Budaya kepercayaan Aksesibilitas Pelayanan KB Pria

motivator bagi suami atau istrinya untuk menjadi akseptor KB dan jika memungkinkan menjadi motivator bagi masyarakat luas.

2.6.8. Budaya kepercayaan

Program KB tidak hanya menyangkut masalah demografi dan klinis tetapi juga dimensi sosial seperti agama, norma masyarakat, budaya, dan lain-lain. Oleh karena itu, agar program KB dapat berjalan dengan lancar diperlukan pendekatan secara menyeluruh terhadap faktor-faktor di atas termasuk pendekatan kepada tokoh-tokoh adat. Peran tokoh adat dalam program KB sangat penting karena peserta KB memerlukan pegangan, pengayoman, dan dukungan yang kuat yang hanya dapat diberikan oleh tokoh adat. Pada awalnya, program KB banyak ditentang oleh tokoh-tokoh adat. Tetapi akhirnya para tokoh adat tersebut mulai dapat menerima setelah para diberi pengertian bahwa program KB tidak bertentangan dengan budaya dan merupakan salah satu upaya untuk memerangi kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, dan ketidakpedulian masyarakat. Pandangan setiap budaya terhadap KB berbeda-beda sesuai dengan ajarannya masing-masing. Sejumlah faktor budaya dapat memengaruhi klien dalam memilih metode kontrasepsi. Faktor-faktor ini meliputi salah pengertian dalam masyarakat mengenai berbagai metode, kepercayaan religius, serta tingkat pendidikan dan persepsi mengenai resiko kehamilan dan status wanita. Penyedia layanan harus menyadari bagaimana faktor-faktor tersebut memengaruhi pemilihan metode di daerah mereka dan harus memantau perubahan –perubahan yang mungkin mempengaruhi pemilihan metode. Oleh karena itu, agar program KB dapat berjalan dengan lancar diperlukan pendekatan secara menyeluruh Universitas Sumatera Utara termasuk pendekatan kepada tokoh masyarakat ataupun tokoh agama. Peran tokoh masyarakat dan agama dalam program KB sangat penting karena peserta KB memerlukan pegangan, pengayoman dan dukungan yang kuat yang hanya dapat diberikan oleh tokoh masyarakat ataupun tokoh agama BKKBN, 2010.

2.6.9. Aksesibilitas Pelayanan KB Pria

Adanya kemudahan dan ketersediaan sarana pelayanan berdampak positif terhadap penggunaan suatu alat kontrasepsi. Menurut suami pelayanan KB pria yang paling disukai adalah dekat dengan rumah atau dekat dari tempat mereka bekerja 48,85, sebanyak 12,8 menginginkan tempat pelayanan dengan trasportasi yang mudah, biaya terjangkau 9,9, fasilitas lengkap 9,3, dilayani dengan tenaga ahli yang ramah 9 dan dapat menjaga privacy 2,2. Sedangkan tempat memperoleh pelayanan KB pria adalah rumah sakit pemerintah 36,1, Puskesmas 29,1, dan rumah sakit swasta 8,6. Belum semua pelayanan kesehatan mampu memberikan pelayanan vasektomi. Hanya 5 – 81 persen pelayanan kesehatan yang menyediakan pelayanan vasektomi dengan rata-rata 41 persen pelayanan kesehatan pemerintah Wibowo, 1994. Bahkan hasil baseline survei di 4 propinsi Sumatera Selatan, Jawa Barat, Kalimantan Barat, dan NTT tahun 2002 memperlihatkan bahwa dari 30 pelayanan kesehatan yang menyediakan pelayanan vasektomi, hanya 4 yang melayani vasektomi. Dari sisi provider terlihat bahwa keberadaan dan kesiapan provider pemberi pelayanan secara teknis telah mendukung pelaksanaan vasektomi. Namun secara mental masih ada hambatan, disamping itu mutasi Universitas Sumatera Utara dokter terlatihpun sangat cepat . Terbatasnya akses ke tempat pelayanan disebabkan antara lain oleh : - Citra terhadap tempat pelayanan KB yang dipersiapkan sebagai tempat pelayanan untuk wanita. - Kurangnya tenaga terlatih untuk vasektomi - Kurangnya motivasi provider untuk pelayanan vasektomi - Kurangnya dukungan peralatan dan medical suplies untuk vasektomi - Kurang dukungan logistik kondom

2.6.10. Dukungan Sosial