Evaluasi Kinerja Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

(1)

SKRIPSI

EVALUASI KINERJA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III

(PERSERO) MEDAN

Oleh :

N

ama

: Pirwandes Purba

Nim

: 040522119

Departemen : Akuntansi

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “ Evaluasi Kinerja Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan “ adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang dimaksut belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh Mahasiswa lain dalam konteks penulisan Skripsi level Program S1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatra Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya, dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.

Medan, 26 Maret 2008 Yang memberi pernyataan

Pirwandes Purba Nim : 040522119


(3)

belas kasih-Nya yang melimpah dengan sentuhan kasih yang telah menyertai, membimbing, dan memberikan kemampuan dan juga keinginan yang kuat kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa pengetahuan dan pengalaman penulis belumlah cukup untuk menyempurnakan skripsi ini sehingga masih banyak terdapat kekurangan dalam penggunaan bahasa dan penyajian data. Dengan demikian penulis mengharapkan kritikdan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Karya kecil ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Pericles Purba dan Ibunda Tyty Betty Rupinda br. Sitompul yang telah memberikan kasih sayang dalam dekapan pelukan dengan nasihat dan doa yang tidak ternilai bagi penulis. Atas bimbingan, petunjuk serta nasehat dan doa yang telah diterima selamat mengikuti pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada

1. Bapak Jhon Drs, Thafbu Ritonga, MEc, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs, Arifin Akhmad, Msi, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Drs, Erwin Abubakar, MBA, Ak selaku dosen pembimbing saya yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.


(4)

lainnya di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Buat Teman Hidup penulis Yang terkasih mumuboas Ulita Sari Sianturi, SH, yang tetap setia menemani penulis dalam penulisan skripsi.

7. Buat Adik-adikku yang tercinta Willy Yopanka Purba, SP, Tina Maria Dorwis br. Purba, Hana Ike Dameria br. Purba, Yeremia Peribet Purba dan Grace Kezia br. Purba semoga Tuhan Yesus menguatkan Roh-Nya di dalam Batin kita semua.

8. Buat para pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Februari 2008 Penulis,

Pirwandes Purba Nim : 040522119


(5)

perusahaan BUMN yang bertugas sebagai pelaksana Program Kemitraan dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan (PKBL) tahun 2006. Penulis melakukan pembahasan dalam menilai kinerja PKBL berdasarkan Surat Keputusan Mentri BUMN Nomor : KEP-100/MBU/2002 tentang penilaian kesehatan Perusahaan BUMN. Indikator penilaian Kinerja PKBL terletak pada Tingkat Efektifitas Penyaluran Dana dan Tingkat Kolektibilitas Pengembalian Pinjaman.

Untuk memperoleh data sehubungan dengan penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode analisis deskriptif dan Komparatif untuk menganalisis kinerja PKBL dengan indikator-indikator penilaian kesehatan perusahaan BUMN yang menjadi pedoman dalam penilaian Kinerja Perusahannya.

Dari penelitian yang telah penulis lakukan ternyata diketahui bahwa kinerja Program Kemitraan dan Bina Lingkungan di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan tahun 2006 nilai kinerja pada Tingkat Efektibilitas Penyaluran Dana mencapai 3 (tiga) poin atau 91,04% dan pada Tingkat Kolektibilitas Pengembalian Pinjaman mencapai 2 (dua) poin atau 56,26% dari 6 (enam) poin total indicator yang diharapkan, namun masih dalam kategori baik.

Kata Kunci : Tingkat Efektifitas Penyaluran Dana, dan Tingkat Kolektibilitas Pengembalian Pinjaman


(6)

the applicator of PKBL 2006. the write doing some disscusion to appraise the PKBL program according to Surat Keputusan Mentri BUMN Number : Kep-100/MBU/2002 about the appraised of BUMN company’s health. The indicator of appraise the program PKBL is line at the effectivity level of fund’s conduitness and the level of colectibility resistution of loan.

To get data according to write this thesis, the writer use analysis descriftive and comparative to analysis the program of PKBL with the indicator to appraise the BUMN company’s health that become a guide in appraise the program of its company.

From the research that has been done by the write, it appears that the program of PKBL in PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan 2006 the grade a level of effectibility level of funds reach 3 point or 91,04% and at a level of collectibility resistution of loan reach 2 point or 56,26% and 6 point total indicator, but still in a good category.

Kayword : The grade a level of effectibility, and at a level of collectibility resistutionfrom loan


(7)

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 2

C. Tujuan dan Manfaat ... 3

D. Kerangka Konseptual ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Prosedur Evaluasi Kinerja Organisasi ... 5

B. Aspek Keuangan ... 9

1. Pengertian Laporan Keuangan ... 9

2. Tujuan Laporan Keuangan ... 10

3. Jenis-jenis Laporan Keuangan Nirlaba ... 13

4. Pengertian dan Manfaat Rasio Keuangan ... 18

5. Jenis-jenis Rasio Keuangan ... 21


(8)

3. Kegiatan Operasional ... 28

D. Aspek Administrasi ... 29

1. Pengertian Administrasi ... 29

2. Langkah-langkah dalam Proses Administrasi ... 30

3. Komponen Administrasi ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

A. Jenis dan Sumber Data ... 37

B. Teknik Pengumpulan Data ... 37

C. Teknik Analisa Data ... 38

D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 39

A. Gambaran Umum ... 39

1. Sejarah Singkat PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) ... 39

2. Sejarah singkat PKBL ... 41

B. Analisa dan Evaluasi ... 43

1. Analisa dan Evaluasi Tingkat Efektibilitas Penyaluran Dana dan Tingkat Kolektibilitas Pengembalian Pinjaman PKBL ... 43

2. Analisa dan Evaluasi Kinerja Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) ... 70


(9)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 75 B. Saran ... 76 DAFTAR PUSTAKA ... 77


(10)

Lampiran 1 Struktur Organisasi Lampiran 2 Job Discription


(11)

perusahaan BUMN yang bertugas sebagai pelaksana Program Kemitraan dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan (PKBL) tahun 2006. Penulis melakukan pembahasan dalam menilai kinerja PKBL berdasarkan Surat Keputusan Mentri BUMN Nomor : KEP-100/MBU/2002 tentang penilaian kesehatan Perusahaan BUMN. Indikator penilaian Kinerja PKBL terletak pada Tingkat Efektifitas Penyaluran Dana dan Tingkat Kolektibilitas Pengembalian Pinjaman.

Untuk memperoleh data sehubungan dengan penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode analisis deskriptif dan Komparatif untuk menganalisis kinerja PKBL dengan indikator-indikator penilaian kesehatan perusahaan BUMN yang menjadi pedoman dalam penilaian Kinerja Perusahannya.

Dari penelitian yang telah penulis lakukan ternyata diketahui bahwa kinerja Program Kemitraan dan Bina Lingkungan di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan tahun 2006 nilai kinerja pada Tingkat Efektibilitas Penyaluran Dana mencapai 3 (tiga) poin atau 91,04% dan pada Tingkat Kolektibilitas Pengembalian Pinjaman mencapai 2 (dua) poin atau 56,26% dari 6 (enam) poin total indicator yang diharapkan, namun masih dalam kategori baik.

Kata Kunci : Tingkat Efektifitas Penyaluran Dana, dan Tingkat Kolektibilitas Pengembalian Pinjaman


(12)

the applicator of PKBL 2006. the write doing some disscusion to appraise the PKBL program according to Surat Keputusan Mentri BUMN Number : Kep-100/MBU/2002 about the appraised of BUMN company’s health. The indicator of appraise the program PKBL is line at the effectivity level of fund’s conduitness and the level of colectibility resistution of loan.

To get data according to write this thesis, the writer use analysis descriftive and comparative to analysis the program of PKBL with the indicator to appraise the BUMN company’s health that become a guide in appraise the program of its company.

From the research that has been done by the write, it appears that the program of PKBL in PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan 2006 the grade a level of effectibility level of funds reach 3 point or 91,04% and at a level of collectibility resistution of loan reach 2 point or 56,26% and 6 point total indicator, but still in a good category.

Kayword : The grade a level of effectibility, and at a level of collectibility resistutionfrom loan


(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan adalah suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak pada bisnis usaha Tanaman Perkebunan diwilayah Propinsi Sumatera Utara. Selain bergerak pada bisnis usaha Tanaman Perkebunan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan juga bertugas sebagai pelaksana Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan (PKBL) sebagai mana yang diamanatkan Pemerintah selaku Pemegang Saham melalui Kemerntrian BUMN.

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) adalah Badan Usaha yang mengorganisasi pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggotanya yang salah satunya bergerak dalam bidang Mitra Usaha dan Bina Lingkungan.

Mitra Usaha dan Bina Lingkungan adalah sejenis usaha pinjam modal kerja kepada perusahaan perseorangan atau koperasi dengan syarat-syarat tertentu. Mitra PKBL mengajukan Permohonan Pinjaman ke bagian Kemitraan Bina Lingkungan (KBL). Kemudian KBL melakukan evaluasi awal terhadap calon mitra usaha lalu merekomendasikan usulan permohonan pinjaman ke Derksi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

Dalam rangka mengukur tingkat keberhasilan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) sangat dibutuhkan indikator yang jelas. Indikator


(14)

kinerja tersebut adalah ukuran kualitatif dan kuantitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan, dengan memperhitungkan indikator masukan (inputs), keluaran (outputs), dan hasil (outcomes). Meskipun telah terjadi kemajuan dalam manajemen Kinerja Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, tetapi masih terdapat kesenjangan antara praktik yang terjadi dengan konsep ideal yang seharusnya diterapkan.

Skripsi ini akan meneliti tentang Evaluasi Kinerja Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Karena pengukuran kinerja merupakan salah satu instrumen penting untuk menciptakan akuntabilitas keuangan perusahaan, maka berdasarkan ketentuan di atas penulis memilih topik ini dengan judul : “Evaluasi Kinerja Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.”

B. Perumusan Masalah

Dari uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini. Adapun perumusan masalah tersebut adalah :

1. Bagaimana Kinerja Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan ?

2. Apakah pengukur kinerja yang dilakukan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan


(15)

telah sesuai dengan Surat Keputusan Mentri BUMN Nomor : KEP-100/MBU/2002 tentang Penilaian Kesehatan BUMN ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perkembangan Kinerja Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) setelah dikeluarkannya Surat Keputusan Mentri BUMN Nomor KEP-100/MBU/2002 tentang Penilaian Kesehatan BUMN?

Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk menambah pengetahuan penulis tentang evaluasi kinerja perusahaan yang diterapkan pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan di PT. Perkebunan Nusantara III (Perseroan) Medan

2. Penelitian yang dilakukan penulis apabila memungkinkan dapat dijadikan masukan dalam menerapkan Evaluasi Kinerja pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan 3. Penelitian ini menjadi masukan, referensi, dan informasi tambahan bagi


(16)

D. Kerangka Konseptual

Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan

(PKBL)

Aspek Operasional Aspek

Keuangan

Aspek Administrasi

Tingkat Efektibilitas Penyaluran Dana dan Tingkat Kolektibilitas

Pengembalian Pinjaman

Kinerja Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan

(PKBL)

Evaluasi Kinerja Program Kemitraan dan Program Bina


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Prosedur Evaluasi Kinerja Organisasi

Langkah penting dalam suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, dalam hal ini kegiatan evaluasi kinerja organisasi yang membutuhkan data untuk dianalisis dengan alat-alat yang relevan untuk menghasilkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan. Cara umum dalam mengevaluasi kinerja organisasi dapat dilakukan dengan waktu tertentu misalnya setiap bulan atau periode lain yang lebih pendek waktunya seperti seminggu atau periode yang lebih lama.

Tujuan organisasi dalam mengevaluasi kinerja adalah mengetahui semua pernyataan yang luas tentang apa yang akan dituju yang akan diwujudkan dalam organisasi, seperti memperoduksi produk unggul, menjadi market leader, mengolah usaha secara efektif dan memiliki teknologi unggul dan untuk menilai implementasi strategi suatu organisasi.

Dalam proses suatu evaluasi kinerja organisasi pada umumnya memiliki tahap-tahapannya sendiri. Walaupun tidak selalu sama, tetapi yang lebih penting adalah bahwa proses sejalan dengan fungsi evaluasi kinerja itu sendiri. Menurut Husein Umar (2002 : 38) dipaparkan salah satu tahapan evaluasi kineja yang sifatnya umum digunakan antara lain :


(18)

1. Menentukan apa yang akan dievaluasi

Dalam organisasi, apa saja yang dapat dievaluasi, dapat mengacu pada program kerja organisasi. Disana banyak terdapat aspek-aspek yang kiranya dapat perlu dievaluasi. Tetapi, biasanya yang diperioritaskan untuk dievaluasi adalah hal-hal yang menjadi key-success factors-nya.

2. Merancang kegiatan evaluasi kinerja

Sebelum evaluasi dilakukan, tentukan terlebih dahulu desain evaluasinya agar data apa saja yang dibutuhkan, tahap-tahap kinerja apa saja yang dilalui,dalam hal ini siapa saja yang akan dilibatkan, dan yang akan dihasilkan menjadi jelas.

3. Pengumpulan data

Berdasarkan desain yang telah disiapkan, pengumpulan data dapat dilakukan secara efektif dan efesien, yaitu sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah yang berlaku dan sesuai dengan kebutuhan dan kemampua.

4. Pengolahan dan analisa data

Setelah data terkumpul, data tersebut diolah untuk dikelompokan agar mudah dianalisa dengan menggunakan alat-alat analisis yang sesuai, sehinggga dapat menghasilkan fakta yang dapat dipercaya. Selanjutnya, dibandingkan antara fakta dan rencana untuk menghasilkan gap. Besar gap akan disesuaikan dengan tolak ukur tertentu sebagai hasil evaluasi.


(19)

5. Pelapor hasil evaluasi

Agar hasi evaluasi kinerja dapat dimanfaatkan bagi pihak-pihak yang berkepentingan, hendaknya hasil evaluasi didokumentasikan secara tertulis dan diinformasikan baik secara lisan maupun tulisan.

6. Tindak lanjut hasil evaluasi kinerja

Evaluasi kinerja merupakan salah satu bagian dari fungsi manajemen. Oleh karena itu, hasil evaluasi hendaknya dimanfaatkan oleh manajemen untuk mengambil keputusan dalam mengatasi masalah manajemen, baik ditingkat strategi maupun di tingkat implementasi strategi.

Dalam hal ini evaluasi kinerja dalam organisasi dapat dilihat dalam berbagai sisi salah satunya dari aspek keuangan, aspek operasional dan aspek administrasi.

Kegiatan menilai atau mengevaluasi kinerja perusahaan akan menghasilkan informasi yang berguna bagi perusahaan itu sendiri. Hasil dari penilaian kinerja ini akan dapat dijadikan sebagai umpan balik (feedback) bagi formulasi atau implementasi strategi. Jika terjadi penyimpangan, maka untuk menghindari agar tidak terjadi penyimpangan lagi perlu dilakukan perubahan, misalnya perubahan rencana atau kegiatannya termasuk pengendaliannya.

Menurut Husein Umar (2002:36)

Penilaian atau evaluasi merupakan suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah tercapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu fengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin diperoleh.


(20)

Dari definisi di atas dapat dijelaskan :

a. Suatu proses untuk menyediakan informasi, berarti bahwa kegiatan

penilaian atau evaluasi membutuhkan data untuk dianalisis dengan alat-alat yang relevan untuk menghasilkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan. Misalnya, untuk menentukan laba perusahaan dibutuhkan data mengenai seluruh pendapatan dan seluruh pengeluaran kemudian dianalisis dengan perhitungan matematis sederhana, sehingga akan dihasilkan besar laba perusahaan

b. Sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan

pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui ada selisih diantara keduaanya, berarti bahwa penilaian atau evaluasi dimaksutkan untuk membandingkan suatu kegiatan yang telah diselesaikan dengan yang seharusnya diselesaikan. Hasilnya apakah sesuai, di bawah standar, atau di atas standar yang telah ditentukan. Hal ini memerlukan tolak ukur tertentu, misalnya perkiraan suatu proyek yang sedang dikerjakan pada waktu 3 bulan akan selesai 75% dan pengeluaran anggaran sebesar Rp. 1 Milyar. Kenyataannya protek baru diselesaikan 65% dan anggaran pengeluaran telah habis Rp. 1,2 Milyar, sehingga harus diputuskan hasil dari evaluasi terhadap perbedaan ini.


(21)

B. Aspek Keuangan

1. Pengertian Laporan Keuangan

Pada laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai suatu alat penguji bagi pembukuan. Akan tetapi untuk selanjutnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja tetapi juga sebagai dasar untuk menentukan dan menilai posisi keuanan suatu perusahaan, dimana hasil analisa tersebut pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil suatu keputusan.

Laporan keuangan juga sering dinyatakan sebagai produk akhir dari suatu peruses akuntansi. Laporan keuangan berisikan data-data yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perisahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan dapat mengetahui keadaan keuangan dan posisi keuangan perusahaan dari laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh perusahaan.

Pengertian laporan keuangan menurut ikatan Akuntansi Indonesia (Standar Akuntansi Keuangan, 2002 : 2) :

Laporan keuangan merupakan bagian dari peroses laporan keuangan. Laporan keuanganyang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lainya serta laporan penjelasan yang merupakan bagian itergral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk sekejul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan sekmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.

Dari definisi di atas kita dapat memilih bahwa laporan keuangan perusahan berisi daftar-daftar yang menunjukan posisi keuangan dan hasil usaha selama satu periode tertentu. Menurut Sofyan Safri Harahap (2002 : 117)


(22)

”Laporan keuangan adalah suatu alat dengan mana informasi dikumpulkan dan diperoses dalam akuntansi keuangan yang dikomunikasikan secara periodic kepada para pemakainya”. Pemakaian keuangan meliputi investo, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok, kreditur usaha lainya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyaeakat.

Manajemen perusahaan memikul tanggung jawab utama dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan perusahaan. Manajemen juga berkepentingan dengan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan meskipun memiliki akses yang terhadap informasi manajemen dan keuangan tanbahan yang membantu dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan.

Laporan keuangan disusun dan disajikan minimal sekali dalam setahun untuk mengetahui sejumlah besar pemakai. Beberapa diantara pemakai ini memerlukan dan berhak untuk memperoleh informasi tambahan disamping yang tercakup di dalam laporan keuangan . namun demikian, banyak para pemakai yang hanya tergantung pada laporan keuangan sebagai sumber utama informasi keuangan. Oleh karena itu laporan keuangan tersebut seharusnya disusun dan disajikan dengan mempertimbangkan kebutuhan mereka.

2. Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan utama laporan keuangan menurut Mas’ud Machfoez (1999 : 2) adalah “untuk menyediakan informasi keuangan suatu badan usaha yang akan digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan


(23)

didalam mengambil keputusan ekonomi”. Pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan suatu badan usaha dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok interen perusahaan dan kelompok ekstern perusahaan. Kelompok interen perusahaanmerupakan orang-orang yang terlibat secara langsung dalam kegiatan operasional perusahaan seperti pimpinan dan karyawan perusahaan. Sedangkan kelompok eksteren perusahaan merupakan kelompok yang tidak turut terlibat secara langsung dalam kegiatan operasional perusahaan, seperti pemilik perusahaan, kreditur, pelanggan, pemerintah dan masyarakat.

Bagi pengelola perusahaan atau manajemen perusahaan dengan mengetahui kondisi keuangan perusahaan pada periode yang lalu akan dapat dijadikan pedoman untuk mengambil keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan serta kebijakan untuk kemajuan perusahaan di masa yang akan datasing.

Bagi pemilik perusahan sangat berkepentingan dengan laporan keuangan dalam pengambilan keputusan, sebab dengan informasi yang disajikan dalam laporan perusahaan dapat diramalkan kondisi perusahaannya pada masa yang akan datang, sehingga dapat dipertimbangkan langkah apa yang harus yang diambil terhadap kepemilikanya dalam perusahaan tersebut.

Bagi kreditur dan calon kreditur perlu mempelajari atau menganalisa informasi yang disajikan dalam laporan keuangan sehingga dapat digunakan sebagai pedoman untuk memberikan atau menolak pemberian kreditur kepada perusahan tersebut.

Investor atau calon investor berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan agar lebih mudah mempertimbangkan dalam menginventasi modalnya


(24)

diperusahaan tersebut. Bagi pemerintah dimana perusahaan itu beroperasi sangat berkepentingan dengan laporan keuangan dalam pengambilan keputusan seperti Dirjen Pajak untuk menentukan jumlah pajak yang harus dibayar oleh perusahaan.

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (Standar Akuntansi Keuangan, 2002 : 4) tujuan dari laporan keuangan adalah sebagai berikut :

a. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, suatu perusahaan yang bermaanfat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan erkonomi.

b. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan dalam pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non-keuangan.

c. Laporan keuangan juga menujukan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggunjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar dapat mereka mengambil keputusan ekonomi; keputusan ini mungkin mencakup misalnya keputusan untuk menahan atau menjual inventasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia PSAK N0. 45 (2004 : 45) secara rinci tujuan dari laporan keuangan termasuk catatan atas laporan keuangan adalah untuk menyajikan informasi mengenai :

a. Jumlah dan sifat aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih suatu organisasi. b. Pengaruh transaksi, peristiwa dan situasi lainnya yang mengubah nilai dan

sifat aktiva bersih.

c. Jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya dalam suatu periode dan hubungan antara keduanya.

d. Cara suatu organisasi mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh pinjaman dan melunasi pinjaman dan factor lainnya yang berpengaruh pada likuiditasnya.


(25)

3. Jenis-Jenis Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba

Jenis-jenis laporan keuangan yang terdapat dalam Ikatan Akuntansi Indonesia dalam PSAK No. 45 (2004 : 4) mengharuskan Organisasi Nirlaba untuk menyediakan laporan lengkap yang meliputi laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.

Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Bagi para analis, laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan suatu kondisi ekonomi suatu perusahaan. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakai sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menjelaskan mengenai laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan :

a. Laporan Posisi Keuangan

Menurut PSAK No. 45 (2004 : 10) menyatakan tujuan laporan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih dan informasi mengenai hubungan diantara unsure-unsur tersebut pada waktu tertentu. Informasi dalam laporan posisi keuangan yang digunakan bersama pengungkapan dan informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu para penyumbang, anggota organisasi, kreditur, dan pihak-pihak lain untuk menilai :


(26)

1. kemampuan organisasi untuk memberikan jasa secara berkelanjutan

2. likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi kewajibannya, dan kebutuhan pendanaan eksternal

Dan lebih lagi laporan posisi keuangan mencakup organisasi secara keseluruhan dan harus menyajikan total aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih.

Klasifikasi aktiva dan kewajiban pada posisi laporan keuangan menurut PSAK No. 45 (2004 : 12) menyatakan Laporan Posisi Keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan, menyediakan informasi yang relevan mengenai likuiditas, fleksibilitas keuangan, dan hubungan antara aktiva dan kewajiban. Informasi tersebut biasanya disajikan dengan pengumpulan aktiva dan kewajiban yang memiliki karakteristik serupa dalam suatu kelompok yang relatif homogen. Sebagai contoh, organisasi biasanya melaporkan masing-masing unsur aktiva dalam kelompok yang homogen, seperti :

a. kas dan setara kas

b. piutang pasien, pelajar, anggota, dan penerima jasa yang lain c. persediaan

d. sewa, asuransi, dan jasa lainnya yang dibayar dimuka e. surat berharga/efek dan investasi jangka panjang

f. tanah, gedung, peralatan, serta aktiva tetap lainnya yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa

Kas atau aktiva lain yang dibatasi penggunaannya oleh penyumbang harus disajikan terpisah dari kas atau aktiva lain yang tidak terikat penggunaannya.


(27)

Laporan posisi keuangan menyajikan jumlah masing-masing kelompok aktiva bersih berdasarkan ada atau tidaknya pembatasan oleh penyumbang, yaitu terikat secara permanent, terikat secara temporer, dan tidak terikat.

Informasi mengenai sifat dan jumlah dari pembatasan permanent atau temporer diunkapkan dengan cara menyajikan jumlah tersebut dalam laporan keuangan atau dalam catatan atas laporan keuangan.

b. Laporan Aktivitas

Menurut PSAK No. 45 (2004 : 19) menyatakan tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai :

1. pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan aktiva bersih

2. hubungan antar transaksi, dan peristiwa lain

3. bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program dan jasa, informasi dalam laporan aktivitas, yang digunakan bersama dengan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu para penyumbang, anggota organisasi, kreditur dan pihak lainnya untuk mengevaluasi kinerja dalam satu periode, menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan organisasi dan memberikan jasa dan menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajer

Laporan aktivitas mencakup organisasi secara keseluruhan dan menyajikan perubahan jumlah aktiva bersih selama suatu periode. Perubahan aktiva bersih dalam laporan aktivitas tercermin pada aktiva bersih atau ekuitas dalam laporan posisi keuangan.


(28)

Laporan aktivitas menyajikan jumlah perubahan aktiva bersih terikat permanent, terikat temporer, dan tidak terikat dalam satu periode. Laporan aktivitas menyajikan pendapatan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat, kecuali jika penggunanya dibatasi oleh penyumbang, dan menyajikan beban sebagai pengurang aktiva bersih tidak terikat.

Sumbangan disajikan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat, terikat permanent, atau terikat temporer, tergantung pada ada tidaknya pembatasan. Dalah hal sumbangan terikat yang pembatasanya tidak berlaku lagi dalam periode yang sama, dapat disajikan sebagai sumbangan tidak terikat sepanjang disajikan secara konsisten dan diungkapkan sebagai kebijakan akuntansi.

Laporan aktivitas menyajikan keuntungan dan kerugian yang diakui dari investasi dan aktiva lain (atau kewajiban) sebagai penambah atau pengurang aktiva bersih tidak terikat, kecuali penggunaanya dibatasi.

Klasifikasi pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian dalam kelompok aktiva bersih tidak menutup peluang adanya klasifikasi tambahan dalam laporan aktivitas. Misalnya dalam suatu kelompok atau beberapa kelompok perubahan dalam aktiva bersih, organisasi dapat mengklasifikasikan unsure-unsurnya menurur kelompok operasi, dapat dibelanjakan atau tidak dapat dibelanjakan, telah direalisasi atau belum direalisasi, berulang atau tidak berulang, atau dengan cara lain.

Informasi pendapatan dan beban menurut PSAK No. 45 (2004 : 21) menyatakan laporan aktivitas menyajikan jumlah pendapatan dan beban secara bruto. Namun demikian pendapatan investasi dapat disajikan secara neto dengan


(29)

syarat beban-beban terkait, seperti beban penitipan dan beban penasehat investasi, diungkapkan atas catatan laporan keuangan.

c. Laporan Arus Kas

Menurut PSAK No. 2 (2004 : 3) menyatakan bahwa laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang. Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa sepan (future cash flow) dari berbagai perusahaan. Informasi tersebut juga meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan perubahan yang sama.

Menurut PSKA No. 45 (2004 : 12) Tujuan utama arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam satu periode. Laporan arus kas disajikan sesuai dengan PSKA No. 2 dengan tambahan sebagai berikut :

1. Aktivitas pendanaan yang terdiri dari :

a. Penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaanya dibatasi untuk jangka panjang


(30)

b. Penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi yang penggunaanya dibatasi untuk pemerolehan, pembangunan dan pemeliharaan aktiva tetap, atau peningkatan dana abadi (endowment) c. Bunga dan dividen yang dibatasi penggunaanya untuk jangka panjang. 3. Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan non

kas yang berupa sumbangan seperti bangunan atau aktiva inventasi d. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan adalah catatan mengenai laporan keuangan yang berhubungan dengan Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas dan Laporan Arus Kas.

4. Pengertian dan Manfaat Rasio Keuangan

Salah satu cara untuk melakukan analisa keuangan adalah dengan cara mempelajari hubungan antara berbagai pos-pos dalam laporan keuangan. Hubungan antara pos-pos tersebut dinyatakan dengan angka yang disebut dengan rasio. Rasio-rasio ini penting bagi analisa interen maupun eksteren dalam menilai perusahaan dari laporan keuangan yang diumumkan oleh perusahaan.

Menurut Djarwanto (2001:123) yang dimaksut dengan rasio analisis laporan keuangan adalah “suatu angka yang menunjukan hubungan antara suatu unsure dengan unsur lainya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana”.


(31)

Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2001:253) “ rasio hanyalah alat yang dinyatakan dalam aritmatika term yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data financial”

Analisa rasio keuangan merupakan alat yang penting dan berguna bagi manajer keuangan maupun pihak-pikah lain di luar perusahaan. Bagi manajer keuangan analisis rasio keuangan digunakan untuk menilai kinerja yang telah dicapai perusahaan, yang pada giliranya dapat dijadikan sebagai dasar dalam pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen khususnya fungsi perencanaan dan pengendalian. Weston (1981:74) mengatakan “ Financial ratio analysis implementation strategy basic to understanding and evaluating the reselt of bussines operations. It also provides a framework for financial planning and control”

Berkaitan dengan pernyataan tersebut Weston menambahkan bahwa perencanan yang baik adalah kunci sukses manajer keuangan. Perencanaan keuangan itu sendiri dapat dibuat dalam berbagai bentuk, namun yang terpenting adalah bahwa setiap perencanaan yang baik haruslah memperhitungkan kelemahan dan kekuatan yang ada dalam perusahaan. Kekuatan perusahaan harus dipahami agar dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya, sedangkan kelemahan harus diketahui agar dapat diperbaiki. Setelah melakukan analisis terhadap kekuatan dan kelemahan perusahaan, seorang manajer keuangan dapat membuat rencana kebutuhan sumber daya untuk masa yang akan datang sesuai dengan perkiraan dan angaran yang tersedia. Kekuatan dan kelemahan perusahaan ini dapat diketahui melalui analisis rasio-rasio keuangan perusahaan. Oleh karena itu suatu


(32)

perencanaan khusus dibidang keuangan sebaiknya dimulai dengan melakukan analisis rasio keuangan.

Pentingnya analisis rasio keuangnan juga digunakan untuk mendapatkan tolak ukur tertentu. Tolak ukur tersebut digunakan untuk membandingkan kinerja suatu perusahaan pada tahun-tahun tertentu dengan kinerja tahun-tahun sebelum dan sesudah atau membandingkan kinerja perusahaan lain dari industri yang sama. Selain digunakan oleh pihak interen perusahaan, analisis rasio keuangan juga sangat berguna untuk pihak di luar perusahaan dimasa yang akan datang. Analisis rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan usaha, untuk menganalisa kredit dan dalam analisis efek (saham dan obligasi). Dalam analisa kredit membantu manajer kredit menentukan dengan cepat perusahaan-perusahaan mana yang sebaiknya segera diberikan kredit. Dalam analisis efek, analisis rasio keuangan dapat membantu calon investor melakukan penilaian potensi keuntungan perusahaan dalam jangka panjang.

Gibson (1989:120) menekankan penggunaan analisis rasio keuangan dalam mengidentifikasikan perubahan-perubahan besar yang terjadi dalam suatu kurun waktu tertentu, menghitung besarnya perubahan tersebut, menganalisis keterkaitan antara perubahan tersebut, serta menyediakan alasan-alasan yang mendasari perubahan tersebut.

Rasio keuangan memberikan dasar untuk menjawab beberapa pertanyaan penting berkaitan dengan kesehatan keuangan perusahaan, antara lain :

a. Bagaimana likuidasi perusahaan? likuadasi berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segenap hutang atau kewajiban dan


(33)

mengkonversikan aktiva menjadi kas. Faktor ini jelas sangat penting bagi kreditur-kreditur perusahaan

b. Apakah manajemen menghasilkan cukup keutungan dari aktiva perusahaan? Karena tujuan utama pembelian aktiva adalah menciptakan keuntungan, analisis perlu memiliki pedoman atas tingkat keuntungan perusahan

c. Bagaimana manajemen perusahaan membiayai investansi? keputusan ini mempunyai pengaruh langsung terhadap tingkat hasil bagi para pemegang saham umum.

d. Apakah pemegang saham umum menerima laba yang cukup dari investasinya? Tugas manajer keuangan adakah memksimalkan nilai dari saham umum perusahaan dan bagian laba/keuntungan bagi para investor. Tingkat hasil itu sendiri merupakan pertimbangan pokok para investor dalam membeli saham perusahaan.

5. Jenis-jenis Rasio Keuangan

Untuk mengukur kinerja keuangan PKBL di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan dapat digunakan dengan menggunakan beberapa rasio, setiap rasio memiliki tujuan dan mengandung arti tertentu. Setiap rasio diukur dan diinterprestasikan sehingga menjadi berarti bagi pengambilan keputusan. Berdasarkan sumber datanya darimana rasio tersebut dibuat, Bambang Riyanto (2001: 254) membedakan rasio-rasio itu menjadi 3 (tiga) yaitu :

a. Rasio neraca (balanced rations) yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca. Misalnya rasio lancer (current ratio), rasio cepat


(34)

(quick ratio), rasio modal sendiri dengan hutang jangka panjang dari lain sebagainya.

b. Rasio-rasio laporan rugi laba (income statement rations), yaitu rasio-rasio yang disusun dari laporan rugi laba. Misalnya rasio laba bruto dengan penjualan neto, operating ratio dan lain-lain.

c. Rasio-rasio antar laporan (interrstatement rations) yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca maupun laba rugi. Misalnya rasio penjualan neto dengan aktiva usaha, rasio penjualan kredit dengan piutang rata-rata, rasio harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata dan lainya sebagainya.

Namun dalam penganalisaan rasio keuangan yang terdapat pada PKBL menggunakan analisa komparatif atau yang lebih dikenal dengan sebutan analisa perbandingan.

Menurut Sofyan Syafri Harahap (1999 : 227) menyatakan bahwa Analisa Perbandingan adalah teknik analisa laporan keuangan yang dilakukan dengan cara menyajikan laporan keuangan secara horizontal dan membandingkan antara satu dengan yang lain, dengan menunjukan informasi keuangan atau data lainnya baik dalam rupiah atau dalam unit. Teknik perbandingan ini juga dapat menunjukkan kenaikan dan penurunan dalam rupiah atau unit dan dalam persentase atau perbandingan dalam bentuk anka perbandingan atau rasio.

Tujuan analisa perbandingan ini adalah untuk mengetahui perubahan-perubahan berupa kenaikan atau penurunan pos-pos laporan keuangan atau data lainnya dalam dua atau lebih periode yang dibandingkan.

Dalam melakukan analisis laporan keuangan teknik perbandingan ini, kita dapat membandingkannya dengan angka-anka keungan tahun lalu, angka laporan keuangan sejenis, rasio rata-rata industri, dan rasio normative sebagai standar perbandingan (yardstick). Perbandingan antar pos laporan keuangan dapat dilakukan melalui :


(35)

1. Perbandingan dalam dua atau beberapa tahun (horizontal) yang dalam penelitian ini diambil laporan keuangan tahun 2005 dan dibandingkan dengan laporan keuangan tahun 2006

2. Perbandingan dengan perusahaan yang dianggap terbaik

3. Perbandingan dengan angka-angka industri yang berlaku (Industri Norm). 4. Perbandingan dengan budget (anggaran)

5. Perbandingan dengan bagian, divisi, atau seksi yang ada dalam perusahaan.

6. Keterbatasan Rasio Keuangan

Meskipun analisa rasio keuangan dapat menghasilkan informasi yang bermanfaat sehubungan dengan operasi dan keadaan keuangan perusahaan, namun di dalamnya terdapat masalah dan keterbatasan yang memerlukan kehati-hatian dan pertimbangan. Analisis rasio keuangan menurut Martin dan Keown (1999 : 511) memiliki keterbatasan sebagai berikut :

a. Kadang-kadang sulit untuk menggolongkan sektor industri sebuah perusahaan bergerak di bidang macam sektor industri atau usaha.

b. Anga rata-rata industri hanya merupakan taksiran kasar dan sangat umum sifatnya sehingga sebelum tentu cocok dijadikan bahan perbandingan secara spesifik.

Dari keterbatasan analisis keuangan di atas dapat kita uraikan sebagai berikut :

1. Banyak perusahaan besar yang mengoperasikan beberapa divisi yang berbeda pada industri yang berbeda pula dan dalam keadaan seperti ini sulit untuk mendapatkan rata-rata industri yang bisa digunakan sebgai


(36)

bahan pertimbangan yang tepat. Hal ini cenderung membuat analisis rasio lebih berguna bagi perusahaan besar dengan banyak divisi yang berbeda-beda.

2. Hampir semua perusahaan ingin berprestasi di atas rata-rata walaupun pada kenyataannya setengahnya akan berada dibawah dan setengahnya lagi diatas rata-rata, sehingga pencapaian prestasi rata-rata semata belumlah dapat dinyatakan baik. Bagi menargetkan prestasi tinggi patokan terbaik adalah perusahaan dengan rasio yang sangat baik.

3. Inflasi menyebabkan distorsi besar pada neraca. Nilai yang tercatat di neraca seringkali sangat berbeda dengan nilai sebenarnya. Lebih jauh lagi karena inflasi mempengaruhi baik beban penyusutan maupun biaya perusahaan dari tahun ketahun atau analisis komperatif atau perusahaan-perusahaan pada usia yang berbeda harus diinterprestasikan secara cermat dan penuh dengan pertimbangan.

4. Faktor-faktor musiman juga yang menyebabkan ketimpangan pada analisis rasio. Misalnya, rasio perputaran persediaan bagi pabrik pengolah makanan akan sangat berbeda apabila angka persediaan persis seteh proses pengalengan selesai. Masalah ini dapat diperkecil dengan menggunakan persediaan bulanan rata-rata dalam menghitung persedian rata-rata.

5. Perusahaan dapat mengunakan teknik “window dressing” agar laporan keuangannya kelihatan lebih baik bagi analisis kredit.

6. Perbedaan praktek operasi dan akuntansi menyebabkan distoris dalam perbandingan. Seperti metode penilaian persediaan dan penyusutan dapat


(37)

mempengaruhi laporan keuangan dank arena itu mendistorisasikan perbandingan diantara perusahaan. Jika sebagian besar aktiva jika dibandingkan dengan penjualan akan terlihat kecil karena aktiva lease besarnya tidak disaji di dalam neraca. Bersamaan dengan itu kewajiban lease mungkin tidak disajikan di dalam hutang, karena itu leasing biasa saja memperbagus rasio perputaran dan rasio hutang.

7. Sebenarnya sukar untuk menetapkan secara pasti apakah suatu rasio baik atau buruk. Misalnya, rasio lancar yang tinggi mungkin menujukan posisi likuiditas yang kuat, tetapi bisa juga menandakan adanya kas berlebih yang tentunya tidak baik yang menyebabkan terjadinya “iddle money” 8. Suatu perusahaan bisa mempunyai sejumlah rasio yang kelihatan baik

sedangkan rasio lainnya jelek, sehingga sulit untuk mengatakan apakah keseluruhaan ini baik atau buruk. Akan tetapi, prosedur statistic dapat digunakan untuk menganalisis pengaruh bersih dari serangkaian rasio.

C. Aspek operasional 1. Manajemen

Dalam melaksanakan kegiatan operasional, PKBL harus mempunyai tujuan dan sasaran yang hendak dicapai, dalam hal ini untuk penyediaan barang/jasa yang bermutu tinggi. khususnya pada usaha kecil agar menjadi tanggungan dan mandiri melalui pemaanfaatan dana dari bagian laba BUMN, usaha kecil yang merupakan kegiatan ekonomi rakyat yang bersekala kecil dan memenuhi kreteria kekayaan bersih atau hasil penjualan.


(38)

Manajemen PKBL itu sendiri berfungsi yaitu : a. Perencanaan (planning)

Secara umum perencanaan meliputi aktivitas untuk mendefinisikan tujuan, menyusun anggaran, menetapkan strategi dan kebijakan peraturan dan peosedur serta mengkoordinasi seluruh aktivitas. Produk dari perencanaan adalah rencana.

b. Implementasi (implementation)

Implementasi adalah menjalankan atau melaksanakan seluruh rencana yang telah ditetapkan. Implementasi melingkupi berbagai aktivitas antara lain: pengorganisasian, menggerakan, memimpin, koordinasi, komunikasi dan sebagainya.

c. Pengendalian (controlling)

Pengendalian berarti memantau seluruh aktivitas untuk menjamin terlaksananya seluruh rencana dan melakukan tindakan koreksi apabila terjadi penyimpangan yang berarti.

tahunan serta kepemilikan sebagaimana yang diatur dalam peraturan. Kemakmuran perusahaan diukur dari daya hidup atau hidup selama mungkin serta daya untuk tumbuh. Agar perusahaan dapat tumbuh maka perusahaan harus sehat. Kemakmuran pemilik perusahaan berarti pemilik perusahaan harus secara teratur dan meningkat menerima balas jasa dari modal yang mereka investasikan pada perusahaan.


(39)

2. Organisasi

Dalam melaksanakan kegiatan operasional, PKBL harus mempunyai tujuan dan sasaran yang sesuai dengan organisasi

Pengertian organisasi menurut John M.Pififfner P. Sherwood organisasi adalah pola keadaan di mana sejumlah orang banyak mempunyai teman yang berhubungan langsung dengan semua yang lain, dan menangani tugas-tugas yang komples, menghubungkan mereka sendiri satu sama lain dengan sadar, peraturan dan pencapaian yang sistematis dari tujuan-tujuan yang saling disetujui.

Berbicara tentang organisasi bukuanlah sekedar kumpulan orang dan pula bukan hanya sekedar pembagian kerja, karena pembagian kerja hanyalah salah satu asas organisasi. Salah satu asas tidaklah menjadi pengertian umum, atau denagn perkataan lain arti sebagian tidak dapat menjadi arti keseluruhan. Untuk pengertian organisasi yang pembagian kerja lebih tepat penggorganisasian. Penggorganisasian adalah serangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka menjadi wadah setiap kegiatan usaha dengan jalan membagi dan mengklompokan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan serta menetaapkan dan menyusun jalinan hubungan kerja. Organisasi adalah sistem saling pengaruh antara orang dalam kelompok yang berkerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Dari definisi organisasi diatas dapat ditemukan adanya berbagai factor yang dapat menimbulkan organisasi, yaitu orang-orang yang berkerja sama dan tujuan tertentu. Factor tersebut tidak saling lepas berdiri sendiri, melainkan saling kait merupakan suatu kebetulan. Maka dalam pengertian organisasi digunakan


(40)

sebutan sistem yang berarti kebetulan dari berbagai faktor yang terkai dari berbagai faktor yang terkait oleh berbagai asas tertentu.

Beberapa kelemahan dalam organisasi antara lain : a. jenjang organisasi yang terlalu panjang

b. kemungkinan kekembaran fungsi

c. satuan-satuan organisasi yang berbeda tujuan ditempatkan dalam satu kelompok

d. adanya pejabat yang melapor kepada lebih dari seorang atasan e. pengankatan atau pemakayan pembantu yang salah

f. terlalu banyak pejabat yang melapor kepada seorang kepala g. sebutan jabatan yang tidak jelas fungsinya

h. satuan organisasi yang membawakan hanya satu satuan organisasi lainya padahal hanya seseorang

i. satuan-satuan organisasi yang tidak seimbang fungsinya ditempatkan pada jenjang yang sama

j. satuan organisasi dengan fungsi menyeluruh hanya ditempatkan di bawah satuan lain secara salah

k. penanaman suatu fungsi yang tidak jelas

3. Kegiatan Operasional

Dalam melaksanakan kegiatan operasional, PKBL harus mempunyai tujuan dan sasaran yang hendak dicapai. secara umun adalah untuk meningkatkan kegiatan usaha kecil dalam memperoleh laba untuk mempertahankan


(41)

kelangsungan usaha kecil. Dengan adanya perencanaan, maka akan lebih efesien dalam penggunaan dana untuk membiayai kegiatan operasional PKBL, dan memudahkan untuk melakukan pengawasan, sehingga pemborosan dana dapat ditekan seminimal mungkin.

Sebelum melakukan kegiatan operasional, PKBL terlebih dahulu menyusun suatu anggaran sebagai tolak ukur untuk pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan.

D. Aspek Administrasi

1. Pengertian Administrasi

Administrasi berasal dari kata latin”ad + ministrare” yang mempunyai pengertian dalam bahasa Indonesia : membantu, melayani danmemenuhi. Pengertian administrasi menurut:

Dr. Sondang Siagian, menyatakan administrasi dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses kerja sama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasional tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Herbert A simon, menyatakan sebagai berikut dalam pengertian yang luas, administrasi dapat dirumuskan sebagai kegiatan dari kelompok orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

Sedangkan administrasi dalam PKBL yaitu semua proses yang ada dalam PKBL, dari yang membentuk unit Program Kemitraan dan Program Lingkungan dalam menyusun standard operating procedure dalam pelaksanaan program


(42)

kemitraan dan program bina lingkungan dalam melakukan evaluasi dan seleksi atas kelayakan usaha dan menetapkan calon mitra binaan, hal ini kegiatan administrasinya harus jelas dalam melakukan pembukuan atas Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan, hal ini harus jelas agar semua pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan sistematis.

Administrasi dalam PKBL dapat membantu penyusunan dan pengesahaan laporan yang terdiri dari laporan triwulan dan laporan tahunan yang memuat realisasi pelaksanaan PKBL yang dilihat dari wilayah binaan, yang terdiri dari sumber dana yang tersedia dan realisasi penggunaan dana sesuai dengan pelaksanaan PKBL, memuat perkembangan usaha mitra binaan.

2. Langkah-langkah dalam proses Administrasi

Setelah mengetahui beberapa pengertian mengenai administrasi seperti yang diuraikan dalam kutipan-kutipan diatas, dan kesimpulan terakhir mengnai batasan administrasi, dapat ditarik langkah-langkah dalam proses administrasi antara lain bahwa :

a. Administrasi merupakan rangkaian kegiatan penataan b. Kegiatan penataan itu dilakukan oleh sekelompok orang

c. Administrasi merupakan usaha kerja sama dari sekelompok orang tersebut d. Usaha kerja sama itu mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai.

Keempat langkah-langkah dalam proses administrasi adalah sebagai berikut :


(43)

1. Rangkaian Kegiatan Penataan

Langkah-langkah pertama ini sekaligus merupakan suatu cirri yang membedakan kegiatan administrasi dengan kegiatan lainya yang juga dilakukan oleh sekelompok orang. Rangkaian kegiatan penataan ini terdiri dari beberapa kegiatan penataan. Penataan iniberupa merancangkan kegiatan-kegiatan secara harmonis dan mengendalikan pelaksanaan-pelaksanaan kerja dalam usaha kerja sama sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.

Penataan dan pelaksanaan untuk pencapaian tujuam-tujuan inilah administrasi. Selain itu kegiatan penataan bukan merupakan kegiatan substantive yang berhubungan dengan tercapainya tujuan pokok dari usaha kerja sama. Kegiatan penataan ini hanyalah menunjang agar kegiatan substantive terlaksana dengan baik.

2. Sekelompok Orang

Yang dimaksud sekelompok orang dalam administrasi ini ialah kumpulan orang-orang yang batas jumlahnya paling sedikit dua orang, paling banyak tidak terbatas. Keteraturanya akan Nampak dalam satu hirarki atau susunan tertentu. Proses administrasi baru terjadi kalau yang melakukan adalah sekelompok orang-orang lain. Jadi kalau ada dua orang-orang manusia bersepakat berkerja sama dalam satu ikatan formal untuk mencapai suatu ikatan formal untuk mencapai sesuatu tujuan bersama, maka disini sudak timbul administrasi.

Manusia menjadi unsure terpenting dalam administrasi yang lain manusia inilah yang mempunyai pikiran dan perasaan.


(44)

3. Usaha Kerja Sama

Yang dimaksut dengan usaha kerja sama di antara sekelompok orang dalam administrasi ialah suatu usaha yang dilakukan aleh dua orang atau lebih untuk suatu maksut tertentu, yang tidak akan bisa mengakibatkan suatu hasil kalau hanya dilakukan oleh salah seorang di antara mereka.

4. Tujuan Tertentu

Yang dimaksd dengan tujuan dalam pengertian administrasi ialah, kebutuhan baik jasmani maupun rohani yang diperjuangkan dengan perbuatan-perbuatan nyata agar dapat dipenuhi. Kebutuhan rohani dari administrasi antara lain pemberian jasa, misalnya suatu organisasi pendidikan, tujuan yang bercorak rohaniah ialah memberikan pelayanan pendidikan, pengajaran, penataran.

Tujuan dalan usaha kerja sama sekelompok orang lain yang menentukan atau yang ikut terlibat menentukan antara lain :

a. semua orang yang terlibat dalam usaha kerja sama atau dengan kata lain semua pegawai atau anggota sesuatu organisasi

b. hanya sebagian saja dari orang-orang yang terlibat dalam usaha kerja sama.

c. pihak luar organisasi kadang kala turun mempengaruhi, yakni dalam hal organisasinya.

Demikianlah yang terkandung dalam langkah-langkah peroses administrasi dan dengan melihat, menganalisa dan meresapkan langkah-langkah tersebut, maka jelaslah bahwa administrasi tidak hanya sekedar pekerjaan membuat, mengirim dan menyimpan surat-surat tetapi lebih dari itu meliputi


(45)

segenap peruses penyelenggaraan, penataan dan penyusunan pekerja-pekerja pokok sesuatu organisasi untuk mencapai tujuan tertentu.

3. Komponen Administrasi

Sebelum menguraikan tentang komponen administarsi secara keseluruhan, komponen administrasi merupakan bagian dari sesuatu kebetulan dalam terbentuknya adminstrasi. Delapan komponen didalam administrasi adalah :

1. Organisasi

Organisasi sebagian salah satu komponen administrasi yang menunjukan adanya suatu proses penataan, pengaturan, penyusunan, pembagian kerja dari usaha kerja dari usaha kerja sama. Pengertian ini lebih tepat dinamakan pengorganisasian.

Pengorganisasian ini adalah rangkaian dari aktiva-aktiva yang meliputi : a. penyusunan bentuk dan pola usaha kerja sama

b. menggolong-golongkan tindakan yang harus dijalankan dalam kesatuan-kesatuan kerja tertentu

c. menentukan tugas pekerja orang-orang yang tergabung dalam usaha kerja sama

d. membagi-bagi wewenang masing-masing pelaksana

e. menentukan jalinan hubungan kerja di antara mereka, serta seluruh perintah dan tanggung jawab


(46)

2. Manajemen

Komponen kedua ini mempunya pengertian sebagai aktivitas menggerakan segenap orang dan mengarahkan semua fasilitas yang dipunyai oleh sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Aktivitas semacam ini sama dengan kegiatan memimpin usaha kerja sama sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu, dan melakukan penyempurnaan baik bentuk organisasi maupun tata kerja usaha kerja sama tersebut.

3. Komunikasi

Komponen ketiga administrasi ini adalah suatu proses tentang penyampaian berita dari sumber berita dari sumber berita ke suatu tujuan tertentu, jadi komunikasi administrasi adalah suatu kegiatan yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Ada berita warta b. Ada sumber berita

c. dan terjadi dalam setiap usaha kerja sama sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Komunikasi semacam ini dapat dibedakan antara lain atas komunikasi administrasi tertulis dan komunikasi lisan. Demikianlah pengertian pokok komunikasi sebagai salah satu komponen administrasi.

4. Kepegawaian

Komponen keempat ini dari administrasi ialak kepegawaian, merupakan suatu kegiatan yang mengurus tenaga kerja manusia, perician kegiatanya meliputi


(47)

sejak mulai penerimaan, kemudian diikuti dengan penempatan, pembimbingan, peningkatan sampai dengan pemberhentian. Perincian kegiatan dari menerima sampai dengan memberhentikan tersebut dinamakan administrasi kepegawaian.

5. Keuangan

Komponen kelima dari adminstrasi ini adalah mengenai uang atau biaya yang dinyatakan dengan uang. Dalam setiap usaha kerja sama kelompok orang uang merupakan komponen yang dapat membantu tercapainya sesuatu tujuan.

6. Perbekalan

Suatu komponen yang mengurus barang-barang pebekalan dan mulai dari saat menentukan pemikiran beberapa besar dan banyaknya yang sibutuhkan, mengadakan atau menyediakan barang-barang tersebut di tempat, kemudian pemakaianya dinamakan administrasi perbekalan

7. Tata Usaha

Komponen ketujuh dari administrasi ini adalah kegiatan yang bersasaran bahan-bahan keterangan yang diperlukan oleh organisasi, seorang pegawai tidak akan bisa melaksanakan sesuatu pekerjaan apabila ia tidak mendapat yang baik mengenai pekerjaan yang dilakukan.

8. Perwakilan atau Hubunan Masyarakat

Komponen yang terkhir ini merupakan suatu aktivitas yang berusaha untuk menjaga hubungan baik atau jalinan baik antara organisasi yang satu dengan organisasi lainya. Hubungan yang baik ini dapat merupakan perwakilan dari sesuatu organisasi ke dalam organisasi yang lain. Itulah sebabnya hubungan masyarakat ini dapat pula disebut perwakilan


(48)

Kegiatan yang pokok dalam hibungan masyarakat ini bagaimana caranya menjaga atau menjalin hubungan yang baik antara suatu organisasi dengan organisasi lainya. Karena hakekatnya suatu organisasi itu pun seperti manusia hidup ini tidak bisa hidup sendirian, membutuhkan kerjasama dengan pihak lain.


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan bersifat kualitatif, yaitu terdiri dari :

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari objek penelitian tempat data ini memerlukan pengolahan lebih lanjut.

Contoh : Hasil wawancara

2. Data sekunder, merupakan data pelengkap bagi data primer yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi. Data ini diambil dari PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan yang terdiri dari :

a. Gambaran umum perusahaan b. Struktur organisasi

c. Data mengenai evaluasi kinerja

d. Data lainnya yang mendukung penelitian

B. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik wawancara, yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan evaluasi kinerja program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL) PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

2. Teknik dokumentasi, yaitu penulis menelusuri bahan-bahan tulisan yang berhubungan dengan penelitian


(50)

C. Teknik Analisa Data

Dalam hal penganalisaan data yang telah dikumpulkan untuk penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode data sebagai berikut :

1. Metode deskriptif, merupakan suatu metode atau prosedur perumusan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penulis pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak dan sebagaimana adanya

2. Metode komparatif, merupakan metode analisa yang dilakukan dengan membandingkan teori-teori dengan peraktik dalam perusahaan, kemudian mengambil kesimpulan-kesimpulan dan selanjutnya memberikan saran-saran dari hasil perbandingan

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penulis melakukan penelitian di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan yang berlokasi di Jl. Sei Batanghari No. 2 Medan dan waktu penelitian dilakukan pada bulan September 2007 sampai dengan selesainy skripsi ini.


(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum

1. Sejarah Singkat PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)

PT Perkebunan Nusantara III (persero) berasal dari Perusahaan Perkebunan Milik Bangsa Asing yang di Nasionalisasikan oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1957 menjadi Perusahaan Perkebunan Negara Indonesia pada tahun 1957 menjadi Perusahaan Perkebunan Negara (BPN).

Setelah mengalami beberapa kali perubahan reorganisasi/ regrouping. Maka pada tahun 1968 di reorganisasi menjadi beberapa kesatuan Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) dan pada tahun 1974 ditetapkan pengalihan bentuk menjadi PT. Perkebunan (persero).

Pada tahun 1994 diadakan penggabungan manejemen PT. Perkebunan III, IV, dan V (persero) yang dikelola oleh Direksi PT. Perkebunan III.

Dalam rangka meningkatkan efesiensi dan aktivitas terhadap kegiatan usaha BUMN, pemerintah telah mencanangkan program restrukturisasi BUMN sub sector perkebunan melalui penggabungan usahaberdasarkan wilyah eksploitas dan perampingan struktur organisasi.

Berdasarkan PP Nomor 8 Tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996 diadakan peleburan Perusahaan Perseroan (persero) PT. Perkebunan III, PT. Perkebunan IV, dan PT. Perkebunan V menjadi Perusahaan Perseroan (persero) PT.


(52)

Perkebunan Nusantara III, disingkat dengan PT. Perkebunan Nusantara III (persero).

PT. Perkebunan III (Persero) didirikan dengan Akta Notaris Harun Kamil, SH. Nomor : 36 tanggal 11 Maret 1996 telah mendapat pengesahaan dari Mentri Kehakiman Republik Indonesia dengan surat keputusan Nomor : C2 -8331. HT. 01. TH. 96 tanggal 8 Agustus 1996 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor : 81 tanggal 8 Oktober 1996 tambahan nomor :8674/1996 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor: 81 tanggal 8 Oktober 1996, tambahan nomor : 8674/1996.

Sesuai dengan Keputusan Mentri Pemberdayagunaan BUMN Republik Indonesia/Kepala Badan Pembinaan BUMN No. KEP.213/M-MBU/2003 tanggal 5 juni 2003, susunan anggota Komisaris Perseroan adalah sebagai berikut :

Komosaris Utama : H. Soegiat

Komisaris : Mulyohadi Sastrodarmodjo

: Cairuddin P. Lubis

: Aries Mufti

: Heri Sebayang

Dan untuk keanggotaan direksi, sesuai dengan Surat Keputusan Mentri Badan Usaha Milik Negara Republic Indonesia No KEP.132/MBU/2006 TANGGAL 27 Desember 2006, susunan anggota Direksi Perseroan adalah sebagai berikut :

President Director : Ir. H. Amir Siregar


(53)

Finance Director

Human Resources and : H. M. Rachmat Prawirakesumah, SE,MM General Affairs Director

Bidang usaha perusahaan bergerak dalam bidan usaha kelapa sawit dan karet. PTPN III memiliki lahan perkebunan yang didukung dengan pabrik pengolahan untuk masing-masing komoditi kelapa sawit dan karet. Selain iti perusahaan memiliki pengolahan industri hilir karet.

2. Sejarah singkat PKBL

Disamping menghasilkan barang dan jasa untuk kemakmuran masyarakat, BUMN dipandang memiliki peran yang strategis dalam membantu pembinaan dan pengembangan usaha swasta dan koperasi (khususnya yang berskala kecil), oleh karena itu Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Nomor : 3 (tiga) tahun 1983 telah mengamanatkan BUMN untuk turut serta membantu pengembangan usaha kecil.

Sebagai tindaklanjut dari Peraturan Pemerintah Nomor 3 (tiga) tahun 1983, telah diterbitkan keputusan-keputusan mentri sebagai pedoman pelaksanaan pembinaan usaha kecil BUMN, yaitu Keputusan Mentri Keuangan Nomor 1232/KMK.013/1989, Nomor 316/KMK.016/1994 junto Nomor 60/KMK.016/19 dan Nomor 266/KMK.016/19, Keputusan Mentri Negara Pendayagunaan BUMN/ Kepala Badan Pengelolaan BUMN Nomor Kep-197/M-PBUMN/1997 dan Nomor Kep216/M-PBUMN/1997.


(54)

Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi masyarakat yang sangat dinamis, pedoman yang telah diterbitkan tersebut ternyata belum dapat memenuhi harapan masyarakat pelaku usaha kecil dan kebutuhan pengelola dalam pelaksanaan program. Atas dasar pertimbangan tersebut maka pemerintah melalui Kementrian BUMN memandang perlu menerbitkan keputusan Mentri BUMN Nomor Kep-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 tentang Program Kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan Program Bina Lingkungan (PKBL) yang mengatur kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan pelaksanaan bina lingkungan yang lebih komprehensip dan sesuai dengan perkembangan ekonomi dan kondisi lingkungan social masyarakat sekitar BUMN.

Berikut ini dijelaskan mengenai Visi, Misi, Tujuan dan strategi Usaha PTPN III adalah sebagai berikut :

a. Tujuan Mutu PKBL di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan Tujuan Mutu PKBL di PT. Perkebunan Nusantara III adalah sebagai berikut :

1. Mewujutkan hubungan yang harmonis dengan masyarakat disekitar wilayah usaha PT. Perkebunan Nusantara III dengan memberikan dana Bina Lingkungan sesuai dengan Keputusan Mentri BUMN Nomor Kep-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 dan Surat Edaran Mentri BUMN Nomor SE-433/MBU/2003 tanggal 16 September 2003

2. Menumbuhn kembangkan kegiatan ekonomi kerakyatan serta terciptanya pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja, kesempatan berusaha dan pemberdayagunaan melalui kemitraan dengan UKM sesuai


(55)

dengan Keputusan Mentri BUMN Nomor Kep-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 dan Surat Edaran Mentri BUMN Nomor SE-433/MBU/2003 tanggal 16 September 2003

b. Sasaran Mutu PKBL di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan 1. Menyalurkan dana Bina Lingkungan untuk tahun 2006 sebesar Rp.

6.500.000.000,-

2. Mengeluarkan dana kemitraan untuk tahun 2006 sebesar Rp. 4.500.000.000,-

3. Pengembalian pinjaman dana kemitraan dari Mitra Binaan tahun 2006 sebesar Rp. 3.500.000.000,-

B. Analisis dan Evaluasi

1. Analisis dan Evaluasi Tingkat Efektivbilitas Penyaluran Dana dan Tingkat Kolektibilitas Pengembalian Pinjaman PKBL

a. Aspek Keuangan

Dalam penganalisaan yang dilakukan penulis pada aspek keuangan, PKBL di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan menggunakan Analisa Laporan Keuangan Komparatif dengan indikator penilaian yang dianggap dominan yaitu Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas dan Laporan Arus Kas.

1. Laporan Posisi Keuangan

Bentuk laporan posisi keuangan PKBL di PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan dapat dilihat dalam Neraca tahun 2006 dan 2005 berikut ini :


(56)

A K T I V A 31/12/2006 (Rp.) 31/12/2005 (Rp.) Aktiva Lancar

Kas dan Bank 475,599,728 299,451,065

Deposito - -

Piutang Pinjaman Mitra Binaan 16,931,228,304 15,106,810,637

Piutang Alokasi Laba - -

Aktiva Lancar Lainnya :

- piutang BMI 24,039,467 24,039,467 - Piutang Pegawai 4,186,018 4,536,018 Jumlah Aktiva Lancar 17,435,053,517 15,434,837,187 Aktiva Tetap

Aktiva Lain-lain

- Piutang bermasalah 1,042,679,315 1,042,679,315 - Hutang kepada PTPN-III 1,088,000,000 1,088,000,000 Jumlah Aktiva Lain-lain 2,130,679,315 2,130,679,315 Total Aktiva 19,565,732,832 17,565,516,502 Kewajiban dan Ekuitas

Kewajiban Kewajiban Lancar

- Hutang Pengembangan Show Room MB 24,896,727 - - Hutang kepada PTPN-III 138,074,912 -

Kewajiban Jangka Panjang - -

Jumlah Kewajiban 162,971,639 -

Ekuitas

Saldo Awal Ekuitas 17,565,516,502 16,479,569,562 Alokasi Laba Tahun Berjalan 2,779,153,000 2,794,944,803 Pengurangan :

- Hibah ( 1,010,912,118 ) ( 980,532,548 ) - Koreksi Ekuitas - ( 831,713,710 ) Surplus (Defisit) 69,003,809 103,248,395 Jumlah Ekuitas 19,402,761,193 17,565,516,502 Total Kewajiban dan Ekuitas 19,565,732,832 17,565,516,502

Adapun penjelasan pos-pos neraca Program Kemitraan sebagai berikut : a. Kas dan Bank

Saldo dana Program Kemitraan tahun 2006 adalah sebesar Rp. 475.599.728,- dengan rincian sebagai berikut :

31/12/2006 31/12/2005

Rp. Rp. Kas 167,397,608.00 16,913,883.00 Bak 308,202,120.00 282,537,182.00


(57)

Jumlah 475,599,728.00 299,451,065.00

b. Piutang pinjaman Mitra Binaan

Jumlah piutang pinjaman Mitra Binaan tahun 2006 adalah sebesar Rp. 16.931.228.304,- jumlah tersebut merupakan pokok pinjaman yang belum dilunasi oleh Mitra Binaan tidak termasuk bunga pinjaman. Rincian piutang Mitra Binaan adalah sebagai berikut :

31/12/2006 31/12/2005

Rp. Rp. - tagihan lancar 7,250,940,711.00 6,349,594,839.00 - tagihan kurang lancar 2,781,346,876.00 2,332,131,413.00 - tagihan ragu-ragu 752,000,834.00 670,787,265.00 - tagihan macet 6,146,939,874.00 5,754,297,120.00

Jumlah 16,931,228,304.00 15,106,810,637.00

c. Piutang Bank Muamalat, Jakarta

Saldo Piutang Bank Muamalat Indonesia adalah sebagai berikut :

31/12/2006 31/12/2005

Rp. Rp. - Piutang BMI 24,039,467.00 24,039,467.00

d. Piutang Pegawai

Saldo piutang Per 31 Desember 2006 adalah sebagai berikut :

31/12/2006 31/12/2005

Rp. Rp. - Jumlah Piutang Pegawai 4,186,018.00 4,986,018.00

Jumlah piutang diatas merupakan hasil penagihan dari Mitra Binaan yang hilang akibat dirampok sebelum disetor ke Kas/Bank bagian Kemitraan (sudah dibuat akan diangsur oleh yang bersangkutan) dengan rincian sebagai berikut :

Pokok Pinjaman Rp. 4,475,479.00

Bunga Rp. 510,539.00


(58)

Diangsur Rp. 800,000.00

Saldo Rp. 4,186,018.00

e. Piutang bermasalah

Saldo piutang bermasalah per 31 Desember 2006 adalah sebagai berikut :

31/12/2006 31/12/2005

Rp. Rp. - Piutang bermasalah 1,042,679,315.00 1,042,679,315.00 Adapun rincian piutang bermasalah tersebutdiatas adalah sebagai berikut : 1. Penyaluran kepada Perhimpunan Agribisnis Indonesia (PERAGI) di

Kabupaten Deli Serdang pada tahun1995 sebesar Rp. 42.000.000,- 2. Penyaluran kepada Pengembangan Perkebunan Wilayah Khusus

(P2WK) tahun 1994 sebesar Rp. 68.389.360,- dengan rincian sebagai berikut :

Pemkab. Tapanuli Utara Rp. 28,868,319.00 Pemkab. Tapanuli Selatan Rp. 36,428,541.00 Pemkab. Nias Rp. 3,092,500.00

Jumlah Rp. 68,389,360.00

3. Sisa pinjaman 7 (tujuh) unit traktor penyaluran tahun 1997 sebesar Rp. 217.890.853,- dengan rincian sebagai berikut :

Pemkab. Tapanuli Tengah 1 Unit Rp. 18,331,964.00 Pemkab. Dairi 1Unit Rp. 108,388,889.00 Pemkab. Mandailing Natal 5 Unit Rp. 91,170,000.00

Jumlah Rp. 217,890,853.00

4. Sisa pinjaman kepada kelompok nelayan penyaluran tahun 1997 sebesar Rp. 714.399.102,- dengan rincian sebagai berikut :

Pemkab. Deli Serdang 3 MB Rp. 96,171,723.00 Pemko. Medan 3 MB Rp. 618,227,379.00


(59)

Piutang bermasalah ini telah diusulkan untuk di Write Off sesuai surat nomor : 3.05/X/97/2006 tanggal 15 Pebruari 2006 sebesar Rp. 1.042.679.315,-

f. Piutang kredit usaha Mikro

Piutang Kredit Usaha Mikro adalah dana pinjaman dalam rangka Kredit Usaha Layak Tanpa Anggunan (KUM-LTA) sesuai Surat Mentri Badan Usaha Milik Negara Nomor : S-290/MBU/2004 tanggal 4 JUni 2004 yang dituangkan dalam perjanjian penempatandana dan pinjaman dalam rangka Kredit Usaha Mikro layak tanpa anggunan antara PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) dengan PT. Bank Mandiri (Persero) TBK. Nomor : DIR.PKS/054/2004 tanggal 18 Juni 2004. dana tersbut ditempatkan pada rekening giro Nomor : 070-00-0423544-1 sebesar Rp. 1.088.000.000,- g. Pinjaman Mitra Binaan di Propinsi NAD

Saldo pinjaman Mitra Binaan di Propinsi NAD per 30 Nopember 2005 sebesar Rp. 813.713.710,- telah dialihkan pengelolaannya ke PT. Perkebunan Nusantara I (Persero) pada bulan Desember 2005

h. Ekuitas

Saldo Ekuitas per 31 Desember 2006 sebssar Rp. 19.656.732.832,- dengan rincian sebagai berikut :

31/12/2006 31/12/2005

Rp. Rp. - Saldo Awal Ekuitas 17,565,516,502.00 16,479,569,562.00 - Alokasi Laba tahun berjalan 2,779,153,000.00 2,794,944,803.00 - Hutang Show Room 24,896,727.00 - - Hutang kepada PTPN III 138,074,912.00 -


(60)

Pengurangan :

- Hibah (1,010,912,118.00) (980,532,548.00) - Koreksi Ekuitas - (831,713,710.00) - Surplus (Depisit) 69,003,809.00 103,248,395.00

Jumlah 19,565,732,832.00 17,565,516,502.00

i. Surplus/Defisit per 30 Desember 2006 sebesar Rp. 68.674.198,-

31/12/2006 31/12/2005

Rp. Rp. - Bung Pinjaman 328,379,100.00 218,083,477.00 - Jasa Giro 13,636,901.00 12,878,814.00 - Pendapatan Lain-lain 3,003,050.00 - - Biaya Operasional (276,015,242.00) (172,713,896.00)

Surplus (Depisit) 69,003,809.00 103,248,395.00

Analisa terhadap laporan keuangan dari pos-pos neraca PKBL tahun 2006 dan tahun 2005 diatas dapat dilihat melalui perhitungan berikut ini :

Kas dan Bank :

= 1,58

065 . 451 . 299 728 . 599 . 475 2005 / 2006 /   Bank Kas Bank Kas

= Kas/Bank 2006 – Kas/Bank 2005 = 475.599.728 – 299.451.062 = 176.148.663

= 0,58 100% 58%

065 . 451 . 299 663 . 148 . 176 2005 / / .    x Bank Kas Turun Naik Rp

Piutang pinjaman Mitra Binaan (MB) :

= 1,12

637 . 810 . 106 . 15 304 . 228 . 931 . 16 2005 tan 2006 tan   MB Pinjaman g Piu MB pinjaman g Piu

= Piutang pinjaman MB 2006 – Piutang pinjaman MB 2005 = 16.931.228.304 – 15.106.810.637 = 1.824.417.667


(61)

= 0,12 100% 12% 637 . 810 . 106 . 15 667 . 417 . 824 . 1 2005 tan / . x MB pinjaman g Piu Turun Naik Rp

Piutang Bank Muamalat Indonesia (BMI) Jakarta :

= 1

467 . 039 . 24 467 . 039 . 24 2005 tan 2006 tan   BMI g Piu BMI g Piu

= Piutang BMI 2006 – Piutang BMI 2005 = 24.039.467 – 24.039.467 = 0

= 0%

467 . 039 . 24 0 2005 tan / .   BMI g Piu Turun Naik Rp

Piutang pegawai :

= 0,84

018 . 986 . 4 018 . 186 . 4 2005 tan 2006

tan

pegawai g Piu Pegawai g Piu

= Piutang pegawai 2006 – Piutang pegawai 2005 = 4.186.018 – 4.986.018 = 800.000

= 0,15 100% 16%

018 . 986 . 4 000 . 782 2005 tan / .    x pegawai g Piu Turun Naik Rp

Piutang bermasalah :

= 1

315 . 679 . 042 . 1 315 . 679 . 042 . 1 2005 tan 2006

tan

Bermasalah g Piu bermasalah g Piu

= Piutang bermasalah 2006 – Piutang bermasalah 2005 = 1.042.679.315 – 1.042.679.315 = 0

= 0%

315 . 679 . 042 . 1 0 2005 tan / .   bermasalah g Piu Turun Naik Rp


(62)

Ekuitas :

= 1,11

502 . 516 . 565 . 17 832 . 732 . 565 . 19 2005 2006   Ekuitas Ekuitas

= Ekuitas 2006 – Ekuitas 2005 =

= 19.565.732.832 – 17.565.516.502 = 2.000.216.330

% 11 % 100 11 , 0 502 . 516 . 565 . 17 330 . 216 . 000 . 2 2005 / . x Ekuitas Turun Naik Rp Surplus/Depisit :

= 0,66

395 . 248 . 103 809 . 003 . 69 2005 / 2006 /   Depisit Surplus Depisit Surplus

= Surplus/Depisit 2006 –Surplus/Depisit 2005 = 69.003.809 – 103.248.395 = 34.244.586

= 0,33 100% 33%

395 . 248 . 103 586 . 244 . 34 2005 / / .    x Depisit Surplus Turun Naik Rp

2. Laporan Aktivitas

Laporan Aktivitas dari PKBL di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan adalah sebagai berikut :

LAPORAN AKTIVITAS PROGRAM KEMITRAAN TAHUN 2006

A. Dana yang tersedia

Saldo awal 1 Januari 2006 Rp. 299.451.065 Alokasih Penyisihan laba Tahun 2005 Rp. 2.779.153.000 Penerimaan Pengembalian Pokok Pinjaman Rp. 3.147.582.333 Penerimaan Piutang pegawai Rp. 350.000

Koreksi Saldo Awal Rp. - Hutang Biaya Pengembangan Show Room Rp. 24.896.727

Hutang Kepada PTPN-III (Biaya Operasional) Rp. 138.074.912


(63)

B. Penggunaan Dana Pinjaman :

Kredit Usaha Mikro Rp. - Sektor Industri ( 23 MB) Rp. 497.000.000

Sektor Perdagangan (129 MB) Rp. 2.624.000.000 Sektor Pertanian ( 1 MB) Rp. 15.000.000 Sektor Peternakan ( 1 MB) Rp. 30.000.000 Sektor Perkebunan ( 2 MB) Rp. 32.000.000

Sektor Perikanan Rp. - Sektor Jasa ( 77 MB) Rp. 1.774.000.000

JumlahPinjaman Rp. 4.972.000.000 Pinjaman Khusu :

Sektor Industri Rp. - Sektor Perdagangan Rp. - Sektor Pertanian Rp. - Sektor Peternakan Rp. - Sektor Perkebunan Rp. - Sektor Perikanan Rp. -

Sektor Jasa Rp. -

Sektor Lainnya Rp. - Jumlah Pinjaman Khusu Rp. - Hibah :

Sektor Industri Rp. 641.609.500 Sektor Perdagangan Rp. 226.838.760 Sektor Pertanian Rp. 1.758.440 Sektor Peternakan Rp. 1.758.440 Sektor Perkebunan Rp. 3.516.880 Sektor Perikanan Rp. - Sektor Jasa Rp.

Sektor Lainnya Rp. - Jumlah Hibah Rp. 1.010.912.118

Jumlah Penggunaan Dana ( Rp. 5.982.912.118 ) C. Dana tersedia (A-B) Rp. 406.595.919 D. Pendapatan Tahun 2006

Bunga Pinjaman Rp. 328.379.100 Jasa Giro Rp. 13.636.901

Bunga Deposito Rp. -

Pendapatan Lain-lain Rp. 3.003.050 Jumlah Rp. 345.019.051 E. Beban Operasional Tahun 2005

Beban Survey Rp. -

Beban Penagihan/Penyaluran/ATK Rp. 269.500.742 Beban Administrasi Rp. 6.514.500 Jumlah ( Rp. 276.015.242 )

F. Surplus/Devisit (D-E) Rp. 69.003.809 G. Saldo Akhir Rp. 475.599.728


(64)

Rincian dari laporan akumulasi dana PKBL di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan adalah sebagai berikut :

LAPORAN AKUMULASI DANA PROGRAM KEMITRAAN TAHUN 2006

I. Akumulasi Sumber Dana : Akumulasi Alokasi Penyisihan

Laba s.d Triw. IV/2006 Rp. 25.834.179.176 Penerimaan Pengembalian pokok Pinjaman Rp. 18.661.018.862 Penerimaan Piutang Pegawai Rp. 800.000 Selisih RK/pembulatan Rp. - Akumulasi Penerimaan

Pendapatan s.d Triwulan IV/2006

Bunga Pinjaman Rp. 1.495.988.780 Bunga Deposito Rp. - Jasa Giro Rp. 1.756634.808 Pendapatan Lain-lain Rp. 98.543.473

Jumlah Rp. 3.351.167.061

Kelebihan bagian Laba 2002 Rp. 40.000.000 Hutang kepada PTPN-III Rp. 189.542.681 Hutang kepada Program Bina Lingkungan Rp. 184.197.272 Hutang Pembangunan Show Room Rp. 133.987.675

Jumlah Akumulasi

Sumber Dana s.d Triw. IV/2006 Rp. 48.394.892.727

II. Akumulasi Penyaluran Dana : Pinjaman

Sektor Industri Rp. 6.848.763.180 Sektor Perdagangan Rp. 14.993.208.100 Sektor Pertanian Rp. 1.492.453.000 Sektor Peternakan Rp. 1.395.387.522 Sektor Perkebunan Rp. 1.750.738.039 Sektor Perikanan Rp. 1.164.033.350 Sektor Jasa Rp. 9.604.166.147 Sektor Lainnya Rp. - Jumlah Pinjaman Rp. 37.248.749.338 Hibah

Sektor Industri Rp. 3.364.923.418 Sektor Perdagangan Rp. 611.725.119 Sektor Pertanian Rp. 143.037.240 Sektor Peternakan Rp. 103.876.182 Sektor Perkebunan Rp. 236.189.380 Sektor Perikanan Rp. 82.358.000 Sektor Jasa Rp. 465.709.954 Sektor Lainnya Rp. - Jumlah Pinjaman Rp 5.007.819.293


(65)

Pinjaman dialihkan kepada

BUMN Lain Rp. 2.867.647.639 Pinjaman Bermasalah Rp. 217.890.853 Pinjaman Bina Lingkungan

dicatat di Kemitraan Rp. 160.350.000 Piutang kepada Bank Muamalat Indonesia Rp. 24.039.467 Piutang Pegawai KBL Rp. 4.986.018 Pengembalian Kelebihan Bagian Laba Rp. 40.000.000 Pengembalian Uang ke Bagian BL Rp. 35.468.778 Piutang Kredit Usaha Mikro Rp. 1.088.000.000 Pelunasan Hutang kepada PTPN-III Rp. 51.467.769 Pelunasan Hutang Pembangunan

Show Room MB Rp. 109.090.948 Dana BUMN Lainnya Rp. 183.621.293 Jumlah Pengeluaran Dana Rp. 47.919.292.999

Saldo akhir Rp. 475.599.728

Analisa terhadap laporan aktivitas PKBL tahun 2006 terdiri dari aktivitas pendanaan, aktivitas beban dan keuntungan/kerugian dapat dilihat pada perhitungan sebagai berikut :

Aktivitas Pendanaan :

= 7,57

037 . 508 . 389 . 6 727 . 892 . 394 . 48 2006

2006

tersedia yang Dana Dana sumber Akumulasi

= Akumulasi sumber Dana 2006 – Dana yang tersedia 2006 = 48.394.892.727 – 6.389.508.037 = 42.005.384.690

= 6,57 100% 657%

037 . 508 . 389 . 6 690 . 384 . 005 . 42 2006 /    x tersedia yang Dana Dana Turun Naik Akumulasi

Aktivitas Beban :

= 8

118 . 912 . 982 . 5 999 . 292 . 919 . 47 2006

2006

Dana Penggunaan

Dana Penggunaan Akumulasi

= Akumulasi Penggunaan Dana 2006 – Penggunaan Dana 2006 = 47.919.912.118 – 5.982.912.118 = 41.937.000.000


(1)

Operator Komputer/Administrasi Umum bertugas untuk :

1. Bertanggung jawab terhadap pengembalian cicilan per wilayah kerja antara lain Simalungun, Tapanuli Utara dan Toba Samosir

2. Membuat target penagihan pada saat akan melaksanakan penagihan/monitoring

3. Membuat laporan hasil penagihan/monitoring

4. Membuat surat teguran atas tunggakan Mitra Binaan diatas tiga bulan keatas sesuai dengan wilayah kerja

5. Membuat rekapitulasi ansuran Mitra Binaan per pemkab setiap Triwulan, Semester dan Tahunan

6. Membantu membuat laporan bulanan, triwulan, semester dan tahunan

7. Membantu membukukan angsuran Mitra Binaan kedalam kartu cicilan Mitra Binaan setiap ada transaksi pembayaran langsung dan Tim Monitoring

8. Membuat target tagihan tahunan per Mitra Binaan sesuai dengan wilayah kerja

9. Melaksanakan tugas-tugas yang diinstruksikan atasan

Agendaris Surat interen/Eksteren dan Administrasi Umum bertugas untuk : 1. Mengagendakan surat-surat interen/eksteren

2. Membuat permintaan kebutuhan ATK dan menginventariskan kebutuhan KBL

3. Sekretaris Kepala Bagian KBL


(2)

5. Membukukan kedalam kartu Cicilan Mitra Binaan setiap ada transaksi pembayaran langsung dan Tim Monitoring

6. Mendelegasikan surat-surat dari Kepala Bagian ke masing-masing urusan

Administrasi ISO 9001/14001 bertugas untuk :

1. Mengadministrasikan dan memelihara dokumen ISO 9001/4001 di bagian KBL dan melaksanakan tugas-tugas yang berkaitan dengan pelaksanaan ISO 2. Membantu tugas-tugas Krani-I Urusan Administrasi Umum

3. Mendokumentasikan hari-hari berhalangan

4. Melaksanakan tugas-tugas yang diinstruksikan atasan

Arsiparis Surat internal/Eksternal Administrasi Umum bertugas untuk : 1. Mengarsipkan surat-surat interen/eksteren

2. Membuat surat permintaan kendaraan 3. Permohonan surat-surat eksteren

4. Mengirim surat kepada bagian dan kepada pihak ke tiga

OPAS Kantor bertugas untuk :

1. Membersihkan Ruangan kantor yaitu menyapu, mengepel dan lain sebagainya 2. Membuat minuman dan membagikan senek


(3)

Tim I Penagihan dan Monitoring Mitra Binaan bertugas untuk : 1. Membantu Krani-I menyusun RKA

2. Membantu Krani-I menyusun Laporan Bulanan,Triwulan, Semester dan Tahunan

3. Merekapitulasi daftar monitoring per Pemko/Pemkab 4. Membantu Krani-I dalam melaksanakan tugas-tugas

5. Membuat Surat Perjanjian Kemitraan, Addendum Surat Perjanjian Reschedulling dan Reconditioning

6. Koordinasi antar sesame Karyawan Pelaksana demi terciptanya hubungan yang harmonisuntuk mencapai hasil yang baik

7. Notaris Surat Perjanjian

8. Mendelegasikan tugas/pekerjaan kepada Krani monitoring terhadap wilayah kerja masing-masing

9. Melaksanakan tugas-tugas yang diinstruksikan atasan

10.Merekapitulasi target tagihan Mitra Binaan setiap tahun berjalan

11.Melaksanakan tugas Monitoring sekaligus penagihan cicilan Mitra Binaan per Pemkab Sumatera Utara

12.Pembimbing Mahasiswa/siswi yang melaksanakan riset/PSG di bagian KBL 13.Membuat Kesepakataan Karya, bimbingan Karya dan Penilaian Karya

14.Koordinasi antar sesame Karyawan Pelaksana demi terciptanya hubungan yang harmonis untuk mencapai hasil kerja yang baik


(4)

Tim II Penagihan dan Monitoring Mitra Binaan bertugas untuk :

1. Bertanggung jawab terhadap pengembalian cicilan per wilayah kerja antara lain Medan, Deli Serdang, Serdang Bedagai dan Tebing Tinggi

2. Membuat target penagihan pada saat akan melaksanakan penagihan/monitoring

3. Membuat laporan hasil penagihan/monitoring

4. Membuat surat teguran atas tunggakan Mitra Binaan diatas tiga bulan keatas sesuai dengan wilayah kerja

5. Membuat posisi Mitra Binaan setiap awal bulan sesuai dengan wilayah kerja 6. Melaksanakan tugas-tugas yang diinstruksikan atasan

Tim III Penagihan dan Monitoring Mitra Binaan bertugas untuk :

1. Bertanggung jawab terhadap pengembalian cicilan per wilayah kerja antara lain Labuhan Batu, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal dan Tapanuli Tengah 2. Membuat target penagihan pada saat akan melaksanakan

penagihan/monitoring

3. Membuat laporan hasil penagihan/monitoring

4. Membuat surat teguran atas tunggakan Mitra Binaan diatas tiga bulan keatas sesuai dengan wilayah kerja

5. Membantu membukukan Angsuran Mitra Binaan kedalam kartu cicilan Mitra Binaan setiap ada transaksi pembayaran lansung dan Tim Monitoring


(5)

8. Membuat target tagihan pertahun per Mitra Binaan sesuai dengan wilayah kerja

Tim IV Penagihan dan Monitoring Mitra Binaan bertugas untuk :

1. Bertangungjawab terhadap pengembalian cicilan per wilayah kerja antara lain Medan, Deli Serdang, Serdang Bedagai dan Tebing Tinggi

2. Membuat target penagihan pada saat akan melaksanakan penagihan/monitoring

3. Membuat laporan hasil penagihan/monitoring

4. Membuat surat teguran atas tunggakan Mitra Binaan diatas tiga bulan keatas sesuai dengan wilayah kerja

5. Membuat posisi Mitra Binaan setiap awal bulan sesuai dengan wilayah kerja 6. Mengambil R/K ke Bank

7. Menyetor uang atas ansuran Mitra Binaan ke Bank

8. Membukukan Angsuran Mitra Binaan kedalam kartu cicilan Mitra Binaan setiap ada transaksi pembayaran melalui Bank

9. Membuat daftar tablelaris Kas/Bank setiap bulan 10.Mengarsip bukti pengeluaran/penerimaan Kas/Bank

11.Membuat target tagihan pertahun per Mitra Binaan sesuai dengan wilayah kerja


(6)

Administrasi Keuangan dan Koordinasi bertugas untuk :

1. Menerima ansuran dari Mitra Binaan yang disetor langsung kebagian KBL 2. Membukukan angsuran kedalam Kartu cicilan setiap ada transaksi

pembayaran dari Mitra Binaan

3. Mengambil Rekening Koran dari Bank BRI/MANDIRI dan membuat bukti penerimaan Bank

4. Membuat daftar per pemko dan pemkab 5. Membantu tugas-tugas Krani-I