Tanggapan GKP Jemaat Cigugur Terhadap Upacara Seren Taun

16

3.4. Tanggapan GKP Jemaat Cigugur Terhadap Upacara Seren Taun

GKP Jemaat Cigugur memiliki tradisi yang sampai saat ini masih dipertahankan. Tradisi tersebut adalah Upacara Adat Seren Taun yang merupakan tradisi dari kepercayaan lokal, yaitu kepercayaan ADS atau biasa dikenal Sunda Wiwitan. Setiap diadakannya Upacara Seren Taun, semua elemen anggota jemaat ikut terlibat dan sangat antusias mengikutinya, tetapi menurut penuturan salah satu responden yang mengatakan, meskipun semua jemaat ikut terlibat dan antusias dalam Upacara Seren Taun, jemaat tetap harus mengingat bahwa Upacara Seren Taun hanyalah bagian dari kebudayaan masyarakat lokal Sunda 40 . Menurut salah satu responden, masyarakat menyambut dengan antusias kegiatan yang dilakukan ini, oleh karenanya kegiatan ini tidak hanya dilakukan oleh masyarakat yang beragama Kristen, melainkan masyarakat non-Kristen pun ikut berpartisipasi dan antusias mengikuti acara ini. Keterlibatan masyarakat dalam hal ini GKP Jemaat Cigugur dan anggota masyarakat non-Kristen dalam acara ini menunjukan bahwa masyarakat benar-benar ingin menghayati dan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga masyarakat benar-benar menjaga keamanan dan ketertiban dari awal kegiatan ini sampai pada puncak kegiatan. Kegiatan ini dikatakan berjalan dengan baik, karena semua jemaat ikut mendukung acara ini. Selain tidak ada hal-hal yang menghambat acara ini, GKP Jemaat Cigugur benar-benar berpartisipasi, baik ikut menyumbangkan makanan dan memberikan tumpangan bagi tamu-tamu yang ada, semua jemaat berusaha untuk memeriahkan kegiatan ini. Menurut beliau, Upacara Seren Taun ini tidak dapat ditiadakan karena akan terkesan jemaat melupakan jati diri mereka, dan dalam banyak hal akan ada banyak pihak yang begitu kecewa. Budaya harus diangkat dan dilestarikan karena banyak budaya yang hilang karena pengaruh perkembangan zaman. Dalam kaitannya dengan keagamaan, kegiatan ini bertujuan untuk menyatukan umat beragama yang satu agama dengan umat beragama lainnya, saling terikat satu dengan yang lain, hidup rukun antar umat beragama, dalam saling berbagi pengalaman. Sedangkan dalam hubungannya dengan Yang Maha Esa, manusia mengungkapkan rasa syukurnya kepada Tuhan karena Tuhan telah memberikan kehidupan melalui makanan dan minuman, sebagai bentuk kedekatan manusia dengan Tuhan yang dapat digambarkan melalui kegiatan Upacara Seren Taun. Kegiatan ini merupakan sebuah tradisi, maka kegiatan ini tidak dapat digantikan oleh kegiatan 40 Hasil wawancara dengan Ibu C., Selasa 14 Juli 2015, Cigugur 17 keagamaan lain. Karena apabila hal itu terjadi maka dapat menimbulkan perpecahan dan menimbulkan permasalahan dalam jemaat. Adapun pernyataan tersebut diperkuat oleh Bapak Sukana yang mengatakan bahwa Seren Taun adalah sebuah tradisi asli masyarakat lokal Sunda yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat Sunda dan ini merupakan ungkapan syukur yang disampaikan oleh masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hidup itu harus selaras dengan cara hidupnya. Hal ini disebabkan karena Upacara Seren Taun adalah yang menyatukan antara satu masyarakat dengan masyarakat lain, sehingga tidak ada permasalahan yang begitu berarti dalam acara ini. Menurut bapak Sukana pemerintah ikut mendukung acara ini karena kegiatan ini menyatukan masyarakat. Bukan hanya agama Kristen atau GKP Jemaat Cigugur yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini, tetapi agama lain juga ikut berpartisipasi. Menurut beliau juga ada anggapan dari salah satu anggota DPRD pada saat itu bahwa Bhinneka Tunggal Ika tercermin dalam Upacara Seren Taun yang berada di Cigugur. Menurut beliau, adanya GKP Jemaat Cigugur sekarang ini bermula dari orang-orang yang memeluk kepercayaan ADS atau yang biasa dikenal Sunda Wiwitan, oleh sebab itu upacara Seren Taun yang setiap tahunnya diadakan tidak dapat lepas dari jatidiri jemaat 41 . Inti dari perayaan Seren Taun pergantian tahun adalah sebagai bentuk ungkapan syukur yang di lakukan oleh masyarakat setempat kepada yang Ilahi atas hidup dan kehidupan yang telah di terima dalam tahun yang akan segera berakhir, dan menyatakan kegembiraan atas datangnya tahun baru 42 . Dalam kaitannya dengan kehidupan masyarakat, maka salah satu responden menyatakan secara sosiologi GKP Jemaat Cigugur tidak akan mengambil jarak dari Seren Taun, karena Seren Taun sudah menjadi akar kuat yang dimiliki oleh jemaat dari nenek moyang dan juga menjadi sebuah keungtungan warga GKP Jemaat Cigugur dikenal oleh orang lain, menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Jemaat lebur menjadi bagian dari komunitas masyarakat dan adat yang secara khusus terlibat dalam Seren Taun. Secara sosiologi Seren Taun sebuah keuntungan bagi jemaat GKP Cigugur dalam hal bermasyarakat 43 . 41 Hasil wawancara dengan Bapak S., Selasa 14 Juli 2015, Cigugur 42 Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, SEREN TAUN: Pesona dan Refleksi Rohani Masyarakat Cigugur. PT Rana Genta Nusantara, 2013 11-12 43 Hasil wawancara dengan Pdt. Y. H. S.Si, Rabu 15 Juli 2015, Cigugur 18 Secara sosiologis juga, Upacara Seren Taun adalah acara budaya Sunda atau disebut sebagai pesta rakyat. Oleh karena itu, masyarakat mempercayainya sebagai sarana untuk membangun relasi antar kelompok yang satu dengan kelompok lain, satu keluarga dengan keluarga lain, dan satu anggota dengan anggota lain dalam masyarkat. Menurut responden masyarakat seperti menyatu ketika acara ini diadakan. Tidak ada kepentingan pribadi yang ditonjolkan dalam Upacara Seren Taun karena kepentingan bersama lebih diutamakan. Selain tanggapan sosiologis yang telah dikemukakan oleh responden, ada juga tanggapan secara teologis 44 . Pandangan secara teologi GKP Jemaat Cigugur terhadap Upacara Seren Taun pada awalnya tidak memiliki sebuah landasan teologi, karena Seren Taun merupakan sebuah kultur masyarakat yang masih melekat. Jemaat GKP Cigugur sendiri sekarang ini adalah generasi ke 2 dan ke 3 dari orang tua mereka yang benar-benar memeluk ADS atau dikenal sebagai kepercayaan Sunda Wiwitan. Tetapi dengan seiring berjalannya waktu dan perubahan pola pikir serta kepemimpinan, GKP Jemaat Cigugur mempunyai landasan teologi. Secara teologi, GKP Jemaat Cigugur membuat propaganda 45 yang dipaparkan kepada masyarakat ADS bahwa kami 46 adalah Gereja Kristen Pasundan untuk wilayah Cigugur. Jemaat GKP Cigugur 90 masyarakat sunda yang ketika menjadi Kristen, jemaat tercabut dari akar budaya. Jemaat harus menggunakan pakaian, tradisi yang asing untuk mengenal Kristus. Maka, jemaat menyadari bahwa hubungan sejarah akar jemaat ada di masyarakat ADS, orang tua jemaat merupakan orang ADS, maka ketika jemaat ingin belajar kesundaan, yang paling mungkin adalah jemaat belajar ke komunitas ADS, karena masyarakat ADS atau Sunda Wiwitan yang di dalamnya terdapat Upacara Seren Taun adalah orang tua jemaat 47 . Selain pandangan teologis di atas, ada pandangan teologis lain yang diungkapkan oleh salah satu responden bahwa Upacara Seren Taun merupakan suatu tradisi atau sarana membangun hubungan dengan Yang Maha Esa. Upacara Seren Taun merupakan tempat yang tepat bagi masyarakat dalam mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena tahun yang sudah lewat dan kegembiraan dalam menyambut 44 Hasil wawancara dengan Bapak O. M., Kamis 16 Juli 2015, Cigugur 45 Teologi propaganda= Bahasa teologi yang dimengerti dan diterima oleh masyarakat ADS 46 Kami= Jemaat GKP Cigugur 47 Hasil wawancara dengan Pdt. Y. H. S.Si, Rabu 15 Juli 2015, Cigugur 19 tahun yang akan datang. Masyarakat percaya bahwa Tuhan sudah memberikan berkat hasil berupa hasil tani yakni padi, pisang, singkong, umbi-umbian dan lain sebagainya 48 . Responden lain, yang juga turut memperkuat tanggapan-tanggapan di atas, menyatakan bahwa Upacara Seren Taun merupakan tradisi lokal masyarakat Sunda, tradisi ini sejak dulu sudah ada dan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan masyarakat Sunda. Tradisi ini sudah mendarah daging bagi jemaat asli dan jemaat pendatang. Pada awalnya Upacara Seren Taun hanya dilakukan oleh msyarakat ADS Agama Djawa Sunda tetapi pada zaman sekarang tradisi ini adalah milik semua orang Sunda. Saat ini, Upacara Seren Taun telah dan sering mengalami perkembangan, tetapi juga mengalami pasang surut artinya Upacara Seren Taun ini mengalami krisis pengunjung, sehingga untuk menarik minat dari para pengunjung maka dibuatlah undangan dan poster untuk mengundang masyarakat di luar GKP jemaat Cigugur. Para undangan tersebut diantaranya masyarakat pada umumnya dan para tokoh agama maupun orang-orang dari pemerintahan. Hal ini dimaksudkan agar lebih menarik perhatian dan minat dari kalangan di luar masyarakat Sunda. Upacara Seren Taun sudah diakui mancanegara, dan Upacara Seren Taun yang diakui ini terlebih yang berada di Cigugur 49 . Menurut responden pada saat melakukan praktek pendidikan lapangan VI yang di lakukan di GKP Jemaat Cigugur, mendapati bahwa beberapa bulan sebelum puncak Upacara Seren Taun, banyak jemaat sudah mempersiapkan segala pernak-pernik untuk perayaan Upacara Seren Taun. Ini merupakan suatu hal positif yang dilakukan oleh GKP Jemaat Cigugur, karena pada saat sekarang ini, jemaat ingin melestarikan budaya atau Upacara Seren Taun ini. Alasan untuk tetap mengembangkan atau melestarikan Upacara Seren Taun ini adalah karena GKP Jemaat Cigugur merasa bertanggung jawab untuk tetap mempertahankan dan mengembangkan tradisi ini. Alasan lain yang dikemukakan adalah karena GKP Jemaat Cigugur merupakan orang-orang asli Sunda dari generasi kedua sampai pada generasi ketiga yang akan terus mengingat hal ini sebagai bentuk membangun hubungan yang baik dengan orang-orang terdahulu yang telah mengembangkan tradisi ini. Orang-orang terdahulu tersebut adalah orang-orang yang memeluk Agama Djawa Sunda ADS atau yang sering disebut Sunda Wiwitan. Tradisi 48 Hasil wawancara dengan Rama Anom, Kamis 16 Juli 2015, Cigugur 49 Hasil Wawancara dengan Saudara P. D. A., Pada Rabu 15 Juli 2015, Cigugur 20 ini adalah merupakan jati diri yang dijadikan patokan dalam mengembangkan budaya yang ada di Cigugur 50 . Dengan demikian makna sebenarnya dari Upacara Seren Taun menurut responden adalah sebuah tradisi asli masyarakat Sunda yang mana masyarakat setempat dalam hal ini GKP Jemaat Cigugur mengungkapkan rasa syukur kepada Sang Pemberi berkat 51 .

4. Relevansi Upacara Seren Taun Bagi GKP Jemaat Cigugur