteraan harus dinikmati oleh setiap penduduk dinegara atau daerah yang bersangkutan.

b. Produk Domestik Bruto Per kapita atau Pendapatan Per kapita Produk Domestik Bruto Per kapita atau Produk Regional Domestik Regional Bruto Per kapita pada skala daerah dapat digunakan sebagai pengukur pertumbuhan ekonomi yang lebih baik karena lebih tepat mencerminkan kesejahteraan penduduk suatu negara atau daerah yang bersangkutan, atau disebut juga sebagai PDB atau PDRB rata-rata.

Tarigan (2005) menjelaskan PDRB merupakan gambaran perekonomian secara menyeluruh di daerah. Perekonomian wilayah merupakan peningkatan pendapatan masyarakat atau penduduk secara keseluruhan yaitu kenaikan seluruh nilai tambah yang terjadi pada wilayah tersebut dan biasanya dilakukan perhitungan nilai harga berlaku akan tetapi untuk melihat lebih lanjut setiap tahun maka harus dinyatakan dalam bentuk riil yang artinya dibentuk secara harga konstan.

PDRB konstan akan memberikan dampak langsung pada perolehan pendapatan pemerintah, karena salah satunya peningkatan tarif


(31)

pajak yang telah ditentukan oleh pemerintah daerah untuk kalangan pengusaha. Seperti teori Peacock dan Wisemen dalam MangkoeSoebroto (2010) yang menyebutkan bahwa perkembangan ekonomi menyebabkan berbagai pemungutan pajak dan meningkatkannya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat. Hal ini seperti yang digambarkan dalam model Circular Flow berikut ini.

(4)

(5) (3)

(6) (2)

(1)

(7) (8) Ekspor Impor Sumber: Rahardja (2008)

Gambar 1 Model Circular Flow

Perusahaan Pemerintah Rumah Tangga

Pembelian Barang danJasa

Pajak

Pajak Gaji, Pembayaran Bunga,

Penghasilan Non Balas Jasa (Transfer Payment

Gaji, Upah, Bunga, Deviden, Sewa Pembelian Barang danJasa


(32)

Model circular flow di atas menjelaskan bahwa perekonomian terdiri atas empat sektor, yaitu:

a. Sektor rumah tangga, yang terdiri atas sekumpulan individu yang dianggap homogen dan identik

b. Sektor perusahaan, yang terdiri dari berbagai perusahaan yang memproduksi barang dan jasa.

c. Sektor pemerintah, yang mempunyai berbagai kewenangan politik untuk menentukan perolehan pendapatan pemerintah dari masyarakat dan perusahaan.

d. Sektor luar negeri, perekonomian negara yang melakukan ekspor impor barang dari negara ke negara lain.

Gambar di atas menjelaskan urutan bergeraknya ekonomi dalam suatu daerah. Garis 1 menggambarkan aliran pendapatan rumah tangga dari sektor perusahaan yang dikelola baik swasta atau perorangan. Garis 2, menunjukkan masyarakat memperoleh pendapatan dari sektor pemerintah misalnya pegawai pemerintah dan pemerintah bisa jadi menyediakan anggaran untuk tunjangan masyarakat kurang mampu atau sedang menganggur yang biasanya lebih pada negara maju, akan tetapi pada garis (3) jika masyarakat pendapatannya melebihi yang telah ditentukan atau masyarakat mampu akan dikenakan pajak oleh pemerintah selain itu juga pemerintah mengenakan pajak di perusahaan yaitu pada garis (6), sedangkan pada garis (4) dan garis (5) penyediaan barang dan jasa dari perusahaan untuk diperjualbelikan di dalam masyarakat dan garis (7) dan


(33)

garis (8) di pemerintahan juga mendapatkan pendapatan yang berasal dari kegiatan ekonomi ekspor impor.

Menurut Badan Pusat Statistik (2013) angka PDRB dapat diperoleh melalui tiga pendekatan yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan dan pendekatan pengeluaran yang selanjutnya dijelaskan sebagai berikut :

a. Pendekatan Produksi

Pendekatan produksi digunakan untuk menghitung nilai tambah barang dan jasa yang diproduksi oleh segala kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan biaya antara dari masing-masing total produksi bruto tiap-tiap sektor atau subsektor. Pendekatan ini banyak digunakan pada perkiraan nilai tambah dari kegiatan-kegiatan produksi yang berbentuk barang. Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan kepada barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi dalam proses produksi sebagai input antara. Nilai yang ditambahkan ini sama dengan balas jasa atas ikut sertanya faktor produksi dalam proses produksi.

Di Indonesia sendiri dalam menghitung pendapatan nasional maupun regional dari sisi produksi terdiri dari penjumlahan sembilan sektor ekonomi/lapangan usaha antara lain:

1) Sektor Pertanian

2) Sektor Pertambangan dan Penggalian 3) Sektor Industri


(34)

4) Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 5) Sektor Bangunan/ Konstruksi

6) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 7) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

8) Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9) Sektor Jasa-jasa (BPS, 2013).

b. Pendekatan Pendapatan

Dalam pendekatan pendapatan maka nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi diperkirakan dengan jalan menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi yaitu upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Penjumlahan semua komponen ini disebut NTB, untuk tidak mencari untung, surplus usaha tidak diperhitungkan. Yang dimaksud surplus usaha di sini adalah bunga neto, sewa tanah, dan keuntungan. Metode 21 pendekatan ini banyak dipakai pada sektor yang produksinya berupa jasa seperti pada subsektor pemerintahan umum. Hal ini disebabkan tidak tersedianya atau kurang lengkapnya data mengenai nilai produksi dan biaya antara (Production Account) (Tarigan, 2005). c. Pendekatan Pengeluaran

Pendekatan dari segi pengeluaran adalah menjumlahkan nilai penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri. Kalau dilihat dari segi penggunaan maka total


(35)

penyediaan/produksi barang dan jasa itu digunakan untuk (BPS, 2013):

1) Konsumsi rumah tangga,

2) Konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung, 3) Konsumsi pemerintah,

4) Pembentukan modal tetap bruto (investasi), 5) Perubahan stok, dan

6) Ekspor netto

PDRB merupakan salah satu indikator ekonomi yang dapat menunjukkan kondisi perekonomian daerah setiap tahun. Data PDRB mempunyai kegunaan sebagai berikut:

a. PDRB atas dasar harga berlaku (nominal) menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampun sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya.

b. PDRB harga berlaku menunjukkan pendapatan yang memungkinkan untuk dinikmati oleh suatu daerah.

c. PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun.

d. Distribusi PDRB harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian setiap sektor ekonomi dalam suatu daerah. Sektor-sektor


(36)

ekonomi yang mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian suatu daerah.

e. PDRB harga berlaku menurut penggunaan menunjukkan produk barang dan jasa digunakan untuk tujuan konsumsi, investasi dan diperdagangkan dengan pihak luar negeri.

f. Distribusi PDRB menurut penggunaan menunjukkan peranan kelembagaan dalam menggunakan barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi.

g. PDRB penggunaan atas dasar harga konstan bermanfaat untuk mengukur laju pertumbuhan konsumsi, investasi dan perdagangan luar negeri.

h. PDRB dan PRB perkapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB dan PRB perkepala atau persatu orang penduduk.

i. PDRB dan PRB perkapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi perkapita penduduk suatu daerah.

5. Penduduk

Menurut Population Reference Bureau (PRB) (2011), penduduk merupakan sumber daya utama yang berpengaruh besar terhadap pembangunan di suatu wilayah. Jumlah penduduk adalah sejumlah orang yang sah yang mendiami suatu daerah atau Negara serta mentaati ketentuan-ketentuan dari daerah atau Negara tersebut.


(37)

Anata (2008) menjelaskan bahwa penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap, baik yang produktif atau tidak produktif. Penduduk yang produktif merupakan harapan dari pemerintah daerah, semakin produktif penduduk maka semakin besar kesempatan kerja yang tercipta. Selain itu, jumlah penduduk kota yang diimbangi dengan SDM yang terdidik akan membantu pembangunan daerah.

Mankiw (2006) menjelaskan bahwa penduduk akan mempengaruhi pemerintah daerah, apabila kemajuan teknologi terjadi lebih cepat pada daerah yang banyak jumlah penduduknya sehingga ada lebih banyak temuan, maka daerah dengan banyak jumlah penduduk akan meningkatkan pendapatan di dalam pemerintah daerah atau perkembangan daerah tersebut lebih cepat. Pada teori Ekonomi Publik tentang pajak, menyebutkan bahwa jumlah masyarakat mempunyai suatu tingkat toleransi terhadap pajak, dimana masyarakat memahami besarnya pungutan pajak yang dibutuhkan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik pemerintah pusat ataupun daerah (Mangkoesoebroto, 2010).

Menurut hukum Wagner, disebutkan dalam suatu perekonomian di dalam masyarakat, apabila jumlah pendapatan perkapita meningkat, secara relative pengeluaran pemerintah pun akan meningkat karena adanya penerimaan pendapatan melalui pajak dan retribusi di kegiatan ekonomi.


(38)

Pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh tiga komponen yaitu (Gorahe dkk, 2013):

a. Fertilitas (kelahiran)

Fertilitas menurut istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Natalitas mempunyai arti yang sama dengan fertilitas hanya berbeda ruang lingkupnya. Fertilitas menyangkut peranan kelahiran pada perubahan penduduk, sedangkan natalitas mencakup peranan kelahitan pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia.

b. Mortalitas (kematian)

Mortalitas atau kematian merupakan salah satu diantara tiga komponen demografi yang dapat mempengaruhi perubahan penduduk. Informasi tentang kematian penting, tidak saja bagi pemerintah melainkan juga bagi pihak swasta, yang terutama berkecimpung dalam bidang ekonomi dan kesehatan. Mati adalah keadaan menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.

Data kematian sangat diperlukan antara lain untuk proyeksi penduduk guna perancangan pembangunan. Misalnya perencanaan fasilitas perumahan, pendidikan, dan jasa-jasa lainnya yang digunakan untuk kepentingan masyarakat. Data kematian juga diperlukan untuk kepentingan evaluasi terhadap program-program kebijakan penduduk.


(39)

c. Migrasi

Migrasi merupakan salah satu faktor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Peninjauan migrasi secara regional sangat penting untuk ditelaah secara khusus mengingat adanya densitas (kepadatan) dan distribusi penduduk yang tidak merata, adanya faktor-faktor pendorong dan penarik bagi orang-orang untuk melakukan migrasi, di pihak lain, komunikasi termasuk transportasi semakin lancar.

Migrasi juga diartikan sebagai perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melampaui batas politik/negara atau pun batas administrative/batas bagian dalam suatu negara. Jadi, migrasi dapat diartikan sebagai perpindahan yang relative permanen dari suatu daerah ke daerah lain. migrasi antar bangsa (migrasi internasional) tidak begitu berpengaruh dalam menambah atau mengurangi jumlah penduduk suatu negara kecuali di beberapa negara tertentu yang berkenaan dengan pengungsian, akibat dari adanya bencana baik bencana alam maupun perang. Pada umumnya, orang yang datang dan pergi antar negara boleh dikatakan berimbang saja jumlahnya. Peraturan-peraturan atau undang-undang yang dibuat suatu negara pada umumnya sangat sulit dan ketat bagi seseorang untuk bisa menjadi warga negara atau menetap secara permanen di suatu negara lain.


(40)

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian Susanto (2014) dengan judul Analisis Pengaruh PDRB, Penduduk dan Inflasi terhadap Pendapatan Asli Daerah (Studi kasus kota Malang tahun 1998-2012). Penelitian tersebut menggunakan variabel PDRB, penduduk, inflasi dan PAD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PDRB dan penduduk mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PAD, sedangkan inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap PAD.

Penelitian Prabawa (2009) dengan judul Analisis faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Asli Daerah kabupaten Banyumas. Penelitian tersebut menggunakan variabel pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain PAD yang sah dan PAD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah baik secara parsial maupun simultan berpengaruh positif signifikan terhadap PAD.

Penelitian Atmaja (2009) dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi PAD di Kota Semarang. Penelitian tersebut menggunakan variabel pengeluaran pemerintah, PDRB, jumlah penduduk dan PAD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengeluaran daerah, jumlah penduduk dan PDRB berpengaruh positif terhadap PAD.

Penelitian Asmuruf, Vikie dan George (2015) dengan judul Pengaruh Pendapatan dan jumlah penduduk terhadap PAD di Kota Sorong. Penelitian tersebut menggunakan variabel PAD, PDRB, dan jumlah penduduk. Hasil


(41)

penelitian menunjukkan bahwa PDRB tidak berpengaruh signifikan terhadap PAD, sedangkan jumlah penduduk berpengaruh signifikan terhadap PAD.

Penelitian Kusuma dan Wirawati (2013) dengan judul tentang Analisis Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Peningkatan PAD Sekabupaten/kota di Provinsi Bali. Penelitian tersebut menggunakan variabel pajak daerah, retribusi daerah dan PAD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh signifikan terhadap PAD.

Penelitian Hendaris (2013) dengan judul Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Peningkatan Pendapatan Asli daerah pada Kota/Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pajak daerah berpengaruh signifikan terhadap PAD, sedangkan retribusi daerah tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan PAD.

C. Hipotesis

1. Pengaruh PDRB terhadap PAD

PDRB adalah nilai bersih barang dan jasa-jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi di suatu daerah dalam periode tertentu. PDRB merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan perekonomian di suatu wilayah atau daerah (Sukmaraga, 2011). Selain itu, PDRB suatu daerah yang tinggi mencerminkan tingkat keberhasilan pembangunan di daerah tersebut tinggi. Dengan dilaksanakannya


(42)

pembangunan di setiap sector, maka akan meningkatkan pendapatan daerah tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi PDRB suatu daerah maka akan semakin tinggi juga PAD daerah tersebut. Penelitian Susanto (2014) membuktikan bahwa PDRB berpengaruh positif signifikan terhadap PAD. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Heruyanto (2016) dan Atmaja (2009). Berbeda dengan penelitian Asmuruf, dkk (2015) yang membuktikan bahwa PDRB tidak berpengaruh secara signifikan terhadap PAD.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disusun hipotesis sebagai berikut:

Ha1 : PDRB berpengaruh positif signifikan terhadap PAD 2. Pengaruh Jumlah Penduduk terhadap PAD

Penduduk sangat menentukan perekonomian di suatu daerah. Jumlah penduduk yang besar dan diimbangi dengan kesempatan kerja serta perekonomian yang stabil akan mendorong peningkatan pembangunan daerah. Dengan dibangunnya pusat-pusat pelayanan masyarakat akan meningkatkan aktivitas perekonomian masyarakat, yang pada akhirnya dapat mendorong peningkatan pendapatan asli daerah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin besar jumlah penduduk maka akan semakin tinggi Pendapatan Asli Daerah. Penelitian Susanto (2014) membuktikan bahwa jumlah penduduk berpengaruh positif signifikan terhadap PAD. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Asmuruf, dkk (2015) dan Atmaja (2009). Berbeda dengan hasil penelitian


(43)

Heruyanto (2016) yang membuktikan bahwa jumlah penduduk memiliki pengaruh negative signifikan terhadap PAD.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disusun hipotesis sebagai berikut:

Ha2 : jumlah penduduk berpengaruh positif signifikan terhadap PAD


(44)

28 A. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah data PDRB, jumlah penduduk dan PAD dari masing-masing kabupaten/kota di D.I Yogyakarta tahun 2000-2014 yang meliputi kabupaten Bantul, Sleman, Kulon Progo, dan Gunung Kidul serta kotamadya Yogyakarta.

B. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu berupa kumpulan angka-angka dari PDRB, jumlah penduduk dan PAD.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan melihat laporan-laporan, jurnal-jurnal atau buku-buku. Dalam penelitian ini data diperoleh dari BPS Yogyakarta atau melalui www.bps.go.id.


(45)

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah PAD, yaitu hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambahan nilai kekayaan yang bersih, diukur dalam satuan Rupiah.

2. Variabel independen

a. PDRB adalah total nilai barang dan jasa yang diproduksi di wilayah tertentu dalam waktu tertentu, diukur dalam satuan Rupiah.

b. Jumlah Penduduk yaitu jumlah manusia yang bertempat tinggal/berdomisili pada suatu wilayah atau daerah dan memiliki mata pencaharian tetap di daerah itu serta tercatat secara sah berdasarkan peraturan yang berlaku di daerah tersebut, diukur dalam satuan jiwa.

E. Uji Asumsi Klasik 1. Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2011), uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk menguji heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji White. Kriteria pengujiannya adalah nilai


(46)

signifikansi dari variabel independen lebih besar dari 0,05. Apabila nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi.

2. Multikolinieritas

Multikolinieritas merupakan masalah yang terdapat pada variabel bebas yang memiliki ikatan yang erat atau hubungan yang saling berpengaruh dalam model regresi. Suatu model persamaan regresi diindikasikan mengandung masalah multikolinieritas bila R nya tinggi. Pengujian multikolinieritas dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi parsial. Ketentuannya apabila nilai korelasi antar variabel bebasnya lebih dari 0,8 maka terjadi multikolinieritas (Gujarati, 2003).

F. Teknik Analisis Data

1. Analisis Regresi Data Panel

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis panel data sebagai alat pengolahan data dengan menggunakan software Eviews 7. Analisis dengan menggunakan panel data adalah kombinasi dari data time series dan cross section. Dengan mengakomodasi model memberikan informasi yang baik terkait variabel-variabel cross section maupun time series, data panel secara substansial mampu menurunkan masalah omitted variable, model yang mengabaikan variabel yang relevan. Persamaan model dengan menggunakan data cross section dapat ditulis sebagai berikut:


(47)

Yi = β0 + β1 Xi + εi ; I = 1,2,…,N

Dimana N adalah banyaknya data cross-section. Sedangkan persaman model dengan time series adalah :

Yt = β0 + β1 Xt + εt ; t = 1, 2, …, T Dimana T adalah banyaknya data time series

Mengingat data panel merupakan gabungan dari time series dan cross section maka model dapat ditulis dengan:

Yit = β0 + β1 Xit + εit; I = 1, 2, …, N ; t = 1, 2, …, T Dimana :

N = banyaknya observasi T = banyaknya waktu

N x T = banyaknya data panel

Secara umum dengan menggunakan data panel akan menghasilkan intersep dan slope koefisien yang berbeda-beda pada setiap individu dan setiap periode waktu. Oleh karena itu, di dalam mengestimasi persaman akan sangat tergantung dari asumsi tentang intersep, koefisien slope dan variabel gangguannya. Ada beberapa kemungkinan yang akan muncul, yaitu:

a. Diasumsikan intersep dan slope adalah tetap sepanjang waktu dan individu dan perbedaan intersep dan slope dijelaskan oleh variabel gangguan.


(48)

c. Diasumsikan slope tetap tetapi intersep berbeda baik antar waktu maupun antar individu.

d. Diasumsikan intersep dan slope berbeda antar individu

e. Diasumsikan intersep dan slope berbeda antar waktu dan antar individu.

Gujarati (2003) menyebutkan keunggulan penggunaan data panel diantaranya adalah:

a. Data panel mampu menyediakan data yang lebih banyak, sehingga dapat memberikan informasi yang lebih lengkap, sehingga diperoleh degree of freedom (df) yang lebih besar sehingga estimasi yang dihasilkan lebih baik.

b. Dengan menggabungkan informasi dari data time series dan cross section dapat mengatasi masalah yang timbul karena ada masalah penghilangan variabel.

c. Data panel mampu mengurangi kolinearitas antar variabel.

d. Data panel lebih baik dalam mendeteksi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak mampu dilakukan oleh data time series murni dan cross section murni.

e. Dapat menguji dan membangun model perilaku yang lebih kompleks. Sebagai contoh, fenomena seperti skala ekonomi dan perubahan teknologi.

f. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregat individu, karena data yang diobservasi lebih banyak.


(49)

Rohmana (2010) menyebutkan bahwa pembahasan teknik estimasi model regresi data panel ada 3 teknik yang dapat digunakan yaitu:

a. Model dengan metode OLS (common effect model)

Model Common Effect merupakan model sederhana yaitu menggabungkan seluruh data time series dengan cross section, selanjutnya dilakukan estimasi model dengan menggunakan OLS (Ordinary Least Square). Model ini menganggap bahwa intersep dan slop dari setiap variabel sama untuk setiap obyek observasi. Dengan kata lain, hasil regresi ini dianggap berlaku untuk semua kabupaten/kota pada semua waktu. Kelemahan model ini adalah ketidaksesuaian model dengan keadaan sebenarnya. Kondisi tiap obyek dapat berbeda-beda dan kondisi suatu obyek satu waktu dengan waktu yang lain dapat berbeda. Model common effect dapat diformulasikan sebagai berikut:

yit= α + βj xjit+ εit

Dimana:

yit = variabel dependen di waktu t untuk unit cross section i α = intersep

βj = parameter untuk variabel ke-j

xjit = variabel bebas j di waktu t untuk unit cross section i εit = komponen error di waktu t untuk unit cross section i

i = urutan kota/kabupaten yang di observasi t = time series (urutan waktu)


(50)

b. Model Fixed Effect

Salah satu kesulitan prosedur panel data adalah bahwa asumsi intersep dan slope yang konsisten sulit terpenuhi. Untuk mengatasi hal tersebut, yang dilakukan dalam panel data adalah dengan memasukkan variabel boneka (dummy variabel) untuk mengizinkan terjadinya perbedaan nilai parameter yang berbeda-beda baik lintas unit maupun antar waktu. Jadi, pada pendekatan ini meskipun intersep αi berbeda antar individu namun intersep sama antar waktu. Pendekatan dengan memasukkan variabel boneka ini dikenal dengan sebutan model efek tetap atau least square dummy variabel.

yit= α + βj xjit +

n

i 2iDiit

dimana:

yit = variabel dependen di waktu t untuk unit cross section i α = intersep yang berubah-ubah antar cross section

βj = parameter untuk variabel ke-j

xjit = variabel bebas j di waktu t untuk unit cross section i εit = komponen error di waktu t untuk unit cross section

Di = dummy variable

c. Model Random Effect

Model ini digunakan untuk mengatasi kelemahan model efek tetap yang menggunakan variabel dummy, sehingga model mengalami ketidak pastian. Penggunaan variabel dummy akan mengurangi derajat bebas yang pada akhirnya akan mengurangi efisiensi dari parameter


(51)

yang diestimasi. Model ini menggunakan residual yang diduga memiliki hubungan antar waktu dan antar individu, sehingga model ini mengasumsikan bahwa setiap individu memiliki perbedaan intersep yang merupakan variabel random. Model REM secara umum dituliskan sebagai berikut:

it y ^

= α + βj xjit+ εit εit = ui + vt + wit

Dimana:

ui ~ N (0,u2) = merupakan komponen cross section error

vi ~ N (0,v2) = merupakan komponen time series error

wi ~ N (0,w2) = merupakan time series dan cross section error 2. Metode Pemilihan Data

Pertama yang harus dilakukan adalah melakukan uji F untuk memilih model mana yang terbaik diantara ketiga model tersebut, dilakukan dengan uji Chow dan uji Hausman. Uji Chow dilakukan untuk menguji antara model common effect dan fixed effect, sedangkan uji

Hausman dilakukan untuk menguji apakah data dianalisis dengan

menggunakan fixed effect atau random effect. Pengujian tersebut dilakukan dengan Eviews 7. Dalam melakukan uji Chow, data diregresikan dengan menggunakan model common effect dan fixed effect terlebih dahulu kemudian dibuat hipotesis untuk diuji, hipotesis tersebut adalah:


(52)

Ho : maka digunakan model common effect

Ha : maka digunakan model fixed effects dan lanjut uji Hausman Pedoman yang akan digunakan dalam pengambilan kesimpulan uji Chow adalah:

a. Jika nilai probabilitas F ≥ 0,05 artinya Ho diterima, maka model common effect.

b. Jika nilai probabilitas < 0,05 artinya Ho ditolak, maka model fixed effect, dan dilanjutkan dengan uji Hausman untuk memilih apakah menggunakan model fixed effect atau metode random effect.

Selanjutnya untuk menguji Hausman Test data juga diregresikan dengan model random Effect, kemudian dibandingkan antara fixed effect dan random effect dengan membuat hipotesis:

Ho : Model random effect Ha : Model fixed effect

Pedoman yang akan digunakan dalam pengambilan kesimpulan uji Hausman adalah sebagai berikut:

a. Jika nilai probabilitas Chi-Square ≥ 0,05 maka Ho diterima yang artinya model random effect.

b. Jika nilai probabilitas Chi-Square < 0,05 maka Ho ditolak yang artinya model fixed effect.

3. Rancangan Pengujian Hipotesis

Uji hipotesis dimaksudkan untuk melihat bagaimana hubungan kedua variabel, dimana hipotesis non (Ho) umumnya diformulasikan


(53)

untuk ditolak, sedangkan hipotesis alternative (Ha) merupakan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Hipotesis dalam bentuk kalimat adalah sebagai berikut:

Ho1 : tidak terdapat pengaruh positif antara PDRB terhadap PAD Ha1 : terdapat pengaruh positif signifikan antara PDRB terhadap PAD Ho2 : tidak terdapat pengaruh positif antara jumlah penduduk terhadap

PAD

Ha2 : terdapat pengaruh positif signifikan antara jumlah penduduk terhadap PAD

4. Menghitung Koefisien Determinasi dan Pengujian Kriteria

Setelah menghitung koefisien korelasi maka selanjutnya dilakukan pengujian kriteria. Kriteria pengujian yang dipakai dalam penelitian ini berpedoman pada ketentuan pemberian interpretasi terhadap koefisien korelasi berikut ini.

Tabel 4

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

sangat rendah rendah sedang kuat sangat kuat Sumber: Sugiyono (2012)

Setelah diketahui nilai koefisien korelasi ( r ) yang memperlihatkan derajat atau kekuatan korelasi antara variabel maka akan dihitung


(54)

koefisien determinasi (kd) yang dapat memperlihatkan berapa persen variasi variabel X akan mempengaruhi variabel Y dengan rumus Sudjana (2004):

Kd = r2 x 100% Keterangan:

Kd = koefisien determinasi R = nilai koefisien korelasi Nilai Kd berada antara 0 sampai 1

a. Jika nilai Kd = 0 berarti tidak ada pengaruh variabel X terhadap variabel Y

b. Jika nilai Kd = 1 berarti variasi (naik turunnya) variabel dependen Y adalah 100% dipengaruhi oleh variabel independen (variabel X).


(55)

39

GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

A. Aspek Geografi dan Demografi 1. Karakteristik Wilayah

Secara administrative, DIY terdiri atas empat Kabupaten dan satu Kota dengan 78 kecamatan dan 438 desa/kelurahan. Rinciannya adalah sebagai berikut.

Tabel 5

Pembagian Wilayah DIY Menurut Kabupaten/Kota

Kabupaten/Kota IbuKota Kecamatan Kelurahan/Desa Luas wilayah

Kulonprogo Wates 12 88 586,3 km2

Bantul Bantul 17 75 508,1 km2

Gunungkidul Wonosari 18 144 1.485 km2

Sleman Sleman 17 86 574,82 km2

Kota Yogyakarta

Yogyakarta 14 45 32,5 km2

Sumber: RKPD DIY 2016

DIY tidak memiliki kawasan pedalaman maupun kawasan terpencil. Menurut kondisi geografis, desa-desa di DIY terletak di daerah pesisir, lereng/punggung bukit, dan daerah dataran.

a. Kabupaten Kulonprogo

Kabupaten Kulonprogo dengan ibuKota Wates memiliki 12 kecamatan dan 88 kelurahan/desa. Batas wilayah Kabupaten Kulonprogo sebagai berikut:


(56)

Barat : Kabupaten purworejo, Jawa Tengah Timur : Kabupaten Sleman dan Bantul DIY Utara : Kabupaten Magelang, Jawa Tengan Selatan : samudera hindia

Kabupaten Kulonprogo memiliki topografi yang bervariasi dengan ketinggian antara 0-1000 m di atas permukaan laut, yang terbagi menjadi 3 wilayah meliputi:

1) Bagian utara, merupakan dataran tinggi/perbukitan. Wilayah ini penggunaan tanah diperuntukkan sebagai kawasan budidaya konservasi dan merupakan kawasan rawan bencana tanah longsor. 2) Bagian tengah, merupakan daerah peralihan dataran rendah dan

perbukitan

3) Bagian selatan merupakan dataran rendah, yang rawan banjir apabila musim hujan.

b. Kabupaten Bantul

Kabupaten Bantul dengan ibuKota Bantul memiliki 17 kecamatan dan 75 kelurahan/desa. Batas wilayah Kabupaten Bantul sebagai berikut:

Barat : Kabupaten Kulonprogo, DIY

Timur : Kabupaten Gunungkidul dan Sleman DIY Utara : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, DIY Selatan : samudera hindia


(57)

Kabupaten Bantul terletak antara 07° 44 04 – 08° 00 27 Lintang Selatan dan 110° 12 34 – 110° 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Bantul 508,85 Km2 (15,90 5 dari Luas wilayah Provinsi DIY) dengan topografi sebagai dataran rendah 140% dan lebih dari separonya (60%) daerah perbukitan yang kurang subur, secara garis besar terdiri dari :

1) Bagian Barat, adalah daerah landai yang kurang serta perbukitan yang membujur dari Utara ke Selatan seluas 89,86 km2 (17,73 % dari seluruh wilayah).

2) Bagian Tengah, adalah daerah datar dan landai merupakan daerah pertanian yang subur seluas 210.94 km2 (41,62 %).

3) Bagian Timur, adalah daerah yang landai, miring dan terjal yang keadaannya masih lebih baik dari daerah bagian Barat, seluas 206,05 km2 (40,65%).

4) Bagian Selatan, adalah sebenarnya merupakan bagian dari daerah bagian Tengah dengan keadaan alamnya yang berpasir dan sedikit berlaguna, terbentang di Pantai Selatan dari Kecamatan Srandakan, Sanden dan Kretek.

c. Kabupaten Gunungkidul

Kabupaten Gunungkidul memiliki 18 kecamatan dan 144 kelurahan/desa. Batas wilayah Kabupaten Gunungkidul sebagai berikut:


(58)

Barat : Kabupaten Bantul, DIY

Timur : Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah

Utara : Kabupaten Klaten, Sukoharjo, Jawa Tengah dan Sleman, DIY

Selatan : samudera hindia

Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu Kabupaten yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan IbuKotanya Wonosari. Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul 1.485,36 km2 atau sekitar 46,63 % dari luas wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

d. Kabupaten Sleman

Kabupaten Sleman dengan ibuKota Sleman memiliki 17 kecamatan dan 86 kelurahan/desa. Batas wilayah Kabupaten Sleman sebagai berikut:

Barat : Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Magelang Timur : Kabupaten Klaten dan Boyolali, Jawa Tengah Utara : Kabupaten Magelang, Jawa Tengah

Selatan : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul

Bagian utara Kabupaten ini merupakan pegunungan, dengan puncaknya Gunung Merapi di perbatasan dengan Jawa Tengah, salah satu gunung berapi aktif yang paling berbahaya di Pulau Jawa. Sedangkan di bagian selatan merupakan dataran rendah yang subur. Di antara sungai-sungai besar yang melintasi Kabupaten ini adalah Kali


(59)

Progo (membatasi Kabupaten Sleman dengan Kabupaten Kulon Progo), kali Code, kali Kuning, kali Opak dan Kali Tapus.

e. Kota Yogyakarta

Kota Yogyakarta dengan ibuKota Yogyakarta memiliki 14 kecamatan dan 45 kelurahan/desa. Batas wilayah Kabupaten Sleman sebagai berikut:

Barat : Kabupaten Sleman Timur : Kabupaten Sleman Utara : Kabupaten Sleman Selatan : Kabupaten Bantul

Kota Yogyakarta terletak di lembah tiga sungai, yaitu Sungai Winongo, Sungai Code (yang membelah Kota dan kebudayaan menjadi dua), dan Sungai Gajahwong. Kota ini terletak pada jarak 600 KM dari Jakarta, 116 KM dari Semarang, dan 65 KM dari Surakarta, pada jalur persimpangan Bandung - Semarang - Surabaya - Pacitan. Kota ini memiliki ketinggian sekitar 112 m dpl.

2. Demografi

Demografi meliputi ukuran, struktur, dan distribusi penduduk serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi serta penuaan. Pertumbuhan penduduk di DIY secara umum dipengaruhi oleh kelahiran, kematian dan migrasi. Menurut hasil sensus penduduk yang dilakukan oleh BPS selama tahun 1971 sampai


(60)

tahun 2010 jumlah penduduk DIY terus mengalami peningkatan. Berikut ini jumlah penduduk tiap Kabupaten/Kota selama tahun 2008-2013.

Tabel 6

Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di DIY tahun 2008-2013

Tahun/Lokasi Kabupaten/Kota DIY

Kulonprogo Bantul Gunungkidul Sleman Yogya

2008 385.937 886.061 675.471 1.054.751 390.783 3.393.003

2009 387.493 899.312 675.474 1.074.673 389.685 3.426.637

2010 388.869 911.503 675.382 1.093.110 338.627 3.457.491

2011 390.207 921.263 677.998 1.107.304 390.553 3.487.325

2012 393.221 927.958 684.740 1.114.833 394.012 3.514.762

2013 403.203 947.066 700.192 1.141.684 402.709 3.594854

Jumlah 1.186.631 2.796.287 2.062.930 3.363.821 1.187.274

Sumber: RKPD DIY, 2016

Tabel 6 menunjukkan bahwa setiap tahun terjadi jumlah penduduk di masing-masing Kabupaten/Kota di DIY terus mengalami kenaikkan. Kabupaten dengan jumlah penduduk terbanyak adalah Kabupaten Sleman dan yang jumlah penduduknya paling sedikit adalah Kota Yogyakarta.

B. Aspek Kesejahteraan Masyarakat 1. Penduduk Miskin

Garis kemiskinan DIY selama periode 2009-2014 mengalami peningkatan. Pada September 2013 garis kemiskian DIY tercatat sebesar Rp 303.843 per kapita per bulan, sedangkan kondisi bulan September tahun 2014 tercatat garis kemiskinan meningkat menjadi Rp 321.056 per kapita per bulan. Kenaikan tersebut dimungkinkan karena terjadinya inflasi. Jumlah penduduk miskin DIY pada periode 2009 – 2014 cenderung mengalami penurunan dari 585,78 ribu orang pada Maret 2009 menjadi 532,59 ribu orang pada September 2014.


(61)

2. Pendapatan Perkapita

Kinerja ekonomi DIY selama kurun waktu 2010-2014 menunjukkan peningkatan dengan indikasi meningkatnya nilai nominal Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari tahun ke tahun. Berikut ini pertumbuhan PDRB per kapitan atas dasar harga Konstan (%).

Tabel 7

Pertumbuhan PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan (%)

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014

PDRB adh konstan 2000 (juta rupiah

21.044.042 22.131.774 23.309.218 24.567.400 25.824.099

Penduduk pertengahan tahun (orang)

3.457.769 3.487.325 3.514.762 3.594.854 3.637.116

PDRB per kapita adh konstan 2000 (rupiah)

6.086.017 6.346.347 6.631.806 6.834.068 7.100.158

pertumbuhan PDRB

perkapita adh konstan (%)

3,94 4,28 4,50 3,05 3,88

Sumber: RKPD DIY, 2016

Tabel di atas menunjukkan bahwa pertumbuhan PDRB di provinsi DIY cenderung mengalami kenaikan tiap tahunnya, kecuali pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 3,05% dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 4,50%. Namun pada tahun 2014 naik kembali menjadi 3,88%. 3. Pendapatan Asli Daerah

Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota di provinsi Yogyakarta dapat dilihat pada tabel berikut ini.


(62)

Tabel 8

Realisasi PAD Kabupaten/Kota di D.I Yogyakarta Tahun 2010-2014 (dalam Ribu Rupiah)

Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014

Sleman Bantul Kulon Progo Gunung Kidul Yogyakarta 163.056.459 81.637.099 48.280.641 42.542.032 179.423.640 226.686.250 128.896.456 53.752.294 54.462.419 228.870.562 301.069.540 166.597.780 74.028.660 67.050.780 338.839.610 449.270.306 224.197.864 95.991.513 83.427.448 383.052.140 573.337.599 357.411.063 158.800.564 159.304.338 470.634.760

Sumber: BPS D.I Yogyakarta tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa Kabupaten Sleman merupakan Kabupaten terkaya, dengan jumlah PAD Rp 573.337.599 pada tahun 2014, sedangkan Kabupaten Kulonprogo merupakan Kabupaten dengan PAD terendah yaitu Rp 158.800.564 (tahun 2014).


(63)

47 BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data

1. Analisis Model Regresi dengan Variabel Dependen PAD a. Pemilihan Metode Estimasi untuk Variabel Dependen PAD

Pemilihan model estimasi bertujuan untuk memilih model mana yang terbaik diantara model common effect, fixed effect atau model random effect. Untuk memilih model tersebut digunakan uji chow dan uji Hausman. Uji Chow dilakukan untuk menguji antara model common effect dan fixed effect. Berikut ini hasil pengujian dengan uji Chow.

Tabel 9

Hasil Uji Model Menggunakan Uji Chow

Effect Test Statistic d.f Prob.

Cross-section F

Cross-section Chi-square

18,571381 55,374604

(4,68) 4

0,0000 0,0000 Sumber: data sekunder diolah

Pada hasil perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa nilai probabilitas F kurang dari 0,05 atau 0,000 < 0,05 yang berarti signifikan dengan tingkat signifikansi 95% (α = 5%). Keputusan yang diambil pada pengujian dengan uji Chow ini yaitu tolak Ho (p-value < 0,05) dengan hipotesis:

Ho : maka digunakan model common effect


(64)

Berdasarkan hasil dari uji Chow, maka model yang tepat adalah model fixed effect, dan dilanjutkan dengan uji Hausman untuk memilih apakah menggunakan model fixed effect atau metode random effect.

Hasil pengujian dengan uji Hausman dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 10

Hasil Uji Model Menggunakan Uji Hausman

Test Summary Chi-Sq. Statistik Chi-Sq.d.f Prob.

Cross-section random 7.114994 2 0,0285

Sumber: data sekunder diolah

Pada perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa nilai probability pada test cross section random effect memperlihatkan angka bernilai 0,0285 yang berarti signifikan dengan tingkat signifikansi 95% (α = 5%). Keputusan yang diambil pada pengujian Hausman test ini yaitu tolak Ho (p-value < 0,05) dengan hipotesis:

Ho : Model random effect Ha : Model fixed effect

Berdasarkan hasil dari pengujian Hausman Test, maka metode pilihan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode fixed effect.

Penelitian ini tidak menggunakan pengujian Lagrance Multiplier (LM) dalam pemilihan model regresi data panel, karena karena pada uji Chow dan uji Hausman menunjukan model yang


(65)

paling tepat adalah Fixed Effct Model. Uji LM digunakan apabila pada uji Chow menunjukan model yang dipakai adalah Common Effect Model, sedangkan pada uji Hausman menunjukan model yang paling tepat adalah Random Effect Model. Oleh karena itu diperlukan uji LM sebagai tahap akhir untuk menentukan model Common Effect atau Random Effect yang paling tepat.

2. Pengujian Asumsi

Pengujian asumsi klasik dalam data panel, data perlua dilakukan proses stack (penggabungan) semua pool-nya, karena pada data panel, program Eviews tidak menyediakan menu untuk uji asumsi klasik (kecuali normalitas), maka dilakukan secara manual. Setelah dilakukan stack, kemudian baru diuji korelasi parsial antar variabel independennya. Hal ini untuk pengujian multikolinieritas. Untuk uji heteroskedastisitas, setelah dilakukan stack (gabung) kemudian diestimasi model terpilih (fixed effect) dan di save residualnya.

a. Uji Heteroskedastisitas

Untuk permasalahan heteroskedastisitas dapat diatasi dengan menggunakan metode GLS (Generalized Least Square). Metode GLS telah diberikan perlakuan “white heteroscedasticity-consistent

covariance” untuk mengantisipasi data yang tidak bersifat homokedastisitas. Hasil pengujiannya adalah sebagai berikut.


(1)

2. Uji Asumsi

a. Uji Heteroskedastisitas

Untuk permasalahan heteroskedastisitas dapat diatasi dengan menggunakan metode GLS (Generalized Least Square). Metode GLS telah diberikan perlakuan “white heteroscedasticity-consistent covariance” untuk mengantisipasi data yang tidak bersifat homokedastisitas. Hasil pengujiannya adalah sebagai berikut.

Tabel 11

Hasil Pengujian Heteroskedastisitas dengan Uji White

Variabel t-statistik Prob.

PDRB

Jumlah penduduk PDRB kuadrat

jumlah penduduk kuadrat PDRB*Penduduk

-1,760101 0,883315 3,246875 -0,712781 -0,063676

0,0828 0,3801 0,0618 0,4784 0,9494 Sumber: data sekunder diolah

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa p-value masing-masing variabel independen lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.

b. Uji Multikolinieritas

Permasalahan multikolinieritas telah dapat terselesaikan ketika menggunakan data panel atau dengan kata lain data panel menjadi solusi jika data mengalami multikolinieritas (Gujarati, 2003). Berikut ini hasil pengujian multikolinieritas dengan korelasi parsial.

Tabel 12

Hasil Pengujian Multikolinieritas

PDRB PENDUDUK

PDRB 1.000000 0.455847

PENDUDUK 0.455847 1.000000

Sumber: data sekunder diolah

Tabel di atas memperlihatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara variabel bebas dengan nilai lebih dari 0,8. Data teridentifikasi multikolinieritas apabila koefisien korelasi antar variabel bebas lebih dari satu atau sama dengan 0,8 (Gujarati, 2003). Dengan demikian data panel dalam penelitian ini telah terbebas dari masalah heteroskedastisitas dan multikolinieritas.


(2)

3. Pengujian Hipotesis

Berdasarkan pengujian pada pemilihan metode estimasi dengan pengujian Hausman, diperoleh data bahwa metode yang tepat adalah metode fixed effect. Berikut ini hasil pengujian regresi data panel dengan fixed effect model.

Tabel 13

Hasil Pengujian Regresi Data Panel Fixed Effect Model

Variabel Koefisien Std. Error Probabilitas Konstanta

PDRB

Jumlah penduduk

2183679 0,723035 0,010845

1002206 1,594920 0,001203

0,0328 0,6517***

0,0000** Adjusted R square 0,876538

F-statistik 80,46309 Prob (F-statistik) 0,000000

Ket: *** = signifikan 1%; ** = signifikan 5%; * = signifikan 10% Variabel dependen = PAD

Berdasarkan Tabel 13 di atas diperoleh persamaan regresi data panel sebagai berikut:

PAD = 2183679 + 0,723035*PDRB + 0,010845*Penduduk. Dimana:

PAD : Pendapatan Asli Daerah

PDRB : Produk Domestik Regional Bruto Penduduk : Jumlah Penduduk

Adapun dari hasil estimasi di atas, dapat dibuat model data panel terhadap pengaruh PDRB dan jumlah penduduk terhadap PAD di D.I Yogyakarta yang diinterpretasikan sebagai berikut:

PAD Gunungkidul = -57293,19 + 2183679 + 0,723035*PDRB + 0,010845*Penduduk

= 2126386,54

PAD Bantul = -229825,5 + 2183679 + 0,723035*PDRB + 0,010845*Penduduk

= 1953854,23

PAD Kulonprogo = -1312153 + 2183679 + 0,723035*PDRB + 0,010845*Penduduk


(3)

PAD Sleman = 946361,5 + 2183679 + 0,723035*PDRB + 0,010845*Penduduk

= 3130041,23

PAD Yogyakarta = 652909,1 + 2183679 + 0,723035*PDRB + 0,010845*Penduduk

= 2836588,83

Nilai cross section ini menentukan besarnya pengaruh atau efek wilayah terhadap PAD. Apabila diurutkan, wilayah yang paling besar memberikan pengaruh adalah Kabupaten Sleman dan yang paling kecil memberikan pengaruh adalah Kabupaten Gunungkidul.

Pembahasan

Hipotesis pertama yang menyatakan bahwa PDRB berpengaruh positif signifikan terhadap PAD, terbukti. Ditunjukkan oleh nilai koefisien sebesar 0,723035 dan p-value t-stat sebesar 0,6517 < 0,05. Artinya semakin tinggi PDRB maka akan semakin tinggi juga pendapatan asli daerah, sebaliknya semakin rendah PDRB maka akan semakin rendah juga pendapatan asli daerah. PDRB adalah nilai bersih barang dan jasa-jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi di suatu daerah dalam periode tertentu. PDRB merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan perekonomian di suatu wilayah atau daerah (Sukmaraga, 2011).

Selain itu, PDRB suatu daerah yang tinggi mencerminkan tingkat keberhasilan pembangunan di daerah tersebut tinggi. Dengan dilaksanakannya pembangunan di setiap sector, maka akan meningkatkan pendapatan daerah tersebut. Hal ini dikarenakan PDRB adalah bagian yang penting dari PAD, semakin tinggi PDRB perkapita riil suatu daerah, maka semakin besar pula kemampuan masyarakat daerah tersebut untuk membiayai pengeluaran pembangunan pemerintahnya. Selama tahun penelitian, jika PDRB meningkat, maka berdampak pada meningkatnya PAD. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Susanto (2014), Heruyanto (2016) dan Atmaja (2009) yang membuktikan bahwa PDRB berpengaruh positif signifikan terhadap PAD.


(4)

Hipotesis kedua yang menyatakan bahwa jumlah penduduk berpengaruh positif signifikan terhadap PAD, terbukti. Ditunjukkan oleh nilai koefisien sebesar 0,010845 dan p-value t-stat sebesar 0,0000 < 0,05. Artinya semakin tinggi jumlah penduduk maka akan semakin tinggi juga pendapatan asli daerah, sebaliknya semakin rendah jumlah penduduk maka akan semakin rendah juga pendapatan asli daerah. Penduduk sangat menentukan perekonomian di suatu daerah. Jumlah penduduk yang besar dan diimbangi degan kesempatan kerja serta perekonomian yang stabil akan mendorong peningkatan pembangunan daerah.

Penduduk yang mampu meningkatkan kualitas maupun keahlian atau keterampilannya akan meningkatkan produksi nasional. Hal ini selanjutnya dapat mendorong peningkatan produksi sehingga akan mengakibatkan adanya perluasan dan pendirian usaha baru pada sektor produksi. Pendirian usaha baru akan menambah angkatan kerja yang bekerja, sehingga pendapatan per kapita masyarakat akan cenderung meningkat. Dengan dibangunnya pusat-pusat pelayanan masyarakat akan meningkatkan aktivitas perekonomian masyarakat, yang pada akhirnya dapat mendorong peningkatan pendapatan asli daerah. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Susanto (2014), Asmuruf, dkk (2015) dan Atmaja (2009) yang membuktikan bahwa jumlah penduduk berpengaruh positif signifikan terhadap PAD.

Berdasarkan hasil pengujian terhadap masing-masing koefisien pada setiap Kabupaten diperoleh data bahwa wilayah yang paling besar memberikan pengaruh terhadap PAD adalah Kabupaten Sleman dan yang paling kecil memberikan pengaruh terhadap PAD adalah Kabupaten Gunungkidul. Walaupun secara geografis, Kabupaten Gunungkidul memiliki wilayah yang paling luas diantara kabupaten lainnya, namun karena sebagian besar wilayah tersebut adalah perbukitan dan pegunungan kapur dimana pada musim kemarau sering mengalami kekeringan dan tidak dapat dimanfaatkan untuk menambah pendapatan masyarakat. Hal ini yang menyebabkan pendapatan yang diperoleh Kabupaten Gunungkidul lebih rendah daripada Kabupaten lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel PDRB dan jumlah penduduk berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta periode 2000-2014. Hasil tersebut memberikan gambaran bahwa kenaikan PDRB dan jumlah penduduk


(5)

akan memberikan dampak pada kenaikan PAD, sebaliknya terjadinya penurunan PDRB dan jumlah penduduk dapat memberikan dampak pada penurunan PAD.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian regresi data panel diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. PDRB berpengaruh positif signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/kota di

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Jumlah penduduk berpengaruh positif signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Saran

Dari hasi analisis pembahasan serta kesimpulan di atas maka penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Pendidikan dan penyuluhan bagi petani hendaknya terus di tingkatkan agar mampu menghasilkan produksi yang berkualitas sesuai dengan permintaan pasar.

2. Para petani hendaknya menambah luas lahan pertanian mereka agar produksi yang di hasilkan juga meningkat.

3. Sebaiknya pemerintah, lembaga pendidikan dan badan usaha memperhatikan keadaan para petani secara umum dan petani bawang bawang merah secara khususnya, agar petani dapat menghasilkan produk-produk pertanian yang berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA

Atmaja, A.E. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Asli daerah Di Kota Semarang. Naskah Publikasi. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang

Gujarati, Damodar, 2003, Basic Econometrics, McGraw Hill, New York.

Haryanto, JT dan Astuti E. 2006. Kemandirian Daerah: Sebuah Perspektif dengan Metode Path Analysis. Jurnal Manajemen Usahawan. Nomor 03. Jakarta: Lembaga Management FE UI. Kuncoro, M. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah. Jakarta: Erlangga


(6)

Pujiati, Amin. 2008. Analisis Pertumbuhan Ekonomi di Karesidenan Semarang Era Desentralisasi Fiskal. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Universitas Negeri Semarang.

Rohmana, Yana. 2010. Ekonometrika Teori dan Aplikasi Eviews. Bandung: Laboratorium Ekonomi dan Koprasi

Sukmaraga. 2011. Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, PDRB per Kapita, dan Jumlah Pengangguran terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Jawa Tengah. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro

Susanto, I. 2014. Analisis Pengaruh PDRB, Penduduk dan Inflasi terhadap Pendapatan Asli Daerah. Jurnal Ilmiah. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya malang


Dokumen yang terkait

Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto , Investasi, Inflasi Dan Pengangguran Terhadap Pendapatan Daerah Di Provinsi Sumatera Utara

1 46 146

Analisis Pengaruh Pengeluaran dan Jumlah Penduduk terhadap Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Aceh

2 45 104

Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Produk Domestik Regioal Bruto (PDRB) Kabupaten Dairi

4 61 102

Analisis Produk Domestik Regional Bruto (Pdrb) Dan Jumlah Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan Perkapita Kota Padangsidimpuan

0 43 71

Analisis Pengaruh Transfer Dana Perimbangan, Pendapatan Asli Daerah, dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

3 50 114

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, JUMLAH WISATAWAN DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN/KOTA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (STUDI KASUS DI KABUPATEN/KOTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERIODE 2007-2014)

0 3 20

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, JUMLAH WISATAWAN DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN/KOTA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (STUDI KASUS DI KABUPATEN/KOTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERIODE 2007-2014)

0 11 115

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), JUMLAH PENDUDUK, INVESTASI SWASTA PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), JUMLAH PENDUDUK, INVESTASI SWASTA TERHADAP REALISASI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Empiris pada Kabupaten/Kota Di Prop

0 2 19

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), JUMLAH PENDUDUK, INVESTASI SWASTA PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), JUMLAH PENDUDUK, INVESTASI SWASTA TERHADAP REALISASI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Empiris pada Kabupaten/Kota Di Prop

0 4 18

PENGARUH SEKTOR PARIWISATA, PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), TINGKAT INVESTASI DAN JUMLAH PENDUDUK Pengaruh Sektor Pariwisata, Produk Domestik Regional Bruto (Pdrb), Tingkat Investasi Dan Jumlah Penduduk Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah

0 3 15