Sejarah Perdagangan Manusia di Indonesia

43 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Perdagangan Manusia

1. Sejarah Perdagangan Manusia di Indonesia

Dalam sejarah bangsa Indonesia perdagangan manusia pernah ada melalui perbudakan atau penghambaan. Masa kerajaan-kerajaan di Jawa, perdagangan orang, yaitu perempuan pada saat itu merupakan bagian pelengkap dari sistem feodal. Pada masa itu konsep kekuasaan raja tidak terbatas, hal ini tercermin dari banyaknya selir yang dimilikinya. Beberapa orang adalah putri bangsawan yang diserahkan kepada raja sebagai tanda kesetiaan. Sebagian lain adalah persembahan dari kerajaan lain dan ada juga selir yang berasal dari lingkungan masyarakat bawah yang dijual atau diserahkan oleh keluarganya dengan maksud agar keluarga tersebut mempunyai keterkaitan dengan keluarga istana, sehingga dapat meningkatkan statusnya. 1 Koentjoro mengidentifikasi ada 10 Kabupaten di Jawa yang dalam sejarah terkenal sebagai pemasok 1 Farhana, Aspek Hukum Perdagangan Orang di Indonesia, cetakan I, Jakart: Sinar Grafika, 2010, hal 1. 44 perempuan untuk kerajaan dan sampai sekarang daerah tersebut masih terkenal sebagai pemasok perempuan untuk diperdagangkan, daerah tersebut adalah Jawa Barat Indramayu, Karawang, Kuningan, Jawa Tengah Pati, Jepara, Wonogiri, Jawa Timur Blitar, Malang, Bayuwangi, Lamongan. 2 Di Bali juga terjadi hal tersebut, misalnya seorang janda dari kasta rendah tanpa adanya dukungan yang kuat dari keluarga, secara otomatis menjadi milik raja. Jika raja memutuskan tidak mengambil dan memasukkan dalam lingkungan istana, maka dia akan dikirim ke luar kota untuk menjadi pelacur. Sebagian dari penghasilannya harus diserahkan kepada raja secara teratur. Perlakuan terhadap orang, yaitu perempuan sebagai barang dagangan tidak terbatas di Jawa saja, tetapi kenyataannya juga di seluruh Asia. 3 Dalam Prostitution in Colonial Java dalam CP Chander and M.C. Ricklefs bahwa prostitusi di Indonesia mengalami puncaknya sekitar tahun 1811, yaitu pada saat pembangunan jalan dari Anyer- Panarukan dan dilanjutkan pembangunan jalan dan stasiun kereta api oleh Daendels. Sekarang juga masih 2 Terence H. Hull, Endang S., Gavin W.Jones, Pelacuran di Indonesia, cetakan I, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997, hal 1-2. 3 Ibid., hal. 3. 45 prostitusi kedua adalah tahun 1870 ketika pemerintah Belanda melakukan privatisasi perkebunan atau kulturstelsel 4 . Sistem feodal tidak sepenuhnya menunjukan perdagangan orang seperti yang dikenal dalam masyarakat modern saat ini, tetapi apa yang dilakukan pada masa itu telah membentuk landasan bagi perkembangan perdagangan dan berkembang pesat pada periode penjajahan Belanda. Kondisi tersebut terlihat dengan adanya sistem perbudakan tradisional dan perseliran untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Eropa. Perdagangan orang berbentuk kerja rodi dan menjual anak perempuan untuk mendapat imbalan materi dan kawin kontrak. 5 Begitu juga periode penjajahan Jepang, perdagangan orang berbentuk kerja rodi dan komersial seks terus berkembang. Selain memaksa perempuan pribumi menjadi pelacur, Jepang juga membawa banyak perempuan ke Jawa dari Singapura, Malaysia, dan Hongkong untuk melayani perwira tinggi Jepang. Hartono dan Juliantoro menemukan berbagai macam 4 Kuntjoro, Memahami Pekerja Seks sebagai Korban Penyakit Sosial, Jurnal Perempuan No. 36, 2004, Yayasan Jurnal Perempuan, cetakan pertama, Jakarta, Juli 2004. 5 Terence H. Hull, Endang S., Gavin W.Jones, Op-Cit, Hal 2. 46 cara rekrutmen dalam perdagangan orang khususnya perempuan, yaitu: 6 1. Melalui saluran-saluran resmi yang digagas Jepang, di mana perempuan diperas tenaganya dalam pekerjaan massal seperti menjadi pembantu rumah tangga, pemain sandiwara atau sebagai pelayan restoran; 2. Melalui jalur resmi aparat pemerintahan, seperti para carik, Bayan dan Lurah dikerahkan untuk mengumpulkan perempuan desa. Pendekatan yang dipergunakan oleh aparat desa adalah cara kekeluargaan, sehingga dalam proses pemberangkatan tidak banyak persoalan. Mereka dijanjikan untuk mendapatkan pekerjaan yang menghasikan uang untuk membantu kehidupan keluarga. Padahal, perempuan tersebut dijadikan Jugun Lanfu, yaitu wanita penghibur baik untuk kalangan militer maupun sipil Jepang. Mereka dikirim sampai ke Kalimantan atau bahkan ke pulau lain yang asing bagi mereka. Di era globalisasi, perbudakan marak kembali dalam wujudnya yang ilegal dan terselubung berupa perdagangan orang melalui bujukan, ancaman, 6 Sulistyowaty dkk., Perdagangan Perempuan dalam Jaringan Pengedar Narkotik, edisi pertama, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005, hal. 22-23. 47 penipuan, dan rayuan untuk direkrut dan di bawa ke daerah lain bahkan ke luar negeri untuk diperjualbelikan dan dipekerjakan di luar kemauannya sebagai pekerja seks, dan atau bentuk-bentuk eksploitasi lainnnya.

2. Pengertian Perdagangan Manusia.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan Dan Anak Korban Perdagangan Manusia

0 1 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan Dan Anak Korban Perdagangan Manusia T2 322009002 BAB I

0 0 42

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan Dan Anak Korban Perdagangan Manusia T2 322009002 BAB IV

0 0 3

T1__BAB III Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Anak yang Berpotensi Menjadi Korban Perdagangan Manusia (Human Trafficking) T1 BAB III

0 0 2

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Anak yang Berpotensi Menjadi Korban Perdagangan Manusia (Human Trafficking) T1 BAB II

0 3 65

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Anak yang Berpotensi Menjadi Korban Perdagangan Manusia (Human Trafficking) T1 BAB I

0 0 19

T1 Judul Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Anak yang Berpotensi Menjadi Korban Perdagangan Manusia (Human Trafficking)

0 0 12

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Perempuan (Istri) Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga T1 BAB II

0 0 47

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konsistensi Pengaturan Hak Kesehatan Reproduksi Perempuan terhadap HAM di Indonesia T2 BAB II

0 1 39

BAB II PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Korban Bencana Alam sebagai Hak Asasi Manusia

0 0 32