PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KONSEP SIFAT-SIFAT MAGNET DI KELAS V SD NEGERI 1 TANJUNG KEMALA KECAMATAN PUGUNG

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KONSEP SIFAT-SIFAT

MAGNET DI KELAS V SD NEGERI 1 TANJUNG KEMALA KECAMATAN PUGUNG

Oleh DAHLIYA

Berdasarkan identifikasi masalah serta temuan peneliti di lapangan proses pembelajaran sains masih didominasi oleh guru melalui “transfer penelitian”.Hal tersebut berdampak negatif baik dari segi proses maupun hasil belajar siswa.

Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas V SD Negeri 1 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung. Penelitian tentang analisis penggunaan pendekatan inkuiri ini dilakukan sebagai upaya menemukan solusi untuk memperbaiki teknis perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pada proses pembelajaran.

Pada penelitian ini penulis menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Prosedur pelaksanaan melalui tiga siklus dimana setiap siklusnya terdiri dari; (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, (4) refleksi. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan isntrumen aktivitas siswa, lembar instrument kinerja guru dan lembar soal tes untuk mengukur hasil belajar siswa.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan inkuiri pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri 1 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung berdampak pada peningkatan aktivitas dan hasil belajar. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas belajar siswa pada siklus I (35,11%) dengan kriteria “kurang aktif” meningkat pada siklus II menjadi (51,57%) dengan kriteria “cukup aktif” dan pada siklus III (62,23%) dengan kriteria “aktif”. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I (59,42%), siklus II (64,80%), siklus III (70%).


(2)

(3)

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KONSEP SIFAT-SIFAT

MAGNET DI KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 1 TANJUNG KEMALA

KECAMATAN PUGUNG ( Skripsi)

Oleh DAHLIYA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur Pelaksanaan Penelitian……. ……… 27 2. Langkah Penelitian Model Kemmis dan Mc Taggart………… 28 3. Alur Desain Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas………… 29 4. Foto Pelaksanaan Penelitian……… 102


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……… i

ABSTRAK……… ii

JUDUL DALAM……….. iii

LEMBAR PERSETUJUAN……… iv

LEMBAR PENGESAHAN………. v

LEMBAR PERNYATAAN……… vi

RIWAYAT HIDUP………. vi

HALAMAN PERSEMBAHAN………. vii

MOTTO……… viii

KATA PENGANTAR……… ix

DAFTAR ISI……….. xi

DAFTAR TABEL………. xiii

DAFTAR GAMBAR……… xiv

DAFTAR LAMPIRAN……….. xv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian………. 1

B. Identifikasi Masalah ……… 3

C. Rumusan Masalah……… 4

D. Tujuan Penelitian………. 4

E. Manfaat Penelitian……… 5

F. Definisi Operasional ……….. 6

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. IPA dan Konsep Magnet ……….. 8

B. Pendekatan Inkuiri ……… 16

C. Strategi Pembelajaran ………... 18

D. Pembelajaran Konsep Sifat-sifat Magnet dengan Pendekatan Ikuiri ……….. 19


(6)

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian ……… 23

B. Desain Penelitian……… 25

C. Model Penelitian……….. 28

D. Teknik Pengumpulan Data………... 35

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Penelitian ……..……….. 38

B. Hasil Penelitian ……….. 39

1. Penelitian Siklus 1 ………. 39

2. Penelitian Siklus 2………. 46

3. Penelitian Siklus 3 ………. 51

C. Pembahasan……… 56

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……… 59

B. Saran………. 60

DAFTAR PUSTAKA……….. 61


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Pemetaan Siklus I ... 73

2. Silabus Siklus I ………. 74

3. Rpp Siklus I ... 75

4. Lembar Kerja Siswa siiklus I ... 79

5. Kunci Jawaban Siklus 1……….... 82

6. Lembar Aktivitas SiswaSiklus I ………... 83

7. Lembar Instrumen Penilaian Kinerja Guru siklus I ... 84

8. Lembar Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 86

9. Pemetaan Siklus II ... 87

10. Silabus Siklus II ... 88

11. RPP Siklus II ... 89

12. Lembar Kerja Siswa Siklus II ……….. 93

13. Kunci Jawaban Siklus II………..…… 96

14. Lembar Aktivitas Siswa Siklus II ... 97

15. Lembar Instrumen Penilaian Kinerja Guru Siklus II ... 98

16. Lembar Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 100

17. Pemetaan Siklus III ... 101

18. Silabus Siklus III ... 102

19. RPP Siklus III ... 103

20. Lembar Kerja Siswa Siklus III ... 105


(8)

22. Lembar Aktivitas Siswa Siklus III ... ... 108

23. Lembar Instrument Kinerja Guru Siklus III ... 109

24. Lembar Hasil Belajar Siswa Siklus III ... 110


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil Postes Pemahaman Konsep dan Ketrampilan Proses

Sain Siklus 1 ………. 43 2. Rekapitulasi Kinerja Guru Siklus 1 ……….. 43

3. Refleksi Siklus 1 ………... 45

4. Hasil Postes Pemahaman Konsep dan Ketrampilan Proses

Sains Siklus 2 ……….. 48

5. Rekapitulasi Kinerja Guru Siklus 2 ………. 49

6. Refleksi Siklus 2 ……….. 50

7. Hasil Postes Pemahaman Konsep dan Ketrampilan Proses

Sains Siklus 3……….. 53

8. Rekapitulasi Kinerja Guru Siklus 3……… 53

9. Refleksi Siklus 3 ……… 54

10. Peningkatan Pemahaman Konsep dan Ketrampilan Proses

Sains ……… 56

11. Rekapitulasi Persentase Aktvitas Belajars Siswa Selama

Penelitian ……… 56


(10)

(11)

(12)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWt, yang telah memberikan Rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. Tugas Akhir ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada jurusan S.1 PGSD dalam jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Penulis telah berusaha secara maksimal untuk menuysun tugas akhir ini, namun sekiranya terdapat kekeliruan dan kekurangan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan dimasa mendatang. Penyusun tugas akhir ini tentunya tidak terlepas dari bimbingan, tuntunan dan bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Yth:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. H. M. Thoha B.S. Jaya, M.S. selaku Pembantu Dekan I. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Sekaligus Selaku Dosen Pembimbing Penyusuna Laporan Penelitian Tindakan Kelas.

4. Bapak Dr. H. Darsono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi S.1 PGSD Universitas Lampung.


(13)

5. Bapak Dr. Chandra Ertikanto, M.Pd. selaku Dosen Pembahas Penyusunan Laporan Penelitian Tindakan Kelas.

6. Bapak Ibu Dosen Pengajar Program S.1 PGSD dalam Jabatan yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama penulis menuntut ilmu pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Dalam penelitian tindakan kelas ini banyak kekurangan dan kelemahan yang disebabkan dangkalnya pengetahuan penulis dan keterbatasan waktu, untuk itu segala kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan laporan tugas akhir ini senantiasa penulis harapkan.

Semoga tugas akhir ini berguna bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya, dan demi kemajuan Program Studi S.1 Dalam Jabatan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Bandar Lampung,...Juni 2014 Penulis

DAHLIYA


(14)

MOTO

HARGAILAH PENGETAHUAN YANG KAMI DAPAT

KARENA PENGETAHUAN YANG KAMI DAPAT

BUKANLAH ILMU YANG KADALUARSA


(15)

PERSEMBAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini dipersembahkan kepada:

1. Suamiku tercinta Harbendi dan anak-anakku tersayang atas do`a dan perjuangan yang tak kenal lelah.

2. Semua rekan mahasiswa S 1 Dalam Jabatan angkatan 2011.


(16)

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis menyelesaikan pendidikan formal di SD Negeri 1 Rantau Tijang tahun 1978. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah Pringsewu lulus pada tahun 1981. Sekolah Pendidikan Guru Negeri Pringsewu lulus pada tahun 1985.

Pada tahun 2011, penulis tercatat sebagai mahasiswa S 1 PGSD Dalam Jabatan FKIP UNILA hingga saat ini. Selama penulis menjadi mahasiswa juga berprofesi sebagai tenaga pengajar di SD Negeri 1 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus.

Dahliya dilahirkan di Desa Sukajadi Pada Tanggal 8 Agustus 1965, merupakan anak ke 1 dari 5 bersaudara dari pasangan Ibu Mardiana dan Bapak Abdul Khalik.


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Ilmu pengetahuan alam dan teknologi secara global telah mengalami berbagai perkembangan. Hal ini dapat dilihat dan dirasakan dalam kehidupan sehari-hari yang terjadi dilingkungan sekitar kita.

Pada dasarnya ilmu pengetahuan alam atau sains bertujuan untuk menyiapkan peserta didik agar tanggap menghadapi lingkungannya, karena dengan belajar sains peserta didik belajar memahami fenomena-fenomena alam yang terjadi di lingkungannya.

Sejalan dengan itu Piaqet (Iskandar dan Hidayat: 1996) mengemukakan bahwa pendekatan inkuiri menekankan pada upaya mempersiapkan situasi bagi anak didik untuk melakukan eksperimen sendiri, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan. Oleh karena itulah merupakan suatu keharusan di dalam pendekatan pembelajaran untuk memelihara keingintahuan anak, memotivasinya sehingga mendorong siswa untuk mengajukan beragam pertanyaan seperti “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana ….jika “ melalui pendekatan inkuiri diharapkan pendidik dapat menciptakan pembelajaran yang menantang sehingga melahirkan interaksi antara gagasan yang diyakini peserta didik sebelumnya dengan suatu bukti baru untuk mencapai pemahaman baru yang lebih saintifik melalui proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi atau pengujian gagasan baru.


(19)

2

Pada penerapan pendekatan inkuiri, peserta didik diharapkan dapat bertindak sebagai seorang ilmuwan muda mulai dari merumuskan masalah, mengajukan hipotesa, merancang dan melakukan percobaan, mengumpulkan dan menganalisa data, serta menarik kesimpulan.

Pendekatan inkuiri dirancang untuk menolong peserta didik melakukan kegiatan penyelidikan, berfikir kritis, mengembangkan berbagai keterampilan dan melakukan penerapan. Berarti prinsif pembelajaran sains adalah proses aktif. Proses aktif memiliki implikasi aktivitas mental dan fisik, artinya hand on activitiessaja tidak cukup, melainkan jugamind-on activities.

Kenyataan di lapangan saat ini, pada umumnya peserta didik di sekolah dasar hanya mampu menghapal konsep-konsep bahan ajar secara verbal (verbalisme) termasuk dalam menghapal konsep-konsep sifat-sifat magnet. Faktor yang menyebabkan keadaan peserta didik seperti diatas, salah satu diantaranya adalah kurang tepatnya pendekatan dan metode pembelajaran yang digunakan oleh pendidik.

Pembelajaran IPA saat ini masih banyak berpusat pada pendidik. Jadi peserta didik hanya dijadikan objek dalam pembelajaran, mereka tidak diberi kesempatan dan kebebasan untuk bertanya dan menemukan sesuatu, melakukan eksperimen. Akibatnya peserta didik mempunyai prinsif kurang bergairah dalam belajar, kurang kreatif dan pemahamannya terhadap konsep-konsep IPA sangat melemah.


(20)

3

Rendahnya aktivitas siswa tentunya mempengaruhi hasil belajar, hal ini disebabkan karena kurangnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, dan guru tidak menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran dan kurangnya motivasi guru kepada siswa serta perhatian dan minat siswa sangat kurang ketika mengikuti proses pembelajaran. Rendahnya hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil ulangan harian siswa dari 26 siswa kelas V hanya 6 orang saja atau 23 % yang mampu mencapai tingkat Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65 dan selebihya 20 siswa atau 77 % masih memperoleh nilai di bawah KKM.

Melihat kenyataan itu, maka peneliti mencari alternative pembelajaran dengan pendekatan dan metode yang dianggap dapat meningkatkan kualitas dan kreativitas pemberdayaan dan hasil belajar. Salah satu pendekatan yang dianggap dapat mengatasi masalah tersebut yaitu pendekatan inkuiri, sehubungan dengan itu penulis tertarik untuk melakukan PTK.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Rendahnya aktivitas belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 1 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung.

2. Rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negri 1 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung dilihat dari kriteria ketuntasan minimal.


(21)

4

3. Siswa cenderung malas dalam mengikuti pelajaran dikelas mereka sering bermain-main, menulis, melamun, dan diam tak mau menyampaikan pendapat.

4. Model pembelajaran yang digunakan guru kurang efektif sehingga kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisifasi dan bekerja sama dalam proses pembelajaran.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah yang diajukan dalam skripsi ini adalah ” Apakah keterampilan proses pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan keterampilan proses siswa dalam mata pelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus.

Untuk memperjelas permasalahan berikut, maka dibuat rumusan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri 1 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung Kabupaaten Tanggamus?

2. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Tanjung Kemala Kacamatan Pugung Kabupaten Tanggamus?

D. Tujuan Penelitian


(22)

5

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA kelas V SD Negeri 1 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama bagi pendidik dan peserta didik yang secara langsung terlibat dalam proses pembelajaran maupun bagi pihak yang tidak terlibat secara langsung. Manfaat-manfaat tersebut diantaranya yaitu:

a. Bagi Siswa

1) Memberikan pengalaman secara langsung bagi siswa, sehingga siswa mempunyai kesan dalam belajarnya dan melaksanakan pembelajaran sifat-sifat magnet melalui pendekatan inkuiri.

2) Siswa dapat menarik kesimpulan dan memecahkan masalah setelah melakukan eksperimen dalam pembelajaran proses IPA dengan konsep sifat-sifat magnet melalui pendekatan inkuiri.

3) Meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar mengena sifat-sifat magnet melalui pendekatan inkuiri.

b. Bagi Guru

1) Memberikan sumbangan pemikiran tentang pentingnya memilih dan menerapkan pola pendekatan dan strategi pembelajaran dalam proses


(23)

6

pembelajaran IPA agar lebih menarik dan diminati siswa yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi atau hasil belajar siswa.

2) Sebagai bahan masukan dalam memilih strategi pembelajaran IPA yang sesuai dengan karakteristik siswa serta kondisi lingkungan belajar.

3) Dengan hasil penelitian ini diharapkan SD Negeri 1 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus dapat lebih meningkatkan pembelajaran khususnya Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang lebih baik dan perlu diterapkan pada pembelajaran mata pelajaran lain. Selain itu sebagai bahan masukan dan kajian bagi guru dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelasnya.

c. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi input bagi sekolah dalam melaksanakan pembinaan dan pengembangan para guru untuk meningkatkan efektivitas dan kreativitas pembelajaran di dalam kelas.

F. Definisi Operasional

Untuk menyamakan persepsi dan menghindari kekurangjelasan makna dan istilah yang terdapat dalam penelitian ini, ada istilah-istilah yang perlu didefinisikan, yaitu:

1. Pendekatan Inkuiri

Inkuiri adalah suatu pendekatan yang menekankan untuk melakukan eksperimen sendiri, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari jawabannya atau pertanyaan yang mereka ajukan. Oleh karena itu


(24)

7

merupakan suatu keharusan didalam pendekatan pembelajaran untuk memelihara keingintahuan peserta didik, untuk memotivasinya sehingga mendorong peserta didik untuk mengajukan beragam pertanyaan.

2. Aktivitas Belajar

Aktivitas merupakan kegiatan yang dilakukan individu untuk mencapai perubahan tingkah laku. Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar, kedua aktivitas itu harus saling berkaitan, Sardiman (2004: 100).

3. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan kemampuan penguasaan materi yang dicapai siswa dan dapat dinyatakan dengan nilai atau angka ketercapaian suatu tujuan pembelajaran, dimana salah satunya dapat dilihat dari hasil siswa yang diukur melalui tes, Arikunto (2001: 73).

4. Konsep Magnet

Magnet merupakan sejenis batuan yang mempunyai kekuatan dapat menarik besi. Magnet disebut juga besi berani atau sembrani dan merupakan suatu benda yang dapat menarik besi, baja, dan benda-benda yang mengandung besi atau baja. Tidak semua benda dapat ditarik oleh magnet, benda-benda yang dapat ditarik oleh magnet disebut benda magnetis dan benda-benda yang tidak dapat ditarik oleh magnet disebut benda tidak magnetis.


(25)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. IPA dan Konsep Magnet 1. IPA

Pada hakekatnya pembelajaran IPA atau sains dapat dipandang dari tiga dimensi yaitu dimensi produk, proses dan pengembangan sikap. Ketiga dimensi ini saling terkait satu sama lain, ini berarti proses belajar mengajar IPA seharusnya mengandung tiga dimensi tersebut. Pertama, dimensi produk adalah pengetahuan yang merupakan hasil dari IPA. Menurut Sulistiyorini (2007) produk IPA merupakan akumulasi hasil upaya para perintis sains terdahulu yang pada umumnya telah tersusun lengkap dan sistematis dalam bentuk buku teks. Kedua, dimensi proses sains merupakan proses bagaimana pengetahuan (produk) sains itu diperoleh oleh para ilmuwan. Ketiga, dimensi sikap merupakan sikap ilmiah yang seharusnya dimiliki oleh siswa terhadap alam sekitar. Menurut Wynne dalam Sulistiyorini (2007) ada sembilan sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia SD antara lain : sikap ingin tahu, ingin mendapatkan sesuatu yang baru, sikap kerja sama, sikap tidak putus asa, sikap tidak berprasangka, sikap mawas diri, sikap bertanggung jawab, sikap berpikir bebas dan sikap kedisiplinan diri.


(26)

9

Hampir sejalan dengan hal itu George dalam Hinrichsen (1999) juga berpendapat bahwa pendidikan sains terdiri atas bagian produk dan proses, produk adalah isi dari pengetahuan sains yang biasanya dalam bentuk buku teks, jurnal, ensiklopedi elektronik, beberapa produk sains meliputi : fakta, hukum, teori dan model. Sedangkan proses sains dalam sains meruipakan cara atau teknik yang digunakan seperti penggunaan mikroskop, proses bisa juga meliputi pertimbangan untuk melakukan proses seperti pengungkapan hipotesis atau prediksi, selain itu proses sains juga sering meliputi tingkah laku dan sikap seperti rasa ingin tahu, imaginasi, jujur, dan lain-lain.

Berdasarkan dua paparan diatas maka dapat dilihat bahwa keduanya memiliki persamaan pendapat bahwa sains terdiri dari tiga hal yaitu produk, proses dan sikap, untuk sikap George memasukan dalam kategori proses. Melihat kenyataan tersebut maka dalam mengajarkan sains di SD guru seharusnya tidak hanya mengajarkan sains sebagai produk yang berupa pengetahuan saja tetapi juga harus mengajarkan pada siswa bagaimana proses mendapatkan produk tersebut yaitu melalui metode ilmiah dalam kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan pada siswa.

Menurut Sulistiyorini (2007) dalam proses belajar mengajar sains di SD metode ilmiah dan sikap ilmiah dikembangkan secara bertahap dan berkesinambungan dengan harapan pada akhirnya akan terbentuk paduan yang lebih utuh sehingga anak SD dapat melakukan penelitian sederhana. Tahapan pengembangan untuk mengajarkan metode ilmiah disesuaikan


(27)

10

dengan tahap dari suatu penelitian yang meliputi observasi, klasifikasi, interperensi, prediksi, hipotesis, aplikasi dan komunikasi. Sedangkan untuk sikap ilmiah dapat dikembanghkan pada siswa melalui diskusi, percobaan, simulasi dan kegiatan dilapangan.

Untuk mewujudkan pembelahran sains yang mengembangkan tiga dimensi tersebut maka pembelajaran sains seharusya dilakukan secara inkuiri ilmiah. Hal ini seperti yang diharapkan dalam BSNP (2006) yang mengatakan bahwa pembelajaran sains IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk enumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Josep (1976) juga berpendapat bahwa melatih siswa dengan proses inkuiri dapat membantu mereka untuk memahami produk sains dengan tepat.

2. Konsep Magnet

Magnet merupakan sejenis batuan yang mempunyai kekuatan dapat menarik besi. Di beberapa Negara magnet dikenal dengan nama batu kutub. Batu itu digunakan untuk mencari arah selatan. Batu kutub yang bersifat magnetic merupakan magnet alam yang banyak ditemukan di Magnesia sebuah kota di Asia kecil.

Magnet disebut juga besi berani atau sembrani dan merupakan suatu benda yang dapat menarik besi, baja, dan benda-benda yang mengandung besi atau baja. Tidak semua benda dapat ditarik oleh magnet, benda-benda


(28)

11

yang dapat ditarik oleh magnet disebut benda magnetis dan benda-benda yang tidak dapat ditarik oleh magnet disebut benda tidak magnetis.

Daerah disekitar magnet yang dipengaruhi oleh magnet disebut medan magnet, besar kecilnya pengaruh magnet bergantung pada jarak magnet terhadap tempat itu. Jika sebuah magnet dipotong-potong maka masing-masing potongan magnet akan bersifat magnet juga, dan bila beberapa potong magnet disambungkan maka gabungan magnet tersebuit akan menjadi sebuah magnet yang lebih kuat.

Setiap potong magnet mempunyai kutub-kutub magnet, kutub magnet terdiri dari kutub utara yang selalu mengarah ke utara dan kutub selatan. Apabila kutub-kutub yang senama dikaitkan maka kedua kutub magnet itu akan saling tolak-menolak, dan apabila kutub-kutub yang tidak senama didekatkan maka kedua kutub magnet itu akan saling tarik-menarik.

Kekuatan magnet yang paling besar terdapat pada kutub-kutubnya. Makin dekat jarak benda ke kutub magnet, makin kuat gaya magnet yang dialami oleh benda itu dan makin jauh jarak benda ke kutub magnet, maka gaya magnet yang dialami benda itu makin lemah.

Selain dapat menarik benda yang terbuat dari besi dan baja, gaya magnet juga dapat menembus benda seperti kertas, kaca, plastic, negative film dan triplek atau kayu, kekuatan gaya magnet dalam menembus benda tergantung pada ketebalan benda dan kekuatan gaya magnet.


(29)

12

Dilihat dari bentuknya terdapat bermacam-macam bentuk magnet diantaranya yaitu magnet batang, magnet silinder, magnet bijih besi, magnet U dan magnet ladam.

Magnet digunakan dalam kehidupan sehari-hari, banyak benda yang digunakan sehari-hari yang memanfaatkan gaya magnet seperti kompas, bel listrik, pesawat telepon, dan dynamo sepeda.

Magnet ada dua macam yaitu magnet alam dan magnet buatan. Magnet alam adalah magnet yang terkandung dalam batuan sedangkan magnet buatan adalah magnet yang dibuat dari besi arau baja. Magnet butan sifat kemagnetannya hanya sementara. Magnet buatan dapat dibuat dengan cara induksi, menggosok atau dengan dialiri listrik yang disebut electromagnet.


(30)

13 Cara membuat magnet :

Menggosok

Induksi

Dialiri listrik

Membuat magnet dengan cara mengosok yaitu membuat magnet dengan cara menggosok, besi / baja dengan salah satu ujung magnet pada arah yang sama secara berulang-ulang semakin banyak gosokan semakin kuat


(31)

14

kemagnertannya, sedangkan membuat magnet induksi dilakukan dengan mendekatkan magnet pada benda yang akan dijadikan magnet. Membuat magnet dengan mengalirkan listrik dilakukan dengan terlebih dahulu melilitkan email atau kawat tembaga pada paku kemudian menyambungkan kedua ujung kawat pada batu baterai dekatkan jarum pada paku yang dilairi arus listrik, semakin banyak banyak lilitan semakin baik kemagnetannya.

Alat-alat pada KIT sains sebagai media dalam kegiatan pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran konsep sifat-sifat magnet yaitu : 1. Magnet dan serbuk besi

2. Benda-benda yang bersifat magnetis seperti paku, sendok, peniti, silet dan jarum.

3. benda-benda yang bersifat tidak magnetis seperti kertas, plastic, kayu, karet, kawat tembaga, emas, alumunium dan kuningan.

4. Lembaran kertas, kaca, dan triplek.

5. Batu baterai, kompas, speaker, mikropone dan gambar.

KIT Sains dibutuhkan, karena dalam pembelajaran sains khususnya dalam pembelajaran konsep tentang sifat-sifat magnet harus terjadi interaksi antara konsep dan keterampilan baik keterampilan intelektual, social maupun keterampilan fisik. Dengan penggunaan KIT Sains peserta didik memiliki peluang untuk memperoleh pengetahuan mengenai sifat-sifat magnet sesuai dengan pengalamannya sehingga pengetahuan yang diperolehnya akan lebih bermakna. Konsep sifat-sifat magnet akan lebih


(32)

15

dipahami peserta didik dengan baik jika konsep itu dipahami peserta didik dengan baik jika konsep itu dipelajari dengan penuh keobjektifan dan penuh kejujuran.

Pendekatan inkuiri mempersiapkan peserta didik untuk melakukan eksperimen sendiri, mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan.

- Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil megingat seperangkat fakta-fakta, tetapi dari hasil menemukan sendiri.

- Guru dapat menciptakan pembelajaran yang menantang sehingga melahirkan interaksi antara gagasan yang diyakini peserta didik sebelumnya dengan suatu bukti untuk mencapai pemahaman yang lebih saintifik. Melalui proses eksplorasi peserta didik diharapkan menerapkan seluruh aspek keterampilan proses, seperti layaknya kerja seorang ilmuwan muda.

- Menggunakan teknik bertanya yang tepat, dapat meningkatkan pembelajaran peseta didik, mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan keterampilan berpikir tingkat tinggi (kritis dan kreatif). - Bagi guru, pertanyaan dapat dipandang sebagai kegiatan untuk

mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir peserta didik. Sedangkan bagi peserta didik, bertanya merupakan bagian penting dari pembelajaran berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi, mengkompirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui.


(33)

16 B. Pendekatan Inkuiri

Pendekatan inkuiri adalah menekankan pada upaya mempersiapkan situasi bagi anak didik untuk melakukan eksperimen sendiri, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari sendiri jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan. Oleh karena itulah merupakan suatu keharusan didalam pendekatan pembelajaran untuk memelihara keingintahuan anak memotivasinya sehingga menolong peserta didik untuk mengajukan beragam pertanyaan seperti “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana …..jika”.

Melalui pendekatan inilah pendidik dapat menciptakan suatu pem,belajaran yang menantang sehingga melahirkan interaksi antara gagasan yang diyakini siswa sebelumnya dengan suatu bukti baru untuk mencapai pemahaman yang lebih saintifik melalui pengujian sehingga peserta didik diharapkan dapat menjadi ilmuwan muda dalam mengajukan dan merumuskan masalah, hipotesa, melakukan percobaan, mengumpulkan dan menganalisis data serta menarik kesimpulannya. Sehingga dalam pendekatan inkuiri peserta didik atau hubungan yang sebenarnya tidak diketahui, sebagai akibat belajar yang diatur oleh guru.

Pendekatan inkuiri adalah menekankan pada upaya mempersiapkan situasi bagi anak didik untuk melakukan eksperimen sendiri, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari sendiri jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan. Oleh karena itulah merupakan suatu keharusan didalam pendekatan pembelajaran untuk memelihara keingintahuan anak


(34)

17

memotivasinya sehingga menolong peserta didik untuk mengajukan beragam pertanyaan seperti “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana …..jika”.

Melalui pendekatan inilah pendidik dapat menciptakan suatu pembelajaran yang menantang sehingga melahirkan interaksi antara gagasan yang diyakini siswa sebelumnya dengan suatu bukti baru untuk mencapai pemahaman yang lebih saintifik melalui pengujian sehingga peserta didik diharapkan dapat menjadi ilmuwan muda dalam mengajukan dan merumuskan masalah, hipotesa, melakukan percobaan, mengumpulkan dan menganalisis data serta menarik kesimpulannya. Sehingga dalam pendekatan inkuiri peserta didik atau hubungan yang sebenarnya tidak diketahui, sebagai akibat belajar yang diatur oleh guru.

Pembelajaran berdasarkan pendekatan inkuiri bukanlah sesuatu yang baru dan terdapat pelbagai definisi yang berkaitan dengannya. Pendekatan inkuiri di dalam pembelajaran boleh dilihat dalam berbagai bentuk bergantung kepada bidang mata pelajaran yang dipelajari. Sebagai contoh didalam mata pelajaran sains, inkuiri mungkin akan melibatkan pelajar di dalam membuat penyisatan dan menjelaskan sesuatu fenomena yang dianggap baru kepada mereka, atau pelajar dikehendaki menguji hipotesis secara sainstifik di dalam uji kaji di maksimalkan.


(35)

18 C. Strategi Pembelajaran

Sesuai dengan paradigma pendidikan yang terpusat pada peserta didik (student centered), maka strategi apapaun yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran diharapkan selalu mendudukan peserta didik sebagai pusat perhatian dan perlakuan dalam menegakan lima pilar belajar, yaitu belajar untuk:

- Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, - Memahami dan menghayati,

- Mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, - Hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan,

- Mengembangkan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Peranan guru dalam pembentukan kegiatan belajar mengajar dikelas bukan hanya ditentukan oleh dilatih apa yang akan dipelajari, melainkan pada bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar anak, melalui serangkaian kegiatan mengekplorasi secara katif lingkungan alam, lingkungan social, dan lingkungan buatan, serta berkonsultasi dengan narasumber lain.

Relevan dengan pemikiran tersebut, dalam Kurikulum 2006 (KTSP) maka pelajaran IPA secara tegas dikemukakan bahwa di tingkat SD/MI diharapkan ada penekakan pembelajaran Salingtemas (Sains, Lungkungan, Teknologi, dan Masyarakat) yang diartikan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.


(36)

19

Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (Scientific Inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomfirmasikannya sebagai aspek penting kecakupan hidup. Oleh karena itu pembelajaran di SD/MI hendaknya lebih menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

D. Pembelajaran Konsep Sifat-sifat Magnet dengan Pendekatan Inkuiri Pendidikan IPA berhubungan dengan cara memberitahu tentang alam semesta, sehingga IPA bukan hanya pengusaaan kumpulan ilmu pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat, sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Berdasarkan rasional dan pemikiran tersebut, maka tujuan mata pelajaran IPA di SD/MI telah dirumuskan sebagi berikut :

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang


(37)

20

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antar IPA, linkungan, teknologi, dan masayarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/M.Ts.

Mata pelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar mencakup dua aspek yaitu aspek kerja ilmiah dan aspek pemahaman konsep IPA di kelas V Sekolah Dasar adalah tentang energi dan perubahannya, di dalamnya termasuk materi mengenai sifat-sifat magnet yang merupakan komponen penting dalam menanamkan pengetahuan dan konsep-konsep IPA yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari disamping menanamkan rasa ingin tahu dn sikap positif terhadap IPA dan teknologi.

Proses pembelajaran IPA dengan pendekatan inkuiri khususnya dalam pembelajaran tentang konsep sifat-sifat magnet guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut :


(38)

21

2. Pilihlah benda-benda yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.

3. Perkenalkan kegiatan yang layak dan menarik, dan berilah peserta didik kebebasan untuk memanipulasi benda.

4. Tekankan penciptaan pertanyaan-pertanyaan dan masalah-masalah beserta pemecahannya.

5. Anjurkan siswa untuk saling berinteraksi.

6. Hindari istilah-istilah teknis dan tekankan pada cara berpikir. 7. Anjurkan para siswa untuk berpikir dengan cara mereka sendiri. 8. Perkenalkan ulang materi dan kegiatan yang sama beberapa tahun.

Implikasi pendekatan inkuiri dalam pembelajaran tahapan (Karli dan Sri Yuliartiningsih, 2004 : 5), yaitu :

1. Apersepsi 2. Eksplorasi

3. diskusi dn penjelasan konsep 4. pengembangan dan aplikasi

Tahap apersepsi. Pada tahap ini siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tetang konsep sifat-sifat magnet. Bila perlu guru memancing dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan problatik tentang fenomena yang sering ditemui sehari-hari dengan mengaitkan pada konsep dan sifat magnet yang akan dibahas. Siswa diberi kesempatan mengkomunikasikan dan mengilustrasikan pemahamannya tentang konsep itu.


(39)

22 E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka teoritik di atas, maka hipotesis tindakan yang dirumuskan oleh peneliti adalah sebagai berikut. “Jika dalam pembelajaran konsep sifat-sifat magnet di kelas V sekolah dasar menggunakan pendekatan inkuiri, maka kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa akan meningkat.


(40)

23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode penelitian tindakan kelas (classroom action research), sebagai prosedur pelaksanaan penelitian digunakan metode kualitatif yang menghasilkan data secara deskriptif dalam bentuk laporan dan uraian.

Kasbolah (1998 : 14-15) menyatakan bahwa : “Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

Sejalan dengan pernyataan di atas, Suyanto (1997 : 4) menyatakan:

PTK dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan parktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesonal.


(41)

24

Penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik penting yaitu problema yang diangkat melalui PTK, harus berangkat dari persoalan praktek pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru dan adanya tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas.

Tujuan PTK adalah untuk meningkatkan atau memperbaiki praktek pembelajaran. Dasar utama bagi dilaksanakanya penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan, tujuan terebut dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternative untuk memecahkan permasalahan pembelajaran di kelas.

Manfaat penelitian tindakan kelas yang terkait dengan komponen pembelajaran antara lain mencakup: (1) inovasi pembelajaran; (2) pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan tingkat kelas, dan (3) peningkatan profesionalisme guru. Melalui PTK dilakukan analisis dan refleksi pembelajaran agar dapat memperbaiki pelaksanaan pembelajaran di kelas, PTK yang dilaksanakan bertujuan untuk membantu guru dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam konsep sifat-sifat magnet.

PTK ini disusun sebagai upaya guru atas kekurangpuasannya terhadap aktivitas maupun hasil belajar siswa tentang konsep sifat-sifat magnet. Selama ini pemahaman siswa sangat lemah, aktivitas siswa kurang berkembang pada umumnya siswa hanya mampu memahami konsep sifat-sifat magnet secara verbal (verbalisme)


(42)

25

Melalui PTK guru dapat meneliti sendiri kekurangan-kekurangan dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukannya, sehingga guru dapat memperbaikinya dengan merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang dianggap lebih baik dan lebih tepat.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan model penelitian dan Kemmis dan Mc Taggart (1992 : 11-15) yang terdiri atas empat komponen yaitu (1) planning’ (2) Action; (3) observation; dan (4) refection.

1. Planning(perencanaan)

Apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi.

2. Action(Tindakan)

Apa yang akan dilakukan oleh peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan.

3. Observation(Observasi)

Mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa.

4. Reflection(refleksi)

Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak tindakan dari berbagai aspek.

Berdasarkan hasil refleksi peneliti dapat melakukan revisi atau melanjutkan pada tindakan berikutnya.


(43)

26

Tahap-tahap di atas dilaksanakan peneliti melalui tiga siklus secara berkesinambungan dari tindakan 1 siklus 1 sampai tindakan 2 siklus III. Setiap tindakan sebelumnya, rencana dan tindakan yang disusun dan dilaksanakan menggunakan pendekatan inkuiri.

Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti berbentuk siklus yang tidak hanya berlangsung satu kali tetapi berulang. Alur pelaksanaan tindakan kelas yang dilaksanakan seperti gambar di bawah ini.


(44)

27 Rencana I

Refleksi

Tindakan 1 dan observasi

Rencana II

Refleksi

Tindakan 2 dan Observasi

Rencana ke n

Gambar 3.1 Alur Pelaksanaan Penelitian (Kasbolah, 1998 : 70 )


(45)

28 C. Model Penelitian

Model PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah model silkus secara berulang dan berkelanjutanm melalui model ini diharapkan semakin lama dapat semakin meningkatkan perubahan atau pencapaian hasil. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk mengetahui kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa kelas V sekolah dasar mengenai konsep sifat-sifat magnet Langkah penelitian yang dilakukan menggunakan model penelitian dari Kemmis dan Mc Taggart (Suyanto, 1997 : 16) yang terdiri dari 4 komponen yaitu (1) perencanaan; (2) tindakan; (3) observasi; dan (4) refleksi.

Gambar 3.2 Langkah Penelitian Model Kemmis dan Mc Taggart PERENCANAAN

OBSERVASI


(46)

29

Alur desain pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat dilihat pada bagan di bawah ini.

Gambar 3.3 Alur Desain Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Pembelajaran Magnet

Identifikasi hal-hal yang perlu

diperbaiki

SIKLUS I Menyusun rencana tindakan

1, 2 dan 3

Tindakan 1 Pembelajaran konsep magnet

dan observasi

Repleksi tindakan 1 Analisis temuan,

pendekatan dan PBM

Siklus II Menyusun rencana tindakan 1, 2 dan 3

Tindakan 3 Evaluasi hasil tindakan 1,2 dan 3 analisis dan refleksi

Refleksi tindakan 2 Analisis temuan, pendekatan dan PBM Tindakan 2 Pembelajaran tentang Konsep sifat-sifat magnet Tindakan 1 Pembelajaran tentang konsep dan

teori magnet

Refleksi tindakan 1 Analisis temuan, pendekatan dan PBM Tindakan 2 Penbejaran tentang manfaat magnet

Refleksi tindakan 2 Analisis temuan,

pendekatan dan PBM

Refleksi tindakan 1 Analisis temuan, pendekatan dan PBM Tindakan 1 Pembelajara tentang model pembelajaran magnet Siklus III Menysun rencana tindakan 1, 2 dan 3

Tindakan 3 Evaluasi hasil

tindakan 1, 2 analisis & Refleksi Tindakan 2 Pembelajaran tentang kegunaan magnet

Refleksi tindakan 2 Analisis temuan,

pendekatan dan PBM

Tindakan 3 Evaluasi hasil

tindakan 1, 2 analisis &


(47)

30 a. Tahap Perencanaan Tindakan

1. Permintaan izin dari kepala sekolah

Izin dari kepala sekolah dapat diperoleh dengan mudah. Kepala sekolah dan guru-guru memberikan dukungan dalam melaksanakan penelitian ini.

2. Melakukan sosialisasi dengan siswa

Sosialisasi dengan siswa kelas V yang akan dijadikan subjek penelitian.

3. Identifikasi masalah

Identifikasi masalah dilakukan dengan terlebih dahulu menelaah kurikulum 2006 khususnya mata pelajaran sains dan buku referensi sains yang digunakan di SD. Penelahaan kurikulum sains mulai dari kompetensi dasar, standar kompetensi, hasil belajar, indikator, dan materi pokok.

4. Merumuskan pendekatan pembelajaran yang akan digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa kelas V SD tentang sifat-sifat magnet.

5. Menyusun persiapan mengajar, LKS dan format yang akan digunakan dalam tiap tindakan serta mempersiapkan KIT sains yang akan digunakan.

6. Menetapkan teknik pemantauan yang akan dilakukan pada setiap tahap penelitian.


(48)

31 b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Peneliti menggunakan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran konsep sifat-sifat magnet dengan metode eksperimen pengamatan, demontrasi dan diskusi. Kegiatan belajar siswa yang dilakukan adalah secara berkelompok sedangkan evaluasi hasil secara individu.

1) Siklus I

Siklus 1 dilaksanakan dalam dua tindakan pembelajaran dan satu tindakan evaluasi, materi pembelajaran pada tindakan 1 tentang konsep magnet. Tindakan 2 benda magnetis dan tidak magnetis dengan metode eksperimen dan pengamatan serta tindakan 3 merupakan evaluasi dari tindakan 1 dan 2 siklus 1. Peneliti menyusun rencana pembelajaran dan melaksanakan kegiatan pembelajaran melalui tahap-tahap pembelajaran yang menggunakan pendekatan inkuiri yang terdiri dari tahap apersepsi, tahap eksplorasi, tahap diskusi dan penjelasan konsep serta tahap pengembangan dan aplikasi. Instrument yang digunakan peneliti terdiri dari 1) lembar observasi; 2) catatan lapangan; 3) LKS; 4) lembar wawancara dengan siswa; 5) lembar evaluasi dan 6) format penilaian. Bertindak sebagai observer selama pembelajaran berlangsung adalah rekan sejawat peneliti.

2) Siklus II

Siklus dua dilaksanakan dalam tiga tindakan, materi pada tindakan 1 tentang kutub-kutub magnet, tindakan 2 tentang gaya magnet dapat menembus benda dengan metode eksperimen dan pengamatan serta


(49)

32

tindakan 3 merupakan evaluasi dari tindakan 1 dan 2 secara individu. Prosedur perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, dan instrumen yang digunakan pada tindakan 1, 2 dan 3 selama dengan instrument pada silkus 1.

3) Siklus III

Siklus 3 terdiri dari tiga tindakan, materi yang dibahas pada tindakan 1 tentang kekuatan gaya magnet dalam menembus benda dengan metoda eksperimen dan pengamatan, tinmdakan 2 tentang manfaat / kegunaanmagnet dengan metoda diskusi dan tindakan 3 merupakan evaluasi dari tindakan 1 dan 2 pada siklus III secara individu. Prosedur perencanaan, pelaksanaan pembelajaran da instrument yang digunakan pada tindakan 1, 2 dan 3 sama dengan instrument pada siklus 1 dan II.

c. Observasi

Observasi adalah mengamati secara langsung kegiatan, ucapan dan tingkah laku orang yang diobservasi serta hasilnya dapat dijadikan sebagai bahan penilaian. Menurut hardry (1986 : 18) observasi dapat digunakan sebagai teknik penilaian tentang sikap dan kepribadian orang yang diobservasi. Pada kegiatan ini peneliti mengamati kegitan pembelajaran yang berlangsung dan mengamati hasil tindakan yang dilakukanya dengan menggunakan lembar observasi / pengamatan dan lembar penilaian proses. Disampng itu peneliti meminta bantuan rekan sejawat atau orang yang


(50)

33

berkompeten untuk membantu mengobservasi tindakan yang dilaksanakannya

d. Refleksi

Refleksi adalah kegiatan yang mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak tindakan yang dilaksanakan dari berbagai criteria, berdasarkan hasilnya dilakukan revisi perbaikan (Soedarsono, 1997 : 16).

Peneliti melihat hasil dan dampak dari tindakan yang telah dilaksanakanya dengan menganalisis catatan lapangan, lembar observasi, hasil penelitian proses dan evaluasi. Berdasarkan hasil refleksi peneliti melanjutkan pada tindakan berikutnya dan jika hasilnya belum memuaskan maka peneliti melakukan perbaikan (revisi) terhadap rencana atau tindakn yang telah dilakukannya.

e. Subyek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri 1 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus. Subyek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 26 siswa. Alasan peneliti memilih subyek tersebut adalah:

1) Peneliti merupakan salah seorang tenaga pengajar di Sekolah Dasar tersebut:

2) Situasi dan kondisi lingkungan sekolah maupun siswa sudah dikenal oleh peneliti;


(51)

34

4) Adanya dukungan sepenuhnya dari kepala sekolah dan rekan-rekan kerja peneliti.

Fokus penelitian adalah pembelajaran konsep sifat-sifat magnet di kelas V sekolah dasar dengan pendekatan inkuiri. Pemahaman siswa yang kurang mengenai konsep sifat-sifat magnet dan pasifnya akrivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dikarenakan pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang tepat.

Berdasarkan kenyataan itu, peneliti mencari alternatif pembelajaran dengan menggunakan pendekatan yang dianggap dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa tentang sifat-ifat magnet. Salah satu pendekatan yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajat siswa adalah pendekatan inkuiri.

f. Lembar Evaluasi

Lembar evaluasi digunakan pada kegiatan evaluasi untuk memperoleh gambaran mengenai penguasaan siswa terhadap konsep-konsep yang telah dipelajarinya melalui kegitan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas. Hasil evaluasi dapat digunkan sebagai bahan pertimbagan dalam merancang dan melaksanakan tindakan berkutnya dan juga dapat digunakan untuk menentukan berhasil tidaknya timdakan pembelajaran yang telah dilakukan (contoh lembar evaluasi dapat dilihat pada lampiran)


(52)

35 D. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Observasi

Observasi dilakukan terhadap guru dan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, hal-hal yang diobservasi berdasarkan indikator-indikator pada pendekatan inkuiri. Observasi terhadap guru dan siswa dilakukan oleh rekan sejawat peneliti dan peneliti sendiri dengan menggunakan lembar observasi sebagai pedoman

2. Teknik Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh pandangan siswa tentang kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan berikut segala permasalahannya serta kesan-kesan pribadi siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan di kelas.

3. Catatan Lapangan

Catatan lapangan untuk mencacat kejadian-kejadian selama kegitan pembelajaran berlangsung, sasarannya adalah hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran dan hasilnya. Disamping itu pada catatan lapangan dicacat juga temuan-temuan penting yang terjadi selama kegitan pembelajaran berlangsung.

4. Lembar Kerja Siswa

LKS digunakan pada kegiatan eksplorasi yang dilakukan siswa secara berkelompok, LKS berguna sebagai pedoman bagi siswa dalam


(53)

36

melaksanakan kegiatan eksplorasi dan sebagai penunjang berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Data yang diperoleh dari LKS dapat digunakan untuk melihat perubahan konsepsi siswa dan sebagai patokan dalam merancang dan melaksanakan tindakan selanjutnya.

5. Teknik Evaluasi

Evaluasi terhadap hasil belajar bertujuan untuk mengetahui ketuntasan siswa dalam menguasai kompetensi dasar. Dari hasil evaluasi tersebut dapat diketahui kompetensi dasar, materi, atau, indikator yang belum mencapai ketuntasan (Majid, 2009: 224).

Evaluasi bertujuan untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan proses dan hasil belajar siswa serta mengumpulkan data dan informasi dalam rangka usaha perbaikan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Data hasil evaluasi dapat pula digunakan untuk mengetahui keefektifan pendekatan yang digunakan.

6. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan bukti dari segala tindakan yang dilaksanakan selama kegiatan penelitian berlangsung, baik itu kegiatan yang dilakukan oleh peneliti maupun yang dilakukan oleh siswa serta kegiatan-kegiatan lain yang dianggap mendukung berlangsungnya penelitian seperti wawancara siswa dan diskusi dengan observer. Semua kegiatan-kegiatan tersebut direkam melalui kamera foto.


(54)

37 7. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak awal pengumpulan data sampai akhir pengumpulan data. Data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dianalisis dan diolah secara kualitatif, sedangkan data yang diperoleh dari hasil kerja siswa dan hasil tes yang merupakan prestasi belajar siswa dianalisis dan diolah secara kuantitatif untuk memperoleh rata-rata dan variasi.

Untuk mencari rata-rata dan variasi digunakan rumus : Rumus:

Keterangan:

X = Rata-rata Hitung Nilai N = Banyaknya siswa X1 = Nilai siswa


(55)

69 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang telah dilakukan terhadap siswa kelas V SD Negeri 1 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung dapat disimpulkan sebagai berikut:

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan aktivitas pembelajaran siswa dalam kegiatan pembelajaran pada setiap siklusnya. Pada siklus I persentase aktivitas belajar siswa mencapai 35,11% dengan kriteria “Kurang Aktif”, pada siklus II meningkat menjadi 51,57% dengan kriteria “Cukup Aktif” dan meningkat sebesar 62,23% pada siklus III dengan kategori “Aktif”. Dari hasil tersebut maka diambil kesimpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ikuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya. Pada siklus I siswa yang telah tuntas mencapai


(56)

70

59,42% dengan kategori “Kurang” meningkat sebesar8,98% menjadi 68,40% dengan kategori “Cukup” dan meningkat sebesar 1,6% menjadi 70% pada siklus III dengan kategori “Cukup”. Dari hasil tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ikuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya.

Penerapan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan kinerja guru. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan kinerja guru pada setiap siklusnya. Pada siklus I kinerja guru mencapai 47,27% dengan kategori “Kurang” meningkat sebesar 18,18% menjadi 65,45% pada siklus II dengan kategori “Cukup”, dan meningkat sebesar 10,91% menjadi 76,36% pada siklus III dengan kategori “Baik”.

B. Saran

Berdasarkan hasil refleksi siklus I, siklus II, siklus III maka saran-saran yang diberikan sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran difokuskan terlebih dahulu pada aktivitas siswa di dalam kelas.

2. Pembagian kelompok seharusnya melihat sebaran kemampuan siswa. 3. Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), untuk lebih

memahami tugas seorang guru serta dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mengetahui permasalahan-permasalahan di sekolah.


(57)

71

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Bina Aksara.

BSNP. 2006.Penyusunan KTSP Kabupaten/Kota Panduan Penyusunan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional (2004). Kurikulum 2004. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Darmajo, H.dan Kaligus, R.E.J.. (1991/1992). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam II.Jakarta: Depdikbud.

Hayati, S. (2004). Perkembangan Model Pembelajaran Tematik Pada Kelas Awal Sekolah Dasar, Jurnal Penelitian Pendidikan. 1 (1412-565).79-92.

Hapsoyo, S.(1997). Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia melalui Pembelajaran Terpadu di Kecamatan Panjelor IV”. Jakarta: Jurnal Penelitian Pendidikan. 6 , 11, 1998.

Karli dan Yuliartiningsih. 2004. Model-model Pembelajaran. Bandung: Bina Media Informasi.

Kasbolah, K. 1998.Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Depdiknas.

Kemmis, S & Mc Taggart, R. 1992. The Action Research Planner. Australia: Deakin University Press.

Majid, Abdul. 2009.Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Iskandar, MS dan Hidayat, M.E. (1996).Pendidikan IPA.Jakarta: Depdikbud.


(58)

72

Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo.

Sulistyorini. 2007. Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam KTSP.Yogyakarta: Tiara Wacana.

Suyanto. 1997. Pengenalan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.


(1)

melaksanakan kegiatan eksplorasi dan sebagai penunjang berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Data yang diperoleh dari LKS dapat digunakan untuk melihat perubahan konsepsi siswa dan sebagai patokan dalam merancang dan melaksanakan tindakan selanjutnya.

5. Teknik Evaluasi

Evaluasi terhadap hasil belajar bertujuan untuk mengetahui ketuntasan siswa dalam menguasai kompetensi dasar. Dari hasil evaluasi tersebut dapat diketahui kompetensi dasar, materi, atau, indikator yang belum mencapai ketuntasan (Majid, 2009: 224).

Evaluasi bertujuan untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan proses dan hasil belajar siswa serta mengumpulkan data dan informasi dalam rangka usaha perbaikan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Data hasil evaluasi dapat pula digunakan untuk mengetahui keefektifan pendekatan yang digunakan.

6. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan bukti dari segala tindakan yang dilaksanakan selama kegiatan penelitian berlangsung, baik itu kegiatan yang dilakukan oleh peneliti maupun yang dilakukan oleh siswa serta kegiatan-kegiatan


(2)

7. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak awal pengumpulan data sampai akhir pengumpulan data. Data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dianalisis dan diolah secara kualitatif, sedangkan data yang diperoleh dari hasil kerja siswa dan hasil tes yang merupakan prestasi belajar siswa dianalisis dan diolah secara kuantitatif untuk memperoleh rata-rata dan variasi.

Untuk mencari rata-rata dan variasi digunakan rumus : Rumus:

Keterangan:

X = Rata-rata Hitung Nilai N = Banyaknya siswa X1 = Nilai siswa


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang telah dilakukan terhadap siswa kelas V SD Negeri 1 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung dapat disimpulkan sebagai berikut:

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan aktivitas pembelajaran siswa dalam kegiatan pembelajaran pada setiap siklusnya. Pada siklus I persentase aktivitas belajar siswa mencapai 35,11% dengan kriteria “Kurang Aktif”, pada siklus II meningkat menjadi 51,57% dengan kriteria “Cukup Aktif” dan meningkat sebesar 62,23% pada siklus III dengan kategori “Aktif”. Dari hasil tersebut maka diambil kesimpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan aktivitas belajar


(4)

59,42% dengan kategori “Kurang” meningkat sebesar8,98% menjadi 68,40% dengan kategori “Cukup” dan meningkat sebesar 1,6% menjadi 70% pada siklus III dengan kategori “Cukup”. Dari hasil tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ikuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya.

Penerapan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan kinerja guru. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan kinerja guru pada setiap siklusnya. Pada siklus I kinerja guru mencapai 47,27% dengan kategori “Kurang” meningkat sebesar 18,18% menjadi 65,45% pada siklus II dengan kategori “Cukup”, dan meningkat sebesar 10,91% menjadi 76,36% pada siklus III dengan kategori “Baik”.

B. Saran

Berdasarkan hasil refleksi siklus I, siklus II, siklus III maka saran-saran yang diberikan sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran difokuskan terlebih dahulu pada aktivitas siswa di dalam kelas.

2. Pembagian kelompok seharusnya melihat sebaran kemampuan siswa. 3. Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), untuk lebih

memahami tugas seorang guru serta dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mengetahui permasalahan-permasalahan di sekolah.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Bina Aksara.

BSNP. 2006.Penyusunan KTSP Kabupaten/Kota Panduan Penyusunan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional (2004). Kurikulum 2004. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Darmajo, H.dan Kaligus, R.E.J.. (1991/1992). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam II.Jakarta: Depdikbud.

Hayati, S. (2004). Perkembangan Model Pembelajaran Tematik Pada Kelas Awal Sekolah Dasar, Jurnal Penelitian Pendidikan. 1 (1412-565).79-92.

Hapsoyo, S.(1997). Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia melalui Pembelajaran Terpadu di Kecamatan Panjelor IV”. Jakarta: Jurnal Penelitian Pendidikan. 6 , 11, 1998.

Karli dan Yuliartiningsih. 2004. Model-model Pembelajaran. Bandung: Bina Media Informasi.

Kasbolah, K. 1998.Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Depdiknas.

Kemmis, S & Mc Taggart, R. 1992. The Action Research Planner. Australia: Deakin University Press.


(6)

Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo.

Sulistyorini. 2007. Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam KTSP.Yogyakarta: Tiara Wacana.

Suyanto. 1997. Pengenalan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SDN 1 TANJUNG KEMALA KECAMATAN PUGUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 29 81

PENERAPAN PENDEKATAN HEURISTIK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT - SIFAT CAHAYA DALAM Penerapan Pendekatan Heuristik Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Sifat-Sifat Cahaya Dalam Mata Pelajaran IPA Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Kebak Tahun Aja

0 0 16

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI SIFAT- SIFAT CAHAYA.

0 1 45

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP SIFAT BENDA PADA MATA PELAJARAN IPA.

0 1 50

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN IPA KONSEP GAYA.

0 2 42

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA PADA MATERI SIFAT – SIFAT CAHAYA.

0 0 36

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA TENTANG SIFAT-SIFAT CAHAYA.

0 0 38

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA SISWA KELAS V SD 1 LORAM KULON

0 0 24

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA MATERI SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD 3 PIJI DAWE KUDUS

0 1 24

PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG PADA SISWA KELAS V PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KLECO 2 PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) UNTUK MENINGKATKAN P

0 0 21