Solidaritas Sosial Integrasi menurut Emile Durkheim

+

II.2.3 Solidaritas Sosial

Durkheim memulai analisanya mengenai integrasi sosial dengan merumuskan masalah sebagai berikut: “apakah peningkatan pembagian kerja harus dipandang sebagai kewajiban moral yang tidak dapat dihindari oleh manusia?” Durkheim lantas melakukan analisis terhadap fakta-fakta sosial. Durkheim memulai dengan mencari tahu fungsi pembagian kerja. Menurut pengamatannya, fungsi pembagian kerja adalah peningkatan solidaritas. Antara kawan-kawan dan di dalam keluarga-keluarga dimana ketidak-samaan menciptakan suatu ikatan. Justru karena individu-individu mempunyai kualitas yang berbeda-beda maka terdapat keselarasan, ketertiban dan solidaritas. Demikian pula di dalam masyarakat. Karena individu-individu melakukan berbagai kegiatan maka mereka menjadi bergantung dan terikat satu dengan yang lain. Keseimbangan, keselarasan dan solidaritas adalah kualitas-kualitas moral. Konsep solidaritas merupakan konsep sentral Emile Durkheim dalam mengembangkan teori Sosiologi. Solidaritas menunjuk pada suatu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Hubungan ikatan ini lebih kuat dibandingkan hubungan yang didasarkan pada kontrak atas persetujuan rasional. Karena keadaan hubungan yang ada, timbul dari kemampuan masing-masing individu dalam berempati terhadap individu atau kelompok yang lain dalam hubungannya itu. Sehingga antara individu dengan yang lain dapat ikut merasakan perasaan batiniah dari salah satunya ketika terkena dampak peristiwa sosial. Wujud nyata dari hubungan bersama akan melahirkan pengalaman emosional, sehingga memperkuat hubungan antar mereka. Kepercayaan yang dianut bersama mendorong munculnya kesadaran kolektif. Durkheim menerangkan bahwa masyarakat modern tidak diikat oleh kesamaan antara orang-orang yang melakukan pekerjaaan yang sama, akan tetapi pembagian kerjalah yang mengikat masyarakat dengan memaksa mereka agar tergantung satu sama lain. Durkheim memaparkan pertumbuhan pembagian kerja meningkatkan suatu perubahan dalam struktur sosial dari solidaritas mekanik ke solidaritas organik . Ia menggunakan kedua istilah tersebut untuk menganalisa masyarakat secara keseluruhan, bukan organisasi-organisasi dalam masyarakat. Solidaritas mekanik didasarkan pada suatu “kesadaran kolektif” bersama collective consciousnessconscience, yang menunjuk pada “totalitas kepercayaan-kepercayaan dan sentiment-sentimen bersama yang rata-rata ada pada warga masyarakat yang sama itu” . Dalam masyarakat dengan solidaritas mekanis, masyarakat terdiri dari kelompok sanak-keluarga-politik yang disejajarkan kelompok clan, yang sangat mirip satu sama lain dalam hal organisasi intern. Masyarakat didominasi oleh adanya suatu perangkat sentimen dan kepercayaan yang terbentuk dengan kuat serta dimiliki oleh seluruh anggota masyarakat. Pemilikan dalam solidaritas mekanis bersifat komunal, suatu gejala yang merupakan satu aspek spesifik dari individualisasi tingkat rendah pada umumnya. Karena dalam masyarakat dengan solidaritas mekanis kepribadian kolektif merupakan satu-satunya kepribadian yang ada, maka harta milik menjadi sesuatu yang bersifat kolektif atau milik bersama. 21 Solidaritas mekanis dibentuk oleh hukum represif menekan karena anggota masyarakat jenis ini memiliki kesamaan satu sama lain, dan karena mereka cenderung sangat percaya pada moralitas bersama. Apapun pelanggaran terhadap sistem nilai bersama tidak akan dinilai main-main oleh setiap individu. Pelanggar akan dihukum atas pelanggarannya terhadap sistem moral kolektif. Meskipun pelanggaran terhadap sistem moral hanya pelanggaran kecil namun mungkin saja akan dihukum dengan hukuman yang berat. Masyarakat solidaritas organik dibentuk oleh hukum restitutif memulihkan. Dimana seseorang yang melanggar harus melakukan restitusi untuk kejahatan mereka, pelanggaran dilihat sebagai serangan terhadap individu tertentu atau segmen tertentu dari masyarakat bukannya terhadap sistem moral itu sendiri. Dalam hal ini, kurangnya moral kebanyakan orang tidak melakukan reaksi secara emosional terhadap pelanggaran hukum. Durkheim berpendapat bentuk solidaritas moral masyarakat modern mengalami perubahan, bukan hilang. = 1 0 6 - 6 2 5 3 Dalam masyarakat ini, perkembangan kemandirian yang diakibatkan oleh perkembangan pembagian kerja menimbulkan kesadaran-kesadaran individual yang lebih mandiri, akan tetapi sekaligus menjadi semakin tergantung satu sama lain, karena masing-masing individu hanya merupakan satu bagian saja dari suatu pembagian pekerjaan sosial. Solidaritas organik terjadi karena adanya diferensiasi dan kompleksitas dalam pembagian kerja yang menyertai perkembangan sosial. Masyarakat dengan solidaritas organik merupakan tipe masyarakat yang pluralistik, orang merasa lebih bebas. Pekerjaan orang menjadi lebih terspesialisasi dan tidak sama lagi, merasa dirinya semakin berbeda dalam kepercayaan, pendapat, dan juga gaya hidup. Pengalaman orang menjadi semakin beragam, demikian pula kepercayaan, sikap, dan kesadaran pada umumnya. Heterogenitas yang semakin beragam ini tidak menghancurkan solidaritas sosial. Sebaliknya, karena pembagian kerja semakin tinggi, individu dan kelompok dalam masyarakat merasa semakin tergantung kepada pihak lain yang berbeda pekerjaan dan spesialisasinya. Solidaritas organik ditandai oleh heterogenitas dan individualitas yang semakin tinggi, bahwa individu berbeda satu sama lain. Masing- masing pribadi mempunyai ruang gerak tersendiri untuk dirinya, dimana solidaritas organik mengakui adanya kepribadian masing-masing orang. Karena sudah terspesialisasi dan bersifat individualistis, maka kesadaran kolektif semakin kurang. Integrasi sosial akan terancam jika kepentingan- kepentingan individu atau kelompok merugikan masyarakat secara keseluruhan dan kemungkinan konflik dapat terjadi. Tabel 2.1 Perbandingan Masyarakat Solidaritas Mekanik dan Solidaritas Organik Solidaritas Mekanik Solidaritas Organik 1. Pembagian kerja rendah 2. Kesadaran kolektif kuat 3. Hukum represif dominan 4. Individualitas rendah 5. Konsensus terhadap pola-pola normatif itu penting. 6. Keterlibatan komunitas dalam menghukum orang yang menyimpang. 7. Secara relatif saling ketergantungan itu rendah. 8. Bersifat primitif atau pedesaan. 1. Pembagian kerja tinggi 2. Kesadaran kolektif melemah 3. Hukum restitutif dominan 4. Individualitas tinggi 5. Konsensus pada nilai- nilai abstrak dan umum itu penting 6. Badan-badan kontrol sosial yang menghukum orang yang menyimpang 7. Saling ketergantungan yang tinggi 8. Bersifat industrial perkotaan. Ancaman-ancaman terhadap solidaritas sosial antara lain konflik antar kelompok, penyimpangan, individualisme yang berlebihan dan anomi. 22 + 3

II.2.4 Teori Bunuh Diri Suicide

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku D 902008102 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku D 902008102 BAB II

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku D 902008102 BAB III

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku D 902008102 BAB IV

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku D 902008102 BAB V

0 3 30

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: “Peran Louleha dalam Proses Reintegrasi Antara Negeri Haria dan Siri Sori Islam Pasca Konflik di Maluku”

0 2 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: “Peran Louleha dalam Proses Reintegrasi Antara Negeri Haria dan Siri Sori Islam Pasca Konflik di Maluku” T2 752011035 BAB I

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: “Peran Louleha dalam Proses Reintegrasi Antara Negeri Haria dan Siri Sori Islam Pasca Konflik di Maluku” T2 752011035 BAB IV

0 0 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: “Peran Louleha dalam Proses Reintegrasi Antara Negeri Haria dan Siri Sori Islam Pasca Konflik di Maluku” T2 752011035 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: “Peran Louleha dalam Proses Reintegrasi Antara Negeri Haria dan Siri Sori Islam Pasca Konflik di Maluku”

0 0 3