HASIL DAN PEMBAHASAN APLIKASI DESAIN INDUSTRI PADA PRODUK YANG SAMA DENGAN MEREK BERBEDA DARI PERSFEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI (Analisa kasus PT Astra Motor dan PT Daihatsu Motor).

BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1. Perlindungan Hukum Desain Industri dan Merek 2.1.1. Perlindungan hukum Kekayaan Intelektual. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman seni budaya serta flora fauna yang sangat kaya. Hal itu sesuai dengan keanekaragaman etnik, suku bangsa,dan agama serta kepulauan yang secara keseluruhan merupakan potensi nasional yang perlu dilindungi. Kekayaan seni budaya dan flora fauna itu merupakan salah satu sumber dari karya intelektual yang mendapat perlindungan hukum sebagai Hak Kekayayaan Intelektual. Kekayaan Intelektual , disingkat KI atau akronim HaKI adalah padanan kata yang biasa digunakan untuk intelellectual Property rights IPR, yakni hak yang timbul dari hasil olah pikir yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia. Pada intinya HKI adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreatifitas intelektual . objek yang diatur dalam HKI adalah karya-karya yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia. System HKI merupakan hak privat privat rights. Disinilah ciri khas KI. Seseorang bebas untuk mengajukan permohonan atau mendaftar karya intelektual atau tidak. Hak eklusif yang diberikan Negara kepada individu pelaku HKI inventor, pencipta,pendesain, dan sebagainya tidak lain dimaksud sebagai penghargaan atas hasil karya kreatifitasnya dan agar orang lain terangsang untuk lebih lanjut mengembangkan lagi, sehingga dengan system HKI tersebut kepentingan masyarakat ditentukan melalui mekanisme pasar. Di samping itu, system HKI menunjang diadakannya system dokumentasi yang baik atas bentuk kreatifitas manusia sehingga kemungkinan dihasilkan teknologi atau hasil karya lain yang sama dapat dihindarkandicegah. Dengan dukungan dokumentasi yang baik tersebut, diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan dengan maksimal untuk keperluan hidup atau mengembangkan lebih lanjut untuk memberikan nilai tambah yang lebih tinggi lagi. Melihat perkembangan yang pesat dalam bidang perindustrian, Indonesia mulai memperhatikan keberadaan desain industri yang merupakan bagian dari KI dengan ikut serta dalam berbagai perjanjian internasional dan meratifikasi berbagai aturan yang menjadi landasan perlindungan hukum. Untuk menghadapi persaingan industri secara global dan mencegah pelanggaran- pelanggaran hukum oleh Negara lain dan untuk menciptakan tertib hukum secara internasional, Indonesia bergabung dalam salah satu anggota WTO World Trade Organization yang tercantum dalam perjanjian TRIPs The Agreement on Trade Releted Aspek of Intellectual Property Right , Paris Convention dan telah meratifikasi aturan- aturan mengenai KI. Ratifikasi tersebut dituangkan dalam bentuk Undang-Undang Nomor 19 Th 2002 Tentang Hak Cipta, telah dirubah dengan Undang-Undang No 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Undang- Undang Nomor 14 Th 2001 Tentang Paten, Undang Nomor 15 Th 2001 Tentang Merek,Undang- Undang Nomor 31 Th 2002 Tentang Desain Industri, Undang- Undang N0 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang, Undang-Undang Nomor 32 Th 2002 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu. 2.1.2. Pengertian Desain Industri. Desain Industri merupakan salah satu bidang HKI yang dikelompokan kedalam Industrial Property Right, karena objek Desain Idustri adalah barang atau komoditi yang merupakan sebuah desain yang digunakan dalam proses industri secara berulang-ulang yang dihasilkan melalui sebuah pemikiran dan imajinasi seseorang yang sering disebut dengan Hak Kekayaan Intelektual sehingga Desain Industri memiliki pengaturan dan dilindungi hukum . Menurut Pasal 1 Angka 1 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000, Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan dari padanya yang berbentuk tiga dimensi yang memberikan kesan estetis yang dapt diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas atau kerajinan tangan. Dari definisi diatas dapat kita rumuskan unsur-unsur dalam desain industri yaitu : 1. Suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan keduanya. 2. Berbentuk dua atau tiga dimensi 3. Bentuk tersebut memberi kesan estetis. 4. Dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, berupa barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan. Dalam unsur-unsur tersebut diatas, unsur 1, 2 dan 3 lebih mendekati pada unsur yang terdapat dalam perlindungan hak cipta, namun unsur yang menjadi kunci penting dalam desain industri adalah unsur seni atau estetis dan dapat menghasilkan suatu produk berupa barang atau komoditas industri. Desain industri tersebut tercipta dengan adanya gabungan antara nilai estetika dan nilai produk. Seperti hal KI lainnya, Desain Industri juga merpakan hak yang bersifat eksklusif dimana didalam hak ekslusif tersebut terdapat hak moral dan hak ekonomi menurut ketentuan pasal 9 Undang- Undang Desain Industri, pemegang hak desain industri memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan Hak Desain Industri yang dimilikinya dan untuk melarang orang lain yang tanpa persetujuan membuat, memakai, menjual, mengimpor, mengekspor, dan atau mengedarkan barang yang diberi Hak Desai Industri. Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Desain Industri menyebutkan Hak Desain Industri adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara Republik Indonesia kepada Pendisain atas hasil kreasinya untuk selama waktu tertentu melaksanaka sendiri, atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut. 2.1.3. Perlindungan Merk Secara yuridis pengertian Merek tercantum dalam pasal 1 butir 1 UU No. 15 tahun 2001 tentang Merek yang menyatakan bahwa “Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa”. H.M.N. Purwo Sutjipto menyatakan bahwa : “ merek adalah suatu tanda, dengan mana-suatu benda tertentu dipribadikan, sehingga dapat dibedakan dengan benda lain yang sejenis”. 7 Dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, merek dibagi menjadi dua yaitu meliputi Merek Dagang dan Merek Jasa. Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya. Sedangkan Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya. Dari pemaparan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa unsurunsur yang terdapat didalam Merek adalah : 1. tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut ; 2. memiliki daya pembeda 3. dapat digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa Berkaitan dengan kasus-kasus terkait merek yang banyak terjadi. Tidak hanya membuat aturan-aturan dalam negeri untuk menghadapi persaingan industri secara global dan mencegah pelanggaran-pelanggaran hukum oleh Negara lain dan untuk menciptakan tertib hukum secara internasional, Indonesia bergabung dalam salah satu anggota WTO World Trade Organization yang tercantum dalam perjanjian TRIPs The Agreement on Trade Releted Aspek of Intellectual Property Right , Paris Convention dan telah 7 H.OK. Saidin, Opcit, h. 343. meratifikasi aturan-aturan mengenai HKI khususnya mengenai Merek yang dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek. Dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, merek dibagi menjadi tiga yaitu meliputi Merek Dagang, Merek Jasa dan Merek Kolektif yang tertuang dalam pasal 1 ayat 2, 3 dan 4. Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya. Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya. Sedangkan Merek Kolektif adalah Merek yang digunakan pada barang dan atau jasa dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang danatau jasa sejenis lainnya. Dalam sistem perlindungan KI menganut dua sistem perlindungan yaitu sistem “first to file system” sistem konstitusi dan sistem secara otomatis “automatically protection” sistem deklaratif. Merek merupakan bagian dari Industrial Property Right sehingga Merek menganut sistem perlindungan “first to file system”. Sistem ini juga disebut dengan Sistem Konstitusi atau pendaftaran pertama yang artinya bahwa hak atas Merek diperoleh karena proses pendaftaran, yaitu orang yang mendaftarkan pertamalah yang mendapat atau berhak atas perlindungan Merek tersebut. Pendaftaran merek diajukan kepada Direktorat Jendral KI. Tidak semua Merek yang diajukan dapat diterima dan mendapat perlindungan hukum. Pendaftaran Merek akan ditolak berdasarkan alasan Penolakan Absolute dan Penolakan Relatif. Berdasarkan pasal 4 Undang-Undang Merek, Merek tidak dapat didaftarkan atas dasar Permohonan yang diajukan oleh pemohon yang beritikad tidak baik. Alasan penolakan Relatif tertuang dalam Pasal 5 dijelaskan bahwa Merek tidak dapat didaftar apabila Merek tersebut mengandung salah satu unsur di bawah ini: a. bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum; b. tidak memiliki daya pembeda; c. telah menjadi milik umum; atau d. merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya. Kemudian Pasal 6 juga memuat alasan penolakan relatif yaitu penolakan karena alasan subjektif. Ayat 1 menyebutkan Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek tersebut: a. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang danatau jasa yang sejenis; b. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang danatau sejenisnya. c. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasi-geografis yang sudah dikenal. Ayat 2 menentukan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b dapat pula diberlakukan terhadap barang danatau jasa yang tidak sejenis sepanjang memenuhi persyaratan tertentu yang akan ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Dan ayat 3 menentukan Permohonan juga harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek tersebut: 1. Merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama badan hukum yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari yang berhak; 2. Merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera, lambang atau simbol atau emblem negara atau lembaga nasional maupun internasional, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang; 3. Merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi yang digunakan oleh negara atau lembaga Pemerintah, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang. Jadi Merek tidak dapat didaftarkan jika pendaftarannya dengan maksud dan itikad tidak baik dengan mendaftarkan suatu Merek yang mempunyai persamaan pada pokok atau keseluruhan ataupun persamaan pokok dan keseluruhan dengan Merek milik pihak lain yang sudah terdaftar. Sedangkan jangka Waktu Perlindungan Merek, menurut pasal 28 Undang-Undang Merek, Merek terdaftar mendapat perlindungan hukum untuk jangka waktu 10 tahun sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu perlindungan itu dapat diperpanjang. 2.2. Subyek Dan Obyek Desain Industri Dan Merek.

1. Subyek dan obyek Desain Industri.

Subjek dalam desain industri adalah pendisain dan pihak lain yang menerima Hak Desain tersebut dari pendisain. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Desain Industri menyebutkan bahwa pendesain adalah seorang atau beberapa orang yang menghasilkan Desain Industri. Tentu saja desain yang dihasilkan adalah desain yang memiliki ciri khas dan bermanfaat dalam kegiatan produksi dalam perindustria yang dapat diberikan hak untuk memperoleh hak atas desain adalah: 1. Pendesain atau yang menerima hak tersebut dari pendesain 2. Dalam hal pendesain terdiri atas beberapa orang secara bersama, hak desain industri diberikan kepada mereka bersama, kecuali jika diprjanjikan lain. 3. Jika suatu desain industri dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain dalam lingkungan pekerjaan, pemegang hak desain industri adalah pihak yang untuk danatau dalam dinasnya desain industri itu dikerjakan, kecuali ada perjanjian lain antara kedua belah pihak dengan tidak mengurangi hak pendesain apabila penggunaan desain industri itu sampai diperluas ke luar hubungan dinas. 4. Ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam butir 1 berlaku pula bagi desain industri yang dibuat orang lain berdasarkan pesanan yang berlaku dalam hubungan dinas. 5. Jika suatu desain industri dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan perasaan, orang yang membuat desain industri tersebut itu dianggap sebagai pendesain dan pemgang hak desain industri, kecuali jika diperjanjiakan lain antara kedua pihak. Sedangkan yang menjadi objeklingkup Desain Industri adalah hasil karya intelektual berupa kreasi tentang bentuk, berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi, mempunyai nilai estetis, dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi dan mampu menghasilkan produk atau komoditas industri atau kerajinan tangan. Dalam Undang – Undang Desain Industri tidak ditemukan definisi dan ruanglingkup dari bentuk nilai yang estetis, bagaiman yang disebut dengan estetis, sehingga terjadi kerancuan karena batas nilai estetis tersebut tidak tegas. Selain itu juga terdapat kekaburan antara apa saja yang dianggap baru dan bilamana suatu desain industri dianggap bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Subyek dan obyek Merek.

Hak atas merek adalah hak eklusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri Merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya. Berdasarkan rumusan pasal 3 Undang-Undang N0 15 Tahun 2001 tersebut dapat dipahami bahwa subyek dari hak merek adalah ; a. Orangbadan yang namanya tercantum didalam sertifikat Merek. b. Pihak lain yang memperoleh hak dari pemilik Merek berdasarkan menurut cara-cara yang dibenarkan oleh perundang-undangan. Perolehan hak merek pihak lain dapat terjadi karena hak merek dapat beralih atau dialihkan sebagaimana diatur menurut pasal 40 Undang-Undang N0 15 Tahun 2015 tentang Merek yaitu : a. Pewarisan b. Wasiat c. Hibah d. Perjanjian atau e. Sebab-sebab lain yang dibenrkan oleh peraturan perundang- undangan. Sedangkan yang menjadi obyek hak Merek adalah Merek Jasa dan merek dagang dan Merek Kolektif. Merek Jasa adalah yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya. Merek dagang adalah Merek yang digunakan pada barangyang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya. Sedangkan Merek kolektif adalah Merek yang digunakan pada barang danatau jasa dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang danatau jasa sejenis lainnya.

BAB III APLIKASI DESAIN INDUSTRI PADA PRODUK YANG SAMA

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Desain Industri Ditinjau Dari Konteks Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 (Studi...

0 18 5

Perlindungan Hukum Desain Industri Ditinjau Dari Konteks Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000

0 24 2

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG HAK DESAIN INDUSTRI MENURUT UNDANG-UNDANG NO.31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI (Studi Kasus Sengketa antara PT BAM dan Honda Motor Co.Ltd)

15 97 57

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG HAK DESAIN INDUSTRI MENURUT UNDANG-UNDANG NO.31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI (Studi Kasus Sengketa antara PT BAM dan Honda Motor Co.Ltd)

4 22 57

ANALISA KASUS PEMBATALAN PENDAFTARAN HAK DESAIN INDUSTRI PENGGARIS NOMOR ID 0 004 475 MENURUT UNDANG-UNDANG NO.31 TAHUN 2000.

0 0 10

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENDESAIN YANG TIDAK MELAKUKAN PENDAFTARAN DESAIN INDUSTRI DIHUBUNGKAN DENGAN PRODUK FAST MOVING BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI.

0 1 2

PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

0 0 47

A. Pendahuluan - TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENGGUNAAN KESAN ESTETIS TERHADAP PERLINDUNGAN SUATU DESAIN INDUSTRI DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

0 0 14

1 BAB I PENDAHULUAN - Penegakan hukum terhadap pelanggaran hak desain dalam bidang industri handphone ditinjau dari Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 23

ANALISIS YURIDIS UNSUR KEBARUAN DALAM MEMPEROLEH HAK DESAIN INDUSTRI BERDASAR UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI - UNS Institutional Repository

0 0 10