Gambar 2.1 Skala Tanner
Sumber: Rosenfield, 2008.
2.1.3. Perubahan Hormonal pada Pubertas
Aktivasi dari pubertas terjadi akibat perubahan hormon GnRH yang terdiri dari perlepasan dan pola perlepasan dari GnRH yang teratur setiap 90 menit.
Modulasi GnRH mempengaruhi kadar FSH dan LH. FSH dan LH lalu akan merangsang pelepasan hormon Estrogen. Estrogen yang bersirkulasi akan
memberikan respon umpan balik negatif pada pelepasan FSH, LH dan GnRH Dattani, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Perubahan Hormon Pada Pubertas
Sumber: Dattani, 2009.
2.1.3. Pubertas Prekok
Pubertas prekok didefinisikan sebagai perkembangan pubertas yang timbul lebih dini. Pada perempuan, pubertas prekoks didefinisikan sebagai
perkembangan payudara yang timbul sebelum usia 8 tahun. Pubertas prekok terdiri dari 2 tipe, yaitu sentral dan perifer Rosenfield, 2008.
Pubertas prekok sentral berasal dari maturasi awal hypothalamic-pituitary axis
. Sedangkan pubertas prekok perifer berasal dari sekresi awal hormon gonad atau paparan eksogen Batubara, 2010. Pada anak-anak dengan pubertas prekok
kadar hormon FSH dan LH meningkat sesuai dengan masa pubertas Suryawan, 2004.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4. Pubertas Terlambat
Puberitas terlambat delayed puberty pada perempuan didefinisikan sebagai tidak membesarnya payudara sampai 13 tahun atau tidak adanya
menstruasi sampai umur 15 tahun. Penundaan dari pematangan organ seksual tidak jarang dijumpai dan tidak menimbulkan masalah dengan pertumbuhan dan
perkembangan, tetapi diagnosis dan penanganan segera harus dilakukan pada pasien dengan kelainan organik Dattani, 2009. Secara statistik pubertas yang
mengalami keterlambatan adalah sebanyak 2,5 dari populasi remaja normal pada kedua jenis kelamin. Laki-laki lebih banyak mengalami keterlambatan
pubertas dibandingkan dengan perempuan. Berdasarkan kadar gonadotropin dalam darah pubertas terlambat dikelompokkan menjadi: Hypergonadotropic
Hypogonadism dan Hypogonadotropic Hypogonadism . Pada Hypergonadotropic
Hypogonadism, ditemukan kadar hormon gonadotropin FSH dan LH yang
meningkat namun kadar hormon seks steroid seperti testosteron dan estrogen tetap rendah, hal ini menandakan bahwa kerusakan tidak terjadi pada aksis hipotalamus
hipofise. Sedangkan
pada hypogonadotropin
hypogonadism, ditemukan
penurunan kadar hormon gonadotropin Suryawan, 2004.
2.2. Siklus Menstruasi