Hubungan antara Pendidikan dengan Praktik Pemakaian Masker pada Hubungan antara Masa Kerja dengan Praktik Pemakaian Masker pada

46 Berdasarkan hasil analisis hubungan antara umur dengan praktik pemakaian masker pada Polantas menggunakan uji chi square didapatkan nilai p value sebesar = 0,0001 p value 0,05 dengan koefisien kontingensi CC sebesar 0,600. Karena nilai p value lebih kecil dari 0,05 dengan demikian Ha diterima, yang berarti ada hubungan antara umur dengan praktik pemakaian masker pada Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang tahun 2009. Sedangkan untuk keeratan hubungan atau koefisien kontingensi CC antara umur dengan praktik pemakaian masker adalah 0,600 termasuk kategori kuat. Berdasarkan data ternyata responden yang umurnya muda cenderung tidak memakai masker, sebaliknya bagi responden yang umurnya tua cenderung memakai masker. Demikian semakin tua responden semakin memakai masker ketika menjalankan tugasnya.

5.2 Hubungan antara Pendidikan dengan Praktik Pemakaian Masker pada

Polantas Dalam penelitian ini pendidikan dikategorikan menjadi dua, yaitu tingkat pendidikan rendah SLTA-D3 dan tingkat pendidikan tinggi Perguruan tinggi. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai tingkat pendidikan rendah, yaitu sebesar 77,80 56 orang, sedangkan responden yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi sebesar 22,20 16 orang. Berdasarkan hasil analisis hubungan antara pendidikan dengan praktik pemakaian masker pada Polantas menggunakan uji chi square didapatkan nilai p value sebesar = 0,0001 p value 0,05 dengan koefisien kontingensi CC sebesar 0,480. Karena nilai p value lebih kecil dari 0,05 dengan demikian Ha 47 diterima, yang berarti ada hubungan antara pendidikan dengan praktik pemakaian masker pada Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang tahun 2009. Sedangkan untuk keeratan hubungan atau koefisien kontingensi CC antara umur dengan praktik pemakaian masker adalah 0,480 termasuk kategori sedang.

5.3 Hubungan antara Masa Kerja dengan Praktik Pemakaian Masker pada

Polantas Masa kerja adalah lamanya tenaga kerja bekerja dari pertama mulai masuk hingga sekarang masih bekerja. Masa kerja dapat diartikan sebagai sepenggalan waktu yang agak lama dimana seorang tenaga kerja masuk dalam satu wilayah tempat usaha sampai batas waktu tertentu Suma’mur P.K, 1996:193. Masa kerja dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua, yaitu masa kerja lama ≥ 5 tahun dan masa kerja baru 5 tahun. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang mempunyai masa kerja lama sebesar 55,60 40 orang, dan responden yang mempunyai masa kerja baru sebesar 44,40 32 orang. Hasil analisis hubungan antara masa kerja dengan praktik pemakaian masker pada Polantas menggunakan uji chi square didapatkan nilai p value sebesar = 0,0001 p value 0,05 dengan koefisien kontingensi sebesar 0,483. Karena nilai p value lebih kecil dari 0,05 dengan demikian Ha diterima, yang berarti ada hubungan antara masa kerja dengan praktik pemakaian masker pada Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang tahun 2009. 48 Sedangkan untuk keeratan hubungan atau koefisien kontingensi CC antara masa kerja dengan praktik pemakaian masker adalah 0,483 termasuk kategori sedang. Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut Suma’mur P.K., 1995:70. Polantas yang tidak menggunakan masker, mempunyai faktor risiko terjadinya penyakit pada pernafasan atau pada kapasitas vital paru. Mekanisme penimbunan debu dalam paru dapat terjadi pada saat bernapas, dengan menarik napas udara yang mengandung debu masuk ke dalam paru. Jalur yang ditempuh adalah hidung, faring, trakea, bronkus, broncheoli, dan alveoli. Debu yang masuk ke saluran pernapasan tergantung pada ukuran partikel debu tersebut. Ukuran-ukuran debu yang dapat masuk ke dalam saluran pernapasan adalah sebagai berikut: 1 ukuran 5-10 mikro ditahan oleh jalan bernafas bagian atas, 2 ukuran 4-5 mikro ditahan oleh bagian tengah jalan pernafasan, 3 ukuran 1-3 mikro akan ditempatkan langsung ke permukaan alveoli paru, 4 ukuran 0,1-1 mikro tidak begitu gampang hinggap di alveoli karena tidak mengendap, 5 ukuran 0,1 mikro bermasa terlalu kecil sehingga tidak hinggap di permukaan alveoli atau selaput lendir Suma’mur P.K, 1996:126.

5.4 Hubungan antara Pengetahuan dengan Praktik Pemakaian Masker