dan memberikan kepastian dalam berusaha tidak hanya bagi franchisor, melainkan juga bagi franchisee.
62
B. Perlindungan Hukum Terhadap Penerima Waralaba
Agar dalam pelaksanaan waralaba antara pihak pemberi waralaba dengan pihak penerima waralaba kedudukan hukumnya setera maka dari itu, diperlukannya campur tangan
negara untuk mengatur waralaba. Campur tangan Negara dalam waralaba tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang waralaba dan Peraturan Menteri
Perdagangan Republik Indonesia Nomor 31M-DAGPER82008 tentang Penyelenggaraan Waralaba.
Sebagaimana telah diuraikan terlebih dahulu, bisnis waralaba berkembang pesat dalam dunia perekonomian Indonesia. Hal yang melatar belakangi perkembangannya tidak lain
adalah hukum perjanjian Indonesia menganut asas kebebasan berkontrak, sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi “semua persetujuan
yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Berdasarkan pasal tersebut, setiap orang dapat dibenarkan untuk membuat perjanjian
waralaba dengan syarat-syarat yang ditetapkan sendiri, asalkan isi perjanjian yang dibuat itu tidak bertentangan dengan Undang-Undang kesusilaan dan ketertiban umum seperti yang
diatur dalam Pasal 1337 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Untuk itu, setiap persetujuan hanya akan berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya dan sebaliknya perjanjian tersebut
tidak boleh merugikan pihak ketiga seperti yang diatur dalam Pasal 1340 Kitab Undang- Undang Perdata.
62
Richard Burton Simatupang, Op.Cit, hlm 33
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Pasal 1337 dan Pasal 1340 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tersebut, walaupun para pihak diberi peluang secara bebas untuk menentukan syarat
perjanjian yang mereka inginkan namun Undang-Undang masih membatasi tindakan para pihak tersebut. Jadi kebebasan berkontrak yang dimaksud tidaklah dalam pengertian bebas
secara mutlak. Oleh karena itu, setiap perjanjian yang mengandung unsur yang bertentangan dengan kepatutan, keadilan, kebiasaan dan undang-undang oleh pemerintah dapat dilarang
diberlakukan apabila jika kebebasan atau kesewenang-wenangan yang hanya bertujuan untuk mengejar keuntungan ekonomi semata.
Asas kebebasan berkontrak dalam hukum perjanjian juga turut dibatasi oleh Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang waralaba. Menurut pasal 5 Peraturan Pemerintah
Nomor 42 Tahun 2007 tentang waralaba, isi perjanjian waralaba minimal harus memenuhi syarat 11 klausula wajib yang ditentukan dalam Peraturan Pemerintah tersebut, antara lain:
1. Nama dan alamat para pihak 2. Jenis Hak Kekayaan Intelektual
3. Kegiatan Usaha 4. Hak dan kewajiban para pihak
5. Bantuan fasilitas, bimbingan operasional, pelatihan dan pemasaran yang diberikan pemberi waralaba kepada penerima waralaba
6. Wilayah usaha 7. Jangka waktu perjanjian
8. Tata cara pembayaran imbalan 9. Kepemilikan, perubahan kepemilikan dan hak ahli waris
10. Penyelesaian sengketa 11. Tata cara perpanjangan, pengakhiran dan pemutusan perjanjian.
Universitas Sumatera Utara
Syarat untuk mencantumkan minimal klausula yang diatur dalam Perjanjian Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang waralaba sebenarnya bertujuan untuk menciptakan
keseimbangan posisi antara para pihak dalam perjanjian waralaba sekaligus memberikan perlindungan hukum bagi para pihak, khususnya penerima waralaba. Namun, Peraturan
Pemerintah mengenai syarat minimal klausula tersebut tidak lengkap dan tidak rinci pengaturannya dan hanya merupakan gambaran besar dari apa yang harus ditulis dalam
perjanjian waralaba dan tidak terdapat batasan yang rinci tentang isi dari klausula minimal tersebut.
Maka dari itu, belum terdapat perlindungan hukum bagi penerima waralaba yang merupakan usaha mikro, kecil dan menengah dalam hal isi perjanjian karena pemberi
waralaba masih mempunyai kesempatan untuk membuat perjanjian dengan kedudukan hukum yang lebih setara sehingga penerima waralaba lebih lemah kedudukannya dalam
rangka pelaksanaan waralaba. Di samping pembatasan asas berkontrak, salah satu bentuk perlindungan hukum yang
diberikan untuk menerima waralaba terdapat Pasal 3 huruf F yang menyebutkan bahwa salah satu kriteria waralaba adalah hak kekayaan intelektual yang telah terdaftar. Hak kekayaan
intelektual yang telah terdaftar adalah hak kekayaan intelektual yang terkait dengan usaha seperti merek, hak cipta, paten dan rahasia dagang yang sudah didaftarkan di instansi yang
berwenang. Syarat hak kekayaan intelektual yang telah terdaftar memberikan kepastian hukum bagi penerima waralaba sehingga secara tidak langsung memberikan perlindungan
hukum bagi penerima waralaba. Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang waralaba memberikan
kewajiban bagi pemberi waralaba untuk memberikan prospektus penawaran waralaba kepada calon penerima waralaba pada saat melakukan penawaran. Prospektus penawaran waralaba
Universitas Sumatera Utara
tersebut harus memuat paling sedikit mengenai data identitas pemberi waralaba, legalitas usaha pemberi waralaba, sejarah kegiatan usahanya, struktur organisasi pemberi waralaba,
laporan keuangan dua tahun terakhir, jumlah tempat usaha, daftar penerima waralaba dan hakkewajiban pemberi waralaba dan penerima waralaba.
Dalam prospektus penawaran waralaba disebutkan bahwa di dalam prospektus penawaran waralaba tersebut harus terdapat legalitas usaha pemberi waralaba. Yang
dimaksud dengan legalitas usaha tersebut adalah izin teknis seperti Surat Izin Usaha Perdagangan SIUP, Izin Tetap Usaha Periwisata dan Surat Izin Pendirian Satuan
Pendidikan. Legalitas usaha pemberi waralaba sangat penting dan turut memberikan perlindungan hukum bagi penerima waralaba dapat mengetahui terlebih dahulu apakah
pemberi waralaba telah memenuhi persyaratan perjanjian. Pengaturan mengenai prospektus ini memiliki tujuan agar sebelum melakukan
perjanjian waralaba, penerima waralaba dapat mengetahui terlebih dahulu dengan siapa dan apa yang akan diperjanjikan dalam kegiatan waralaba. Prospektus ini sangat penting karena
berdasarkan informasi-informasi yang terdapat dalam prospektus, penerima waralaba dapat mempertimbangkan terlebih dahulu apakah ia akan mengambil penawaran yang dilakukan
pemberi waralaba atau tidak. Kewajiban pemberi waralaba untuk memberikan prospektus penawaran waralaba
kepada penerima waralaba sebelum penandatanganan perjanjian waralaba merupakan hal yang baru dalam pengaturan waralaba di Indonesia. Pengaturan tersebut memberikan
kesempatan bagi penerima waralaba untuk mempelajari serta mempertimbangkan berbagai aspek yang terkait dengan waralaba yang ditawarkan. Pemberian prospektus penawaran
waralaba dapat mengetahui terlebih dahulu waralaba yang ditawarkan sehingga dapat memperkecil resiko hukum bagi penerima waralaba dikemudian hari.
Universitas Sumatera Utara
Prospektus penawaran waralaba merupakan hal penting yang bertujuan untuk melindungi penerima waralaba yang merupakan usaha mikro, kecil dan menengah yang perlu
diberdayakan dalam rangka pembangunan nasional. Prospektual penawaran waralaba tersebut memberikan kepastian bagi penerima waralaba apabila akan memberikan modalnya dalam
usaha waralaba maka dari itu, kebenaran isi prospektus penawaran waralaba merupakan hal yang penting bagi penerima waralaba, karena merupakan dasar bagi penerima waralaba untuk
menerima tawaran waralaba. Pengaturan mengenai waralaba dewasa ini, tidak mengatur bagaimana akibat hukum
yang terjadi apabila prospektus penawaran waralaba tidak benar isinya, bagaimana sanksi yang diberikan kepada pemberi waralaba apabila ia membuat prospektus penawaran waralaba
yang sisanya tidak benar dan bagaimanakah pengaturan apabila waralaba yang terdapat dalam prospektus penawaran waralaba yang tidak benar tersebut telah diterima dan dijalankan oleh
para pihak. Maka dari itu, pengaturan yang lebih jelas mengenai prospektus penawaran waralaba dibutuhkan dalam pengaturan mengenai waralaba, karena dapat memberikan
perlindungan hukum yang lebih baik bagi penerima waralaba yang merupakan usaha mikro, kecil dan menengah yang perlu diberdayakan dalam rangka pembangunan nasional.
63
63
Adrian Sutedi, Op.Cit, hlm 53
Perlindungan hukum lain yang diterima penerima waralaba berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang waralaba terdapat dalam Pasal 8 Peraturan
Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang waralaba. Dalam pasal tersebut, ditegaskan bahwa pemberi waralaba wajib memberikan pembinaan dalam bentuk pelatihan, bimbingan
operasional manajemen, pemasaran, penelitian dan pengembangan kepada penerima waralaba secara berkesinambungan.
Universitas Sumatera Utara
Pembinaan tersebut merupakan suatu perlindungan yang diberikan kepada penerima waralaba agar dalam menjalankan usaha waralaba, penerima waralaba tidak kehilangan arah
dan tetap dalam pengawasan pemberi waralaba. Dengan kata lain, pemberi waralaba tidak saja menuntut pemenuhan kewajiban dari penerima waralaba saja melainkan harus diimbangi
dengan pembinaan kepada penerima waralaba. Dalam perjanjian waralaba, pemberi waralaba memiliki kewenangan untuk melakukan
pemutusan hubungan dengan alasan-alasan tertentu. Kewenangan tersebut tercantum dalam perjanjian waralaba dan dapat dikaitkan sebagai suatu dominasi dalam hubungan waralaba,
kewenangan pemberi waralaba dalam hal pemutusan hubungan harus dibatasi. Salah satu perlindungan hukum yang diberikan kepada penerima waralaba terhadap tindakan pemutusan
waralaba adalah surat pemutusan bersama clean break. Perlindungan hukum ini diatur dalam peraturan menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor :31MADGPER2008
tentang Penyelanggaraan Waralaba. Menurut peraturan tersebut, pemutusan terhadap perjanjian waralaba yang dilakukan
terhadap penerima waralaba oleh pemberi waralaba sebelum masa berlaku perjanjian berakhir dan menunjuk penerima waralaba yang baru, maka penerbitan Surat Tanda Pendaftaran
Usaha Waralaba STUPW bagi pemberi waralaba yang baru akan diberikan jika pemberi waralaba telah menyelesaikan segala permasalahan yang timbul akibat dari pemutusan
tersebut dalam bentuk Surat Pernyataan bersama Clean Break. Berdasarkan uraian mengenai perlindungan hukum di atas, dapat kita lihat bahwa
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang waralaba dan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor :31MADGPER2008 tentang Penyelanggaraan
Waralaba pada dasarnya telah memberikan perlindungan hukum kepada penerima waralaba namun dibutuhkan pengaturan yang lebih rinci dan lengkap agar perlindungan hukum dapat
Universitas Sumatera Utara
tercipta dengan sempurna bagi penerima waralaba yang apabila dikaitkan dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah merupakan Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah. Perlindungan hukum yang diberikan kepada penerima waralaba yang merupakan
bagian dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah meningkatkan kemampuan dan peran serta kelembagaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam Perekonomian Nasional.
C. Hambatan dalam Perlindungan Hukum Terhadap Penerima Waralaba Apabila Terjadi Sengketa Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007
Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 12MDagPer32006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba, maka
anggapan penerima waralaba dilarang mengalihkan know how yang diterimanya kepada pihak lain menjadi kurang tepat, sebab Pasal 3 Permendag tersebut membolehkan perjanjian
waralaba disertai pemberian hak untuk membuat perjanjian waralaba lanjutan. Artinya pendapat yaitu secara absolut menolak penerima waralaba untuk mengalihkan
know how salah satu elemen dalam HaKI yang diterimanya kepada pihak lain, bertentangan dengan Permen. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa Permendag memberikan opsi
bukan larangan para pihak, yaitu apakah penerima waralaba dilarang atau diperkenankan membuat perjanjian waralaba lanjutan. Jika ada kewajiban bagi penerima waralaba untuk
merahasiakan serta tidak memberitahukan kepada pihak ketiga apa yang diperolehnya dari franchisor, maka dalam perjanjian harus dicantumkan keterangan-keterangan apa sajakah
yang harus diberikan oleh pemberi waralaba kepada penerima waralaba. Pada saat pemberi waralaba terikat pada suatu perjanjian waralaba dengan penerima
waralaba, pemberi waralaba tidak diperkenankan untuk mewaralabakan produk atau jasa yang sama dengan merek dagang yang sama kepada penerima waralaba lainnya dilokasi-lokasi
Universitas Sumatera Utara
yang berdekatan. Apabila hal tersebut terjadi dapat mengakibatkan persaingan antar unit waralaba di lokasi-lokasi tersebut. Pembatasan ini juga berlaku bagi penerima waralaba
terhadap penerima waralaba lanjutan. Dalam pemberian hak eksklusif untuk mempergunakan atau memasarkan produk atau
jasa di daerah tertentu, para pihak juga harus mempertimbangkan peraturan-peraturan yang berkenaan dengan persaingan usaha tidak sehat. Suatu hak eksklusif untuk mempergunakan
atau memasarkan produk atau jasa dapat termasuk ke dalam kategori kegiatan-kegiatan yang dilarang berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yang bertujuan untuk
menghapuskan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat di Indonesia. Jika pemberi waralaba mengakhiri perjanjian waralaba sebelum jangka waktunya berakhir, maka pemberi
waralaba dapat membuat perjanjian waralaba lain apabila semua masalah yang timbul dari perjanjian yang berakhir tersebut telah diselesaikan dan dinyatakan dengan jelas dalam suatu
surat pernyataan bersama antara para pihak yang terlibat. Dengan demikian, pada dasarnya waralaba berkenaan dengan pemberian izin oleh
pemberi waralaba kepada orang lain atau beberapa orang untuk menggunakan sistem atau cara pengoperasian suatu bisnis. Pemberian izin ini meliputi penggunaan hak-hak pemilik
waralaba yang berada di bidang hak milik intelektual intellectual property rights. Pemberian izin ini kadang kala disebut dengan pemberian lisensi.
Perjanjian lisensi biasa tidak sama dengan perjanjian waralaba. Pada perjanjian lisensi biasa hanya meliputi satu bidang kegiatan saja, misalnya pemberian izin lisensi bagi
penggunaan merek tertentu atau pun lisensi pembuatan satubeberapa jenis barang tertentu. Sedangkan pada perjanjian waralaba, pemberian lisensi melibatkan berbagai macam hak
milik intelektual, seperti nama perniagaan, merek, model dan desain.
Universitas Sumatera Utara
Sebenarnya waralaba memiliki ruang lingkup yang lebih luas dari sekedar pemberian izin lisensi penggunaan atau penjualan atau pembuatan satu atau beberapa jenis barang
tertentu saja. Selain hal tersebut di atas, apabila dalam perjanjian waralaba tidak diikuti dengan perjanjian antara karyawan dengan perusahaan penerima waralaba untuk melindungi
rahasia dagang maka hal ini akan menjadi permasalahan tersendiri.
64
1. Karyawan harus dari waktu ke waktu atau berdasarkan waktu yang ditentukan oleh perusahaan. Secara lengkap memberitahukan dan memaparkan kepada perusahaan,
secara tertulis, seluruh hasil karya, pekerjaan, penemuan, desain, perbaikan dalam bentuk apapun yang telah dibuat, dihasilkan atau dikembangkan oleh karyawan. Termasuk dari
mana sebelum perjanjian ini diadakan, atau yang kelak akan dibuat, dihasilkan atau dikembangkan oleh karyawan, selama masa karyawan bekerja di perusahaan yang
berhubungan dengan usaha-usaha yang dijalankan oleh perusahaan atau setiap pekerjaan atau usaha yang dijalankan oleh perusahaan. Hal ini selanjutnya disebut sebagai
“investasi”. Dalam keadaan ini penerima waralaba mungkin saja tidak melakukan pelanggaran
HaKI akan tetapi karyawan adalah pihak ketiga yang akan berpotensi untuk melakukan peniruan terhadap ciri khas dari pemberi waralaba, mengingat karyawan dari perusahaan
waralaba juga mengetahui secara persis rahasia dagang dari perusahaan tersebut. Oleh karena itu maka sebaliknya dilakukan pula perjanjian antara perusahaan dan karyawan untuk
melindungi rahasia dagang suatu waralaba. Untuk itu menurut penulis seharusnya dibuat pula perjanjian antara karyawan dengan
perusahaan penerima waralaba untuk melindungi rahasia dagang. Perjanjian tersebut di antara harus memuat kesepakatan sebagai berikut:
64
Gunawan Widjaja, Op.Cit, hlm 37
Universitas Sumatera Utara
2. Perjanjian ini berlaku terhadap semua investasi yang akan dibuat, dihasilkan baik yang memenuhi atau tidak memenuhi persyaratan dalam hak paten, hak cipta, hak merek,
rahasia dagang atau perlindungan hukum lainnya baik yang telah dibuat, dihasilkan atau dikembangkan selama diluar jam kerja regular di perusahaan. Baik yang telah dibuat,
dihasilkan atau dikembangkan dengan menggunakan fasilitas perusahaan atau diluar fasilitas perusahaan.
3. Seluruh invensi akan menjadi hak milik tunggal dan eksklusif dari perusahaan dan berkaitan dengan tujuan perjanjian ini akan dianggap sebagai bagian dari informasi
rahasia dagang, baik yang telah atau belum diwujudkan dalam bentuk nyata. 4. Karyawan setuju bahwa setiap invensi akan dianggap sebagai penemuan atau ciptaan
yang dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan Work Made For Hire dan perusahaan akan dianggap sebagai penemu atau pencipta dari ciptaan tersebut. Dalam
situasi dimana suatu invensi atau ciptaan ditetapkan bukan sebagai penemu atau ciptaan yang dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan Work Made For Hire,
maka karyawan, tanpa dapat mencabut kembali, menyerahkan dan menstransfer seluruh hak kepemilikan atas ciptaan tersebut kepada perusahaan.
5. Karyawan akan membantu dan bekerjasama dengan perusahaan baik selama masa karyawan bekerja di perusahaan atau setelah karyawan tidak lagi bekerja di perusahaan,
dengan tanggungan biaya secara penuh dari perusahaan, agar perusahaan mendapatkan dan memiliki seluruh hak paten, hak cipta, hak merek, rahasia dagang atau perlindungan
hukum lainnya sehubungan dengan invensi tersebut. 6. Karyawan akan menandatangani semua dokumen-dokumen yang berhubungan dengan
invensi dan melakukan hal-hal yang dianggap perlu dalam rangka mendapatkan perlindungan hukum bagi invensi tersebut dan menyerahkan hak kepemilikan secara
Universitas Sumatera Utara
penuh dan eksklusif kepada perusahaan untuk seluruh invensi, dalam menghadapi gugatan-gugatan hukum apapun dari pihak-pihak lain terhadap perusahaan.
7. Karyawan tidak akan mendapatkan kompensasi tambahan dalam bentuk apapun atas setiap dan seluruh invensi yang dihasilkan karyawan bekerja di perusahaan.
8. Karyawan menyatakan bahwa selama masa karyawan bekerja di perusahaan, karyawan tidak pernah atau tidak akan membeberkan kepada perusahaan, rahasia dagang, apapun
informasi rahasia atau informasi yang menjadi hak milik pihak manapun juga, secara umum tidak beredar secara luas di khalayak luas dan publik. Karyawan menyatakan
bahwa seluruh tindakan yang diisyaratkan oleh perjanjian ini untuk dijalankan oleh karyawan, dan dalam kapasitas kewajiban sebagai karyawan di perusahaan, tidak akan
melanggar perjanjian larangan pengungkapan informasi rahasia Confidentiality or Non Disclosure Agreement. Perjanjian penyerahan hak atas kekayaan intelektual Assignment
of Intellectual Property Rights Agreement atau perjanjian-perjanjian lainnya dengan siapapun yang pernah mempergunakan jasa karyawan sebelumnya, baik karyawan
berposisi sebagai tidak terbatas pada karyawan, konsultan, kontraktor. Karyawan akan menanggung segala tanggung jawab dan melepaskan perusahaan dari segala tuntutan
yang mungkin muncul dari pihak manapun di kemudian hari. 9. Penalti berbentuk ganti rugi sebesar jumlah tertentu akan dikenakan terhadap karyawan
dalam situasi dimana karyawan melakukan pelanggaran terhadap isi dari perjanjian ini. 10. Karyawan menyetujui dan memberikan izin kepada perusahaan untuk menotifikasi
perusahaan baru tempat karyawan bekerja atau kepada siapapun yang mempekerjakan karyawan di kemudian hari, akan adanya kewajiban-kewajiban dari karyawan terhadap
perusahaan, sebagaimana yang tercantum dalam perjanjian ini.
Universitas Sumatera Utara
11. Setiap klausula dalam perjanjian ini dan klausula dalam perjanjian ini secara keseluruhan akan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat secara penuh terhadap pihak pewaris,
eksekutor, administrator dan perwakilan hukum lainnya dari pihak karyawan. Hal tersebut dimaksudkan bagi keutuhan penjagaan kepentingan perusahaan, para pengganti
yang akan menduduki jabatan penting di perusahaan dan bagi orang-orang atau lembaga- lembaga atau bentuk-bentuk entitas lainnya yang ditunjuk perusahaan.
12. Karyawan menyatakan bahwa karyawan cakap menurut hukum dan berhak untuk menjadi pihak dalam perjanjian ini.
13. Setiap klausula dalam perjanjian ini adalah terpisah dan berdiri sendiri. Apabila ada klausula yang dinyatakan tidak berlaku atau tidak dapat melaksanakan menurut hukum
yang berlaku, maka klausula-klausula lainnya tidak akan terpengaruh dan klausula yang dinyatakan tidak berlaku atau tidak dapat melaksanakan menurut hukum akan diubah
agar menjadi sah dan dapat dilaksanakan semaksimal mungkin menurut hukum. 14. Perjanjian ini dibuat dan berlaku berdasarkan hukum yang berlaku di republic Indonesia.
15. Dengan ditandatanganinya perjanjian ini secara sah oleh kedua belah pihak, maka semua perjanjian sejenis sebelumnya, baik yang secara lisan atau tertulis, dianggap tidak berlaku
lagi. 16. Ketentuan lainnya yang belum diatur dalam perjanjian ini akan diatur dalam adendum
atau perjanjian terpisah, disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, dan merupakan satuan kesatuan bagian yang tidak terpisahkan dengan perjanjian ini.
17. Karyawan menyatakan bahwa : a. Karyawan telah membaca, mengerti dan bersedia untuk melaksanakan sepenuhnya
perjanjian ini.
Universitas Sumatera Utara
b. Karyawan telah diberikan kesempatan untuk meminta keterangan dan penjelasan lebih lanjut tentang hal-hal yang kurang dimengerti dari perjanjian ini.
c. Perjanjian ini dibuat dalam 2 rangkap dan dibubuhi materai secukupnya, yang mana masing-masing perjanjian mempunyai kekuatan yang sama.
d. Kewajiban-kewajiban karyawan dalam perjanjian ini tetap berlaku secara penuh terhadap karyawan, walaupun karyawan sudah tidak bekerja pada perusahaan dengan
alas an apapun juga. Hambatan lainnya yang dapat terjadi dalam perjanjian waralaba adalah pada saat
pelaku usaha baru pertama kali melakukan usaha waralaba, baik dalam kapasitas sebagai pemberi waralaba maupun penerima waralaba. Hambatan tersebut dapat terjadi oleh karena
para pihak belum memahami aspek-aspek hukum dari waralaba, sehingga tidak memiliki pedoman yang baik. keadaan ini dapat berdampak pada perlindungan hukum HaKI dalam
waralaba, mengingat pelaku usaha tidak menyadari arti penting dari perlindungan HaKI tersebut sebagai inti dari suatu waralaba. Ketidaktahuan para pelaku usaha waralaba dapat
terlihat dalam penyusunan perjanjian waralaba, dimana dalam perjanjian waralaba tersebut tidak terdapat klausula khusus yang mengatur tentang perlindungan HaKI dari waralaba
tersebut. Dengan demikian akan terdapat kelemahan dari perjanjian tersebut, yang akan sangat mungkin dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu yang berakibat terjadinya
permasalahan hukum, khususnya pelanggaran HaKI seperti rahasia dagang suatu waralaba. Permasalahan ini akan teratasi apabila pelaku usaha waralaba memakai jasa konsultan
untuk mendampinginya dalam melakukan negosiasi bisnis dan pembuatan perjanjian. Penulis melihat arti penting seorang notaris dalam memutuskan perjanjian waralaba, agar dapat
menjadi suatu perjanjian yang seimbang dan mampu memberikan perlindungan hukum bagi pihak yang membuatnya, khususnya dalam bidang HaKI. Oleh karena itu untuk dapat
Universitas Sumatera Utara
berjalannya suatu bisnis waralaba dengan baik maka para pelakunya harus mempergunakan konsultan ahli waralaba dan konsultan hukum atau notaris, untuk menghindari terjadinya
permasalahan hukum dikemudian hari.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PENUTUP