Sejarah Singkat GKP Jemaat Cigugur

12 puncaknya Gunung Ciremai 3.076 m yang berbatasan dengan Kabupaten Majalengka. Gunung Ciremai adalah gunung tertinggi di Jawa Barat. Kabupaten Kuningan terbagi dalam beberapa wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Darma, Kadugede, Nusaherang, Ciniru, Hantara, Selajambe, Subang, Cilebak, Ciwaru, Karangkancana, Cibingbin, Cibeureum, Luragung, Cimahi, Cidahu, Kalimanggis, Ciawi Gebang, Cipicung, Lebakwangi, Maleber, Garawangi, Sindang Agung, Kuningan, Cigugur, Kramatmulya, Jalaksana, Japara, Cilimus, Cigandamekar, Mandirancan, Pancalang, dan Pasawahan.

3.2. Sejarah Singkat GKP Jemaat Cigugur

Kehidupan jemaat GKP Cigugur masih tidak jauh berbeda dengan pada masa awal jemaat di awal perkembangan jemaat ini. Sebagian besar pekerjaan jemaatnya adalah petani, buruh tani dan peternak. Hal ini sangat terkait pada lingkungan alam dan GKP Cigugur. Kecamatan Cigugur terletak di Kabupaten Kuningan, dimana di daerah ini merupakan area pertanian dan area peternakan serta dekat dengan gunung Ciremai. Sebagian yang lain adalah tukang bangunan, meski penghasilan yang diperoleh digunakan jemaat untuk memenuhi biaya hidup dan pendidikan anggota keluarga. Rata-rata jemaat disini sebagain besar hanya lulusan SMA atau se-derajat. Tetapi ada pula beberapa pemudinya yang melanjutkan kuliah ke luar kota. Pemuda-Pemudi di sini sangat memiliki keterampilan, tetapi dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan hidup, mereka banyak yang pergi ke luar kota untuk bekerja. Sehingga, di jemaat ini sangat sedikit Pemuda-Pemudinya. Hal tersebut menimbulkan permasalahan seperti terkikisnya jumlah jemaat dan minimnya generasi penerus gereja, karena banyak anggota jemaat yang menempuh pendidikan, bekerja dan berkeluarga di kota dan daerah lain. Cikal bakal berdirinya GKP Cigugur, dimulai sekitar tahun 1964. Pada tahun 1964 munculah suatu kebijaksanaan dari pemerintah; khususnya dari Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Barat; mengenai larangan bagi Agama Djawa Sunda ADS untuk mengembangkan kegiatan ajaran agamanya. Sehingga pada tahun itu, bisa dikatakan aktivitas keagamaan dari para penganut ADS mulai terhambat atau terhenti. Pemerintah hanya mengakui 5 agama saja, yaitu Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu dan Budha. Situasi dan keadaan yang kurang berpihak memposisikan para penganut ADS untuk masuk pada salah satu agama yang telah diakui oleh Pemerintah Indonesia. Menurut 13 salah satu anggota jemaat GKP Cigugur, Bapak Sukana, pada saat itu ada semacam pewahyuan dari salah seorang tokoh ADS yang beredar mengenai agama mana yang harus mereka ikuti. Isi dari pewahyuan itu: “ulah muntang ka caringin, muntangmah ka camara bodas”.jangan berlindung di pohon beringin, berlindunglah kepada cemara putih. Kata-kata tersebut diartikan oleh para pengikut ADS supaya mereka berlindung pada ajaran yang dibawa oleh orang-orang kulit putih Kristen Katolik 30 . Pengikut ADS yang beralih menjadi penganut agama Kristen Protestan, mula- mula di Cigugur: Bapak Maskum dan Isteri, Bapak Kiming dan Isteri, Bapak Sukana 31 . Tiga keluarga tersebut dalam perjalanan imannya bertemu dengan seorang pelaut yang bernama Bapak Stefanus. Bapak Stefanus mengajak mereka untuk mencari gereja di Cirebon. Pencarian mereka akhirnya tertuju pada Gereja Kristen Pasundan Jemaat Cirebon, yang pada saat itu dipimpin oleh Pendeta Kesa Yunus 32 . Keempat keluarga tersebut mendapatkan pelayanan dari GKP Cirebon 33 . Awal mula kebaktian dirintis di rumah keluarga Bapak Maskum, Cigugur, ada pula pelayanan yang dilaksanakan pada saat itu di antaranya adalah kebaktian Umum Minggu dan pelayanan sakramen. Beberapa Pendeta yang memberikan pelayanan kepada anggota jemaat GKP Cirebon yang berada di Cigugur diantarnya adalah: Pdt. Kesa Yunus, Pdt. Yosua Anirun dan Pdt. K. Suryanata. Adanya suatu bentuk persekutuan dan pelayanan di wilayah Cigugur, dalam perjalanannya mengalami penambahan dalam jumlah keanggotaannya. Mereka yang tertarik pada persekutuan ini, bukan hanya berasal dari wilayah Cigugur saja, melainkan juga dari Kuningan yang mayoritas merupakan warga keturunan Tionghoa. Keluarga- keluarga yang berasal dari Cigugur serta Kuningan dan menggabungkan dirinya dalam persekutuan GKP Jemaat Cirebon di Cigugur, kurang-lebihnya ada 13 keluarga yang ikut dalam persekutuan GKP Jemaat Cirebon di Cigugur pada saat itu. 30 Yayan Heryanto, S.Si., Laporan Masa Vikariat di GKP Jemaat Cirebon Bakal Jemaat GKP Cigugur 31 Hasil Wawancara dengan Bapak S., bersama-sama dengan Bapak S., dalam mencari gereja di Cirebon 32 Yayan Heryanto, S.Si, Laporan Masa Vikariat di GKP Jemaat Cirebon Bakal Jemaat GKP Cigugur 33 PPTG GKP 2003 Bab. VI Pasal 32 Adanya persekutuan di wilayah Cigugur pada saat itu masih merupakan Pos Pelayanan dari GKP Cirebon dan belum berbentuk Pos Kebaktian 14 Pada sekitar tahun 1974, terjadilah penambahan anggota yang masuk dan bergabung. Ada 11 keluarga yang tadinya beragama Katolik mendaftarkan diri menjadi anggota dari persekutuan jemaat GKP Cirebon di Cigugur 34 . Seiring dengan berjalannya waktu, pertengahan tahun 2004, diangkatlah suatu gagasan mengenai pendewasaan bagi Pos Kebaktian Cigugur menjadi jemaat yang mandiri. Melalui pertemuan di rumah salah satu anggota Majelis GKP Jemaat Cirebon, Bapak Guusye H. Runtukahu yang pada saat itu menjabat sebagai ketua dua Majelis Jemaat GKP Cirebon, dibicarakanlah dengan khusus mengenai rencana pendewasaan Pos Kebaktian Cigugur 35 . Sebelum menjadi jemaat, Pos Kebaktian perlu menempuh proses menjadi Bakal Jemaat. Dalam rangka upaya peningkatan status dari Pos Kebaktian menjadi Bakal Jemaat, maka dibuatlah pembinaan bagi Pos Kebaktian Cigugur. Pembinaan berlangsung selama 4 bulan, dimulai pada bulan Agustus 2004 dan berakhir pada bulan November 2004. Tepatnya pada tanggal 21 November 2004 dalam sebuah kebaktian Minggu yang dipimpin oleh Pdt. Budi T. Kaidun, S.Th, yang pada saat itu menjadi Pendeta di GKP Juntikebon dan sebagai Pendeta Konsulen di GKP Jemaat Cirebon, Pos Kebaktian Cigugur diresmikan menjadi Bakal Jemaat Cigugur 36 . Pada tahun 2007, Pdt. Yayan Heryanto, S.Si ditahbiskan menjadi Pendeta jemaat di GKP Jemaat Cirebon dan ditugaskan melayani di GKP Bakal Jemaat Cigugur. Seiring berjalannya waktu dan dengan perjuangan dari seluruh anggota di Bakal Jemaat Cigugur, akhirnya pada bulan Oktober 2010, Bakal Jemaat Cigugur menjadi jemaat mandiri. Tepatnya pada tanggal 18 Oktober 2010, Bakal Jemaat Cigugur diresmikan menjadi GKP Jemaat Cigugur.

3.3. Perayaan Upacara Seren Taun