2.1.4. Pubertas Terlambat
Puberitas terlambat delayed puberty pada perempuan didefinisikan sebagai tidak membesarnya payudara sampai 13 tahun atau tidak adanya
menstruasi sampai umur 15 tahun. Penundaan dari pematangan organ seksual tidak jarang dijumpai dan tidak menimbulkan masalah dengan pertumbuhan dan
perkembangan, tetapi diagnosis dan penanganan segera harus dilakukan pada pasien dengan kelainan organik Dattani, 2009. Secara statistik pubertas yang
mengalami keterlambatan adalah sebanyak 2,5 dari populasi remaja normal pada kedua jenis kelamin. Laki-laki lebih banyak mengalami keterlambatan
pubertas dibandingkan dengan perempuan. Berdasarkan kadar gonadotropin dalam darah pubertas terlambat dikelompokkan menjadi: Hypergonadotropic
Hypogonadism dan Hypogonadotropic Hypogonadism . Pada Hypergonadotropic
Hypogonadism, ditemukan kadar hormon gonadotropin FSH dan LH yang
meningkat namun kadar hormon seks steroid seperti testosteron dan estrogen tetap rendah, hal ini menandakan bahwa kerusakan tidak terjadi pada aksis hipotalamus
hipofise. Sedangkan
pada hypogonadotropin
hypogonadism, ditemukan
penurunan kadar hormon gonadotropin Suryawan, 2004.
2.2. Siklus Menstruasi
Keteraturan dari siklus menstruasi diatur oleh adanya interaksi kompleks antara hypothalamic-pituitary axis, ovarium, dan saluran genital. Siklus
menstruasi terdiri dari : 1. Fase folikular
2. Fase luteal Siklus menstruasi ini membutuhkan komunikasi antara kelenjar-kelenjar
yang berpartisipasi yang diatur oleh suatu perubahan kompleks konsentrasi dari 5 hormon:
1. Gonadotropin releasing Hormone GnRH 2. Follicle Stimulating Hormone FSH
3. Luteinzing Hormone LH 4. Estradiol E
5. Progesteron P
Universitas Sumatera Utara
Siklus Menstruasi dibagi menjadi 3 Fase yaitu: 1. Fase Folikuler Merupaka Fase di mana Telur belum dilepaskan
2. Fase Ovulasi Pelepasan Sel Telur 3. Fase Luteal Fase setelah sel telur dilepaskan Cunningham,2007.
Gambar 2.3 Perubahan selama siklus menstruasi
Sumber: Cunningham, 2007.
Fase folikuler dimulai pada hari pertama menstruasi. Pada awal fase ini, endometrium dalam keadaan tebal dan kaya akan cairan dan nutrisi yang
diperlukan bagi embrio. Jika tidak ada telur yang dibuahi, maka tingkat estrogen
Universitas Sumatera Utara
dan progesteron akan menurun, sehingga endometrium luruh dan terjadilah perdarahan menstruasi. Pada saat yang sama, kelenjar hipofisis meningkatkan
produksi FSH. Hormon ini kemudian menstimulasi pertumbuhan banyak folikel. Akhir fase, biasanya hanya satu folikel yang berkembang, yang disebut folikel de
Graaf . Folikel ini kemudian segera memproduksi estrogen, kemudian estrogen
akan menekan produksi FSH sehingga lobus anterior hipofisis mengeluarkan hormon gonadotropin yang kedua, yakni LH. Folikel de Graaf yang matang akan
melepaskan banyak estrogen dan menyebabkan endometrium berproliferasi. Fase folikular sampai proliferasi berlangsung selama 13-14 hari dan merupakan fase
terlama Rosenblatt, 2007. Fase ovulasi dimulai ketika folikel de Graaf menjadi lebih matang,
mendekati ovarium dibawah pengaruh LH. Setelah itu folikel berkembang dan sel telur ovum dilepaskan dari ovarium ovulasi saat kadar LH mencapai puncak.
Pada fase ini endometrium terus berproliferasi membentuk lekukan-lekukan Wiknjosastro, 2006.
Fase yang terakhir adalah fase luteal, yang berlangsung sekitar 7-14 hari setelah masa ovulasi dan berakhir sesaat sebelum menstruasi terjadi. Terbentuklah
korpus luteum yang menghasilkan peningkatan produksi progesteron. Progesteron menyebabkan penebalan endometrium dan mengisinya dengan cairan dan nutrisi
untuk fetus. Begitu juga pada serviks, mukus menebal agar sperma atau bakteri tidak masuk ke uterus. Selain itu peningkatan suhu tubuh terjadi selama fase ini
dan bertahan sampai periode menstruasi dimulai. Kadar estrogen pada fase ini meningkat untuk menstimulasi endometrium agar menebal. Peningkatan kadar
kedua hormon tersebut mendilatasikan duktus-duktus kelenjar susu. Sehingga payudara menjadi bengkak dan terjadi nyeri tekan Rosenblatt, 2007.
.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Penilaian Status Gizi dengan Antropometri