PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN

pada sepertiga kasus clubfoot. Kasser J 2006 dalam penelitiannya juga menyebutkan bahwa bilateral terjadi pada 50 kasus. 4.2.1 Pengaruh Umur Saat Mulai Terapi Terhadap Tingkat Rekurensi Dalam penelitian ini didapatkan bahwa pengaruh umur saat mulai terapi terhadap rekurensi tidak berpengaruh secara signifikan. Hasil ini sesuai dengan penelitian oleh Avilucea 2009 yang menyebutkan bahwa umur pasien saat dimulai terapi metode Ponseti tidak mempengaruhi tingkat rekurensi. Alves C 2009 dalam penelitiannya juga mengatakan tidak ada perbedaan antara kelompok 1 pasien umur saat mulai terapi kurang dari 6 bln dengan kelompok 2 pasien umur saat mulai terapi lebih dari 6 bulan baik dalam hal proses terapi maupun tingkat keberhasilannya. Dobbs MB 2007 dalam penelitiannya juga menyebutkan bahwa umur pasien saat dimulai terapi metode Ponseti tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap resiko kekambuhanrekurensi. Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 5 pasien yang mengalami rekurensi, 3 pasien berasal dari kelompok umur saat mulai terapi lebih dari 12 bulan, dan 2 pasien dari kelompok umur saat mulai terapi kurang dari 6 bulan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena orangtua atau caregiver dari kelima pasien tersebut tidak patuh pada saat periode bracing . Ketidakpatuhan tersebut biasanya terjadi karena anak sudah tidak nyaman dengan brace karena ukurannya yang sudah tidak muat dengan kaki, sehingga orangtua sering melepas bracing-nya. Kemungkinan lain karena akses ke Rumah Sakit tidak mudah. Dari total pasien yang mengalami rekurensi, terdapat 2 pasien dengan akses ke Rumah Sakit yang mudah, tetapi dengan tingkat ekonomi orangtua atau caregiver yang tidak mampu yang keberatan dengan biaya transportasi ke Rumah Sakit, akibatnya pasien tidak rutin kontrol sesuai perintah dokter. perpustakaan.uns.ac.id commit to user 4.2.2 Pengaruh Severity Saat Mulai Terapi Terhadap Tingkat Rekurensi Dalam penelitian ini didapatkan bahwa pengaruh severity saat mulai terapi terhadap rekurensi tidak berpengaruh secara signifikan Hasil ini sesuai dengan penelitian oleh Avilucea 2009 yang menyebutkan bahwa initial severity tidak berpengaruh terhadap tingkat rekurensi. Penelitian lain oleh Haft GF 2007 pada 51 pasien dengan 73 clubfeet yang diterapi dengan metode Ponseti yang diamati selama 2 tahun menyebutkan bahwa derajat severity pada awal terapi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat rekurensi. Dobbs MB 2007 dalam penelitiannya terhadap 51 pasien dengan total 86 clubfeet juga mengatakan bahwa tingkat severity pada awal terapi tidak berhubungan dengan kekambuhan clubfoot yang diterapi dengan metode Ponseti. 4.2.3 Pengaruh Kepatuhan dalam Periode Bracing Terhadap Tingkat Rekurensi Kepatuhan dalam periode bracing didalam penelitian ini mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kejadian rekurensi. Avilucea 2009 dalam penelitiannya mengatakan bahwa tingkat kepatuhan dalam periode bracing merupakan faktor utama yang menentukan tingkat kekambuhan metode Ponseti dengan nilai Odd Ratio 120. Disebutkan juga dalam penelitian oleh Dobbs MB 2007 bahwa terputusnya pemakaian brace setelah koreksi merupakan faktor yang paling berpengaruh timbulnya rekurensi dengan nilai Odds Ratio 183. Haft GF 2007 juga melaporkan kegagalan dalam periode bracing mempunyai resiko 5 kali lebih besar terjadinya kekambuhan. Pada penelitian ini, dari 5 pasien yang tidak patuh dalam periode bracing semuanya mengalami kekambuhan dan memerlukan pengegipan ulang. Hal ini disebabkan karena seringnya para orangtua pasien atau caregiver melepas brace karena ukuran sepatu sudah tidak fit di kaki pasien yang menyebabkan pasien tidak nyaman dan sering menangis. perpustakaan.uns.ac.id commit to user 4.2.4 Pengaruh Kemudahan Akses ke Rumah Sakit Terhadap Tingkat Rekurensi Kemudahan akses ke rumah sakit terhadap tingkat rekurensi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat rekurensi. Hasil ini tidak sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya. Avilucea 2009 dan Haft 2007 menyebutkan bahwa mudahnya akses ke rumah sakit yang dalam penelitian tersebut ditentukan dengan banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk pulang-pergi dari rumah ke rumah sakit dan jarak dari rumah ke rumah sakit dengan batasan kurang dari 75 mil 97,5 km dan lebih dari 75 mil 97,5 km, dimana faktor tersebut berpengaruh terhadap keberhasilan metode Ponseti. Pasien dengan jarak rumah ke rumah sakit yang jauh dan membutuhkan waktu yang banyak untuk tranportasi ke rumah sakit menyebabkan tidak rutin kontrol sesuai anjuran dokter sehingga tingkat kepatuhan dalam periode bracing menurun dan akan meningkatkan kekambuhan. Pada penelitian ini, faktor akses ke rumah sakit tidak berpengaruh terhadap tingkat rekurensi dengan metode Ponseti, mungkin dikarenakan bahwa penjelasan awal dari dokter ahli mengenai pentingnya kontrol rutin dan tingkat kepatuhan memakai bracing menentukan keberhasilan metode Ponseti dipahami dengan baik oleh para orangtua caregiver pasien. Dari 5 pasien yang mengalami kekambuhan, terdapat 3 pasien yang memiliki akses dari rumah ke rumah sakit tidak mudah. Dua pasien dikarenakan sarana transportasi umum yang belum ada karena tempat tinggal pasien di pedesaan dan kondisi jalan juga belum memadai sehingga waktu tempuh ke rumah sakit menjadi lebih lama, sedangkan satu pasien lainnya dikarenakan jaraknya yang sangat jauh dari luar Pulau Jawa, menyebabkan pasien tidak rutin kontrol sehingga menurunkan tingkat kepatuhan dalam periode bracing. Pengaruh kemudahan akses ke rumah sakit terhadap kepatuhan periode bracing menggunakan analisis regresi logistic berganda didapatkan hasil signifikansi 0,012 p commit to user 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa kemudahan akses ke rumah sakit berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan periode bracing. Nilai konstanta Beta adalah 4,053. Tanda positif menunjukkan bahwa semakin mudah akses ke rumah sakit maka tingkat kepatuhan semakin tinggi. Besarnya pengaruh kemudahan akses ke rumah sakit terhadap kepatuhan periode bracing sebesar 57,573. 4.2.5 Pengaruh Tingkat Pendidikan Orangtua atau Caregiver terhadap Tingkat Rekurensi Dalam penelitian ini tingkat pendidikan orangtua atau caregiver tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian rekurensi. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Avilucea 2009 yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan orangtuacaregiver akan mempengaruhi tingkat rekurensi, dimana tingkat pendidikan orangtuacaregiver kurang dari atau sama dengan SMA berhubungan dengan tingkat kekambuhan. Dobbs MB 2007 juga mengatakan bahwa pasien dengan tingkat pendidikan orangtuacaregiver kurang dari atau sama dengan SMA akan meningkatkan resiko kekambuhan sepuluh kali lipat daripada pasien dengan tingkat pendidikan orangtuacaregiver lebih dari SMA. Pada penelitian ini dari total 100 pasien didapatkan sebanyak 86 pasien dengan tingkat pendidikan orangtuacaregiver kurang dari atau sama dengan SMA dimana semua pasien yang mengalami kekambuhan berasal dari kelompok tersebut, kemungkinan karena setiap kali kontrol selalu diberikan penjelasan kepada orangtuacaregiver mengenai pentingnya kontrol rutin setiap minggu dan kepatuhan memakai bracing sebagaimana pada proses metode Ponseti yang menjadi faktor penting terhadap keberhasilan metode Ponseti. Para orangtuacaregiver juga mendapatkan informasi dari orangtua pasien lain yang telah berhasil diterapi dengan metode Ponseti di klinik clubfoot Rumah Sakit Orthopedi Surakarta. commit to user Pengaruh tingkat pendidikan orangtuacaregiver terhadap kepatuhan periode bracing menggunakan analisis regresi logistic berganda didapatkan hasil signifikansi 0,077 p ≥ 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan orangtuacaregiver tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan periode bracing. Besarnya pengaruh tingkat pendidikan orangtuacaregiver terhadap kepatuhan periode bracing sebesar 0,0108. 4.2.6 Pengaruh Tingkat Ekonomi Orangtua Caregiver terhadap Tingkat Rekurensi Sesuai dengan penelitian oleh Ramirez 2011 yang mengatakan bahwa keberhasilan metode Ponseti tidak berhubungan dengan tingkat pendapatan keluarga pasien. Sedangkan Avilucea 2009 menyebutkan bahwa tingkat pendapatan orangtua per tahun ≤ 20.000 merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kekambuhan. Dalam penelitian ini didapatkan bahwa tingkat ekonomi orangtuacaregiver pasien tidak berhubungan dengan kekambuhan, kemungkinan karena pasien dengan tingkat ekonomi keluarga yang tidak mampu mendapatkan fasilitas JamkesmasBPJS dimana semua biaya pengobatan dan serial pemasangan gips ditanggung JamkesmasBPJS. Dari 5 pasien yang kambuh, 4 pasien dari kelompok dengan tingkat ekonomi yang tidak mampu. Dimana orangtuacaregiver pasien tersebut tidak patuh dalam periode bracing dikarenakan orangtua pasien atau caregiver tidak mampu membayar biaya transportasi pulang-pergi dari rumah ke rumah sakit meskipun memiliki kartu JamkesmasBPJS. Dalam penelitian ini faktor tingkat ekonomi orangtuacaregiver belum memperhitungkan mengenai kemampuan orangtuacaregiver untuk membayar biaya-biaya transportasi pulang-pergi dari rumah ke rumah sakit diluar tanggungan JamkesmasBPJS. Pengaruh tingkat ekonomi orangtuacaregiver terhadap kepatuhan periode bracing menggunakan analisis regresi logistic berganda didapatkan hasil signifikansi 0,055 p ≥ perpustakaan.uns.ac.id commit to user 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat ekonomi orangtuacaregiver tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan periode bracing . Secara simultan bersama-sama pengaruh umur saat mulai terapi, severity saat mulai terapi, kepatuhan periode bracing, kemudahan akses ke rumah sakit, tingkat ekonomi orangtuacaregiver dan tingkat pendidikan orangtuacaregiver terhadap kejadian rekurensi menggunakan analisis regresi logistic berganda didapatkan hasil signifikansi 0,000 p 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa keenam variabel tersebut diatas secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian rekurensi. Secara simultan bersama-sama pengaruh akses ke rumah sakit, tingkat ekonomi orangtuacaregiver dan tingkat pendidikan orangtuacaregiver terhadap kepatuhan periode bracing, menggunakan analisis regresi logistic berganda didapatkan hasil signifikansi 0,012 p 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa ketiga variabel tersebut diatas secara simultan bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan periode bracing. commit to user

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN Ada hubungan antara faktor-faktor prediksi rekurensi dengan kejadian rekurensi pada pasien clubfoot yang telah berhasil diterapi dengan metode Ponseti, yaitu : 1 Tingkat kepatuhan dalam periode bracing merupakan faktor utama dalam menentukan tingkat rekurensi clubfoot yang berhasil diterapi dengan metode Ponseti. 2 Tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi orangtua caregiver, kemudahan untuk mengakses ke Rumah Sakit dan tingkat severity tidak mempengaruhi tingkat rekurensi metode Ponseti. 6.2 SARAN 1 Penelitian ini merupakan penelitian awal dengan follow-up relatif singkat oleh karena itu perlu dilanjutkan dengan penelitian long-term follow up untuk mengetahui longterm functional outcome and self assessment satisfaction for treatment pada kasus idiopathic clubfoot 2 Perlunya menjelaskan kepada orangtuacaregiver setiap kali kontrol mengenai pentingnya tingkat kepatuhan pemakaian bracing dalam menentukan keberhasilan metode Ponseti. 3 Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut yang mengevaluasi tingkat ekonomi orangtuacaregiver mengenai biaya-biaya diluar tanggungan JamkesmasBPJS biaya tranportasi perpustakaan.uns.ac.id commit to user 4 Peneliti menganjurkan pemakaian metode Ponseti untuk kasus idiopathic clubfoot sebagai first-line therapy di Rumah Sakit Orthopaedi Prof.Dr. dr. R.Soeharso Surakarta maupun di seluruh Indonesia. perpustakaan.uns.ac.id commit to user

Dokumen yang terkait

EVALUASI RADIOLOGIS PADA PASIEN IDIOPATHIC CLUBFOOT YANG DITERAPI DENGAN METODE PONSETI DI RSO Prof. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA

0 4 56

OUTCOME CORRECTIVE OSTEOTOMY PADA PENANGANAN TIBIA VARA / BLOUNT’S DISEASE (EVALUASI SHORT-TERM) DI RS ORTHOPAEDI PROF. DR.dr.R.SOEHARSO SURAKARTA.

0 1 2

Evaluasi Jangka Pendek pada Manajemen Penanganan Degenerative Lumbal Stenosis dengan Metode Injeksi Steroid Epidural di RS Orthopaedi Prof. Dr. dr. Soeharso Surakarta.

1 6 15

HUBUNGAN STADIUM RISSER SIGN DENGAN UMUR KRONOLOGIS, BESAR SUDUT DAN INDEKS FLEKSIBILITAS PASIEN ADOLESCENT IDIOPATHIC SCOLIOSIS DI RS ORTHOPAEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA.

0 2 1

HUBUNGAN STADIUM RISSER SIGN DENGAN UMUR KRONOLOGIS, BESAR SUDUT DAN INDEKS FLEKSIBILITAS PASIEN ADOLESCENT IDIOPATHIC SCOLIOSIS DI RS ORTHOPAEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA.

0 0 15

EVALUASI PENATALAKSANAAN ARTHROGRYPOSIS MULTIPLE CONGENITA CLUBFOOT DENGAN METODE PONSETI DI KLINIK CLUBFOOT RS ORTOPEDI PROF.DR.R.SOEHARSO SURAKARTA.

2 24 14

PERBEDAAN TREATMENT PROCESS DAN CLINICAL OUTCOME PADA PENATALAKSANAAN ARTHROGRYPOSIS MULTIPLE CONGENITA CLUBFOOT DAN IDIOPATHIC CLUBFOOT DENGAN METODE PONSETI DI KLINIK CLUBFOOT RS ORTOPEDI PROF.DR.R.SOEHARSO SURAKARTA.

0 0 13

EVALUASI KLINIS ADOLESCENT IDIOPATHIC SCOLIOSIS PASKA INSTRUMENTASI POSTERIOR DAN PEMASANGAN BRACE DI RUMAH SAKIT ORTHOPAEDI PROF. DR. dr. R. SOEHARSO SURAKARTA.

0 1 12

Faktor-faktor prediksi rekurensi terapi idiopathic clubfoot dengan metode ponseti di rs orthopaedi Prof. Dr. dr. R. Soeharso Surakarta Jurnal

0 0 10

Predictive Outcome Cerebral Palsy Spastic Diplegic dengan Metode SEMLS di Klinik RS Orthopaedi Prof.Dr.dr.R.Soeharso Surakarta - UNS Institutional Repository

0 0 12