52
dalam tatanan struktur sosial masyarakat Toraja. Dimana para kaum hamba ini selalu menjadi bayangan bagi para tuannya bahkan hingga
tuannya masuk kedalam liang batu.
5.2.3 Makna dibalik Motif Sepu’
a. Makna denotasi motif Sepu’
Motif Sepu’ dapat dilihat sebagai berikut, pada bagian sisi kanan
dan kirinya terdapat jahitan tipis dengan menggunakan benang yang berwarna-warni seperti kuning, merah, dan hijau. Pada bagian sisi kanan
dan kiri, garis tersebut dijahit secara vertical dan mengapit pola jajargenjang, lalu pada bagian tengah
sepu’, terdapat jahitan dengan benang tipis seperti pada sisi
Sepu’, namun jahitan tersebut mengapit pola jajargenjang dalam baris tersebut sama seperti pola pada jahitan
vertikal.. b.
Makna konotasi motif Sepu’ Motif jahitan vertikal dengan baris garis tipis yang terdiri dari
beberapa warna pada sisi kanan dan kiri Sepu’ tersebut menggambarkan
mengenai hubungan manusia dengan alam. Dalam ajaran Aluk Todolo, manusia dan alam haruslah dapat saling menjaga satu sama lain, dalam
hal ini masyarakat Toraja dari golongan manapun harus menjaga hubungannya dengan alam, menjaga dan melestarikan alam, berdiri
sejajar untuk menjaga bumi yang telah diberikan oleh Yang Maha Kuasa. Sedangkan pola jahitan pada bagian tengah
Sepu’ dalam bentuk baris
53
garis tipis horizontal dan pada bagian tengahnya terdapat pola jajargenjang,
menggambarkan mengenai
hubungan masyarakat
meskipun terbagi dalam beberapa golongan namun hubungan yang harmonis dan sejajar dalam menjalankan peran masing-masing harus
tetap terjaga satu sama lain, dan untuk menjaga keharmonisan dan ketentraman tersebut, dibutuhkan aturan yang menjadi dasar bagi
masyarakat Toraja untuk menjadi teladan dalam bertutur dan berperilaku yang baik dan jujur agar tidak mendapat hukuman dari Yang Maha
Kuasa. c.
Mitos Motif-motif
pada Sepu’ dalam masyarakat Toraja
menggambarkan mengenai kedudukan manusia atau seseorang dalam lingkungannya baik itu dengan masyarakat atau dengan alam. Motif yang
pertama barisan garis tipis vertikal pada sisi Sepu’ yang menyerupai
motif tenun borong-borong, yang terdiri dari garis tipis warna-warni. Dalam kehidupan masyarakat Toraja, manusia yang hidup berdampingan
dengan alam harus menjaga hubungan yang baik, terutama dalam kepercayaan aluk todolo, para deata-deata yang telah menata alam
sedemikian rupa hingga dapat ditinggali oleh manusia, maka sudah menjadi tanggung jawab manusia untuk menjaganya agar kelak deata-
deata dapat memberikan kemakmuran dan kesuburan pada tanah mereka berpijak dan tidak menurunkan hukuman bagi masyarakat disitu karena
54 Motif borong-borong
Motif Pa’sulan Sangbua
lalai dalam menjaga alam ini. Maka dari itu, semua lapisan masyarakat memiliki tanggung jawab yang sama dalam menjaga alam ini.
Motif yang kedua yaitu baris garis tipis horizontal yang menyerupai ukiran
pa’sulan sangbua pa’sulan = sulaman, sangbua = tunggal, yang merupakan simbol kebesaran bagi golongan
Tana’ Bulaan dan
Tana’ Bassi. Pola jajarganjang pada bagian tengah melambangkan tentang kehidupan golongan
Tana’ Bassi dan Tana’ Bulaan yang sempurna yang hanya dimiliki oleh para pemuka agama dan
pemimpin adatdesa, yang memiliki peran sebagai teladan dan pengatur kehidupan masyarakat, sedangkan motif segitiga yang mengapit
‘kesempurnaan’ tersebut melambangkan
Gambar 5.7 : motif borong-
borong dan pa’sulan sangbua
tentang kedudukan manusia dan alam, manusia hidup berdampingan dengan alam, dan para pemuka agama mengajarkan bagaimana alam
55
tersebut menjadi pemberian yang Maha Kuasa yang harus dijaga, dan bagaimana para pemimpin desa mengajarkan kepada masyarakat
bagaimana membangun kehidupan dengan memanfaatkan kekayaan alam yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa.
5.2.4 Makna dibalik Jenis Kain Sepu’