royalty kepada franchisor. Sebagai contohnya adalah fast Food Chain seperti California Fried Chicken, Mac Donald’s, Texas Fried Chicken.
d. Business Opportunity Ventures
Franchisee di sini menggunakan sistem yang dimiliki franchisor dalam menjalankan dan menjual produknya. Bentuk franchise yang semacam ini dapat dicontohkan antara
lain seperti Vending Machine penjualan mesin. Dari berbagai bentuk franchise yang dikemukakan tersebut diatas sebenarnya ada
beberapa kesamaan yang mendasar meski penamaan bentuk-bentuk franchise berbeda-beda. Kesamaan yang mendasar dari bentuk-bentuk franchise yang berkembang dan dikembangkan
selama ini adalah penggunaan sistem kerja dengan sistem bisnis franchise yang telah distandarkan oleh franchisor sebagai mekanisme bisnis franchise yang akan dijalankan oleh
franchisee.
2. Isi Perjanjian Waralaba
Walaupun suatu kesepakatan kerjasama adalah antara dua pihak yang bersepakat, namun dalam sisi kesepakatan tersebut paling tidak, ada dua pihak lain yang terkena pula
dampaknya, yaitu:
50
a. PewaralabaFranchisee lain dalam sistem pewaralaba franchising system yang sama; b. Konsumen atau klien dari pewaralaba Franchisee maupun masyarakat umumnya
Pewaralaba lain dalam sistem pewaralaba Franchising yang sama berharap pewaralaba baru akan menjaga eksistensi dari seluruh sistem dengan menepati standar yang
telah menyebabkan seluruh sistem berhasil. Konsumen atau masyarakat pada umumnya mengharapkan adanya produk atau jasa yang konsistenstandar yang diterimanya di tempat
lain. Dalam isi kerja sama sistem waralaba franchise dikembangkan suatu yang khas tentang
50
Juajir Sumardi, Op.Cit, hlm 46
Universitas Sumatera Utara
kerjasama yang merupakan hak dan tidak terdapat dalam sistem yang lain. Ini merupakan sekaligus kekuatan dari sistem waralaba yang dikembangkan. Jadi disamping adanya
kekhasan produkjasa yang ditawarkan kepada konsumen akhir, seorang pewaralaba franchisor juga mengembangkan paket usaha yang tertuang diantaranya secara rind dalam
perjanjian waralaba Franchise agreement yang harus unik dan menarik bagi calon “pembelinya”, yaitu pewaralaba franchisee.
51
Secara garis besar pada umumnya perjanjian waralaba memuat sebagai berikut:
52
a. Hak yang diberikan oleh pengwaralaba Franchisor pada pewaralaba Franchisee. Hak yang diberikan meliputi antara lain penggunaan metode atau resep yang khusus,
penggunaan merek dan atau nama dagang, jangka waktu hak tersebut dan perpanjangannya, serta wilayah kegiatan dan hak yang lain sehubungan dengan
pembelian kebutuhan operasi bila ada; b. Kewajiban dari pewaralaba Franchisee sebagai imbalan atas hak yang diterima dan
kegiatan yang dilakukan oleh pengwaralaba Franchisor pada saat pewaralaba Franchisee memulai usaha maupun selama menjadi angggota dari sistem waralaba
Franchise; c. Hal yang berkaitan dengan kasus penjualan hak pewaralaba Franchisee kepada
pihak lain. Bila pewaralaba tidak ingin meneruskan sendiri usaha tersebut dan ingin menjualnya kepada pihak lain, maka suatu tata cara perlu disepakati sebelumnya;
d. Hal yang berkaitan dengan pengakhiran perjanjian kerjasama dari masing-masing pihak.
51
Martin Mendelsohn, Op.Cit, hlm 54
52
Adrian Sutedi,Op.Cit.hlm.82
Universitas Sumatera Utara
Martin Mendelson
53
1 Perencanaan dan identifikasi kepentingan pemberi waralaba sebagai pemilik, hal ini tentunya akan menyangkut hal-hal seperti merek dagang, hak cipta dan sistem bisnis
pemberi waralaba beserta know how menyebutkan ada 10 sepuluh hal-hal yang harus diperhatikan
dalam pembuatan kontrak dibuat secara terperinci, yang terdiri dari:
2 Sifat serta luasnya hak-hak yang diberikan kepada penerima waralaba, hal ini menyangkut wilayah operasi dan pemberian hak-hak secara formal untuk
menggunakan merek dagang, nama dagang dan seterusnya. 3 Jangka waktu perjanjian. Prinsip dasar dalam mengatur hal ini bahwa hubungan
waralaba harus dapat bertahan pada jangka waktu yang lama, atau setidaktidaknya selama waktu 5 lima tahun dengan klausula kontrak waralaba dapat diperpanjang.
4 Sifat dan luasnya jasa-jasa yang diberikan, baik pada masa-masa awal maupun selanjutnya. Ini akan menyangkut jasa-jasa pendahuluan yang memungkinkan
penerima waralaba untuk memulai, ditraining dan dilengkapi dengan peralatan untuk melakukan bisnis. Pada masa selanjutnya, pemberi waralaba akan memberikan jasa-
jasa secara terperinci hendaknya diatur dalam kontrak dan juga diperkenankan untuk memperkenalkan ide-ide baru.
5 Kewajiban-kewajiban awal dan selanjutnya dari pnerima waralaba. Ini akan mengatur kewajiban untuk menerima beban keuangan dalam mendirikan bisnis sesuai dengan
persyaratan pemberi waralaba serta melaksanakan sesuai dengan sistem operasi, akunting dan administrasi lainnya untuk memastikan bahwa informasi yang penting
tersedia untuk kedua belah pihak. Sistem-sistem ini akan dikemukakan dalam petunjuk operasional yang akan disampaikan kepada penerima waralaba selama
53
Martin Mendelson, Op.Cit, hlm 58-63
Universitas Sumatera Utara
pelatihan dan akan terus tersedia sebagai pedomanreferensi setelah ia membuka bisnisnya.
6 Kontrol operasional terhadap penerima waralaba. Kontrol-kontrol tersebut untuk memastikan bahwa standar operasional dikontrol secara layak, karena kegagalan
untuk mempertahankan standar pada satu unit penerima waralaba akan mengganggu keseluruhan jaringan waralaba.
7 Penjualan bisnis. Salah satu kunci sukses dari waralaba adalah motivasi yang
ditanamkannya kepada penerima waralaba, disertai sifat kewirausahaan penerima waralaba, serta insentif yang dihasilkan daricapital gain. Untuk alasan ini, bisnis
diwaralabakan harus dapat dijual. Seorang pemberi waralaba hendaknya sangat selektif ketika mempertimbangkan lamaran dari penerima waralaba, terutama terhadap
orang-orang yang akan bergabung dengan jejaring dengan membeli bisnis dari waralaba yang mapan.
8 Kematian penerima waralaba. Untuk memberikan ketenangan bagi penerima waralaba, harus dibuat ketentuan bahwa pemberi waalaba akan memberikan bantuan
untuk memungkinkan bisnis dipertahankan sebagai suatu aset yang perlu direalisir atau jika tidak bisa diambil alih oleh ahli warisnya apabila ahli waris tersebut
memenuhi syarat sebagai penerima waralaba. 9
Arbitrase. Dalam kontrak sebaiknya ditentukan mengenai penyelesaian sengketa yang mungkin timbul dengan melalui arbitrase, dengan harapan penyelesaiannya akan lebih
cepat, murah dan tidak terbuka sengketanya kepada umum. 10
Berakhirnya kontrak dan akibat-akibatnya. Dalam kontrak harus selalu ada ketentuan yang mengatur mengenai berakhirnya perjanjian. Perlu ditambahkan dalam kontrak,
penerima waralaba mempunyai kewajiban selama jangka waktu tertentu untuk tidak
Universitas Sumatera Utara
bersaing dengan pemberi waralaba atau penerima waralaba lainnya, juga tidak diperkenankan menggunakan sistem atau metode pemberi waralaba.
Jika dalam pembuatan perjanjian waralaba para pihak dalam perjanjian waralaba membuat perjanjian dengan memperhatikan hal-hal yang dikemukakan oleh Martin
Mendelson dan PP Waralaba di atas, maka sudah ada kejelasan dan ketegasan bagi penerima
waralaba sehingga antara pemberi dan penerima waralaba tidak terjadi kesalahpahaman dalam pelaksanaannya.
C. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Waralaba