Diagram Alir Penelitian Data beban dan pembangkit

32 analisis dari dampak pengimplementasian pola operasi tersebut pada profil tegangan bus dan aliran daya pada saluran, apakah sesuai dengan batasan-batasan yang diizinkan. 4. Menjalankan simulasi optimal power flow Dengan data yang sama pada simulasi load flow, kemudian dilakukan simulasi optimal power flow. Simulasi ini secara otomatis menghasilkan pola operasi yang ekonomis tanpa mengabaikan batasan-batasan operasi yakni tegangan pada bus serta besar pembangkitan maksimum dan minimum masing- masing unit generator. 5. Analisis hasil optimal power flow Secara prosedur, tahap ini sama dengan tahap 3 tiga. Pengamatan dilakukan dengan menganalisis tegangan pada bus dan besarnya aliran daya pada saluran. Kemudian dilakukan pembandingan terhadap biaya pembangkitan saat simulasi power flow dan saat simulasi optimal power flow.

3.5. Diagram Alir Penelitian

Secara garis besar, urutan prosedur dalam penelitian ini direpresentasikan pada diagram alir Gambar 3.4 berikut. Mulai Menggambar SLD menggunakan Matlab Simulink dan toolbox Matlab PSAT berdasarkan data PLN Input parameter impedansi jaringan, daya aktif dan reaktif Run Load Flow Hasil Run Load Flow Input fungsi biaya, batasan daya pembangkit, batasan tegangan, batasan kapasitas saluran Run OPF Cek Nilai batasan-batasan Selesai Tidak Ya Gambar 3.4. Diagram Alir Penelitian Universitas Sumatera Utara 33 1 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pembagian Area dan Zona

Sistem tenaga listrik Sumatera bagian utara terbagi atas 3 area yakni : 1. Area Nanggroe Aceh Darussalam NAD 2. Area Sumatera Utara SUMUT 3. Area Inalum.

4.1.1. Area NAD

Gardu – gardu induk di area NAD tersebar di sepanjang tepi sebelah timur provinsi NAD. Seperti yang terlihat pada Gambar 4.1, sebagian besar gardu induk di area NAD hanya terhubung dengan satu gardu induk yang lain saja. Gambar 4.1 Persebaran Gardu Induk Area NAD Pada area NAD, sebagian besar gardu induknya terhubung dengan pembangkit-pembangkit tenaga diesel. Pembangkitan tersebut kebanyakan digunakan untuk menyuplai beban yang berada di dalam gardu induk itu sendiri. Arah aliran daya area NAD cenderung mengarah ke bagian utara area tersebut yakni menuju gardu induk Banda Aceh yang merupakan pusat beban terbesar di area NAD. Area Sumut dan area NAD terhubung melalui saluran transmisi Pangkalan Brandan Sumut ke Langsa NAD. Mengingat pembangkitan di area NAD yang Banda Sigli Bireuen Idie Lhoksemauwe Tualang Cut Langsa Binjai Pangkalan Brandan Area 2 Universitas Sumatera Utara 34 sebagian besar hanya untuk menyuplai gardu induknya sendiri, maka dalam pengoperasiannya, transfer daya selalu dilakukan dari area Sumut yang memiliki kapasitas pembangkitan lebih besar.

4.1.2. Area Sumut

Area Sumut dibagi dalam 2 zona yakni UPT Medan dan UPT Pematang Siantar. Kedua zona tersebut terhubung melalui gardu induk Perbaungan serta gardu induk Sei Rotan UPT Medan dengan Gardu induk Tebing Tinggi Pematang Siantar dan yang kedua melalui Gardu Induk Berastagi UPT Pematang Siantar dengan Gardu Induk Titi Kuning UPT Medan. Gambar 4.2 Persebaran Gardu Induk Area Sumatera UPT Medan Dari Gambar 4.2 terlihat bahwa gardu-gardu induk pada UPT Medan tersebar di sekitar kota Medan, banyaknya gardu induk tersebut disebabkan oleh besarnya beban yang harus dilayani pada zona tersebut. Sebagian besar sumber daya untuk zona ini dibangkitkan dan dialirkan melalui gardu induk di Belawan BLWCC dan BLWTU. Pusat pembangkitan lain dengan kapasitas lebih kecil antara lain berada di gardu induk Titi Kuning, Glugur dan Paya Pasir serta pembangkit-pembangkit swasta yang khusus melayani beban di Kawasan Industri Medan KIM. Dari Gambar 4.3 terlihat bahwa gardu-gardu induk yang dilayani pada zona UPT Pematang Siantar berada pada cakupan wilayah yang lebih luas BLWCC BLWTU Binjai Labuhan Lamhotma Paya Pasir KIM Mabar Glugur GIS Listrik Paya Geli Titi Kuning Namorambe Denai Tanjung Morawa Perbaungan Sei Rotan Universitas Sumatera Utara 35 dibandingkan zona UPT Medan. Hal ini disebabkan oleh penyebaran beban yang relatif kurang padat. Oleh karena itu, saluran yang menghubungkan antar gardu- gardu induk dalam zona tersebut menjadi cukup panjang. Hal tersebut juga menyebabkan besarnya rugi-rugi daya dalam penyaluran dan juga menyebabkan drop tegangan yang cukup tinggi pada gardu induk yang jauh dari pembangkit. Gambar 4.3 Persebaran Gardu Induk Area Sumut UPT Pematang Siantar 4.1.3. Area Inalum Area Inalum merupakan area khusus yang terdapat di dalam provinsi Sumatera Utara. Pada area ini terdapat dua pusat pembangkit yakni PLTA Tangga dan PLTA Siguragura. Melalui pembangkit tersebut, Inalum ikut serta menyuplai daya ke sistem Sumbagut. Pada saat jam kerja, perusahaan Inalum menerima pasokan daya dari PLN. Di luar jam kerja atau ketika sistem Sumbagut secara keseluruhan memasuki waktu beban puncak, dari area Inalum dilakukan transfer daya yakni ke area Sumut melalui gardu induk Kuala Tanjung. Besar pertukaran daya pada kedua waktu tersebut merupakan kesepakatan bersama antara pihak Inalum dan PLN. Tarutung Tebing BLWCC BLWTU Kuala Gunung Para

P. Siantar Berastagi

Renun Sidikalang Tele Porsea Labuhan Angin Sibolga Sipan 1 Sipan 2 Kisaran Aek Kanopan Rantau Prapat Gunung Tua Padang Sidempuan Sumbagselteng Universitas Sumatera Utara 36

4.2. Data beban dan pembangkit

Data pembebanan dan pembangkitan pada masing-masing bus sesuai dengan data operasi PT. PLN Persero P3BS UPB Sumbagut pada tanggal 28 Maret 2013 pukul 19.30 WIB terdapat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Pembangkitan dan Pembebanan pada pukul 19.30 WIB Bus Nama GI Pembangkitan Beban MW Mvar MW Mvar 1 Banda Aceh 79,90 14,13 76,00 24,95 2 Naganraya 0,00 0,00 13,50 -1,80 3 Sigli 17,00 -16,80 25,47 -10,70 4 Bireuen 28,33 23,96 33,23 10,80 5 Lhoksemauwe 40,80 -17,70 36,35 6,98 6 Idie 5,00 -8,92 11,60 3,87 7 Langsa 9,00 -27,53 20,65 5,20 8 Tualang Cut 4,70 0,85 20,60 0,90 9 P. Brandan 0,00 0,00 20,60 9,00 10 Binjai 0,00 0,00 57,90 19,67 11 BLWCC 434,16 322,48 0,00 0,00 12 BLWTU 188,56 -9,55 5,76 0,00 13 Labuhan 0,00 0,00 17,89 6,40 14 Lamhotma 0,00 0,00 3,90 0,80 15 Paya Pasir 107,21 -545,37 60,21 16,80 16 Mabar 0,00 0,00 55,26 -2,20 17 Paya Geli 0,00 0,00 67,72 16,00 18 Glugur 11,50 271,43 62,18 28,13 19 Namorambe 0,00 0,00 36,60 12,00 20 Titi Kuning 5,20 661,45 78,47 28,50 21 GIS Listrik 0,00 0,00 68,60 27,70 22 Berastagi 3,89 -185,50 26,59 7,45 23 Renun 77,50 -6,64 0,00 0,00 24 Sidikalang 0,00 0,00 17,80 5,10 25 Tele 0,00 0,00 4,20 2,70 26 Tarutung 10,30 12,90 14,60 2,88 27 Porsea 164,00 5,80 8,50 1,80 28 P. Siantar 8,81 -50,00 60,80 24,83 29 Gunung Para 0,00 0,00 10,20 3,10 30 Tebing Tinggi 0,00 0,00 47,45 17,05 31 Perbaungan 0,00 0,00 26,80 7,90 32 Sei Rotan 0,00 0,00 43,35 13,90 33 T.Morawa 0,00 0,00 47,30 14,70 34 Kualanamu 0,00 0,00 7,10 3,00 35 Medan Denai 0,00 0,00 54,70 18,70 36 KIM 34,58 -389,46 80,38 22,20 37 Inalum 60,10 150,20 0,00 0,00 38 Kuala Tanjung 0,00 0,00 45,60 17,30 39 Kisaran 0,00 0,00 47,33 25,60 40 Aek Kanopan 0,00 0,00 13,70 6,70 41 Rantau Prapat 0,00 0,00 45,10 16,30 42 Gunung Tua 0,00 0,00 15,80 3,70 43 P. Sidempuan 0,00 0,00 35,30 10,60 Universitas Sumatera Utara 37 Lanjutan Tabel 4.1 44 Sibolga 0,00 -43,53 19,30 5,80 45 Sipan1 32,30 4,21 0,00 0,00 46 Sipan2 16,90 -11,30 0,00 0,00 47 Labuhan Angin 172,50 -30,45 7,14 0,00 Total 1512,24 124,67 1451,53 434,31

4.3. Hasil Simulasi