MODIS adalah bahwa sensor akan jenuh misalnya DN = 255 untuk piksel yang sangat reflektif. Piksel ini terlalu terang untuk sensor. Jadi tidak ada piksel dengan reflektansi yang
mendekati sempurna yang ada pada citra.
c. Daerah Referensi Untuk Deteksi Perubahan
Ketika membandingkan dua citra yang diambil pada tanggal yang berbeda, mungkin akan terjadi perbedaan jalan sinar jalur radiansi akibat adanya kabut. Selain itu, pencahayaan
illumination
mungkin juga akan berbeda karena sudut matahari yang berbeda. Perbedaan- perbedaan ini akan mengakibatkan beberapa kesalahan dalam teknik deteksi perubahan.
Perbedaan ini dapat dihapus jika dua daerah invarian dapat diidentifikasi dalam
scene
. Kita mungkin memilih danau, hutan berdaun jarum atau bidang kerikil kering.
Untuk menghindari kesalahan numerik, dua daerah harus dipergunakan sebagai referensi spektral yang mungkin berbeda namun tetap invarian. Jika kita mendefinisikan dua nilai
invariant DN sebagai DN1 dan DN2, maka nilai DN skala diberikan oleh :
1 2
1 DN
DN DN
DN DN
sca led
………………………………………………………...19
Jika DN2 DN1, maka piksel yang lebih cerah dari piksel 2 akan memiliki nilai DN skala yang lebih besar daripada satu. Sebuah piksel yang lebih gelap dari piksel 1, akan memiliki
nilai DN skala kurang dari nol. Ketika layer-layer nilai DN skala dihitung untuk setiap
scene
, maka mereka dapat dibandingkan untuk mendeteksi perubahan. Dengan metode ini, nilai-nilai
DN skala pada dua piksel referensi tidak akan berubah antara dua tanggal tersebut misalkan 0 dan 1. Metode tambahan untuk deteksi perubahan dapat juga dilihat pada Song
et al
, 2001.
2.7. Albedo
Albedo merupakan kuantitas yang penting dalam teori iklim. Albedo didefinisikan sebagai rasio dari total irradiasi yang dipantulkan terhadap irradiasi yang datang. Secara matematis
besaran albedo dapat diekspresikan sebagai : Albedo = total irradiasi yang dipantulkan total iiradiasi yang datang
……..…20 Di lapangan, pengukuran yang akurat dari Albedo akan memerlukan dua
hemispheric receivers
, yang mengumpulkan data dari semua sudut dan semua panjang gelombang. Total
irradiansi yang ke bawah atau ke atas insiden yang datang atau dipantulkan dapat dihitung dengan rumus :
F = ∫ ∫ I
cos dd …………………………………………………………….21
Dalam aplikasi cuaca, penentuan pola global Albedo dilakukan menggunakan data satelit. Sebetulnya hal ini sulit dilakukan, karena dua alasan Liang dan Strahler, 1999. Pertama,
satelit hanya mengukur reflektansi dalam beberapa band spektral sempit. Untuk Albedo, perlu reflektansi di semua panjang gelombang di mana matahari bersinar. Kedua, satelit biasanya
mengukur reflektansi hanya pada satu sudut datang, dan satu sudut pantul. Jika permukaan itu Lambertian, ini berarti satu sudut saja sudah cukup. Namun, asumsi dari permukaan
Lambertian tidak cukup akurat untuk beberapa perhitungan Albedo. Masalah ketiga dapat timbul dalam kaitannya dengan sudut. Dalam dunia nyata, sifat sudut iluminasi pencahayaan
dapat bervariasi dari jam ke jam. Jika langit cerah, radiasi yang datang insiden akan menyentuh permukaan bumi dengan berkas sempit sinar matahari. Jika langit berawan, radiasi yang
datang insiden akan menyebar, hampir isotropik. Dalam kasus yang terakhir ini, satelit tidak akan bisa digunakan untuk mengamati proses reflektif. Namun masalah ini dapat diatasi.
Bi- directional Reflection Distribution Function
BRDF yang mendeskripsikan reflektansi sebagai fungsi dari sudut datanginsiden dan sudut refleksi, merupakan properti konstan dari
permukaan tanah setempat. Ini adalah invarian dalam perubahan kondisi iluminasi pencahayaan. Jika hal ini dapat disimpulkan dari pengukuran multi-sudut satelit selama hari-
hari langit cerah, maka Albedo total dapat dihitung untuk setiap distribusi sudut radiasi yang datang.
Keadaan khusus untuk Albedo : • Dark Sky Albedo: Albedo permukaan di bawah kondisi iluminasi matahari langsung
• White Sky Albedo: Albedo permukaan di bawah kondisi iluminasi difusi isotropik Jika kedua medan Albedo dikenal secara global, maka Albedo aktual untuk setiap situasi
meteorologi dapat ditentukan dengan interpolasi Schaaf
et al
., 2002.