22 f.
Metode sosiodrama Metode
sosiodrama merupakan
metode pembelajaran
yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk melakukan kegiatan
memainkan peran tertentu yang terdapat dalam kehidupan sosial. g. Metode bermain peran
Metode bermain peran merupakan metode pembelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan anak didik dengan cara
anak didik memerankan suatu tokoh baik tokoh hidup atau benda mati. h. Metode diskusi
Metode diskusi merupakan metode pembelajaran melalui pemberian masalah kepada siswa dan siswa diminta memecahkan masalah
secara kelompok. i.
Metode pemberian tugas dan resitasi metode
pemberian tugas
dan resitasi
merupakan metode
pembelajaran melalui pemberian tugas kepada siswa. Misalnya guru menugaskan siswa membaca materi tertentu, selanjutnya guru dapat
menambahkan tugas lain misalnya membaca buku lai sebagai pembanding.
j. Metode eksperimen
metode eksperimen merupakann metode pembelajaran dalam bentuk pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan suatu proses
atau percobaan. k. Metode proyek
Metode proyek merupakan metode pembelajaran berupa penyajian kepada siswa materi pelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah
23 yang selanjutnya dibahas dari berbagai sisi yang relevan sehingga
diperoleh pemecahan secara menyeluruh dan bermakna.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik sebagai upaya
untuk menciptakan kondisi belajar yang kondusif guna mencapai hasil yang optimal. Oleh karena itu guru juga diharapkan dapat menentukan metode
pembelajaran yang paling tepat agar tercipta suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan bagi peserta didik.
4. Problem Based Learning PBL
Menurut Arends 1997, pembelajaran berbasi masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran, yang mana siswa mengerjakan
permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan ketrampilan berfikir tingkat
tinggi, mengembangkan
kemandirian dan
percaya diri
Jamil Suprihatiningrum, 2013: 213.
Problem based learning adalah suatu model pembelajaran, yang mana siswa sejak awal dihadapkan pada suatu masalah, kemudian diikuti
oleh proses pencarian informasi yang bersifat stundent centered Jamil Suprihatiningrum, 2013: 215-216. Stepien dan Gallagher Nurjanah, 2004:
2 menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah bertujuan untuk mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah dan untuk
membantu siswa agar memperoleh pengetahuan yang dibutuhkan dan keterampilan.
Dalam proses pembelajaran di sekolah, siswa tidak sekedar mendengarkan ceramah guru atau berperan serta dalam diskusi, tetapi
24 siswa juga menghabiskan waktunya diperpustakaan, di situs web atau
terjun di tengah-tengah masyarakat. Menurut Dewey, sekolah merupakan laboratorium untuk pemecahan masalah dalam kehidupan nyata, karena
setiap siswa memiliki kebutuhan untuk menyelediki lingkungan mereka dan membangun secara pribadi pengetahuannya Rusmono, 2012: 74.
Pembelajaran dengan PBL memberikan kesempatan kepada siswa mempelajari materi akademis dan keterampilan mengatasi masalah
dengan terlibat di berbagai situasi kehidupan nyata. Ini memberikan makna bahwa sebagian besar konsep atau generalisasi dapat diperkenalkan
dengan efektif melalui pemberian masalah. Program khusus dalam pembelajaran seperti itu memiliki karakteristik-karakteristik tertentu yang
membedakannya dengan pendekatan pembelajaran lainnya Arends, 1997: 42.
Pembelajaran dengan Problem Based Learning PBL menawarkan kebebasan siswa dalam proses pembelajaran. Menurut panen dalam buku
Rusmono, 2012: 74 bahwa dalam strategi pembelajaran dengan Problem Based Learning PBL, siswa diharapkan untuk terlibat dalam proses
penelitian yang mengharuskannya untuk mengidentifikasi permasalahan, pengumpulan data, dan menggunakan data tersebut untuk memecahkan
masalah. Dalam PBL, guru tidak lagi berdiri di depan kelas sebagai ahli dan
satu-satunya sumber yang siap untuk memberikan pelajaran. Guru dalam kelas PBL berfungsi sebagai fasilitator yang kadang disebut tutor karena
proses diskusi kelompok disebut tutorial. Peran dan tanggung jawab tutor dalam PBL sangat beragam. Perubahan yang mendasar ialah tutor
25 bukanlah orang yang otoriter. Tutor harus cakap memfasilitasi kelompok
dan bukan hanya cakap dalam mentransfer pengetahuan. Ciri-ciri strategi PBL, menurut baron Rusmono, 2012: 74 yaitu:
a. Menggunakan permasalahan dunia nyata b. Pembelajaran dipusatkan pada penyelesaian masalah
c. Tujuan pembelajaran ditentukan oleh siswa d. Guru berperan sebagai fasilitator
Kemudian “masalah” yang digunakan menurutnya harus relevan dengan tujuan pembelajaran, mutakhir, dan menarik berdasarkan informasi
yang luas, terbentuknya secara konsisten dengan masalah lain, dan termasuk dalam dimensi kemanusiaan keterlibatan siswa meliputi kegiatan
kelompok dan kegiatan perorangan. Dalam kelompok, siswa melakukan kegiata-kegiatan:
a. Membaca kasus b. Menentukan masalah mana yang paling relevan dengan tujuan
pembelajaran. c. Membuat rumusan masalah
d. Membuat hipotesis e. Mengidentifikasi sumber informasi, diskusi, dan pembagian tugas.
f. Melaporkan kemajuan yang dicapai setiap anggota kelompok, dan presentasi di kelas.
Sedangkan ciri-ciri pembelajaran berdasarkan masalah menurut Arends 1997: 349 model PBL memiliki karakteristik sebagai berikut.
a. Pengajuan pertanyaan atau masalah
26 Bukannya
mengorganisasikan di
sekitar prinsip-prinsip
atau keterampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah
mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk
siswa. b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
Meskipun pembelajaran berdasarkann masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu, masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-
benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah dari banyak mata pelajaran.
c. Penyelidikan autentik Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan
penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereja harus menganalisis dan mendefinisikan
masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan. d. Menghasilkan produk dan memamerkannya
Pembelajaran berdasarkan
masalah menuntut
siswa untuk
menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian
masalah yang mereka temukan. e. Kolaborasi
Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama dengan yang lain, paling sering secara berpasangan atau dalam
kelompok kecil. Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak