BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi dalam perekonomian ditandai dengan sistim persaingan baik dalam bidang pemasaran perolehan bahan baku, maupun didalam kwalitas
produk. Tujuan utama persaingan adalah untuk memperoleh disparitas produk semakin banyak, sehingga masyarakat konsumen mempunyai pilihan produk
yang beraneka ragam dengan kwalitas sesuai yang diharapkan. Bagi perusahaan semakin besar pangsa pasar dapat dikuasai dari produk yang dihasilkan maka
semakin besar pula keuntungan ekonomi yang dihasilkan. Tinggi rendahnya kwalitas barangproduk perusahaan ditentukan oleh Kekayaan Intelektual yang
terkandung didalamnya. Untuk menjamin persaingan yang sehat tidak kalah pentingnya
perlindungan hukum bagi kekayaan intelektual ditegakkan. Perlindungan hukum adalah perlindungan yang diberikan pejabat yang berwenang bagi karya-karya
intelektual serta
menggalangkan peningkatan
karya kreatif
dengan menyelenggarakan dan menjalankan sistem hukum yang berlaku.
1
Kekayaan Intelektual yang selanjutnya disebut dengan KI adalah hak kebendaan, hak atas suatu benda yang bersumber dari hasil kerja otak, hasil
kerja rasio, yaitu hasil kerja ratio yang menalar dan hasil kerja itu benda
1
A Zen Umar Purba, 22 Mei 2000, Penegakan Hukum di Bidang HKI, Kompas, Jakarta, h.5.
imateriil.
2
Kekayaan intelektual pada dasarnya dibedakan kedalam 2dua golongan yaitu ;
1.
Copy rights
hak cipta 2.
Industry Property rights
Paten, Merek, Desain Industri, Rahasia dagang, Tata Letak Cirkuit terpadu, dan Varietas Tanaman.
Praktik persaingan usaha dengan memperhatikan kekayaan intelektual pelaku usaha pesaing akan dapat meningkatkan kreatifitas produsen dan terus
berinovasi terhadap hasil produksinya sehingga bersaing dipasaran dengan produsen lainnya. Namun ketika ketatnya ketika persaingan begitu ketatnya tidak
dipungkiri akan terjadi pergeseran perilaku pengusaha kepersaingan yang tidak sehat. Dengan semakin meningkatnya perindustrian di Indonesia sehingga banyak
pula pelanggaran yang muncul didalamnya. Salah satunya adalah pelanggaran hak kekayaan intelektual pada produk industri mobil dengan Merek berbeda namun
Desainnya sama. Contohnya, pabrikan industri otomotif Merek “TOYOTA” dan “DAIHATSU” memiliki kesamaan Desain pada beberapa generasi produknya
secara keseluruhan, di antaranya, “AVANZA” memiliki kesamaan dengan
“XENIA”, “RUSH” memiliki kesamaan dengan “TERIOS” dan “AGYA” memiliki kesamaan dengan“AYLA”.
Bertitik tolak dari perlindungan hukum kekayaan intelaktual pada kenyataannya, diantara Merek dan Desain Industri memiliki dasar pengaturan
2
H.OK. Saidin, 2013, Aspek Hukum Hak Kekayaan Internasional Intellectual Property Right
, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 9
yang berbeda. Merek diatur dalam Undang – Undang Nomor 15 Tahun 2001
Tentang Merek selanjutnya disebut Undang-Undang Merek dan Desain Industri diatur dalam Undang
– Undang Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri selanjutnya disebut dengan Undang-Undang Desain Industri.
Berdasarkan Undang-Undang Desain Industri pengaturan mencakup mengenai perlindungan terhadap rancangan atau Desain penampilan luar dari
suatu produk, prosedur pendaftaran, pengalihan hak dan lisensi, pembatalan pendaftaran desain industry, dan penyelesaian sengketa, serta ketentuan lainnya.
Kemudian dalam Undang – Undang Merek mencakup ketentuan umum dalam
Merek, lingkup Merek, prosedur pendaftaran, pengalihan hak dan lisensi, Merek Kolektif, penghapusan dan pembatalan, penyelesaian sengketa, ketentuan
pidana dan ketentuan peralihan. Namun didalam masing – masing pengaturan
antara Merek dan Desain Industri tidak ditemukan pengaturan mengenai cara mengaplikasi desain industry kedalam produk yang sama dengan Merek berbeda.
Ketentuan mengenai hal tersebut diatas, tidak secara jelas memuat ketentuan Kolaborasi Desain Industri pada produk mereknya berbeda. Dalam
p e n ga t u r an KI hal ini merupakanan pengaturan baru untuk menghadapi persaingan industri secara global dan mencegah pelanggaran-pelanggaran hukum
oleh Negara lain. Eksistensi Desain Industri tidak terlepas dari adanya Merek khususnya
Merek Dagang yang juga merupakan salah satu bidang dari KI. Merek juga sangat penting dalam dunia perindustrian terutama dalam menjaga persaingan
usaha yang sehat. Karena dengan adanya Merek, produk barang dan atau jasa
dapat dibedakan berdasarkan kualitas dan keaslian sebuah produk. Berdasarkan pasal 1 angka 1 Undang Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek,
“Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan
warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memilliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan atau jasa.
Setiap industri yang memiliki Merek Dagang pasti memiliki Desain Industri dalam memproduksi produknya. Contohnya Industri dalam bidang
Otomotif yang memiliki Merek Dagang
“TOYOTA”, “DAIHATSU”, “MITSUBISHI”, “HONDA”, “YAMAHA” dan sebagainya merupakan sebuah
Merek Dagang yang bergerak dibidang Industri Otomotif. Setiap pabrikan tersebut memiliki sebuah Desain dalam membuat sebuah kendaraan yang akan
diproduksi. Tentu saja Desain tersebut sebagai daya pembeda dengan Desain pabrikan lainnya. Namaun dalam perkembangannya belakangan ini muncul
beberapa jenis kendaraan yang memiliki kemiripan dari Desainnya padahal produk tersebut dari Merek yang berbeda. Contohnya: Desain Toyota Avanza
dengan desain Daihatsu Zenia memiliki kesamaan pada pokoknya, padahal Avanza dan Zenia lahir dari Merek yang berbeda.
Berdasarkan uraian dan contoh kejadian tersebut diatas, peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang selanjutnya dituangkan dengan judul :
“APLIKASI DESAIN INDUSTRI PADA PRODUK YANG SAMA DENGAN MEREK YANG BERBEDA DARI PERSFEKTIF UNDANG-UNDANG
NOMOR 3 1 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI”. Analisa kasus PT
Astra dan PT Daihatsu.
1.2 Rumusan Masalah