BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini memakai metode randomized clinical trial dengan tehnik pengukuran single blind untuk mengetahui perbedaan effektivitas pemberian Na 2 mmolkg BB
dalam cairan NaCl 3 dan NaCl 0.9 pada preloading anestesi terhadap efek volume intravascular.
Randomisasi dilakukan dengan cara randomisasi sederhana simple randomization dengan table random.
Penelitian sendiri yang akan mengobservasi pasien dari sejak awal sebelum pre loading sampai post operasi. Dan yang melakukan spinal anestesi adalah PPDS
Anestesiologi Reanimasi FK USU Medan semester 2 ke atas 3.2.
Tempat dan waktu penelitian Tempat : ruang operasi RS Haji Adam Malik dan RS Haji Mina Medan
Waktu : Bulan Oktober sd Desemvber 2007 3.3.
Populasi dan sample Populasi penelitian adalah seluruh pasien yang menjalani pembedahan dengan spinal
anestesi di RS Haji Adam Malik Medan. Sample penelitian adalah pasien dengan PS ASA 1-2 yang akan menjalani pembedahan elektif dengan spinal anestesi.
3.4. kriteria inklusi
a. Pasien PS ASA 1-2
b. Umur 17-60 tahun
c. Operasi elektif orthopedic, abdomen bagian bawah
d. Serum elektrolit normal natrium, kalium, clorida
e. Tinggi blok spinal anestesi tidak lebih dari Th 8-10
Kriteria eksklusi : a.
Pasien dengan kontraindikasi spinal anestesi b.
Pasien dengan kelainan jantung c.
Pasien dengan gangguan ginjal d.
Pembedahan darurat
Universitas Sumatera Utara
e. Hiponatremia hipernatremia
f. Pasien dengan riwayat cedera kepala
g. Penurunan tekanann darah lebih dari 20 tekanan darah basal setelah spinal
puncture h.
Pasien mendapat terapi cairan tambahan koloid atau efedrin i.
Pasien dengan penyakit mengandung cairan missal kista ovarium
3.5. Besar Sample
Kesalahan tipe I Zα =5 = 1,96 Kesalahan tipe II Zβ = 10 =1,28
Selisih minimal yang dianggap bermakna X1-X2 = 6 Besar sample untuk tiap kelompok adalah 34 orang
Total sample 2 kelompok = 68 orang + 10= 74 orang 3.6.
Cara kerja Dalam penelitian ini setelah sample dimasukkan criteria inklusi dan ekslusi dan
mendapat informed consent pasien dibagi secara random menjadi dua kelompok. Randomisasi dilakukan dengan cara randomisasi sederhana simple randomization
dengan menggunakan table random. Kelompok A : untuk angka 0-4, kelompok yang mendapat NaCl 3
Kelompok B : untuk angka 5-9, kelompok yang mendapat NaCl 0,9 Pasien diinfus dengan cairan maintenance Ringer Laktat atau Ringer Asetat sebanyak 2
mlkg BB jam di ruangan perawatan pasien pada sore ataua malam hari sebelum operasi sejak puasa. Pada hari operasi di ruangan pemedikasi dinilai dahulu tekanan
darah MAP dan diukur jumlah cairan interselluler, intravascular dan cairan interstitial dengan BIA :
Universitas Sumatera Utara
1. Pasien dalam keadaan tidur terlentang dengan kedua ekstremitas kaki dan
tangan diregangkan sedikit tidak menyentuh badan ketika pengukuran bioimpedance
2. Daerah tangan dan kaki yang akan sebagai daerah penempelean elektroda
dibersihkan dahulu dengan alcohol 70 3.
Elektroda ditempelkan di tangan dan kaki yang berseberangan dengan apeks jantung normal di sebelah kanan
Kemudian pasien diberi cairan NaCl 3 atau NaCl 0,9 sebanyak dengan Natrium 2 mmolkg BB dalam waktu 15 menit selama 30 menit. Setelah itu pasien disiapkan
kompartemen dengan BIA setiap 5 menit selama 30 menit. Setelah itu pasien disiapkan untuk spinal puncture, pasien dimiringkan lateral debukitus untuk dilakukan
spinal anestesi dengan bupivacain 0,5 2 ml dan diposisikan supine dan dinilai tingginya blok spinal anestsi. Dan dilakukan kembali pengukuran tekanan darah dan
jumlah cairan tubuh dengan BIA. a.
Bila tekanan darah, nadi baik → beri cairan RLRA maintenance b.
Bila tekanan darah, nadi turun → beri cairan koloid dan efedrin 5 5 -10 mg bila perlu
Pengukuran tekanan darah MAP dan jumlah cairan setiap kompartemen dilakukan sebelum preloading, setelah preloading per 5 menit selama 30 menit, setelah spinal
puncture dan setelah spinal anestesi. Post operasi diperiksa kadar hematokrit, elektrolit Na, K, Cl dan analisa gas darah.
Cairan post operasi diberikan Ringer laktat atau Ringer Asetat sesuai dengan kebutuhan maintenance pasien. Bila hipernatremia Natrium 145 beri cairan
dekstrose 5 atau D5NaCl 0,45 sesuai dengan rumus : Perubahan serum Na=
������� ���� ����������−����� ������� ����� ���� �����+1
3.7. Identifikasi variabel
Variabel independen : cairan hipertonis NaCl3, NaCl 0,9 Variabel dependen : tekanan darah MAP, nadi, jumlah cairan intraselluler, cairan
ekstraselluler, cairan intravascular, kadar elektrolit natrium, kalium, clorida
Universitas Sumatera Utara
3.8. Rencana manajemen dan analisa data
Analisa data menggunakan analisa statistic SPSS, data disajikan dalan bentuk grafik, tabel dan kalimat
Batas kemaknaan : 5 Interval kepercayaan : 90
3.9. Definisi operasional
Pada penelitian ini variabel yang diteliti adalah keadaan tekanan darah MAP, jumlah cairan intraselluler, cairan ekstraselluler, cairan intravascular, kadar elektrolit
natrium, kalium, clorida dalam pemberian NaCl 3 dan NaCl 0,9 pada pre loading spinal anestesi
• NaCl 3 : cairan saline hipertonis dengan osmolaritas 900 mOsmL. diberikan dengan volume sebanding dengan natrium 2 mmolkg BB. Kadar natrium dalam
cairan NaCl 3 adalah 513 Meqliter. Meq~mmol. • NaCl 0,9 : cairan saline isotonis dengan osmolaritas 301 mOsmL. Diberikan
dengan volume sebanding dengan natrium 2 mmolkg BB. Kadar natrium dalam cairan NaCl 0,9 adalah 154 Meqliter
• Tekanan darah : hasil kali cardiac output dan tahanan perifer sistemik. Diukur dengan tensimeter elektrik PM 5000 MINDRAY. Tekanan darah yang didapat adalah
sistolikdiastolic mmHg diubah ke minimal arterial pressure MAP MAP=
��������+2 � ��������� 3
�� �� • Cairan intraselluler : cairan di dalam sel. Besarnya 75 dari seluruh cairan tubuh.
Diukur dengan alat BIA yaitu Maltron Bioscan 916 • Cairan interstitial : cairan di luar sel. Besarnya 80 dari jumlah cairan ekstraselluler.
Diukur dengan alat BIA yaitu Maltron Bioscan 916 • Cairan intravascular : cairan di dalam vascular, termasuk cairan di luar sel
ekstraselluler. Besarnya 20 dari jumlah cairan ekstraselluler. Diukur dengan alat BIA yaitu Maltron Bioscan 916
• Kadar elektrolit : Natrium : Nilai normal : 135-145
Kalium : Nilai normal : 3,5 – 4,5
Universitas Sumatera Utara
Clorida : Nilai normal : 98 – Diukur dengan alat laboratorium di RS Haji Adam Malik Medan dan RS Haji Mina
Medan
3.10. Masalah Etika
Dalam penelitian ini dilakukan spinal anestesi dengan ketinggian blok maksimal pada thorakal 8-10. Pada spinal anestesi bisa terjadi beberapa kemungkinan:
a. Total blok spinal anestesi. Hal ini bisa terjadi ketika spinal anestesi tergantung pada
kecepatan memeberikan obat spinal anestesi, posisi pasien saat spinal anestesi. Penanganannya adalah dengan menjaga jalan nafas dan memberikan oksigen 100
kalau perlu intubasi, memberikan cairan koloid dan efedrin dan siap dengan obat- obat darurat missal adrenalin, sulfas atropine dan alat-alat darurat misalnya set
intubasi dan Dc-Shock b.
Terjadi post dural pucture headache PDPH. Hal ini bisa terjadi karena kebocoran cairan serebrospinal ketika spinal puncture dengan menggunakan spinocan nomor
besar no 23 G ke atas. Insiden kejadian PDPH di RS Adam Malik Medan dan RS Haji Mina Medan dilakukan dengan spinocan yang sudah cukup baik yaitu nomor
25 G- 27 G sehingga insiden PDPH sudah sangat jarang terjadi. Namun bila terjadi dapat diatasi dengan posisi pasien tetap berbaring terlentang selama minimal 24
jam dan rehidrasi cukup adekuat. Pada spinal anestesi juga bisa terjadi penurunan tekanan darah sampai terjadi
shock akibat block simpatis. Penurunan tekanan darah sampai 20 dari tekanan darah basal masih dapat ditolerir oleh pasien-pasien dewasa muda yang sehat. Namun untuk
mengantisipasi terjadinya shock maka sudah disiapkan cairan koloid dan efedrin. Maka bila terjadi shock segera diberikan efedrin 5-10 mg, dan cairan koloid sebanyak 250 ml. bila
perlu ditambah lagi efedrin 10 mg dan koloidnya sampai 2 mlkg BB. Delam penelitian ini juga dilakukan preloading spinal anestesi dengan cairan saline
hipertonis NaCl 3 dan NaCl 0.9 sebanyak natrium 2 mmolkg BB. Pemberian dilakukan dengan cepat dalam 15 menit. Pemberian natrium secara cepat dapat dilakukan dengan
ketentuan 1-2 mmolkg BB dalam satu jam untuk menghindari terjadinya central pontine myelinisasi CPM. Dalam pemberian natrium dapat menyebabkan hipernatremia Na 145
dan menimbulkan manifetasi klinis bila natrium 160 MeqL yaitu kejang dan penurunan
Universitas Sumatera Utara
kesadaran. Hal ini dapat dicegah dengan pengukuran secara tepat berapa jumlah natrium yang akan diberikan dan dapat diatasi dengan pemberian cairan hipotonis yaitu cairan
dekstrosa 5 atau D5NaCl 0,45 denganh hitungan Perubahan=
������� ���� ����������−����� ������� ����� ���� �����+1
Missal seorang wanita 58 tahun 68 kg nilai natrium serum 168 mml perliter. Maka akan segera dikoreksi keadaan hipernatreminya dengan cara memberikan cairan infuse dekstrosa
5. Perkiraan total body water = β4 liter 0,5 x 68 Formula perubahan serum Na = 0-168 : 34+1 = -4,8
Tujuan akhir terapi -10 mmol per liter per hari = 10 : 4,8 = 2,1 liter dengan menambahkan 1,5 liter IWL = 3,6 liter larutan dekstrosa 5. Maka total cairan yang dibutuhkan adalah
dekstrosa 5 sebanyak 3,6 liter.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PENELITIAN