Keadaan Sosial Desa pepelegi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat berupaya menyediakan sarana atau tempat beribadah untuk menampung jamaahnya dalam melaksanakan ibadah, sarana fisik yang dapat menunjang ibadah di desa ini yakni adalah Tabel 1.5 Jumlah Masjid 9 buah Jumlah Musholla 10 buah Jumlah Gereja Kristen Protestan 1 buah Jumlah Gereja Katholik 1 buah Jumlah Wihara 0 buah Jumlah Pura 0 buah Jumlah Klenteng 0 buah Sumber data Monograf Desa Pepelegi 2015-2016 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id b. Sosial kebudayaan bersifat keagamaan Sosial kebudayaan yang besrifat keagamaan ialah suatu gerak budaya yang teraktualisasi dalam kehidupan masyarakat yang dimotifsir oleh unsur-unsur keagamaan. Masyarakat Desa Pepelegi ini sangat aktif dalam kegiatan keislaman 25 , hal ini terbukti adanya kegiatan keagamaan secara rutin antara lain: 1. Perayaan Maulid Nabi,yakni kebudayaan yang terwujud dengan satu tujuan untuk memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad SAWdan Biasanya diadakan pengajian akbar. 2. Perayaan Isra’ Mi’raj biasanya jatuh pada tanggal 27 Rajab. Perayaan Isra’ Mi’raj biasanya diisi dengan diba’an, dan pengajian akbar. 3. Setiap bulan tiap RT mengadakan kegiatan kirim doa yasin tahlil akan tetapi berbeda dalam pelaksanaannya baik tanggal maupun hari. Kegiatan ini dinamakan arisan RT namun diisi dengan kegiatan tahlilan dan dilakukan secara bergilir oleh setiap RT. 4. Setiap Senin diadakan pengajian rutinan di Masjid Islahun Nahdliyyin yang dipimpin oleh pemuka agama setempat yakni bapak Abdul Majid. 25 Abdul Majid Wawancara, Pepelegi, 22 Maret 2016. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 5. Setiap Senin sore diadakan belajar Qiroa’ah di Masjid Islahun Nahdliyyin biasanya diisi oleh remaja Masjid Islahun Nahdliyyin 6. Setiap Rabu diadakan kegiatan istighosah, yasin dan tahlil. Kegiatan ini dihadiri khususnya bapak-bapak dan bertempat di Masjid Islahun Nahdliyyin. 7. Setiap Jum’at ibu-ibu Muslimah NU mengadakan kirim doa atau tahilan dan bergilir dari rumah ke rumah. 8. Setiap Jum’at anak-anak remaja Masjid mengadakan jamiyyah di Masjid Islahun Nahdliyyin dan dan terkadang dilaksanakan bergilir dari rumah ke rumah. 9. Setiap Sabtu di adakan fatayat NU mengadakan kegiatan kirim doa yasin tahlil dan kegiatannya dilakukan secara bergilir dari rumah ke rumah. Biasanya dihadiri oleh kaum putri. 10. Setiap Minggu diadakan GP Anshor mengadakan kegiataan kirim doa yasin tahlil yang juga keliling dari rumah ke rumah. Biasanya dilaksanakan dan dihadiri kaum putra pada umumnya. 11. Setiap Malam Jum’at diadakan yasin tahlil di Desa Pepelegi dan bergilir dari rumah kerumah. 12. Setiap Sabtu Malam Ahad di adakan pengajian rutin ba’da Magrib di Masjid Ar-Rahma Muhamadiyah di antaranya membahas tentang: 26 a. Sabtu pertama membahas tentang kajian Hadist 26 Wartono , Wawancara, Pepelegi, 22 Maret 2016. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id b. Sabtu kedua membahas kajian Tafsir Al-Qur’an. c. Sabtu ketiga membahas kajian Tauhid. d. Sabtu keempat membahas kajian Umum. e. Sabtu kelima membahas kajian Fiqh yang menyangkut peribadatan sehari-hari. 13. Diadakan pengajian rutin membahas kajian Samrah Asmaul Husna pada hari Senin dan Kamis Ba’da Isya di Masjid At- Taqwa LDII. 27 Samrah Asmaul Husna yakni penjabaran Asmaul Husna dari Ar-Rahman sampai akhir. 28 4. Kondisi Pendidikan Masyarakat Pepelegi Pendidikan merupakan hal terpenting bagi manusia. Maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh maju pendidikan di negara tersebut. Karena itulah untuk memajukan negaranya, bangsa Indonesia mencanangkan program wajib belajar 9 tahun di seluruh pelosok wilayah di kota-kota besar maupun kota wilayah terpencil. Tidak ketinggalan di Desa Pepelegi ini aparat desa, guru dibantu masyarakat berupaya terus membebaskan masyarakat Pepelegi dari buta huruf. Meskipun hanya tamat SD,SMP, dan SMA, yang terpenting masyarakat tahu baca dan menulis. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut : 27 Sutris, Wawancara, Pepelegi, 25 April 2016. 28 Khotib , Wawancara, Pepelegi, 25 April 2016. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Tabel 1.6 Tingkatan Pendidikan Penduduk Jumlah Penduduk yang buta huruf dan aksara latin Penduduk usia 3-6 tahun yang masuk TK dan kelompok bermain anak Penduduk dan anak cacat fisik dan mental Penduduk sedang SD Penduduk tamat SD Penduduk tidak tamat SD Penduduk sedang SLTP Penduduk tidak tamat SLTP Penduduk sedang SMA Penduduk tidak tamat SMA Penduduk tamat D1 Penduduk tamat D2 Penduduk tamat D3 Penduduk tamat S1 Penduduk tamat S2 Penduduk tamat S3 Penduduk tamat SLB A 3 orang 308 orang 0 orang 1530 orang 164 orang 0 orang 1319 orang 204 orang 861 orang 329 orang 76 orang 40 orang 44 orang 909 orang 168 orang 440 orang 3 orang 2 orang digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id S S Sumber Data: Monograf Desa Pepelegi 2015-2016 Sedangkan penduduk yang wajib belajar 9 tahun dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1.7 Sumber Data : Monograf Desa Pepelegi 2015-2016 Upaya masyarakat di atas, dibarengi pula dengan jumlah usaha guru dan murid mulai dari tingkat taman kanak-kanak hingga sekolah dasar serta SMP maupun SMA. Secara rinci dapat dilihat dalam tabel dibawah ini : Penduduk tamat SLB B Penduduk tamat SLB C 1 orang 1 orang NO Penduduk Jumlah 1 2 3 Penduduk usia 7-15 tahun Penduduk usia 7-15 tahun yang masih sekolah Penduduk usia 7-15 tahun yang tidak sekolah 2849 orang 2849 orang 2849 orang digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Tabel 1.8 NO Rasio Guru dan Murid Jumlah 1. Kelompok bermain anak Jumlah Guru TK Jumlah Siswa TK 85 orang 1916 orang 2. SD Sederajat Jumlah Guru Jumlah Siswa 150 orang 3240 orang 3. Jumlah SMP Jumlah Guru Jumlah Siswa 25 orang 378 orang 4. SMA Jumlah Guru Jumlah Siswa - Orang - Orang digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 5. SLB Jumlah Guru Jumlah Siswa - orang - orang Sumber Data : Monograf Desa Pepelegi 2015-2016 5. Bidang Sosial Kebudayaan Kebudayaan yang bersifat kemasyarakatan adalah suatu gerak budaya yang teraktualisasi dalam kehidupan masyarakat yang motifisir oleh unsur-unsur kemasyarakatan misalnya Tradisi Ruwat Desa. Tradisi Ruwat Desa 29 di desa Pepelegi tersebut dilaksanakan dengan tujuan untuk mendoakan agar masyarakat setempat terbebas dari segala macam kesialan hidup dan nasib jelek, sekaligus mendapat kesejahteraan dengan hasil panen yang melimpah. Pelaksanaan tradisi ini biasanya berlangsung di tanah lapang. 29 Isyhar Ashari Kepala Lurah ,Wawancara, Pepelegi, 15 Maret 2016. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB III RUANG LINGKUP TRADISI SELAMATAN KEMATIAN DI

DESA PEPELEGI KECAMATAN WARU KABUPATEN SIDOARJO Masyarakat Jawa secara kultural adalah orang-orang yang hidup dimana di kehidupan seharinya menggunakan bahasa Jawa yang dilakukan secara turun-temurun. Sebagai suku Jawa, mereka membanggakan keturunan dari dinasti yang pernah berkuasa di tanah Jawa yaitu, Mataram dan Majapahit. Dua kerajaan Mataram dan Majapahit telah menjadi kebanggaan, karena dengan segala ilmu dan kejayaannya telah mengalami pandangan hidup orang Jawa. 30 Mereka juga masih memiliki hubungan kekerabatan dengan orang- orang Jawa. Meskipun dalam perkembangannya kehidupan orang Jawa telah mengalami pergeseran budaya, sejak zaman prasejarah, Hindhu-Budha, Islam dan Kolonialisme, sehingga sekarang peradaban yang bercorak Jawa masih mengental di kalangan orang Jawa. Meskipun kebudayaan Jawa bercampur dengan agama lain , tetapi figur, roh dan kenyataan ini masih terlihat jelas. Orang Jawa pada sejak zaman prasejarah memiliki kepercayaan animisme, mereka menganggap semua yang bergerak dianggapnya hidup, 30 Dr. Sutiyono, Poros Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, 3. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id memiliki kekuatan ghaib dan roh serta meiliki watak yang baik dan jahat. Kepercayaan semacam itu hingga kini masih ada di kalangan orang Jawa. 31 Setiap desa memiliki cerita dan sejarah sendiri sampai terbentuknya. Desa Pepelegi di Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, malah memiliki dua versi cerita asal mula namanya. Menurut pamong desa, Bapak To’im, Pepelegi berasal dari nama pasaran di kalender Jawa yakni Pepe yang dulu adalah Pon sedangkan Legi tetap Legi. Konon desa Pepelegi ini dulu ada yang mbaurekso desa tersebut, yakni Mbah Jatisari dan Mbah Kenongosari. Pamong desa mengataka tidak tahu pasti sejarah singkat tentang yang mbaurekso desa tersebut. Untuk memperingati tradisi selamatan kematian hari satu sampai seribu hari orang meninggal kini disertai dengan doa-doa yang Islami seperti yasinan dan tahlilan. Walau sudah di Islamkan, tradisi selamatan kematian tersebut masih disertai doa-doa khusus sebagai menghormati kepada pepundhen Eyang, Kyai dan Mbah yang mbaurekso 32 desa atau wilayah tersebut. 33 Clifford Geertz mengungkapkan bahwa selametan merupakan agama orang Jawa. Seperti telah disebutkan orang Jawa sejak lahir hingga kematiannya, termasuk pindah rumah, ganti nama, mendapat pekerjaan, ketika orang Jawa mengalami musibah dan mendapatkan berkah perlu diadakan 31 Koentjraningrat, Sejarah Kebudayaan Jawa Jakarta: Balai Pustaka, 1954, 103. 32 Fajar, Wawancara, Pepelegi,14 Maret 2016. 33 Dr Sutiyono, Poros Kebudayaan Jawa Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, 25. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id tradisi selamatan. 34 Inti sari bagi orang Jawa pentingnya mengadakan tradisi selamatan adalah mencari keselamatan. Masyarakat Jawa mengadakan upacara selamatan dengan tujuan agar dirinya merasa tentram karena telah diselamatkan oleh Allah atau mengharapkan keselamatan dari Allah yang diyakininya. Berdasarkan keyakinan itu, selametan disebut agama, karena di dalam tata cara pelaksanaanya mengandung syariat atau kaidah tradisi, misalnya dari tata cara, dan pelaksanaan ritual dengan disertai do’a berasal Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sudah menjadi adat dan tradisi masyarakat Indonesia, bila ada saudara yang meninggal dunia, biasanya diadakan tradisi selamatan kematian atau yang biasanya disebut tahlilan. Pembacaan tahlil ini biasanya diadakan pada 1, 3,7 ,40,100 bahkan 1 tahun setelah kematiannya. 35 Tradisi selamatan kematian atau yang biasanya disebut tahlilan merupakan tradisi Islam yang telah mengakar dan berkembang di tengah- tengah msyarakat khususnya Jawa.

A. Latar Belakang Tradisi Selamatan Kematian di Desa Pepelegi

Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo. Masyarakat Pepelegi memandang bahwa asal-usul atau dasar orang melaksanakan kematian tahlilan berasal dari budaya Islam. Dengan kata 34 Clifford Geertz, The Religion of Java, Terj. Aswab Mahasin, Jakarta: Pustaka Jaya, 1981, 13. 35 Muhammad Nasir MH, Katanya BID’AH Ternyata SUNNAH Semarang: Syiar Media Publishing Kelompok Penerbit RaSAIL, 2012. 138. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id lain masyarakat Pepelegi mayoritas membolehkan adanya selametan, meskipun dengan dasar yang berbeda-beda. Menurut Pak Fajar “budaya selamatan kematian sendiri sudah merupakan kebiasaan manusia sejak dulu”. 36 Dari berbagai macam ritual Jawa, seperti nyadran, ziarah, khaul, slametan memperingati kematian seseorang mulai hari pertama sampai ke seribu, merupakan praktek kepercayaan tradisi pra-Islam diusahakan tidak diubah oleh para pendakwah, akan tetapi dibiarkan hidup. 37 Para pendakwah dari kalangan Islam mistik yang diperankan wali songo mempunyai rasa toleran, yakni tidak menyembelih sapi. Cara walisongo ditempuh dengan tujuan agar tidak menyinggung umat Hindu yang menganggap binatang itu adalah suci keramat. Aturan tradisi ini masih berlaku hingga sekarang di kota Kudus Jawa Tengah yang dikenal sebagai kota santri, sehingga jika mengadakan ritual korban tidak menyembelih sapi melainkan kambing dan kerbau. 38 Sedangkan dasar yang dipakai oleh Bapak Abdul Majid, Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari, 39 bahwasannya suatu ketika nabi Muhamammad melewati dua kuburan muslim, lantas beliau Nabi bersabda: 36 Fajar, Wawancara, Pepelegi,14 Maret 2016. 37 http:arsipbudayanusantara.blogspot.comslametan-dalam-kosmologi-jawa-proses “Slametan dalam Kosmologi Jawa: Proses Akulturasi Islam dengan Budaya Jawa” diakses 23 April 2016 38 Anekdot di Kudus yang menceritakan Sunan Kudus ketika kembali dari medan pertempuran setelah bersama pasukannya hamper saja mati di tengah perjalanan diselamatkan oleh seekor sapi betina. Oleh karenanya, ia melarang masyarakat untuk binatang lembu. Lebih jauh lihat Marcel Bonneff. 1983, ‘’ Islam di Jawa, Dilihat dari Kudus”, dalam Citra Masyarakat Indonesia. Jakarta, tpp.234. dalam Dr. Sutiyono, Poros Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, 27. 39 Kitab Hadist Bukhari Online No. 1361. diakses 27 Juni 2016 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id َﺣ ﱠﺪ َﺛ َﻨ َﻳ ﺎ ْ َ َﺣ ﱠﺪ َﺛ َﻨ َ أ ﺎ ُﺑ ْ ﻮ ُﻣ َﻌ ِوﺎ َ ًﺔ َﻋ ِﻦ َ َ أ ْﻋ َﻤ ِﺶ َﻋ ْﻦ ُﻣ َﺠ ِ ﺎ ٍﺪ َﻋ ْﻦ َ ﻃ ُوﺎ ٍس َﻋ ْﻦ ْﺑا ِﻦ َﻋ ﱠﺒ ِس ﺎ َر ِ َ ُﷲ َﻋ ْ ُ َﻤ َﻋ ﺎ ِﻦ ﱠﻨﻟا ِ ِّ َﺻ ﱠ ُﷲ َﻋ َﻠ ْﻴ ِﮫ َو َﺳ ﱠﻠ َﻢ َا ﱠﻧ ُﮫ َﻣ ﱠﺮ ِﺑ َﻘ ْ َ ْﻳ ِﻦ ُ َﻌ ﱠﺬ َﺑ َنﺎ ِا ﱠ ُ َﻤ َ ﻟ ﺎ ُﻴ َﻌ ﱠﺬ َﺑ ِنﺎ َو َﻣ ُﺎ َﻌ ﱠﺬ َﺑ ِنﺎ ِ َﻛ ِ ٍ َ أ ﱠﻣ َا ﺎ َﺣ ُﺪ ُ َﻤ َﻓ ﺎ ﺎ َن َﻻ َ ْﺴ َﺘ ِ ُ ِﻣ ْﻦ ْ ﻟا َﺒ ْﻮ ِل َو َا ﱠﻣﺎ َ ْ ﻷ َﺧ ُﺮ َﻓ َ َنﺎ َﻳ ْﻤ ِ ِﺑ ﻟاﺎ ﱠﻨ ِﻤ ْﻴ َﻤ ِﺔ ُﺛ ﱠﻢ َ أ َﺧ َﺬ َﺟ ِﺮ ْ َﺬ ًة َر ْ ﻃ َﺒ َﺔ َﻓ َﺸ ﱠﻘ َ ِﺑ ﺎ ِﻨ ْﺼ َﻔ ْ ِن ُﺛ ﱠﻢ َﻏ َﺮ َز ﱡ َﻗ ﻞ ْ َ َو ِﺣا َﺪ ًة َﻓ َﻘ ُ ﻟﺎ ْﻮ َ َر ﺎ ُﺳ ْﻮ َل ِﷲ َو َﺳ ﱠﻠ َﻢ ِﻟ َﻢ َﺻ َﻨ ْﻌ َﺖ َ َﺬ َﻓا َﻘ َلﺎ َ ﻟ َﻌ ﱠﻠ ُﮫ َ أ ْن ُﻳ َﺨ ﱠﻔ َﻒ َﻋ ْ ُ َﻤ َﻣ ﺎ َ ﻟﺎ ْﻢ َﻳ ْﻠ َ َﺴ ﺎ “Telah menceritakan kepada kami Yahya telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah dan Al- Amasy dan Mujahid dan Thawus dari Ibnu ‘Abbas radhiallanhu ‘anhumma berkata, dari Nabi Shallallahu’alaihi wassallam bahwasannya Beliau berjalan melewati dua kuburan yang penghuninya sedang disiksa. Lalu Beliau bersabda“Keduanya sungguh disiksa dan tidaklah keduanya disiksa disebabkan karena berbuat dosa besar. Yang satunya disiksa karena tidak bersuci setelah kencing sedang satunya lagi karena suka mengadu domba” Kemudian Beliau mengambil sebatang dahan kurma yang masih basah daunnya lalu membelahnya menjadi dua bagian kemudian menancapkannya pada masing-masing kuburan tersebut. Mereka bertanya: “Kenapa anda melakukan ini? Nabi SAW menjawab “Semoga diringankan siksanya selama batang pohon ini masih basah” Berdasarkan hadist shahih inilah umat islam maupun masyarakat Pepelegi melakukan ajaran nabi SAW : َو َﻢﱠﻠ َﺳ َو ِﮫْﻴ َﻠَﻋ ﱠ َﺻ ِﷲ َل ْﻮ ُﺳ َر ﱠنَا ﺎَﻤُْ َﻋ ُﷲ َ ِ َر ٍس ﺎَﺒَﻋ ِﻦْﺑا ِﻦَﻋ َل ﺎ َﻘَﻓ ِﻦْﻳ َ ْ ٌﻘِﺑ ﱠﺮَﻣ ﺎ َﻤُ َ ِا ٍ ْ ِﺒ َﻛ ِ ِنﺎَﺑﱠﺬَﻌُ ِ ْﻤَﻳ َن ﺎ َ َﻓ ﺎَﻤُ ُﺪَﺣَا ﺎﱠﻣَأ ٌ ْ ِﺒَﻛ ُﮫّﻧِإ َ َﺑ ِﮫِﻟ ْﻮَﺑ ْﻦِﻣ ُ ِ ّﺘ ْﺴَ َ ﻻ َن ﺎ َ َﻓ ُﺮ َﺧَا َ ْ ﺎ ﱠﻣ َ أ َو ِﺔ َﻤْﻴِﻤﱠﻨﻟ ِﺎﺑ