Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan kesehatan diharapkan dapat lebih ditekankan ke arah yang produktif yang dapat dilaksanakan melalui kebijaksanaan paradigma sehat dalam Indonesia Sehat 2010. Tercapainya Indonesia sehat 2010 ditandai dengan mayoritas penduduk yang hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memiliki kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan serta berada pada derajat kesehatan yang optimal Bapelkes, 2002:7. Kualitas lingkungan sangat mempengaruhi kualitas hidup manusia. Kualitas lingkungan merupakan resultan kualitas daya lingkungan melawan pencemar lingkungan. Jaminan tetap terjaganya kualitas lingkungan harus menjadi perhatian, mengingat pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan umat manusia ternyata sering menekan bahkan merusak lingkungan. Hal inilah yang mendorong perkembangan pemikiran tentang pembangunan berkelanjutan Juli Soemirat Slamet, 2002:19. Udara di dalamnya terkandung sejumlah oksigen, merupakan komponen esensial bagi kehidupan, baik manusia maupun makhluk hidup lainnya. Udara merupakan campuran dari gas yang terdiri dari sekitar 78 Nitrogen, 20 Oksigen, 0,93 Argon, 0,03 Karbondioksida, dan sisanya terdiri dari Neon Ne, Helium He, Metan CH 4 , dan Hidrogen H 2 . Udara dikatakan normal dan dapat mendukung kehidupan manusia apabila komposisinya seperti tersebut di 2 atas. Sedangkan apabila terjadi penambahan gas-gas lain yang menimbulkan gangguan serta perubahan komposisi tersebut, maka dikatakan udara sudah tercemar atau terpolusi Indah Kastiyowati, 2003:1. Akibat aktivitas manusia, udara seringkali menurun kualitasnya. Perubahan kualitas ini dapat berupa perubahan sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat kimiawi. Perubahan kimiawi dapat berupa pengurangan maupun penambahan salah satu komponen kimia yang terkandung dalam udara, yang lazim dikenal sebagai pencemaran udara. Kualitas udara yang dipergunakan untuk kehidupan tergantung dari lingkungannya, kemungkinan di suatu tempat dijumpai debu yang bertebaran dimana-mana dan berbahaya bagi kesehatan. Demikian juga suatu kota yang terpolusi oleh asap kendaraan bermotor atau angkutan yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan yang dapat mengakibatkan seseorang kehilangan produktivitasnya Indah Kastiyowati, 2003:1. Dampak langsung yang dapat dirasakan oleh masyarakat akibat penurunan kualitas udara seperti meningkatnya penyakit gangguan saluran pernafasan, kerusakan hasil pertanian dan perikanan akibat hujan asam. Selain itu juga dapat mengakibatkan menurunnya kecerdasan anak karena terpapar timbal udara yang tercemar Juli Soemirat Slamet, 2002:22. Kualitas udara di 10 kota besar Indonesia umumnya sudah dalam kondisi sangat mengkhawatirkan. Jakarta adalah kota yang kondisinya paling parah. Pengukuran kualitas udara ini dilakukan oleh Pelangi, sebuah LSM yang peduli dengan lingkungan terutama masalah pencemaran udara, yang melibatkan Kementerian Lingkungan Hidup KLH dengan menggunakan metode Air Quality 3 Monitoring System AQSM yang dilakukan sepanjang tahun 2002. Kategori pertama, terdapat 6 kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Jambi dan Pekanbaru. Di enam kota tersebut, kondisi udara dalam kategori baik hanya 22-62 hari dalam satu tahun atau tidak lebih dari 17 satu tahunnya, 4 hari sangat tidak sehat, 95 hari tidak sehat, dan 223 hari dalam tingkat sedang. Kategori kedua terdapat Kota Pontianak dan Palangkaraya. Di kedua kota tersebut kondisi udara dengan kategori berbahaya terjadi selama 88 dan 22 hari dalam satu tahun. Kategori ketiga terdapat Kota Semarang dan Denpasar. Di kedua kota tersebut dibandingkan delapan kota lainnya, secara umum kualitas udaranya lebih baik. Hari berudara bersihnya di atas 178 hari dalam setahun dan kondisi udara tidak ada dalam kategori berbahaya, tetapi dalam strata sedang Indah Kastiyowati, 2003:3. Udara dapat dikategorikan berkualitas baik bila memiliki Indeks Standar Pencemar Udara ISPU 1-50, berkulitas sedang 51-100, berkualitas tidak sehat 101-199, berkulitas sangat tidak sehat 200-299, sedangkan kualitas udara berbahaya bernilai ISPU 300-500 Bapedal, 2007:1. Berdasarkan penelitian di beberapa tempat di Indonesia, menurut Achmadi, Guru Besar Ilmu Kesehatan Lingkungan Universitas Indonesia kelompok orang yang berisiko tinggi mengalami dampak polusi adalah Polisi Lalu Lintas Polantas, petugas DLLAJR, pedagang kaki lima, wanita hamil, siswa SDTK yang lokasinya di pingir jalan raya, penderita jantung koroner, dan penduduk yang tinggal di daerah yang lalu lintasnya padat Kompas, 2007:1. 4 Penelitian terhadap kadar Pb dalam darah Polantas di Satlantas Poltabes Semarang oleh Nurjannah 1998:57 dengan mengambil sampel sebanyak 14 orang, sebanyak 85 kadar Pb-nya di atas ambang batas. Pencemaran udara akibat asap yang dikeluarkan dari knalpot kendaraan bermotor sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Dalam asap kendaraan bermotor mengandung zat-zat kimia yang dapat mengganggu keseimbangan metabolisme dalam tubuh manusia, antara lain karbon monoksida CO, nitrogen oksida NO X , dan timbal Pb. Zat- zat yang keluar dari knalpot dalam bentuk gas ini, terbuang ke udara dan akan bersenyawa dengan polutan-polutan, sehingga konsentrasi udara terganggu dan terjadilah pencemaran udara yang mengganggu kesehatan manusia Nurjanah, 1998:57. Timbal masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan dan saluran pencernaan dalam bentuk senyawa organometal, serta mampu menembus kulit sehingga dapat menimbulkan keracunan. Gejalanya antara lain, mudah marah, lesu, nafsu makan menurun dan melemahkan otot kerja. Sedangkan pada konsentrasi yang tinggi keracunan logam ini dapat merusak ginjal, hati, lambung, kesuburan, dan mengakibatkan kehamilan yang tidak normal Juli Soemirat Slamet, 2002:52. Akibat lain yang dapat langsung dirasakan oleh orang yang terpapar pencemar udara adalah iritasi saluran nafas dengan gejala batuk-batuk hingga sesak nafas, terutama disebabkan oleh bahan pencemar sulfur dioksida SO 2 . Dalam jangka pendek juga menyebabkan asma dan sakit kepala. Hal ini banyak disebabkan oleh bahan pencemar hidrokarbon, sedangkan akibat jangka panjang 5 yang ditimbulkan oleh pencemaran udara adalah paru-paru yang rusak karena secara terus-menerus nitrogen oksida yang terdapat dalam udara melemahkan sistem pertahanan tubuh dan saluran nafas sehingga paru-paru mudah terinfeksi Juli Soemirat Slamet, 2002:53. Sebagai orang yang mendapat eksposur berupa hasil pembakaran kendaraan bermotor tiap harinya, maka untuk menunjang kesehatannya, Polantas berhak untuk menggunakan Alat Pelindung Diri APD berupa masker, mengingat risiko yang harus ditanggungnya cukup besar. Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan, dari 5 unit pos tetap yang diamati, masing-masing pos terdiri dari 2 orang, Polantas yang memakai masker hanya 2 orang dan itu pun bukan masker standar, tetapi hanya sapu tangan yang ditutupkan ke hidung. Masker standar yang dimaksud di sini adalah masker yang memakai filter karbon aktif, yang secara signifikan terbukti dapat mengurangi dampak buruk pencemaran udara bagi kesehatan. Fenomena pemakaian masker ini menarik untuk dikaji karena sudah banyak penelitian yang mengungkap tentang kadar bahan pencemar yang melebihi ambang batas di tubuh orang-orang yang berisiko tinggi terkena pencemaran udara berikut uraian bahayanya, tetapi justru orang yang berisiko tinggi terkena dampaknya belum tampak melakukan pencegahan, mengingat akibat jangka panjang yang dapat mengganggu kesehatan tubuh bagi orang itu sendiri. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan praktik pemakaian masker pada Polantas unit pos tetap di Polwiltabes Semarang. 6

1.2 Rumusan Masalah