1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat terdiri dari individu-individu dan setiap individu mempunyai kepentingan dan kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain
sehingga dalam memenuhi kebutuhannya sering melakukan tindakan yang merugikan pihak lain. Agar terdapat suatu ketertiban dan ketentraman hidup
itu perlu adanya peraturan-peraturan, norma-norma serta kaedah-kaedah hukum. Hukum adalah segala ketentuan yang mengatur tingkah laku orang
didalam masyarakat. Hapsoro, 1986 : 12 Hukum Perjanjian diatur dalam Buku ketiga Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata KUH Perdata sebagai bagian dari KUH Perdata. KUH Perdata terdiri dari empat buku yang mana Bab Kedua dari Buku Ketiga
KUH Perdata memuat ketentuan-ketentuan umum dari perjanjian. Bab kelima sampai dengan Bab kedelapanbelas menerangkan masalah-masalah
perjanjian khusus. Perjanjian ini di dalam KUH Perdata adalah perjanjian yang bersifat ”obligor” , yaitu perjanjian yang menimbulkan hak dan
kewajiban. Menurut Pasal 1313 KUH Perdata suatu perjanjian adalah perbuatan,
dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Artinya harus ada perbuatan dari orang yang bersangkutan,
maka perjanjian itu hanya mengikat terhadap orang-orang yang mendapat perjanjian itu sendiri. Sri Soedewi, 1999:212 .
2
Dalam Pasal 1338 alenia pertama KUH Perdata dinyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang - undang
bagi mereka yang membuatnya, maka jelas bahwa perjanjian yang dibuat secara sah itu mempunyai kekuatan mengikat seperti undang-undang. Hal ini
dimaksud untuk menyatakan tentang kekuatan perjanjian, yaitu perjanjian mempunyai kekuatan yang sama dengan suatu undang-undang, maksudnya
supaya janji itu ditepati. Di sini penulis akan membahas salah satu bentuk perjanjian tersebut yaitu pada pelaksanaan perjanjian antara pelanggan
dengan PDAM Kota Semarang dan bentuk perlindungan konsumenya terhadap pelanggan Kota Semarang.
Dalam perjanjian antara PDAM Kota Semarang dengan konsumen dimungkinkan tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak atau kedua belah
pihak sehingga menimbulkan wanprestasi. Menurut M. Yahya Harahap pengertian umum tentang wanprestasi adalah pelaksanaan kewajiban yang
tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya, apabila di dalam melaksanakan wanprestasi perjanjian telah lalai sehingga terlambat
dari jadwal waktu yang ditentukan atau dalam melaksanakan prestasi tidak menurut selayaknya. Jadi seseorang dapat dikatakan telah melakukan
wanprestasi, apabila : a.
Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukanya. b.
Melakukan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana yang dijanjikan.
c. Terlambat melakukan prestasi. Yahya, 1998 : 60
3
Akibat hukumnya bagi debitur yang wanprestasi menurut Subekti ada empat macam yaitu :
1 Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur atau ganti rugi.
2 Pembatalan perjanjian atau pemecahan perjanjian.
3 Peralihan resiko.
4 Membayar biaya perkara, apabila sampai diperkarakan di depan
hukum. Subekti, 1992 : 15
Pada tahun 2007 sebanyak 17 pelanggan PDAM Kota Semarang menuturkan, dirinya tak keberatan dengan ketentuan pembayaran
rekening air minum tepat waktu dan kalau terjadi keterlambatan pembayaran akan dilakukan pemutusan aliran air minum. Namun
pelaksanaan pemutusan aliran air minum hendaknya di informasikan terlebih dahulu kepada pelanggan . Selama ini pelanggan hanya
dibebani kewajiban saja, sementara hak tidak diterima sebagaimana mestinya. Setiap keterlambatan pembayaran rekening, pelanggan
selalu dikenakan denda. Sementara , apabila terjadi pemutusan air minum, tidak ada kompensasi apapun dari pihak PDAM kepada
pelanggan, sehingga pelanggan dirugikan secara finansial terhadap pemutusan penyambungan air minum, pelanggan tidak mempunyai
hak untuk menuntut ganti rugi pada PDAM. Profil pengaduan pelanggan Bulan Jan 07 sd Des 07
Dari uraian diatas maka penulis akan meneliti lebih lanjut untuk di tuangkan dalam bentuk skripsi dengan judul :
” PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA
4
PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA SEMARANG DENGAN PELANGGAN DI KOTA SEMARANG”
B. Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah 1. Identifikasi Masalah