9
b. Teori transformasi, William James menyampaikan pada  konversi terjadi secara
terus  menerus,  dan    teori  ini  tidak  hanya  melihat  konsep  konversi  sebagai perpindahan  agama,  melainkan  juga  proses  berkelanjutan  dalam  mentaati  agama
yang  dianutnya.  Perubahan  terus  menerus  ini  adalah  bentuk  keterbelahan  yang lengkap,  dalam  konversi  ini  salah  satu  kelompok  keagamaan  memegang  kendali
tindakan  dan  mendorong  munculnya  kegiatan,  kelompok  lainnya  berwujud keinginan  hidup  dalam  kesalehan.
7
Dalam  teori  ini  terdapat  transformasi  nilai keagamaan yang dianutnya.
c. Teori  konversi  dari  Tomas  F.O’Dea,  ia  berpandangan  bahwa  dalam  sebuah
tatanan masyarakat, terdapat suatu kondisi dan gaya hidup  yang tidak sama yang melahirkan  pandangan,  kebutuhan,  tanggapan  dan  struktur  motivasi  yang
beranekaragam.  Beberapa  prinsip  keagamaan  akan  menunjukkan  secara  jelas kaitan  kongkrit  antara  kebutuhan  dan  pandangan  kelompok  tertentu  dari  pada
kelompok  yang  lain,  yang  kadangkala  kepentingannya  tidak  tercermin  sama sekali.  Masyarakat  bukan  hanya  sekedar  sebuah  struktur  sosial,  tetapi  juga
merupakan proses sosial yang kompleks. Dalam proses sosial dapat menimbulkan perubahan  yang  begitu  cepat  dan  mengakibatkan  tampilnya  bentuk-bentuk  baru,
serta  mengganggu  struktur  yang  sudah  mapan.  Proses  perubahan  sosial  tersebut berlangsung  secara  berkesinambungan.
8
Berdasarkan  teori  ini  konversi  agama dipandang  sebagai  proses  sosial  yang  berpotensi  mengganggu  struktur  sosial
seperti lembaga agama yang mapan.
3. Faktor-faktor yang menyebabkan pindah agama
Untuk  memberikan  jawaban  mengenai  faktor-faktor  yang  menyebabkan seseorang  ataupun  sekelompok  orang  pindah  agama,  beberapa  ahli  memberikan
pendapat  yang  berbeda.  William  James  dalam  bukunya  The  Varieties  of  Religious experience
9
dan  Max  Heirich  dalam  bukunya  Change  of  Heart
10
,    menguraikan tentang faktor-faktor  yang mendorong terjadinya pindah agama. Dalam buku tersebut
diuraikan  pendapat  dari  para  ahli  yang  terlibat  dalam  disiplin  ilmu,  masing-masing
7
James, William, The varieties of Religious Experiences, Published in United States of America by Longman, Green and Co, 1902, Penerjemah Gunawan Admiranto, PT. Mizan Pustaka, Bandung, hlm.287
8
O’Dea, F, Thomas, Sosiologi Agama, Judul Asli: The Sociology of Religion,  Jakarta, CV. Rajawali, 1997, hlm.105-114
9
James, William,  hlm.327
10
Marx Heirich, Change of Heart, hlm.654
10
mengemukakan  pendapat  bahwa  pindah  agama  disebabkan  faktor-faktor  yang  ada kecenderungannya dengan bidang ilmu yang mereka tekuni.
Menurut  William  James,  dan  Marx  Heirich,  dari  perspektif  ahli  agama menyatakan,  bahwa  yang  menjadi  faktor pendorong  terjadinya  pindah  agama  adalah
petunjuk  ilahi.  Pada  perspektif  ini  seseorang  atau  sekelompok  orang  masuk  atau pindah agama karena didorong oleh karunia Allah. Tanpa pengaruh khusus dari Allah
orang  tidak  sanggup  menerima  kepercayaan  yang  sifatnya  radikal  yang  mengatasi kekuatan  insan,  dengan  kata  lain  untuk  berani  menerima  hidup  baru  dengan  segala
konsekwensinya diperlukan bantuan istimewa dari Allah.
11
Pengaruh  faktor  ilahi  tersebut  bersifat  personal,  subyektif  sehingga  yang dominan  adalah  faktor  keyakinan  kepada  Tuhan,  seseorang  atau  sekelompok  orang
bisa  berpindah agama  karena  pengalaman  pribadi  dengan  Tuhan,  yang  tidak  dialami oleh  orang  lain,  sehingga  keadaan  ini  tak  terjangkau  oleh  pengamatan  sosial,  serta
sulit  dijelaskan  dengan  logika,  mereka  percaya  bahwa  yang  menjadikan  semuanya berubah adalah kehendak Tuhan.
Dalam perspektif  sosiologi menurut Jalaluddin, yang menyebabkan terjadinya konversi  agama  adalah  pengaruh  sosial
12
.  Adapun  pengaruh  sosial  yang  mendorong terjadinya pindah agama itu terdiri dari berbagai faktor antara lain :
Pengaruh  hubungan  antar  pribadi  baik  pergaulan  yang  bersifat  keagamaan maupun non agama  kesenian, ilmu pengetahuan, ataupun bidang kebudayaan
yang lain, pengaruh kebiasaan yang rutin,  misalnya : menghadiri secara rutin upacara keagamaan, atau pertemuan-pertemuan yang bersifat keagamaan baik
pada lembaga formal ataupun non formal, pengaruh anjuran atau propaganda dari orang-orang yang dekat seperti sahabat,  keluarga, famili dan sebagainya,
pengaruh  karena  adanya  hubungan  baik  pemimpin  keagamaan,pengaruh perkumpulan  yang  berdasarkan  hobi,  pengaruh  kekuasaan  pemimpin,  yang
dimaksud di sini adalah pengaruh kekuasaan pemimpin berdasarkan kekuatan hukum.
13
Mencermati faktor-faktor yang menyebabkan seseorang pindah agama dari perspektif sosiologis,  berhubungan  erat  dengan  terbangunnya    relasi  antara  seseorang  atau
sekelompok  orang  dengan  orang  atau  kelompok  lain.  Dalam  relasi  tersebut    saling mempengaruhi,  logisnya  mereka  yang  kuat  memengaruhi  yang  lemah,  akhirnya
seseorang  yang  identitas  agamanya  lemah  beralih  ke  yang  kuat,  sehingga  terjadi proses pindah agama.
11
James, William, The Variaties of Religious of Experience, hlm.327
12
Jalaluddin, Psikologi Agama, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm.363
13
Jalaludin, hlm.363-364
11
Hasil  suatu  penelitian  mengenai  pindah  agama  di  Israel,  yang  ditulis  dalam jurnal  akademis    oleh  Daphna  Hacer,  mengatakan  bahwa:  empat  dari  enam
perempuan  asal  Rusia  yang  migrasi  ke  Israel  kawin  dengan  pemuda  Yahudi,  dan mereka  menyatakan  pindah  agama  dari  Kristen  ortodok  ke  agama  Yahudi.
14
Data tersebut  merupakan  contoh  bahwa  relasi  yang  terjadi  antara  gadis-gadis  Rusia,  yang
beragama Kristen ortodok dengan pemuda Israel beragama Yahudi akhirnya menikah, dan  pindah  agama  Yahudi  mengikuti    agama  suaminya.  Di  sini  adalah  bukti  bahwa
agama  mayoritas  Yahudi  yang  dianut  pemuda  di  Israel  mempengaruhi  gadis  Rusia untuk pindah agama.
Dalam  tinjauan  ilmu  Psikologi,  menurut  Hendropuspito,  bahwa  seseorang pindah  agama  karena  adanya  tekanan  batin.  Tekanan  batin  itu  sendiri  timbul  dari
dalam  diri  seseorang  karena  pengaruh  lingkungan  sosial,  tekanan  iu  bisa timbul  dari faktor masalah keluarga, kesepian batin, tidak mendapat tempat dalam kerabat, faktor
lingkungan  sosial,  rencana  kawin  dengan  penganut  agama  lain  dan  sebagainya. Adanya  pengaruh-pengaruh  tersebut  menyebabkan  tekanan  batin,  yang  kemudian
orang  itu    mencari  jalan  keluar,  dengan  mencari  kekuatan  lain  yaitu  dengan  masuk agama.
15
Dengan  demikian  orang  masuk  agama  atau  pindah  agama  dalam  perspektif psikologis adalah dalam rangka pembebasan diri dari tekanan batin, dan jawaban atas
pembebasan  dari  tekanan  batin  itu  adalah  masuk  agama,  atau  pindah  agama.Pada perspektif  psikologis  ini  memberi  tekanan  bahwa  seseorang  pindah  agama
diakibatkan karena adanya tekanan batin, sehingga pindah agama cenderung sebagai pelarian.  Persoalannya  akan  muncul  bilamana  di  kemudian  hari  mengalami  tekanan
batin lagi, sehingga bisa terjadi pengulangan pindah agama. Jalaluddin juga berpendapat  bahwayang menjadi pendorong terjadinya pindah
agama  adalah  faktor  psikologis,  yang  ditimbulkan  oleh  faktor  intern,  seperti kepribadian,  keadaan  batin  individu  maupun  faktor  ekstern,  yaitu  pengaruh
lingkungan.
16
Faktor-faktor tersebut apabila mempengaruhi seseorang atau kelompok hingga  menimbulkan  semacam  gejala  tekanan  batin,  maka  akan  terdorong  untuk
mencari  jalan  keluar,  yaitu  ketenangan  batin.  Dalam  kondisi jiwa  yang  demikian  itu secara  psikologis  kehidupan  batin  seseorang  itu  menjadi  kosong  dan  tak  berdaya
14
Hecker, Daphna, 2012, Inter religious in Israel: Gendered Implications for conversion, Children and citizenship, Israel Studies, Vol.14, no. 2, pp 181
15
Hendropuspito, D, 1983, Sosiologi Agama, Kanisius, Yogyakarta, hlm.80
16
Jalaluddin, Psikologi Agama, Rajafindo Persada, Jakarta 2011, hlm.364
12
sehingga  mencari  perlindungan  kekuatan  lain  yang  mampu  memberinya  kehidupan jiwa yang terang dan tentram dengan masuk agama.
Dalam  uraiannya  ia  juga  sependapat  dengan  pendapat  William  James,
17
yang berhasil  meneliti  berbagai  pengalaman  seseorang  yang  mengalami  konversi  agama
karena  masalah  psikologis,  pada  kesimpulannya  ia  menyatakan  seperti  berikut: konversi  agama  terjadi  karena  adanya  suatu  tenaga  jiwa  yang  menguasai  pusat
kebiasaan seseorang sehingga pada dirinya muncul persepsi baru, dalam bentuk suatu ide  yang  bersemi  secara  mantap.  Selanjutnya  konversi  agama  dapat  terjadi  oleh
karena suatu krisis ataupun secara mendadak  tanpa suatu proses.
18
Atas kesimpulan tersebut menjadi jelas bahwa secara psikologis yang menjadi latar belakang seseorang
masuk  atau  pindah  agama  karena  secara  mental  mengalami  krisis  yang  serius, sehingga pindah agama merupakan jawaban atas krisis yang dialami seseorang.
Berdasarkan  gejala  tersebut  maka  William  James  meminjam  istilah  yang digunakan  Starbuck,ia  membagi  konversi  agama  menjadi  dua  tipe.  Pertama,  Tipe
Volotional  perubahan  bertahap
19
,  konversi  agama  tipe  ini  terjadi  secara  berproses sedikit  demi  sedikit,  sehingga  menjadi  seperangkat  aspek  dan  kebiasaan  rohaniah
yang  baru.  Konversi  yang  demikian  itu  sebagian  terjadi  sebagai  proses  perjuangan batin  yang  ingin  menjauhkan  diri  dari  dosa  karena  ingin  mendatangkan  suatu
kebenaran. Kedua, Tipe Self Surrender  Perubahan drastis
20
, konversi agama tipe ini adalah  konversi  yang  terjadi  secara  mendadak.  Seseorang  tanpa  mengalami  suatu
proses tertentu tiba-tiba berubah pendiriannya terhadap suatu agama yang dianutnya. Perubahan  ini  pun  dapat  terjadi  dari  kondisi  yang  tidak  taat  menjadi  lebih  taat,  dari
tidak  percaya  kepada  suatu  agama  kemudian  menjadi  percaya.Pada  konversi  tipe kedua ini William James mengakui adanya pengaruh petunjuk dari yang maha kuasa
terhadap  seseorang,  karena  gejala  konversi  ini  terjadi  dengan  sendirinya  pada  diri seseorang  sehingga  ia  menerima  kondisi  yang  baru  dengan  penyerahan  jiwa
sepenuhnya.
21
Pengakuan  James  tersebut  menunjukkan  bahwa  konversi  agama  yang dialami seseorang tidak semata-mata karena tekanan batin, tetapi ada faktor lain yang
turut mempengaruhinya, yaitu faktor ilahi.
17
. Jalaluddin, 2011, Psikologi Agama, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.364
18
, Jalaluddin, 2011, Psikologi Agama, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.364
19
, James, William, The Varieties of Religious Experience, hlm.300-301
20
, James, William, hlm.301
21
, James, William, 301
13
Secara  psikologis  yang  menyebabkan  terjadinya  pindah  agama  karena  adanya tekanan  batin,  sehingga  pindah  agama  adalah  pembebasan  diri  dari  tekanan.  Menurut
Jalaluddin  ,  faktor  yang  melatar  belakanginya  timbul  dari  dalam  diri  intern  dan  dari lingkungan ekstern
22
.Faktor intern, yang ikut memperngaruhinya antara lain : 1.
Kepribadian,  secara  psikologis  tipe  kepribadian  tertentu  akan  mempengaruhi kehidupan  jiwa  seseorang.  Ia  sependapat  dengan  William  James    yang  dalam
penelitiannya menemukan, bahwa tipe melankolis yang memiliki kerentanan perasaan lebih mendalam dapat menyebabkan terjadinya konversi agama dalam dirinya,
23
tetapi perlu  ditegaskan  bahwa  faktor  kepribadian  yang  melankolis  bukan  menjadi  satu-
satunya faktor penentu terjadinya konversi agama, perlu juga memperhatikan  faktor lain, seperti pengaruh dari luar diri individu.
2. Faktor  pembawaan,  menurut  penelitian  Guiy  E.  Swanson,  bahwa  ada  semacam
kecenderungan  urutan  kelahiran  mempengaruhi  konversi  agama.
24
Anak  sulung  dan anak  bungsu  biasanya  tidak  mengalami  tekanan  batin,  sedangkan  anak-anak  yang
dilahirkan pada urutan antara keduanya sering mengalami tekanan jiwa. Kondisi yang dibawa  berdasarkan  urutan  kelahiran  itu  banyak  memengaruhi  terjadinya  konversi
agama.  Pendapat  Swatson  perlu  diapresiasi  karena  didasarkan  pada  hasil  penelitian, tekanan  batin  yang  dialami  seseorang  bisa  mendorong  seseorang  untuk  mencari
pelarian dan salah satunya adalah dengan pindah agama. Faktor-faktor ekstern faktor-faktor luar yang memengaruhi terjadinya konversi
agama adalah: 1.
Faktor  keluarga,  keretakan  keluarga,  ketidak  serasian,  berlainan  agama,  kesepian, kesulitan  seksual,  kurang  mendapatkan  pengakuan  kaum  kerabat,  dan  lainnya.
Kondisi  yang  demikian  menyebabkan  seseorang  akan  mengalami  tekanan  batin sehingga  sering  terjadi  konversi  agama  dalam  usahanya  untuk  meredakan  tekanan
batin yang menimpa dirinya. 2.
Lingkungan  tempat  tinggal,  orang  yang  merasa  terlempar  dari  lingkungan  tempat tinggal atau tersingkir dari kehidupan di suatu tempat merasa dirinya hidup sebatang
22
Jalaluddin 2011, Psikologi Agama, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.365-367
23
James,William, The Variaties of Religious Experience, hlm, 229, 298,
24
Jalaluddin, 2011, Psikologi Agama, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 366
14
kara, apalagi di lingkungan tempat tinggalnya secara agama ia memeluk agama yang tidak  sama  dengan  kebanyakan  orang  di  lingkungannya,  keadaan  yang  demikian
menyebabkan  seseorang  berupaya  untuk  mendapatkan  ketenangan  dan  mencari tempat untuk bergantung hingga kegelisahan batinnya hilang.
3. Perubahan status, perubahan status terutama yang berlangsung secara mendadak akan
banyak mempengaruhi terjadinya konversi agama, misalnya  : perceraian, keluar dari sekolah  atau  perkumpulan,  perubahan  pekerjaan,  kawin  dengan  yang  berlainan
agama, dan yang semacamnya. Perubahan status seseorang diawali adanya perasaan- perasaan  yang  menekan  seseorang  untuk  mengambil  keputusan,  misalnya  akan
menikah  tetapi  pasangannya  adalah  beda  agama,  maka  dalam  tekanan  batin  itulah seseorang  akan  memberikan  keputusannya  untuk  pindah  agama  agar  bisa
melangsungkan pernikahannya. 4.
Kemiskinan,  kondisi  sosial  ekonomi  yang  sulit  juga  merupakan  faktor  yang mendorong  dan  mempengaruhi  terjadinya  konversi  agama.  Masyarakat  awam  yang
miskin  cenderung  untuk  memeluk  agama  yang  menjajikan  kehidupan  dunia  yang lebih  baik.  Kebutuhan  mendesak  akan  sandang  dan  pangan  dapat  mempengaruhi
seseorang untuk pindah agama, tetapi menurut Hendropuspito, faktor kemiskinan ini tidak  mutlak  menjadi  alasan  seseorang  untuk  berpindah  agama.
25
Dalam  kenyataan sehari-hari masih banyak orang  miskin yang setia pada agamanya, dengan demikian
benar pendapat Hendropuspito bahwa faktor kemiskinan bukan menjadi alasan utama untuk berpindah agama.
5. Faktor Pendidikan, menurut Jalaluddin, penelitian ilmu sosial menampilkan data dan
argumentasi,  bahwa  suasana  pendidikan  ikut  mempengaruhi  konversi  agama,
26
walaupun hal ini diakui belum dapat dikumpulkan data secara pasti tentang pengaruh lembaga  pendidikan  terhadap  konversi  agama,  namun  berdirinya  sekolah  yang
bernaung  di  bawah  yayasan  agama  tentunya  mempunyai  motivasi  keagamaan. Hendropuspito  menyatakan  bahwa  ditemukan  banyak  fakta  dari  pendirian  sekolah-
sekolah keagamaan yang dipimpin oleh Yayasan-yayasan berbagai agama. Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian kecil saja dari seluruh jumlah anak didik dari sekolah
tersebut  masuk  agama  yang  dipeluk  pendirinya.  Hanya  sejauh  itu  dapat  dibenarkan sistem pendidikan lewat sekolah termasuk faktor pendorong masuk agama, tetapi para
pendiri  sekolah  akan  kecewa  bila  mereka  bertujuan  semata-mata  untuk  mencapai
25
Hendropuspita, 1983, Sosiologi Agama, Kanisius, Yogyakarta, hlm.81
26
Jalaluddin, 2011, Psikologi Agama, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.367
15
pemeluk  baru.
27
Dengan  demikian  pendidikan  bisa  menjadi  faktor  seseorang  untuk pindah agama, tetapi bukan merupakan hal yang mutlak.
3. Proses Pindah agama