commit to user
1
BAB I SEJARAH LISAN SEBAGAI SUATU METODE
A. MENGAPA SEJARAH LISAN
Pada  dasarnya  suatu  kelompok    masyarakat  atau  suatu  bangsa  memulai jaman  sejarahnya  sejak  masyarakat  atau  bangsa  yang  bersangkutan  mengenal
tulisan.  Melalui  jejak  peninggalan  masa  lampaunya  yang  memuat  informasi tertulis,  kita  dapat  mengungkap  sejarah  mereka.  Jejak  peninggalan  masa  lampau
yang berupa tulisan dalam istilah umum disebut dokumen, dan di dalam meneliti sejarah dokumen tersebut merupakan sumber utama atau sumber pokok.
Namun demikian peneliti kerap kali sangat sulit menemukan sumber yang berupa  dokumen  dalam  rangka  kegiatan  melakukan  penelitian  sejarah.  Hal  yang
demikian  dapat  terjadi  oleh  karena  beberapa  kemungkinan  sebagai  penyebabnya Lembaran  Berita  Sejarah  Lisan,  No.  7,  tahun  1981.  Dalam  masa-masa  yang
penuh  kekacauan  dan  perubahan  yang  sangat  cepat,  sejumlah  besar  informasi yang telah ditulis dan bahkan mungkin ada yang telah diterbitkan, dengan sengaja
atau tidak sengaja dimusnahkan oleh  karena pertimbangan-pertimbangan  politik, militer,  dan  keamanan.  Oleh  sebab  itu  amat  sedikit  atau  hampir  tidak  ada
dokumen-dokumen  yang berasal dari masa-masa tersebut  yang  dapat ditemukan. Dalam  sejarah  Indonesia,  masa-masa  yang  penuh  kekacauan  tersebut  dapat
disebutkan  yakni  masa  pendudukan  Jepang  1942-1945  dan  masa  revolusi  phisik 1945-1950.
Kemungkinan  lain  yang  menjadi  penyebab  sangat  sulitnya  menemukan jejak masa lampau yang berupa dokumen adalah adanya perkembangan perhatian
para  sejarawan  dalam  hal  obyek  studi  yang  ingin  diungkapnya.  Sejak  sejarawan terkemuka,  Sartono  Kartodirdjo, memperkenalkan pendekatan  multi-dimensional
dalam  penelitian  dan  penulisan  sejarah,  munculah  gejala  lain  dalam perkembangan ilmu sejarah di tanah air.
commit to user
2 Pertama,  sejarah  politik  yang  berkisar  pada  dinamika  dan  sistem
kekuasaan,  yang  secara  praktis  bersifat  elitis  dengan  memfokus  pada  sejarahnya raja-raja,  orang  besar,  atau  tokoh  terkemuka,  tidak  lagi  menjadi  monopoli
perhatian sebagai “wilayah” penelitian dan pengkajian. Sejarah sosial, yang sering mewujudkan  dirinya  dalam  sejarah  lokal,  sejarah  agraris,  dan  sejarah  perkotaan
urban-history  makin  mendapat  perhatian.  Bahkan  perkembangan  lebih  lanjut, tidak  saja  perhatian  tertuju  ke  sejarah  sosial  social-history  namun  berkembang
ke  sejarah  masyarakat  societal-history.  Pergeseran  terjadi  dari  sejarah  sosial sebagai  suatu  pendekatan  kepada  sejarah  masyarakat  sebagai  sasaran  penelitian.
Di  satu  pihak  pergeseran  ini  menyebabkan  sejarawan  makin  mendekati pendukung  dinamika  sejarah  yang  sesungguhnya  yakni  “orang  kecil  dalam
peristiwa  kecil”,  dan  pihak  lain,  sifat  komparatif  yang  secara  implisit  telah menjadi bagian dari ilmu sejarah, makin dengan sadar dilakukan.
Kedua, makin intimnya sejarawan dengan cabang-cabang ilmu sosial lain. Sejarawan  makin  membiasakan  dirinya  dengan  berbagai  konsep-konsep  yang
telah  lebih  dahulu  diperkembangkan  oleh  disiplin-disiplin  ilmu  lain.  Argumen yang bertolak dari wawasan teori telah makin kerap mendasari kisah sejarah yang
ditulis. Bersamaan dengan semakin biasanya menerapkan konsep-konsep maupun teori  dari  ilmu  sosial  lain  misalnya  dari  sosiologi,  ilmu  politik,  ilmu  ekonomi,
antropologi,  psikologi,  semakin  biasa  pula  para  sejarawan  memilih  masalah untuk  diungkap  mengambil  dari  masalah-masalah  yang  biasa  dipilih  oleh  ilmu-
ilmu lain. Sebagai contoh dapat disebutkan bahwa masalah-masalah yang selama ini  digeluti  oleh  sosiologi,  seperti  cultural-group,  social-group,  dan  community
yang  masing-masing  mencakup  dua  aspek  yakni  aspek  struktural  dan  aspek fungsional, semakin menarik minat para sejarawan untuk dipilihnya.
Gejala  yang  muncul  dalam  perkembangan  ilmu  sejarah  tersebut menunjukkan  adanya  kecenderungan  baru  dalam  panorama  penulisan  sejarah
yang  sekaligus  menunjukkan  peralihan  kecenderungan  teoritis  dan  metodologis dalam  penggarapannya.  Perhatian  terhadap  peran  “orang  kecil  dalam  peristiwa
commit to user
16
BAB II WAWANCARA DALAM PENELITIAN SEJARAH