Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Onset Pubertas pada Pelajar Wanita di SMP Harapan 1 Medan

(1)

HUBUNGAN INDEK PELAJAR WAN

FAK

EKS MASSA TUBUH DENGAN ONSET P ANITA DI SMP YAYASAN PENDIDIKAN

MEDAN

M HARMEN REZA S 100100118

AKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITA SUMATERA UTARA

MEDAN 2013

PUBERTAS PADA N HARAPAN I


(2)

HUBUNGAN INDEK PELAJAR WAN

FAK

EKS MASSA TUBUH DENGAN ONSET P ANITA DI SMP YAYASAN PENDIDIKAN

MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

M HARMEN REZA S 100100118

AKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITA SUMATERA UTARA

MEDAN 2013

PUBERTAS PADA N HARAPAN I


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Onset Pubertas pada Pelajar Wanita di SMP Harapan 1 Medan

NAMA : M HARMEN REZA S

NIM : 100100118

Pembimbing Penguji 1

(dr.Soegiarto Gani, Sp.PD) (dr. Tetty Aman Nasution, M.Med.Sc.) NIP

:

197103222005011004 NIP: 197001091997022001

Penguji 2

(dr. Rointan Simanungkalit, Sp.KK(K)) NIP: 196308201989022001

Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara


(4)

ABSTRAK

Antara pertengahan abad ke-19 dan pertengahan abad ke-20 terjadi penurunan yang signifikan dari rata-rata usia menarche di dunia, usia menarche yang cepat berhubungan dengan beberapa efek samping terhadap kesehatan anak seperti eating disorder dan depresi; juga pada dewasa seperti Diabetes Mellitus tipe 2, sindroma metabolik, kanker payudara, penyakit kardiovaskuler dan mortalitas secara umumnya.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan antara obesitas dengan onset pubertas, yang didefinisikan sebagai usia menarche, pada siswi SMP Yayasan Pendidikan Harapan 1 Medan.

Penelitian ini merupakan studi observasional dengan pengamatan cross sectional (potong lintang) untuk menilai hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan usia menarche. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan pengukuran pada 120 siswi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pemilihan sampel menggunakan metodetotal sampling.

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara peningkatan Indeks Massa Tubuh dengan percepatan usia menarche pada pelajar wanita SMP Harapan 1 Medan (P < 0,05). Terdapat 54 responden (45%) dengan usiamenarche cepat dengan rata-rata usia menarche 11,48 tahun.


(5)

ABSTRACT

There’s a significant acceleration rate of menarchial age worldwide between 19th and 20th century. Precocious menarche is associated with several side effects as eating disorder and depression in children; as well as Insulin Dependent Diabetes Mellitus, metabolic syndrome, breast cancer, cardiovascular diseases and general mortality in adults.

This study aimed to investigate the association between age Body Mass Index (BMI) and onset of puberty, defined as age of menarche, among girl students in SMP Harapan 1 Medan.

This study were observational using cross-sectional method to evaluate the relationship between Body Mass Index and age of menarche. Data collection were conducted via interview and measurement on 120 girl students that fulfilled inclusion and exclusion criteria. Total sampling method was used as the sampling method.

Results of this study shows that there’s correlation between the increase of BMI and acceleration of menarcheal age among girl student in SMP Harapan 1 Medan (P < 0,05). As many as 54 respondent (45%) found with accelerated menarcheal age, with 11,48 years mean age of menarche.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan hasil penelitian ini. Sebagai salah satu area kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum, laporan hasil penelitian ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Sarjana Kedokteran, Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah turut serta membantu penulis dalam menyelesaikan laporan hasil penelitian ini, diantaranya:

1. Kepada kedua orangtua penulis, Ayahanda Ir. Elwin Siregar dan Ibunda Cahaya Hati Ginting, SH, serta adik penulis, M Lutfi Ramadhan Siregar dan Indira Elfiza Siregar yang senantiasa mendukung dan memberikan bantuan dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.

2. Kepada Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Kepada Prof. dr. Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A (K), selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Kepada dr. Zaimah Z. Tala, Msi Sp.GK, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5. Kepada dr. M. Rusda M.Ked (OG), Sp.OG (K), selaku Pembantu Dekan III Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

6. Kepada dosen pembimbing dalam penulisan penelitian ini, dr. Soegiato Gani, SpPD. yang dengan sepenuh hati telah meluangkan segenap waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis, mulai dari awal penyusunan penelitian, pelaksanaan di lapangan, hingga selesainya laporan hasil penelitian ini.


(7)

7. Kepada dr. Tetty Aman Nst, M.Med.Sc dan dr. Rointan Simanungkalit, Sp.KK(K) selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun untuk penelitian ini.

8. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Adi Muradi Muhar, Sp.B-KBD yang telah menjadi dosen penasehat akademik penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 9. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh

sahabat-sahabat yang luar biasa, khususnya Farid Murfuadz, Rizki Keumala, Dina Utami, Davis Pratama, Egi Erico, M. Haristyah Warli, Lutfi Farhan, M. Akim Nst, Rahmat Tahir, Ilham Surgawi, Fariz Saleh, Aulia Erizal, Nanda Pasha, Mufti Muhammad, Tri Widi Wibowo, Muttamamin Ula, Al Ghazali, Aga Diandra, Akbar Batubara, Irsazulharto, Lasa Siahaan, Kevin Dilian Suganda, Arief Pratama, abang-abang dan kakak-kakak senior di FK USU, sahabat-sahabat saya di kantin lama FK USU yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan adik-adik saya di FK USU atas dukungan dan motivasi yang sangat membantu penulis.

10. Kepada abangda M. Faridz Syahrian dan keluarga besar Standing Committee on Public Health Pemerintahan Mahasiswa (SCOPH PEMA) FK USU, atas ilmu dan pengalaman yang berharga dalam bidang penelitian yang telah diperoleh penulis selama ini.

11. Kepada keluarga besar PHBI FK USU dan PEMA FK USU yang telah memberikan saya pengalaman dan ilmu yang sangat berguna bagi terlaksananya penelitian ini.

Cakupan belajar sepanjang hayat dan mengembangkan pengetahuan baru, dalam area kompetensi KIPDI-3, telah memotivasi penulis untuk melaksanakan penelitian yang berjudul ”Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Onset Pubertas pada Pelajar Wanita di SMP Yayasan Pendidikan Harapan I Medan”.

Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan khusunya di bidang ilmu kedokteran.


(8)

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan hasil penelitian ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan laporan hasil penelitian ini di kemudian hari.

Medan, Desember 2013

M Harmen Reza S 100100118


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

DAFTAR SINGKATAN... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan Umum... 3

1.3.2 Tujuan Khusus... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1 Pubertas... 5

2.1.1 Definisi Pubertas ... 5

2.1.2 Perubahan Fisik pada Pubertas ... 5

2.1.3 Pubertas Prekok ... 7

2.1.4 Pubetas Terlambat ... 9

2.2 Siklus Menstruasi ... 9

2.3 Penilaian Status Gizi dengan Antropometri ... 12

2.4 Indeks Massa Tubuh ... 12

2.5 Hubungan Indeks Massa Tubuh denganMenarche... 13

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 16

3.1 Kerangka Konsep... 16

3.2 Definisi Operasional ... 16


(10)

BAB 4 METODE PENELITIAN... 18

4.1 Jenis Penelitian ... 18

4.2 Tempat dan Waktu... 18

4.3 Populasi dan Sampel... 18

4.3.1 Populasi ... 18

4.3.2 Sampel ... 18

4.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 18

4.4 Metode Pengumpulan Data... 19

4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 19

4.5.1 Pengolahan Data ... 19

4.5.2 Analisis Data ... 20

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 21

5.1 Hasil Penelitian... 21

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 21

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden ... 21

5.1.3 Indeks Massa Tubuh (IMT)... 23

5.1.4 UsiaMenarche... 24

5.1.5 Hubungan Antara IMT dengan UsiaMenarche... 25

5.2 Pembahasan ... 26

5.2.1 Indeks Massa Tubuh... 26

5.2.2 UsiaMenarche... 27

5.2.3 Hubungan Antara IMT dengan UsiaMenarche... 28

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 29

6.1 Kesimpulan ... 29

6.2 Saran ... 29


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

Tabel 2.1 Skala Tanner 6

Tabel 2.2 Kategori Indeks Massa Tubuh Terhadap Umur Berdasarkan Klasifikasi CDC

12 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Umur

21 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Berat Badan

22 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Tinggi Badan

23 Tabel 5.4 Hasil Pengukuran Indeks Masa Tubuh (IMT) 23

Tabel 5.5 Gambaran UsiaMenarche 24

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi UsiaMenarche berdasarkan Kategori IMT


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

Gambar 2.1 Skala Tanner 7

Gambar 2.2 Perubahan Hormon Pada Pubertas 8

Gambar 2.3 Perubahan Selama Siklus Menstruasi 10 Gambar 2.4 Grafik penentuan IMT berdasarkan usia CDC

2000 untuk anak perempuan usia 2-20 tahun

13

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 16

Gambar 5.1 BoxplotUsiaMenarcheTerhadap Kategori IMT


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Riwayat Hidup Lampiran 2: Lembar Penjelasan Lampiran 3:Informed Consent

Lampiran 4: Kuesioner Wawancara Penelitian Lampiran 5: DataInput

Lampiran 6: DataOutput Lampiran 7:Ethical Clearance


(14)

DAFTAR SINGKATAN

BB : Berat Badan

CDC :Centre for Diseases Control FSH :Follicle Stimulating Hormone GABA :Gamma-Aminobutyric Acid

GnRH :Gonadotropin Releasing Hormone IGF :Insulin-like Growth Factor

IK : Interval Kepercayaan IMT : Indeks Massa Tubuh LH :Leutinizing Hormone SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama SMR :Sexual Maturity Score TB : Tinggi Badan


(15)

ABSTRAK

Antara pertengahan abad ke-19 dan pertengahan abad ke-20 terjadi penurunan yang signifikan dari rata-rata usia menarche di dunia, usia menarche yang cepat berhubungan dengan beberapa efek samping terhadap kesehatan anak seperti eating disorder dan depresi; juga pada dewasa seperti Diabetes Mellitus tipe 2, sindroma metabolik, kanker payudara, penyakit kardiovaskuler dan mortalitas secara umumnya.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan antara obesitas dengan onset pubertas, yang didefinisikan sebagai usia menarche, pada siswi SMP Yayasan Pendidikan Harapan 1 Medan.

Penelitian ini merupakan studi observasional dengan pengamatan cross sectional (potong lintang) untuk menilai hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan usia menarche. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan pengukuran pada 120 siswi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pemilihan sampel menggunakan metodetotal sampling.

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara peningkatan Indeks Massa Tubuh dengan percepatan usia menarche pada pelajar wanita SMP Harapan 1 Medan (P < 0,05). Terdapat 54 responden (45%) dengan usiamenarche cepat dengan rata-rata usia menarche 11,48 tahun.


(16)

ABSTRACT

There’s a significant acceleration rate of menarchial age worldwide between 19th and 20th century. Precocious menarche is associated with several side effects as eating disorder and depression in children; as well as Insulin Dependent Diabetes Mellitus, metabolic syndrome, breast cancer, cardiovascular diseases and general mortality in adults.

This study aimed to investigate the association between age Body Mass Index (BMI) and onset of puberty, defined as age of menarche, among girl students in SMP Harapan 1 Medan.

This study were observational using cross-sectional method to evaluate the relationship between Body Mass Index and age of menarche. Data collection were conducted via interview and measurement on 120 girl students that fulfilled inclusion and exclusion criteria. Total sampling method was used as the sampling method.

Results of this study shows that there’s correlation between the increase of BMI and acceleration of menarcheal age among girl student in SMP Harapan 1 Medan (P < 0,05). As many as 54 respondent (45%) found with accelerated menarcheal age, with 11,48 years mean age of menarche.


(17)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan organ seksual pada wanita dimulai sejak usia 6 tahun yang ditandai dengan produksi hormon androgen. Salah satu tanda yang dapat diamati pada perkembangan organ seksual wanita adalah terjadinya menstruasi pertama (menarche). Menarche terjadi pada 90% wanita usia 13-15 tahun dengan SMR (Sexual Maturity Score) 3. Faktor yang menentukan usia menarche, walau mekanismenya belum jelas diketahui, diantaranya adalah genetik, kadar lemak, penyakit kronis dan olahraga (Garilbadfi, 2008).

Antara pertengahan abad ke-19 dan pertengahan abad ke-20 terjadi penurunan yang signifikan dari rata-rata usia menarche, dari 17 tahun menjadi di bawah 14 tahun di Amerika serikat dan beberapa negara di Eropa Barat. Walau dengan rata-rata yg lebih kecil, pengurangan usiamenarchemasih terus terjadi di seluruh dunia. Hal ini dapat dikaitkan dengan peningkatan kesejahteraan dan kecukupan gizi (Parentet al, 2003).

Menurut Riset Kesehatan Dasar 2010 yang dilakukan oleh Badan Litbang Kementrian Kesehatan RI, di Indonesia Secara nasional rata-rata usia menarche 13-14 tahun terjadi pada 37,5 persen anak Indonesia. Rata-rata usiamenarche 11-12 tahun terjadi pada 30,3 persen pada anak-anak di DKI Jakarta, dan 11-12,1 persen di Nusa Tenggara Barat. Rata-rata usia menarche 17-18 tahun terjadi pada 8,9 persen anak-anak di Nusa Tenggara Timur, dan 2,0 persen di Bengkulu. 2,6 persen anak-anak di DKI Jakarta sudah mendapatkan haid pertama pada usia 9-10 tahun, dan terdapat 1,3 persen anak-anak di Maluku dan Papua Barat yang baru mendapatkan haid pertama pada usia 19-20 tahun. Umur menarche 6-8 tahun sudah terjadi pada sebagian kecil (<0,5%) anak-anak di 17 provinsi, sebaliknya umurmenarche19-20 tahun merata terdapat di seluruh provinsi.


(18)

2

Dalam penelitiannya, Al-Awadhi et al(2013) merangkumkan bahwa usia menarche yang cepat berhubungan dengan beberapa efek samping terhadap kesehatan anak seperti eating disorder dan depresi; juga pada dewasa seperti Diabetes Mellitus tipe 2, sindroma metabolik, kanker payudara, penyakit kardiovaskuler dan mortalitas secara umumnya. Pengetahuan tentang usia menarche juga penting untuk edukasi terhadap pasien dan dapat membantu identifikasi kelainan-kelainan.

Wanita yang memiliki onset menarche yang cepat (usia di bawah 12 tahun) akan memiliki konsentrasi serum estradiol yang lebih tinggi saat fase folikuler siklus menstruasi dari wanita yang memiliki onset menarche yang lebih lama (usia di atas 13 tahun). Hal ini merupakan salah satu faktor resiko dari kanker payudara (Apteret al, 1983).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jacobsenet al(2007) pada wanita di Norwegia, ditemukan hubungan antara usia menarche dengan tingkat mortalitas. Wanita dengan usia menarcheantara 10 dan 11 tahun memiliki angka mortalitas 10 % lebih tinggi daripada wanita dengan usia menarche rata-rata (14 tahun).

Obesitas bisa didefinisikan sebagai berlebihnya lemak tubuh. Salah satu cara mengukur tingkat lemak tubuh adalah menggunakan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT). Dalam istilah klinisnya, IMT antara 25 sampai dengan 29.9 kg/m2 disebut overweight, dan IMT melebihi 30 kg/m2 disebut obese (Guyton, 2006).

Frekuensi anak overweight meningkat dalam kurun waktu 30 tahun terakhir ini. Prevalensi anakoverweight dan obesitas berkisar antara 12% sampai 30% di negara maju, dan 2% sampai 12% pada negara berkembang. Hal ini menjadi salah satu masalah kesehatan paling umum yang terjadi pada anak-anak (Madison). Di Indonesia, prevalensi obesitas pada anak usia 6-15 tahun meningkat dari 5% tahun 1990 menjadi 16% pada tahun 2001 (Sartika, 2011).

Penelitian yang dilaksanakan pada pelajar SD di kota Medan menunjukkan bahwa terdapat 17,75% pelajar SD mengalami obesitas, dimana 10,75% merupakan pelajar laki-laki dan 7% merupakan pelajar perempuan (Ariani, 2010).


(19)

3

Penelitian yang selama ini dilakukan terhadap waktu pubertas terfokus pada usia menarche, karena pengumpulan datanya relatif lebih mudah secara retrospektif maupun prospektif (Eulinget al, 2007).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah berupa : “Apakah terdapat Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh dengan Onset Pubertas pada pelajar wanita SMP Yayasan Pendidikan Harapan 1 Medan?”

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan onset pubertas pada pelajar wanita SMP Yayasan Pendidikan Harapan 1 Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran usia rata-rata siswi SMP Yayasan Pendidikan Harapan 1 Medan mengalamimenarche.

2. Untuk mengetahui gambaran Indeks Massa Tubuh rata-rata pada siswi SMP Yayasan Pendidikan Harapan 1 Medan.

3. Untuk mengetahui frekuensi siswi yang mengalami percepatan usia menarche.

1.3.3. Manfaat Penelitian

Dari uraian tujuan penelitian diatas, maka manfaat yang diharapkan adalah: 1. Penelitian ini diharapkan menjadi sebuah informasi penting kepada

responden tentang adanya hubungan indeks massa tubuh terhadap usia menarche. Dan juga untuk menjadi sebuah pemikiran yang di anggap penting untuk di ketahui.


(20)

4

2. Penelitian ini dapat memberi informasi tambahan bagi pembaca khususnya wanita yang sudah mendapatkan menstruasi, dan menambah wawasan serta pengetahuan masyarakat mengenai hubungan indeks massa tubuh terhadap usiamenarche.

3. Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk penelitian kedokteran selanjutnya.


(21)

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pubertas

2.1.1. Definisi Pubertas

Pubertas adalah masa dimana ciri-ciri seks sekunder mulai berkembang dan tercapainya kemampuan untuk bereproduksi. Antara usia 10 sampai 20 tahun, anak-anak mengalami perubahan yang cepat pada ukuran, bentuk, fisiologi, dan psikologi serta fungsi sosial dari tubuh. Keadaan hormon dan struktur sosial menentukan bagaimana transisi dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan (Garilbadfi, 2008).

Perubahan endokrinologis dari pubertas sebenarnya telah dimulai sebelum munculnya ciri-ciri seks sekunder. Yang terjadi adalah peningkatan sekresi dari GnRH pada hipotalamus. Konsep yang ada sekarang menyatakan bahwa pubertas terjadi akibat peningkatan frekuensi dan amplitudo dari pelepasan GnRH, awalnya hanya saat malam hari kemudian secara perlahan juga pada siang hari (Garilbadfi, 2008).

Stimulus yang menyebabkan perubahan pada pulsasi GnRH masih belum jelas, tetapi beberapa penelitian menyatakan adanya peran hormon leptin. Tidak lama sebelum pubertas dimulai, jumlah hormon leptin meningkat berbanding lurus dengan massa jaringan adiposa. Selain pada hipotalamus, reseptor dari leptin juga terdapat pada hipofisis anterior. Leptin akan memberikan sinyal kepada hipotalamus bahwa cadangan energi tubuh siap untuk memulai fungsi reproduksi (Tortora, 2012).

2.1.2. Perubahan fisik pada pubertas

Selama masa kanak-kanak, estrogen hanya disekresikan dalam jumlah yang sedikit, namun pada masa pubertas, jumlah yang disekresikan meningkat 20 kali lipat akibat pengaruh hormon gonadotropik hipofisis. Dalam masa ini organ reproduksi wanita akan mengalami perubahan. Ovarium, tuba falopi, uterus dan


(22)

6

vagina mengalami pembesaran hingga beberapa kali lipat. Selain itu juga terjadi perubahan pada organ genitalia luar dan ciri-ciri seks sekunder (Guyton, 2006).

Perubahan fisik pada pubertas di setiap individu dapat ditentukan menggunakan skala Tanner. Salah satu ciri perubahan fisik yang dapat diukur dengan skala Tanner adalah perkembangan payudara. Perkembangan payudara diatur oleh sekresi estrogen dari ovarium. Pada awalnya perkembangan dapat terjadi secara unilateral pada beberapa bulan pertama. Laju pertumbuhan puncak terjadi pada 6-9 bulan setelah perkembangan payudara tahap 2 (Dattani, 2009).

Hormon estrogen dan progesteron memegang peranan penting dalam perkembangan ciri-ciri kelamin sekunder, pertumbuhan organ genitalia, pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologi kewanitaan. Perkembangan ini dirangsang oleh peningkatan FSH. Interaksi FSH dan estrogen akan memacu kepekaan reseptor LH sehingga terjadi peningkatan LH yang mempercepat perkembangan folikel yang menghasilkan estrogen (Guyton, 2006).

Tabel 2.1. Skala Tanner

Stadium Rambut pubis Payudara

1 Pra-pubertas Pra-pubertas

2 Jarang, sedikit berpigmen, lurus batas medial labia

usia ± (9-13,4) tahun

Payudara dan papila menonjol sebagai bukit kecil, diameter areola bertambah

usia ± (8,9-12,9) tahun 3 Lebih hitam, mulai keriting, jumlah

bertambah

usia ± (9,6-14,1) tahun

Payudara dan areola membesar, tidak ada pemisahan garis bentuk

usia ± (9,9-13,9) tahun 4 Kasar, keriting, banyak tetapi lebih

sedikit daripada orang dewasa usia ± (10.4-14.8) tahun

Areola dan papila membentuk bukit kedua usia ± (10.5-15.3) tahun

5 Segitiga wanita dewasa, menyebar ke permukaan medial paha

usia ± (13-16) tahun

Bentuk dewasa, papila menonjol, areola merupakan bagian dari garis bentuk umum payudara

usia ± (13-16) tahun Sumber: Narendra, 2006.


(23)

7

Gambar 2.1 Skala Tanner

Sumber: Rosenfield, 2008.

2.1.3. Perubahan Hormonal pada Pubertas

Aktivasi dari pubertas terjadi akibat perubahan hormon GnRH yang terdiri dari perlepasan dan pola perlepasan dari GnRH yang teratur setiap 90 menit. Modulasi GnRH mempengaruhi kadar FSH dan LH. FSH dan LH lalu akan merangsang pelepasan hormon Estrogen. Estrogen yang bersirkulasi akan memberikan respon umpan balik negatif pada pelepasan FSH, LH dan GnRH (Dattani, 2009).


(24)

8

Gambar 2.2 Perubahan Hormon Pada Pubertas

Sumber: Dattani, 2009.

2.1.3. Pubertas Prekok

Pubertas prekok didefinisikan sebagai perkembangan pubertas yang timbul lebih dini. Pada perempuan, pubertas prekoks didefinisikan sebagai perkembangan payudara yang timbul sebelum usia 8 tahun. Pubertas prekok terdiri dari 2 tipe, yaitu sentral dan perifer (Rosenfield, 2008).

Pubertas prekok sentral berasal dari maturasi awalhypothalamic-pituitary axis. Sedangkan pubertas prekok perifer berasal dari sekresi awal hormon gonad atau paparan eksogen (Batubara, 2010). Pada anak-anak dengan pubertas prekok kadar hormon FSH dan LH meningkat sesuai dengan masa pubertas (Suryawan, 2004).


(25)

9

2.1.4. Pubertas Terlambat

Puberitas terlambat (delayed puberty) pada perempuan didefinisikan sebagai tidak membesarnya payudara sampai 13 tahun atau tidak adanya menstruasi sampai umur 15 tahun. Penundaan dari pematangan organ seksual tidak jarang dijumpai dan tidak menimbulkan masalah dengan pertumbuhan dan perkembangan, tetapi diagnosis dan penanganan segera harus dilakukan pada pasien dengan kelainan organik (Dattani, 2009). Secara statistik pubertas yang mengalami keterlambatan adalah sebanyak 2,5% dari populasi remaja normal pada kedua jenis kelamin. Laki-laki lebih banyak mengalami keterlambatan pubertas dibandingkan dengan perempuan. Berdasarkan kadar gonadotropin dalam darah pubertas terlambat dikelompokkan menjadi: Hypergonadotropic Hypogonadism dan Hypogonadotropic Hypogonadism. Pada Hypergonadotropic Hypogonadism, ditemukan kadar hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang meningkat namun kadar hormon seks steroid seperti testosteron dan estrogen tetap rendah, hal ini menandakan bahwa kerusakan tidak terjadi pada aksis hipotalamus hipofise. Sedangkan pada hypogonadotropin hypogonadism, ditemukan penurunan kadar hormon gonadotropin (Suryawan, 2004).

2.2. Siklus Menstruasi

Keteraturan dari siklus menstruasi diatur oleh adanya interaksi kompleks antara hypothalamic-pituitary axis, ovarium, dan saluran genital. Siklus menstruasi terdiri dari :

1. Fase folikular 2. Fase luteal

Siklus menstruasi ini membutuhkan komunikasi antara kelenjar-kelenjar yang berpartisipasi yang diatur oleh suatu perubahan kompleks konsentrasi dari 5 hormon:

1. Gonadotropin releasing Hormone(GnRH) 2. Follicle Stimulating Hormone(FSH) 3. Luteinzing Hormone(LH)


(26)

10

Siklus Menstruasi dibagi menjadi 3 Fase yaitu:

1. Fase FolikulerMerupaka Fase di mana Telur belum dilepaskan 2. Fase Ovulasi Pelepasan Sel Telur

3. Fase LutealFase setelah sel telur dilepaskan (Cunningham,2007).

Gambar 2.3 Perubahan selama siklus menstruasi

Sumber: Cunningham, 2007.

Fase folikuler dimulai pada hari pertama menstruasi. Pada awal fase ini, endometrium dalam keadaan tebal dan kaya akan cairan dan nutrisi yang diperlukan bagi embrio. Jika tidak ada telur yang dibuahi, maka tingkat estrogen


(27)

11

dan progesteron akan menurun, sehingga endometrium luruh dan terjadilah perdarahan menstruasi. Pada saat yang sama, kelenjar hipofisis meningkatkan produksi FSH. Hormon ini kemudian menstimulasi pertumbuhan banyak folikel. Akhir fase, biasanya hanya satu folikel yang berkembang, yang disebut folikel de Graaf. Folikel ini kemudian segera memproduksi estrogen, kemudian estrogen akan menekan produksi FSH sehingga lobus anterior hipofisis mengeluarkan hormon gonadotropin yang kedua, yakni LH. Folikel de Graaf yang matang akan melepaskan banyak estrogen dan menyebabkan endometrium berproliferasi. Fase folikular sampai proliferasi berlangsung selama 13-14 hari dan merupakan fase terlama (Rosenblatt, 2007).

Fase ovulasi dimulai ketika folikel de Graaf menjadi lebih matang, mendekati ovarium dibawah pengaruh LH. Setelah itu folikel berkembang dan sel telur (ovum) dilepaskan dari ovarium (ovulasi) saat kadar LH mencapai puncak. Pada fase ini endometrium terus berproliferasi membentuk lekukan-lekukan (Wiknjosastro, 2006).

Fase yang terakhir adalah fase luteal, yang berlangsung sekitar 7-14 hari setelah masa ovulasi dan berakhir sesaat sebelum menstruasi terjadi. Terbentuklah korpus luteum yang menghasilkan peningkatan produksi progesteron. Progesteron menyebabkan penebalan endometrium dan mengisinya dengan cairan dan nutrisi untuk fetus. Begitu juga pada serviks, mukus menebal agar sperma atau bakteri tidak masuk ke uterus. Selain itu peningkatan suhu tubuh terjadi selama fase ini dan bertahan sampai periode menstruasi dimulai. Kadar estrogen pada fase ini meningkat untuk menstimulasi endometrium agar menebal. Peningkatan kadar kedua hormon tersebut mendilatasikan duktus-duktus kelenjar susu. Sehingga payudara menjadi bengkak dan terjadi nyeri tekan (Rosenblatt, 2007).


(28)

12

2.3. Penilaian Status Gizi dengan Antropometri

Antropometri adalah teknik yang secara luas digunakan untuk mengevaluasi pertumbuhan fisik dan status nutrisi pada individu maupun kelompok. Pengukuran dari ukuran dan massa tubuh dapat memberikan informasi yang penting mengenai status nutrisi anak (Gorstein, 1989).

Penggunaan antropometri untuk menilai status gizi memiliki kelebihan seperti biaya yang murah, mudah dilakukan dan peralatan yang sedikit dan mudah dicari. Walau begitu antropometri memiliki beberapa kelemahan: subjektifitas perhitungan, presisi peralatan dan faktor biologis yang dapat menyebabkan bias dalam pengaruhnya kepada status nutrisi. Antropometri (Sicotteet al., 2010).

2.4. Indeks Massa Tubuh

Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah hasil kalkulasi dari berat dan tinggi anak. IMT merupakan indikator yang terpercaya untuk menilai kadar lemak pada sebagian besar anak-anak dan remaja. (CDC, 2011). Meiet al. (2002) menyatakan bahwa IMT berhubungan dengan kadar lemak dalam tubuh. Sekarang IMT dipakai secara luas untuk menilai kadar lemak karena reliabilitas dan penggunaannya yang mudah dan praktis.

Tabel 2.2. Kategori Indeks Massa Tubuh Terhadap Umur Berdasarkan Klasifikasi CDC

Kategori IMT Kisaran Persentil

Underweight IMT – untuk umur < 5thpersentil

Healthyweight IMT – untuk umur, sampai 85thpersentil Overweight IMT – untuk umur, 85th - 95thpersentil

Obese IMT – untuk umur ≥ 95thpersentil Sumber : CDC, 2011.


(29)

13

Gambar 2.4 Grafik Penentuan IMT Berdasarkan Usia CDC 2000 untuk Anak Perempuan Usia 2-20 Tahun

Sumber : www.cdc.gov

2.5. Hubungan Indeks Massa Tubuh denganMenarche

Nilai usia menarche telah menjadi indikator dari cukupnya nutrisi dan pertumbuhan sejak waktu yang lama. Pada masa sekarang, usia menarche mulai dikaitkan dengan berbagai faktor yang dapat mempengaruhinya. Hasil penelitian melaporkan bahwa zat-zat yang mirip estrogen, antiandrogen dan lemak tubuh merupakan faktor penting yang mempengaruhi usia menarche (Euling et al,


(30)

14

Ide mengenai hubungan IMT dengan menarche dimulai sejak terjadinya tren percepatan usia menarche pada wanita di dunia selama beberapa tahun terakhir. Hal ini terlihat khususnya pada anak-anak yang bermigrasi ke Amerika Serikat, yang dihubungkan dengan peningkatan kesejahteraan dan paparan zat kimia yang dapat mempengaruhi fungsi hormonal (Parentet al, 2003).

Penelitian mengenai obesitas dari ilmu endokrinologi menemukan bahwa hormon adiposit yang disekresi oleh lemak dan enterokin yang disekresi oleh usus memiliki efek luas pada proses metabolik termasuk selera makan, metabolisme energi, tekanan darah dan koagulasi. Hampir semua adipokin dan enterokin diidentifikasi memiliki reseptor di hipotalamus. Oleh karena itu adipokin juga berpengaruh pada variasi siklus menstruasi di berbagai konsentrasi dalam sirkulasi darah (Gosman, 2009).

Bagaimana hubungan Indeks Massa Tubuh denganmenarcheberhubungan erat dengan jumlah leptin yang bersirkulasi di tubuh. Leptin dan Insulin-like Growth Factor (IGF) - 1 berperan dalam menentukan laju dan onset pubertas. Leptin bekerja menstimulasi pelepasan GnRH melalui neruon GABA. Kadar leptin dalam tubuh sangat dipengaruhi oleh kadar lemak (Terasawa, 2012; Nordin, 2002; Kakarla, 2003).

Seperti halnya pada orang dewasa, anak-anak yang obes memiliki serum leptin yang tinggi, yang berhubungan erat dengan Indeks Massa Tubuh. Peningkatan jumlah jaringan adiposa mengakibatkan peningkatan konsentrasi serum leptin. Dibandingkan dengan anak laki-laki, anak perempuan memiliki konsentrasi leptin yang lebih tinggi. Konsentrasi serum leptin dengan IMT berhubungan erat dengan nilai korelasi 0,88 (Hassinket al, 1996).

Nilai serum leptin pada anak perempuan meningkat sejak usia 7 tahun secara terus-menerus sampai usia 15 tahun. Hal ini mendukung pendapat mengenai peran nilai serum leptin terhadap inisiasi pubertas. Pendapat lain menyatakan bahwa kadar lemak yang cukup diperlukan bagi aktifitas reproduksi dari mamalia (Kaplowitz, 2008).


(31)

15

Peningkatan konsentrasi leptin serum sampai tingkat 12,2 ng / mL dikaitkan dengan penurunan usiamenarche. Peningkatan sebesar 1 ng / mL dalam serum leptin menurunkan usia menarche 1 bulan. Penambahan body fat 1 kg menurunkan usia menarche sebanyak 13 hari. Peningkatan kritis leptin darah diperlukan untuk memicu kemampuan reproduksi pada wanita, mendukung treshold effect(Lin, 2002).


(32)

16

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Indeks Massa Tubuh (IMT)

o Definisi

Indeks Massa Tubuh adalah salah satu cara penilaian status gizi seseorang berdasarkan antropometri.

o Cara ukur

 Mengukur Tinggi Badan (TB) dengan cara subjek diukur pada posisi tegak dengan muka lurus menghadap ke depan, bokong dan tumit menempel di dinding, serta tanpa menggunakan alas kaki.

 Mengukur Berat Badan (BB) dengan cara subjek ditimbang tanpa menggunakan alas kaki dan hanya memakai pakaian sekolah sehari-hari saja.

 Melakukan penilaian Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu BB (dalam kg) dibagi TB2 (dalam m2), kemudian menentukan status gizi melalui perhitunganz-scoreWHO.

o Alat ukur

 Mengukur Tinggi Badan (TB) dengan menggunakan microtoa 2 M yang terbuat dari metal dengan tingkat ketepatan 0,5 cm.  Mengukur Berat Badan (BB) dengan menggunakan timbangan

digital dengan tingkat ketepatan 0,1 kg.

Onset Pubertas Index Massa Tubuh


(33)

17

o Hasil pengukuran

 Sangat kurus (z-score < -3)  Kurus (-3 ≤ z-score < -2)  Normal (-2 ≤ z-score < 1)  Gemuk (1 ≤ z-score < 2)  Obesitas (z-score > 2) o Skala ukur

Indeks Massa Tubuh dinyatakan dalam skala ordinal.

3.2.2. Onset Pubertas

o Definisi

Onset pubertas adalah usia remaja putri saat mengalami menstruasi yang pertama.

o Cara ukur

Pengukuran dilakukan dengan metode wawancara. o Alat ukur

Alat ukur yang digunakan adalah dengan menggunakan kuesioner. o Hasil pengukuran

- <12 tahun dikategorikan cepat - 12-13 tahun dikategorikan normal - >13 tahun dikategorikan lambat o Skala Ukur

Usiamenarchedinyatakan dalam skala ordinal.

3.3. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

o Ada hubungan antara IMT dengan onset pubertas pada siswi SMP Yayasan Pendidikan Harapan Medan.


(34)

18

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan studi observasional dengan pengamatan cross sectional (potong lintang) untuk menilai hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan usiamenarche.

4.2. Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) Yayasan Pendidikan Harapan 1 Medan. Waktu penelitian dilaksanakan selama dua bulan mulai Agustus sampai September 2013.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi target adalah remaja putri. Populasi terjangkau adalah populasi target yang menjalani pendidikan SMP di yayasan pendidikan Harapan 1 Medan Kota Medan. Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria.

4.3.2. Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik total sampling. Semua populasi yang memenuhi keriteria inklusi dan eksklusi di masukan menjadi sampel penelitian.

4.3.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini adalah : a. Kriteria Inklusi :

 Remaja putri

 Setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian


(35)

19

b. Kriteria eksklusi:

 Mendapatkan steroid jangka panjang  Mendapat kemoterapi atau radioterapi

 Mendapat obat-obat hormonal(growth hormone)

 Menderita penyakit kronis (tirotoksikosis, gagal jantung, anemia kronis)

 Menderita penyakit keganasan

 Anak tidak mengetahui usiamenarche

4.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang didapat langsung dari masing-masing sampel penelitian, meliputi Pengukuran Indeks Massa Tubuh dan UsiaMenarche.

Pengumpulan Data Indeks Massa Tubuh dilakukan dengan pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan sesuai prosedur yang telah ditentukan. Sedangkan, pengumpulan data UsiaMenarchedilakukan melalui wawancara langsung kepada sampel penelitian dengan berpedoman pada instrumen penelitian.

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1. Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara tertentu :

1. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data. Apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan data dilengkapi dengan mewancarai ulang responden.


(36)

20

2. Coding

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer.

3. Entry

Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program komputer pengolah statistik

4. Cleaning

Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.

5. Saving

Penyimpanan data untuk siap dianalisis.

4.5.2. Analisis Data

Analisis data diawali dengan membuat suatu crosstab dan boxplot guna melihat bagaimana hubungan antara kedua variabel tersebut. Setelah didapatkan gambaran hubungan kedua variabel, analisis dilanjutkan dengan menguji kekuatan hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan usiamenarche.

Untuk menilai kekuatan hubungan Indeks Massa Tubuh dengan usia menarchedigunakan uji korelasi Spearman dengan interval kepercayaan 95% dan batas kemaknaan p < 0,05. Uji korelasi Spearman merupakan suatu uji untuk mengukur derajat keeratan suatu hubungan antar variabel ordinal dengan variabel ordinal yang lain. Koefisisen korelasi (r) berkisar 0-1 makin mendekati angka 1 maka makin dekat derajat hubungan.

Dengan menggunakan bantuan program SPSS akan didapatkan besarnya p value untuk menentukan signifikansi hasil penelitian. Karena penelitian ini menggunakan tingkat kemaknaan (α) sebesar 5%, maka nilai p < 0,05 dinilai bermakna atau dengan kata lain H0ditolak.


(37)

21

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMP Harapan 1 Medan yang terletak di Jalan Imam Bonjol no. 35 Kelurahan Jati, Medan Maimun Kota Medan.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Penelitian dilakukan pada 120 orang responden yang merupakan siswi di SD dan SMP Yayasan Pendidikan Harapan Medan dan telah memenuhi kriteria penelitian. Dari keseluruhan responden gambaran karakteristik responden yang diamati adalah umur, tinggi badan, dan berat badan.

a. Umur

Berdasarkan karakteristik umur, hasil penelitian ini memperoleh responden terbanyak berada pada umur 12 tahun yaitu sebanyak 52 orang (43,3%). Sedangkan kelompok responden paling sedikit berada pada umur 14 tahun, yaitu sejumlah 1 orang (0,8%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur Frekuensi (n) Persen (%)

11 10 8,3

12 37 30,8

13 30 25,0

14 24 20,0

15 19 15,8

Jumlah 120 100

Rata-rata umur responden adalah 13 tahun. Umur termuda adalah umur 11 tahun dan umur tertua 15 tahun. Dengan demikian, rentang usia responden adalah 4


(38)

22

b. Berat Badan

Karakteristik berdasarkan berat badan dibagi menjadi 10 kelompok interval. Hasil penelitian memperoleh kelompok responden terbanyak adalah pada kelompok dengan interval berat badan 43–50 kg. Sedangkan kelompok responden paling sedikit adalah pada kelompok dengan interval berat badan 91 – 98 kg dan 99-106 kg. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Berat Badan

Berat Badan Frekuensi (n) Persen

35-42 16 13,3

43-50 49 40,8

51-58 29 24,2

59-66 13 10,8

67-74 5 4,2

75-82 5 4,2

91-98 1 0,8

99-106 1 0,8

107-116 1 0,8

Jumlah 120 100

Rata-rata berat badan responden adalah 53,0 kg dengan nilai tengah 50,1 kg. Berat badan terendah adalah 35,3 kg dan berat badan tertinggi adalah 116 kg. Hal ini menunjukkan rentang berat badan responden adalah 80,7 kg.

c. Tinggi Badan

Karakteristik berdasarkan tinggi badan dibagi menjadi 4 kelompok interval. Hasil penelitian memperoleh kelompok responden terbanyak adalah pada kelompok dengan interval tinggi badan 151-160 cm. Sedangkan kelompok responden paling sedikit adalah pada kelompok dengan interval tinggi badan 171– 180 cm. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.3


(39)

23

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tinggi Badan

Tinggi Badan Frekuensi (f) Persen

141-150 22 18,3

151-160 82 68,3

161-170 14 11,7

171-180 2 1,7

Jumlah 120 100

Rata-rata tinggi badan responden adalah 154,7 cm dengan nilai tengah 154,5 cm. Tinggi badan responden dimulai dari titik minimal, yaitu 141 cm dan titik maksimal, yaitu 174,5 cm. Hal ini menunjukan rentang tinggi badan responden adalah 33,5 cm.

5.1.3 Indeks Massa Tubuh (IMT)

Kategori IMT pada penelitian ini dibagi berdasarkan kategori Kemenkes RI untuk anak berusia 5-18 tahun. Dari 120 responden yang menjadi sampel penelitian, 55,8% diantaranya atau 67 orang termasuk pada kategori normal (-2 < z-score < 1). Terdapat 30 orang dengan kategori gemuk (1< z-score < 2) (25%) dan 23 orang dengan kategori obesitas (z-score > 2) (19,2%). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4. Hasil Pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT)

Kategori IMT Frekuensi (n) Persen (%)

Normal 67 55,8

Gemuk 30 25

Obesitas 23 19,2

Jumlah 120 100


(40)

24

5.1.4 UsiaMenarche

Dari 120 responden yang menjadi sampel penelitian, ada 52 orang (43,3%) yang mengalamimenarchepada usia 12 tahun. Sedangkan, jumlah paling sedikit adalah responden yang mengalami menarche pada usia 14 tahun. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5. Gambaran UsiaMenarche

UsiaMenarche Frekuensi (n) Persentase (%)

9 2 1,7

10 19 15,8

11 33 27,5

12 52 43,3

13 13 10,8

14 1 0,8

Jumlah 120 100

Rata-rata usia menarche responden adalah 11,48 tahun. Usia menarche terendah adalah 9 tahun dan usia menarche tertinggi adalah 14 tahun. Hal ini menunjukkan rentang usia menarche sampel adalah 5 tahun. Hasil uji T dengan rata-rata usia menarche di Indonesia (12,4 tahun) menunjukkan perbedaan yang signifikan (p< 0,05)


(41)

25

5.1.5 Hubungan Antara IMT dengan UsiaMenarche

Gambar 5.1BoxplotUsiaMenarcheTerhadap Kategori IMT

Sebanyak 136 responden diperiksa dan diwawancarai apabila telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, dan 120 orang responden memenuhi kriteria dan dimasukkan ke dalam penelitian. Data yang telah dikumpulkan dianalisis melalui uji hipotesis Korelasi Spearman. Uji Spearman digunakan karena kedua variabel (IMT dan usia Menarche) merupakan variabel ordinal. Pengukuran ini dilakukan dengan interval kepercayaan 95% dan batas kemaksaan p < 0,05. Hasil uji korelasi Spearman dari hubungan Indeks Massa Tubuh dan Usia Menarche menghasilkan nilai sebesar 0,184, dimana nilai korelasi yang semakin mendekati 1 menunjukkan hubungan yang semakin erat. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi kecenderungan percepatan usia menarche terhadap peningkatan nilai IMT.


(42)

26

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi UsiaMenarche berdasarkan Kategori IMT

Kategori IMT

UsiaMenarche

Jumlah Spearman’sCorrelation p-value lambat normal cepat

f % f % f %

Normal 10 71,4 31 59,6 26 48,1 67 0,184 0,044

Gemuk 4 28,6 12 23,1 14 25,9 30

Obesitas 0 0 9 17,3 14 25,9 23

Jumlah 14 100 52 100 54 100 120

Dari hasil uji signifikansi, p valueyang didapat adalah 0,044 (p < 0,05). Karena nilai p yang diperoleh lebih kecil dari 0,05, maka hipotesis nol dalam penelitian ini ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan Indeks Massa Tubuh dengan usiamenarche.

Untuk menilai lebih lanjut mengenai hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan usiamenarche, dilakukan uji regresi linier terhadap kedua variabel. Hasil dari uji regresi linear menghasilkan persamaan sebagai berikut:

y = 12,728 – 0,056x

y = usiamenarche x = Indeks Massa Tubuh

Dari persamaan ini dapat diprediksi bahwa terjadi penurunan usia menarchesebesar 0,056 tahun setiap peningkatan 1 nilai IMT (p < 0,05).

5.2. Pembahasan

5.2.1. Indeks Massa Tubuh

Gambaran Indeks Massa Tubuh pada remaja putri di Yayasan Pendidikan Harapan Medan dapat dilihat pada tabel 5.4. Secara perbandingan, jumlah responden dengan kategori IMT normal paling banyak ditemui (55,8%). Rata-rata


(43)

27

nilai dari IMT pada penelitian ini adalah 22,1. Dari hasil penelitian juga didapati responden dengan kategori IMT obesitas sebanyak 23 orang (19,2%).

Menurut hasil Riskesdas (2010), anak dengan status gizi normal di Indonesia berjumlah 87,4%, status gizi gemuk 2,5%, status gizi kurus 7,4% dan status gizi sangat kurus 2,7%. Jika dilihat dari perbandingan terhadap rata-rata nasional, remaja putri di Yayasan Pendidikan Harapan Medan cenderung memiliki IMT lebih tinggi.

5.2.2. UsiaMenarche

Dari hasil penelitian didapati rata-rata usiamenarchepada remaja putri di Yayasan Pendidikan Harapan Medan adalah 11,48 tahun, hal ini menunjukkan bahwa rata-rata remaja putri di Yayasan Pendidikan Harapan Medan memiliki usia menarcheyang normal. Terdapat sejumlah responden dengan usia menarche yang cepat yaitu 2 orang dengan usia menarche 9 tahun, 19 orang dengan usia menarche10 tahun.

Menurut hasil Riskesdas (2010), rata-rata usia menarche di Indonesia adalah 12,4 tahun dengan jumlah terbanyak 13 tahun (20%). Masih terdapat usia menarche yang lebih lama dari 14 tahun di Indonesia, yaitu 15 tahun (15,2%), 16 tahun (4,6%), 17 tahun (3%), 18 tahun (1%), 19 tahun (0,2%), 20 tahun (0,3%). Usiamenarche yang cepat di Indonesia hanya terjadi pada 9 tahun (0,3%) dan 10 tahun (1,2%). Dari hasil uji T terhadap rata-rata nasional dapat disimpulkan bahwa perbadaan rata-rata usia menarche pada penelitian dengan rata-rata nasional terdapat perbedaan yang signifikan (p< 0,05).

Gambaran usiamenarchedi dunia dirangkum dan dilaporkan oleh Parent et al. (2003). Tren peningkatan usia menarche terjadi mulai dari tahun 1960, dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan dunia secara umumnya. Euling et al. (2008) juga melaporkan peningkatan rata-rata usia menarche di Eropa dan Amerika Serikat sejak 1790 sampai 1980.


(44)

28

5.2.3 Hubungan antara IMT dengan UsiaMenarche

Kadar leptin yang disekresikan oleh sel adiposa dapat berpengaruh terhadap onset dari pubertas. Dalam studinya Mann dan Plant (2002) melaporkan bahwa kadar leptin yang meningkat dapat meningkatkan pulsasi dari GnRH, yang pada akhirnya dapat mempercepat proses pubertas.

Nilai IMT juga sangat berpengaruh terhadap kadar leptin. Hassink et al. (1996) menyatakan bahwa korelasi antara nilai IMT dan kadar Leptin sebesar 0,88. Dilaporkan juga bahwa konsentrasi Leptin pada remaja wanita lebih tinggi daripada pada remaja pria.

Pada penelitian ini didapati hubungan antara IMT dengan onset pubertas yang didefinisikan sebagai usia menarche. Hasil uji korelasi Spearman memberikan nilai korelasi 0,184 dan hasil uji signifikansi menghasilkan nilai p < 0,05 yang menunjukkan kecenderungan percepatan usia menarche dengan peningkatan nilai IMT. Temuan ini sejalan dengan berbagai penelitian mengenai status gizi denganmenarche.

Al-Awadhi et al. (2013) dalam penelitiannya pada remaja wanita di Kuwait melaporkan adanya kecenderungan signifikan dari percepatan usia menarchedengan peningkatan IMT.

Hasil yang didapatkan oleh Derina (2011) menunjukkan nilai odds rasio sebesar 3,57 dengan IK 95% 1,27-10,04. Artinya, responden yang memiliki status gizi lebih mempunyai kemungkinan 3,57 kali mengalami menarche lebih cepat dibandingkan dengan responden yang memiliki status gizi kurang atau baik.

Penelitian pada tempat yang sama yang dilakukan oleh Syahrian (2011) melaporkan hasil uji korelasi hubungan IMT dan usiamenarchepada remaja putri di Yayasan Pendidikan Harapan Medan menunjukkan derajat korelasi tingkat r = 0,36.

Usia menarche yang cepat berhubungan dengan berbagai efek samping terhadap kesehatan anak seperti eating disorder dan depresi; juga pada dewasa seperti Diabetes Mellitus tipe 2, sindroma metabolik, kanker payudara, penyakit kardiovaskuler dan mortalitas secara umumnya. (Al-Awadhi el al., 2013; Apteret al., 1983; Jacobsenet al., 2007).


(45)

29

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

- Responden terbanyak berada pada kategori IMT normal (55,8%). - Terdapat 54 (45%) anak dengan usia menarchecepat (di bawah 12

tahun) di SMP Harapan 1 Medan.

- Responden terbanyak mengalami menarche pada 12 tahun dengan rata-rata usia menarche 11,48 tahun, lebih cepat dari rata-rata usia menarchedi Indonesia yaitu 12,4 tahun (p< 0,05).

- Dari hasil uji korelasi Spearman, didapat hubungan antara IMT dengan onset pubertas pada remaja putri di Yayasan Pendidikan Harapan Medan dengan nilai korelasi 0,398 (p< 0,01).

6.2 Saran

- Perlu dilaksanakannya pemeriksaan kadar leptin untuk mendapatkan hubungan yang lebih jelas mengenai hubungan status nutrisi dengan onset pubertas.

- Perlu dilaksanakannya penelitian mengenai faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan perubahan onset pubertas seperti intakekalori, konsumsi fast food dan aktifitas fisik.

- Perlunya informasi kepada orang tua mengenai hubungan IMT dengan onset pubertas, serta risiko-risiko dari pubertas prekoks. - Orang tua perlu melalukan kontrol terhadap IMT anak untuk


(46)

30

DAFTAR PUSTAKA

Al-Awadhi, N.et al, 2013, Age at menarche and its relationship to body mass index among adolescent girls in Kuwait.BMC Public Health13:29. Apter, D., Vihko, R., 1983, Early Menarche, a Risk Factor for Breast Cancer,

Indicates Early Onset of Ovulatory Cycles.The Journal of Clinical Endocrinology & MetabolismJuly 1, 1983 vol. 57 no. 1 82-86.

Ariani, A., Sembiring, T., 2007. Prevalensi Obesitas pada Anak Sekolah Dasar di Kota Medan.Majalah Kedokteran Nusantara The Journal of Medical School40 (2) : 86-89.

Batubara, J. R. L., Soesanti, F., Van de Waal, H., 2010, Age at Menarche in Indonesian Girls: A National Survey.Acta Med Indones-Indones J Intern Med Vol. 42.

Batubara, J. R. L., 2010. Gonadothropin-releasing hormone agonist as a treatment of choice for central precocious puberty.Med J Indones2010; 19:287-92. Biason-Lauber, A. Zachmann, M., Schoenle, M. 2009. Effect of Leptin on CYP17

Enzymatic Activities in Human Adrenal Cells: New Insight in the Onset of Adrenarche.Endocrinology141:1446-1454, 2000.

Blum, W.F., Englaro, P., Hanitsch, S., Juul, A., Hertel, N.T., Muller, J., dkk. 1997. Plasma Leptin Levels in healthy children and adolescents: Dependence on Body Mass Index, Body Fat Mass, Gender, Pubertal Stage, and Sestosterone.J Clin endocrinol Metab82:2904-10

CDC (Centers for Disease Control and Prevention), 2011. Available from: http://www.cdc.gov/healthyweight/assessing/bmi/childrens_bmi/about_chil drens_bmi.html. [Accessed 29 March 2013].

CDC (Centers for Disease Control and Prevention), 2011. Available from: http://www.cdc.gov/growthcharts. [Accessed 14 April 2013].

Cunningham, G. 2010.William’s Obstetrics. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc.


(47)

31

Dattani, Mehul T., Tziaferi, V., Hindmarsh, P. C., 2009, Evaluation of Disordered Puberty. In:Brook’s Clinical Pediatric EndocrinologyEdisi ke-6. Oxford: Wiley-Blackwell.

Dietz, W., Bellizzi, M., 1997, Introduction: the use of body mass index to assess obesity in children.Am J Clin Nutr1999;70(suppl):123S–5S

Euling, S. Y.et al, 2008, Role of Environmental Factors in the Timing of Puberty, Pediatrics2008;121;S167.

Garilbadfi, L., 2008. Physiology of Puberty. In: Behrman RE, Kliergman RM, Jenson HB. Nelson Text Book Of Pediatrics. Edisi ke-18. Philadelpia: Saunders Corporation.

Gorstein, J., 1989. Assessment of nutritional status: effects of different methods to determine age on the classification of undernutrition. Bulletin of the World Health Organization, 67 (2): 143-150 (1989).

Gosman, G.G., Katcher, H.I., Legro, R.S., 2009. Obesity and the role of gut and adipose hormones in female reproduction.Oxford journal. Medicine. Human reproduction. Update vol 12 number 5: 585-601.

Hassink,S., Sheslow, D., de Lancey, E., Opentanova, E., Considine, R., and Caro, J., 1996. Serum Leptin in Children With Obesity: Relationship to Gender and Development.Pediatrics1996;98;201.

Guyton, Arthur C., 2006, Textbook of Medical Physiology. Philadelpia: Saunders Corporation.

Jacobsen, Bjarne K., Heuch, I., Kvåle, G., 2007. Association of Low Age at Menarche with Increased All-Cause Mortality.American Journal of Epidemiology. 2007;166(12):1141-1447.

Kakarla, N., Bradshaw, K. D., 2003, Disorders of Pubertal Development: Precocious Puberty.Semin Reprod Med; 21(4).

Lin-su, Vogiatzi, dkk. 2002. Body mass index and age at menarche in an adolescent clinic population.Clin Pediatr (Phila) Sep;41(7): 501-7.


(48)

32

Mann, David R, Plant, Tony M., 2002. Leptin and Pubertal Development.Semin Reprod Med. 2002;20(2).

Mei, Z, Grummer-Strawn, L., Pietrobelli, A., Goulding, A., Goran, M., and Dietz, W., 2002. Validity of body mass index compared with other

body-composition screening indexes for the assessment of body fatness in children and adolescents.Am J Clin Nutr2002;75:978–85

Narendra, Moersintowarti, 2006. Pengukuran Antropometri pada Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo Surabaya. Divisi Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Available from : http://www.pediatrik.com/pkb/20060220-873im2-pkb.pdf [Accesed 16 April 2013].

Niniser, A.J. et al., 2007. Body mass Measurement in school. Journal of School Health77 (10); 651-71.

Nordin, B. E.et al, 2002, Nutrition and Bone.Ann N Y Acad Sci.; 854:336-51. Parent, A.S., Teilmann, G., Juul, A., dkk., 2003. The Timing of Normal Puberty

and The Age Limits of Sexual Precocity: Variations around the world, secular trends, and changes after migration.Endocr Rev. 24: 668-93.

Riset Kesehatan Dasar, 2010, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Kesehatan RI.

Rosenblatt, Peter L, 2007. Menstrual Cycle. The Merck Manual. Available from: http://www.merck.com/mmhe/sec22/ch241/ch241e.html. [Accesed 15 April 2013].

Rosenbloom, Arlan L. 2008. Diabetes in the Child and Adolescent: Diagnosis and Classification. In: Lifshitz, F.,Pediatric EndocrinologyEdisi ke-5. New York: Informa Healthcare.

Rosenfield, R. L., Cooke, D. W., Radovick, S., 2008, Puberty and Its Disorders in the Female. In: Kaplan, A. S.Sperling’s Pediatric Endocrinology. Edisi ke-3. Philadelpia: Saunders Corporation.

Sartika, R. A. D., 2011, Faktor Risiko Obesitas pada Anak 5-15 Tahun di Indonesia.Makara Kesehatan, Vol. 15, No. 1, Juni 2011: 37-43.


(49)

33

Sicotte, M., Ledoux, M., Zunzunegui, M., Aboubacrine, S., Nguyen, V., 2010, Reliability of anthropometric measures in a longitudinal cohort of patients initiating ART in West Africa,Medical Research Methodology2010,10:102 Suryawan, 2004. Pubertas Prekok. Dalam Soetjiningsih,2004. Tumbuh Kembang

Remaja dan Permasalahannya.Jakarta: Sagung Seto Hal 73-78.

Suryawan, 2004. Pubertas Terlambat. Dalam Soetjiningsih, 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya.Sagung Seto, Jakarta : 67-71. Syahrian, F., 201. Hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) terhadap usia

Menarche pada pelajar wanita SD dan SMP Yayasan Pendidikan Harapan 1 Medan. Karya Tulis Ilmiah, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Terasawa, E. et al, 2012, Body Weight Impact on Puberty: Effects of High-Calorie Diet on Puberty Onset in Female Rhesus Monkeys. Endocrinology 153: 1696 –1705.

Tortora, G. J., Derrickson, B., 2012, Principles of Anatomy & Physiology 13th Edition. USA: John Wiley & Sons, Inc.

Yosi, A., 2009. Hubungan indeks massa tubuh terhadap usia menarche pada siswi SMPN 2 Tanjung Morawa Kec.Tanjung Morawa Kab.Deli Serdang. Karya Tulis Ilmiah, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.


(50)

Lampiran 1

RIWAYAT HIDUP

Nama : M Harmen Reza S

Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 11 Februari 1992

Agama : Islam

Alamat : Jl. Dr. Sumarsono 26 Medan

Riwayat Pendidikan : 1. SD Kemala Bhayangkari 1 Medan (1998 - 2004) 2. SMP Negeri 1 Medan (2004 - 2007)

3. SMA Sutomo 1 Medan (2007 - 2010)

4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2010 - sekarang)

Riwayat Organisasi : 1. Anggota Divisi Pembinaan PHBI FK USU 2. Anggota Departemen PSDM PEMA FK USU 3. Anggota Divisi P2 SCOPH PEMA FK USU 4. Wakil Gubernur PEMA FK USU


(51)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN

Adik-adik Yth.

Nama saya Muhammad Harmen Reza Siregar, saat ini saya sedang menjalani program pendidikan S1 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Saya sedang melakukan penelitan mengenai hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan usia pertama saat mengalami menstruasi. Adapun tujuan penelitian ini adalah mencari bagaimana Indeks Massa Tubuh sebagai status gizi dapat mempengaruhi cepatnya adik mengalami menstruasi pertama, dimana usia menstruasi pertama yang cepat berdampak dengan banyak masalah kesehatan. Oleh karena itu saya tertarik untuk meneliti apakah Indeks Massa Tubuh memiliki hubungan dengan usia menstruasi pertama.

Manfaat penelitian ini adalah mencari gambaran status gizi siswi SMP Yayasan Pendidikan Harapan 1 Medan, mencarai gambaran usia menstruasi pertama siswi SMP Yayasan Pendidikan Harapan 1 Medan dan meningkatkan kesadaran mengenai bagaimana status gizi dapat berpengaruh kepada usia menstruasi pertama, juga dampak usia menstruasi yang cepat kepada banyak masalah kesehatan seperti depresi, diabetes, kanker payudara dan penyakit jantung.

Pada penelitian ini saya akan meminta bantuan adik-adik untuk bersedia diwawancara untuk usia menstruasi pertama dan diukur tinggi dan berat badannya. Kemudian hasil wawancara dan pengukuran akan saya analisis untuk hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan usia menstruasi pertama.


(52)

kepentingan penelitian. Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan kepada adik-adik yang terpilih sebagai sukarelawan dalam penelitian ini dapat mengisi lembar persetujuan turut serta dalam penelitian ini.

Demikian yang dapat saya sampaikan. Terima kasih saya ucapkan atas partisipasi adik-adik dalam penelitian ini. Keikutsertaan adik-adik dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan. Jika selama penelitian terdapat hal-hal yang kurang jelas, maka adik-adik dapat menghubungi saya:

Nama : Muhammad Harmen Reza Siregar Alamat : Jl. Dr. Sumarsono 26 Medan No. HP : 089656576607

Atas perhatian adik-adik saya ucapkan terima kasih

Medan, September 2013 Hormat Saya,


(53)

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) / INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan dari peneliti secara lengkap dan saya telah memahaminya, maka dengan ini saya secara sukarela, penuh kesadaran dan tanpa paksaan, saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. Jika saya ingin mendapatkan penjelasan lebih lanjut, saya bisa mendapatkannya dari peneliti.

Medan, September 2013 Responden penelitian


(54)

Lampiran 4

KUESIONER WAWANCARA PENELITIAN

Nama :

Kelas :

Umur :

1. Apakah sudah mengalami menarche? (ya/tidak)

2. Apakah mendapatkan terapi steroid jangka panjang? (ya/tidak) 3. Apakah mendapatkan kemoterapi / radioterapi? (ya/tidak) 4. Apakah menerima obat-obatan hormonal? (ya/tidak) 5. Apakah menderita penyakit kronis? (ya/tidak) 6. Usia berapa mengalami menarche? ………. tahun

Hasil pengukuran: Tinggi :

Berat :


(55)

Lampiran 5

DATA INPUT

No Umur Tinggi Berat IMT

1 12 152 41 17.7

2 14 157 46 18.6

3 13 150 45.4 20.1

4 13 152 50.9 22

5 14 151 35.7 15.6

6 13 152 44.9 19.4

7 12 159 49.9 19.7

8 12 154 52.9 22.3

9 12 150 46.6 20.7

10 11 155 61.6 25.6

11 13 147 62.9 29.1

12 12 155 79.5 33

13 13 165 96.4 35.4

14 14 152 45.6 19.7

15 13 149 45.7 20.5

16 12 153 59.8 25.5

17 13 161 53 20.4

18 13 152 51.8 22.4

19 15 152 76.4 33

20 12 151 50.8 22.2

21 14 162 75.3 28.6

22 12 160 58.5 22.8

23 13 161 56.7 21.8

24 13 163 59.2 22.2

25 12 156 43.3 17.7

26 12 157 64.6 26.2

27 14 155 46.7 19.4

28 14 159 49.8 19.6

29 13 151 44 19.2

30 13 155 55.4 23

31 13 149 41.5 18.6


(56)

35 12 155 51.9 21.6

36 13 155 65 27

37 11 155 52 21.6

38 12 152 40.7 17.6

39 14 157 57.5 23.3

40 12 148 46.7 21.3

41 11 151 51.3 22.4

42 13 146 41 19.2

43 13 150 52.3 23.2

44 12 141 35.3 17.7

45 14 143 45.1 22

46 14 159 44.8 17.7

47 12 160 57 22.2

48 12 158 43.8 17.5

49 12 156 53.6 22

50 15 143 41.8 20.4

51 15 153 45.1 19.2

52 12 145 58 27.5

53 13 148 67.2 30.6

54 12 158 51.2 20.5

55 13 145 55.8 26.5

56 13 150 47.3 21

57 12 152 55.4 23.9

58 14 147 48 22.2

59 14 159 49 19.3

60 15 150 64.4 28.6

61 14 156 45 18.4

62 12 155 46 19.1

63 13 153 48.5 20.7

64 14 155 44.5 18.5

65 13 163 63.7 23.9

66 12 159 53.5 21.1

67 15 156 49.5 20.3

68 15 165 50.6 18.5

69 14 159 49.1 19.4

70 13 150 59.8 26.5

71 14 151 41.3 18.1

72 12 157 38.5 15.6

73 15 153 53 22.6

74 15 150 37.3 16.5


(57)

76 13 157 50.2 20.3

77 12 151 53 23.2

78 14 153 45 19.2

79 14 152 46 19.9

80 14 158 39 15.6

81 12 153.5 46 19.5

82 12 162.5 49 18.5

83 14 151.5 50 21.7

84 11 152.5 54 23.2

85 14 151.5 45 19.6

86 13 155.5 39 16.1

87 12 153 59 25.2

88 13 153 50 21.3

89 12 151 42 18.4

90 13 159 58 22.9

91 12 162 47.6 18.1

92 14 154 49.2 20.7

93 15 151 38.7 16.9

94 15 147 37.1 17.1

95 15 152 57 24.6

96 15 152 79.6 34.4

97 12 147.5 68 31.2

98 12 164.5 75.9 28

99 12 158.5 46.1 18.3

100 15 154 63.7 26.8

101 15 174.5 57.2 18.7

102 12 156 49.3 20.2

103 13 157 38.5 15.6

104 14 157 56.4 22.8

105 11 162 101.8 38.7

106 13 165 70.3 25.8

107 13 146 50.2 23.5

108 11 152 70.3 30.4

109 11 153.5 58.8 24.9

110 15 167 44.5 15.9

111 15 159 53.7 21.2

112 15 161 59.9 23.1

113 12 159 43.2 17


(58)

117 11 154 48.9 20.6

118 11 157 46.9 19

119 12 154 46.6 19.6


(59)

Lampiran 6

DATA OUTPUT

Kategori Berat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 35-42 16 13.3 13.3 13.3

43-50 49 40.8 40.8 54.2

51-58 29 24.2 24.2 78.3

59-66 13 10.8 10.8 89.2

67-74 5 4.2 4.2 93.3

75-82 5 4.2 4.2 97.5

91-98 1 .8 .8 98.3

99-106 1 .8 .8 99.2

107-116 1 .8 .8 100.0

Total 120 100.0 100.0

Kategori Tinggi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 141-150 22 18.3 18.3 18.3

151-160 82 68.3 68.3 86.7

161-170 14 11.7 11.7 98.3

171-180 2 1.7 1.7 100.0


(60)

Usia Menarche

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 9 2 1.7 1.7 1.7

10 19 15.8 15.8 17.5

11 33 27.5 27.5 45.0

12 52 43.3 43.3 88.3

13 13 10.8 10.8 99.2

14 1 .8 .8 100.0

Total 120 100.0 100.0

Kategori IMT

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid normal 67 55.8 55.8 55.8

gemuk 30 25.0 25.0 80.8

obesitas 23 19.2 19.2 100.0


(61)

Umur Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 11 10 8.3 8.3 8.3

12 37 30.8 30.8 39.2

13 30 25.0 25.0 64.2

14 24 20.0 20.0 84.2

15 19 15.8 15.8 100.0

Total 120 100.0 100.0

Kategori Menarche

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid lambat 14 11.7 11.7 11.7

normal 52 43.3 43.3 55.0

cepat 54 45.0 45.0 100.0


(62)

Kategori IMT * Kategori Menarche Crosstabulation

Kategori Menarche

Total

lambat normal cepat

Kategori IMT normal Count 10 31 26 67

% within Kategori Menarche 71.4% 59.6% 48.1% 55.8%

gemuk Count 4 12 14 30

% within Kategori Menarche 28.6% 23.1% 25.9% 25.0%

obesitas Count 0 9 14 23

% within Kategori Menarche .0% 17.3% 25.9% 19.2%

Total Count 14 52 54 120

% within Kategori Menarche 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Symmetric Measures

Value

Asymp. Std.

Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by Interval Pearson's R .199 .078 2.210 .029c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .184 .085 2.039 .044c

N of Valid Cases 120

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.


(63)

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Usia Menarche 120 11.48 .970 .089

One-Sample Test

Test Value = 12.4

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Usia Menarche -10.352 119 .000 -.917 -1.09 -.74

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 12.728 .388 32.824 .000

IMT -.056 .017 -.290 -3.289 .001


(1)

117 11

154

48.9

20.6

118 11

157

46.9

19

119 12

154

46.6

19.6


(2)

Lampiran 6

DATA OUTPUT

Kategori Berat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 35-42 16 13.3 13.3 13.3

43-50 49 40.8 40.8 54.2

51-58 29 24.2 24.2 78.3

59-66 13 10.8 10.8 89.2

67-74 5 4.2 4.2 93.3

75-82 5 4.2 4.2 97.5

91-98 1 .8 .8 98.3

99-106 1 .8 .8 99.2

107-116 1 .8 .8 100.0

Total 120 100.0 100.0

Kategori Tinggi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 141-150 22 18.3 18.3 18.3

151-160 82 68.3 68.3 86.7


(3)

Usia Menarche

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 9 2 1.7 1.7 1.7

10 19 15.8 15.8 17.5

11 33 27.5 27.5 45.0

12 52 43.3 43.3 88.3

13 13 10.8 10.8 99.2

14 1 .8 .8 100.0

Total 120 100.0 100.0

Kategori IMT

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid normal 67 55.8 55.8 55.8

gemuk 30 25.0 25.0 80.8

obesitas 23 19.2 19.2 100.0


(4)

Umur Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 11 10 8.3 8.3 8.3

12 37 30.8 30.8 39.2

13 30 25.0 25.0 64.2

14 24 20.0 20.0 84.2

15 19 15.8 15.8 100.0

Total 120 100.0 100.0

Kategori Menarche

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid lambat 14 11.7 11.7 11.7

normal 52 43.3 43.3 55.0

cepat 54 45.0 45.0 100.0


(5)

Kategori IMT * Kategori Menarche Crosstabulation

Kategori Menarche

Total lambat normal cepat

Kategori IMT normal Count 10 31 26 67

% within Kategori Menarche 71.4% 59.6% 48.1% 55.8%

gemuk Count 4 12 14 30

% within Kategori Menarche 28.6% 23.1% 25.9% 25.0%

obesitas Count 0 9 14 23

% within Kategori Menarche .0% 17.3% 25.9% 19.2%

Total Count 14 52 54 120

% within Kategori Menarche 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Symmetric Measures

Value

Asymp. Std.

Errora Approx. Tb Approx. Sig. Interval by Interval Pearson's R .199 .078 2.210 .029c Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .184 .085 2.039 .044c

N of Valid Cases 120

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.


(6)

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Usia Menarche 120 11.48 .970 .089

One-Sample Test

Test Value = 12.4

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper Usia Menarche -10.352 119 .000 -.917 -1.09 -.74

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 12.728 .388 32.824 .000

IMT -.056 .017 -.290 -3.289 .001